Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN INSTRUMEN NON-TES

KUESIONER (ANGKET) KENAKALAN REMAJA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen & Media BK

Dosen pengampu : Prof.Edi Purwanta, M.Pd dan Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

Oleh :

FARIHT HANNA ANNISA

16713251016

BK A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
A. PENGANTAR
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian atau penilaian. Instrumen memegang peran penting dalam menentukan mutu
suatu penelitian dan penilaian. Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita mengetahui
kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang berkenaan dengan
domain afektif, seperti sikap, minat, bakat dan motivasi. Setiap dimensi dan aspek yang
diukur memerlukan alat atau instrument yang berbeda. Pada prinsipnya, setiap
melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab
hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil belajar dapat
berupa pengetahuan teoritis, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur
dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologis hanya
dapat diukur dengan teknik non-tes misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan
lain-lain.
Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian, seseorang dapat
menggunakan instrumen yang telah tersedia atau terstandarisasi dan dapat pula dengan
instrument yang dibuat sendiri. Jika instrumen terstandarisasi tersedia maka seseorang
dapat langsug menggunakan intrumen tersebut namun jika instrument tersebut belum
tersedia maka seseorang harus dapat mengembangkan instrument buatan sendiri yang
distandarisasi sehingga menjadi instrument yang layak sesuai fungsinya.

B. KAJIAN TEORI KENAKALAN REMAJA


1. Pengertian Kenakalan Remaja
Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja
dalam arti kenakalan anak (juvenile delinquency) yang dilakukan oleh M.
Gold J. Petronio bahwa “kenakalan adalah tindakan oleh seseorang yang
belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak
itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum
dapat dikenai hukuman”(Sarwono,2004). Kenakalan remaja merupakan gejala
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial (Kartono,2013:6).
Jika definisi ini digunakan, maka yang termasuk kenakalan remaja
sangat terbatas. Padahal kelakuan-kelakuan yang menyimpang dari peraturan
orang tua, peraturan sekolah atau norma-norma masyarakat yang bukan
hukum juga bisa membawa remaja kepada kenakalan-kenakalan yang lebih
serius, atau bahkan kejahatan yang benar-benar melanggar hukum pada masa
dewasanya nanti.
Penggolongan remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo,2004) terbagi
menjadi 3 tahap yaitu (1) Remaja awal : usia 13-14 tahun, (2) Remaja tengah :
usia 15-17 tahun, (3) Remaja akhir : usia 18-21 tahun . Siswa SMK kelas XI
termasuk dalam tingkat remaja akhir yang mana di usia tersebut terdapat
beberapa tugas perkembangan yang harus dilewati oleh remaja. Budiamin, dkk
(2006:47) mengungkapkan beberapa tugas perkembangan yang dapat
dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan remaja:
1) Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
laki-laki maupun perempuan.
2) Mencapai peran sosial pria dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif.
4) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
5) Mencapai jaminan kebebasan ekonomis.
6) Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.
7) Persiapan untuk memasuki pekerjaan dan kehidupan berkeluarga.
8) Mengembangkan keterangan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan.
9) Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggung
jawab.
10) Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman
tingkah laku.
11) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) menjelaskan “masa


remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa
dewasa”. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara
masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau
seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,
mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Masa remaja secara umum
sering menunjukkan gejala:
1) Kegelisahan (keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja.
2) Pertentangan, yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan
kebingungan baik diri mereka, maupun orang lain.
3) Berkeinginan besar untuk mencoba segala sesuatu hal yang belum
diketahuinya.
4) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
5) Menghayal dan berfantasi.
6) Aktivitas kelompok semasa remaja.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan
remaja merupakan suatu gejala patologi sosial pada remaja kumpulan dari
berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi
tidakan kriminal.

2. Faktor-Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja


Cara pembagian faktor-faktor penyebab kelainan perilaku remaja
dikemukakan antara lain oleh Philip Graham. Philip Graham (dalam
Sarwono,2003) lebih mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dari
sudut kesehatan mental remaja. Ia juga membagi faktor-faktor penyebab
kelainan perilaku remaja ke dalam dua golongan, yaitu:
1) Faktor lingkungan :
a) Malnutrisi (kekurangan gizi)
b) Kemiskinan di kota-kota besar
c) Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu lintas, bencana alam dan
lain-lain)
d) Migrasi (urbanisasi, pengungsian karena perang, dan lain-lain)
e) Faktor Sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum dan lain-lain)
f) Keluarga yang tercerai berai
g) Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga
(1) Kematian orang tua
(2) Orang tua sakit berat atau cacat
(3) Hubungan antar anggota tidak harmonis
(4) Orang tua sakit jiwa
(5) Kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan
keuangan, tempat tinggal tidak memenuhi syarat dan lain-lain.
2) Faktor pribadi :
a) Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah,
hiperaktif, dan lain-lain)
b) Cacat tubuh
c) Ketidak mampuan untuk menyesuaikan diri

3. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja


Menurut Jensen (dalam Sarlito Wirawan, 2003:207) membagi
kenakalan remaja menjadi empat jenis yaitu ;
1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain : perkelahian,
perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi : perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.
3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan koban di pihak orang lain :
pelacuran, penyalahgunaan obat.
4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai
pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara
minggat dari rumah atau membantah mereka dan sebagainya. Pada usia
mereka, perilaku-perilaku mereka memang belum melanggar hukum dalam
arti yang sesungguhnya karena yang dilanggar adalah status-status dalam
lingkungan premier (keluarga) dan sekunder (sekolah) yang memang tidak
diatur oleh hukum secara rinci. Akan tetapi kelak remaja ini dewasa,
pelanggaran status ini dapat dilakukannya terhadap atasannya di kantor atau
petugas hukum di dalam masyarakat, maka oleh Jensen digolongkan juga
sebagai kenakalan dan bukan sekedar perilaku menyimpang.

Menurut Mulyono Y. Bambang (1984:76), Kenakalan remaja dapat


dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :

1) Kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran terhadap norma-norma,


tetapi tidak diatur dalam KUHP.
2) Kenakalan yang tergolong pelanggaran yang telah di atur dalam KUHP.
Kenakalan remaja yang tidak diatur dalam KUHP, tetapi tingkah laku
dan perbuatan remaja tersebut cukup menyulitkan atau cukup tidak dimengerti
oleh orang tua, antara lain seperti berani dan suka menentang orang tua atau
guru. Selain menentang orang tua dan guru, seseorang di katakan nakal
apabila ia sering malas atau membolos sekolah.

Akibat dari seorang remaja tidak dapat mengatur waktu luang secara
baik atau tidak mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang dapat membangun
dirinya maka ia suka berkeliaran tanpa tujuan yang jelas atau suka keluar
malam yang tidak ada gunanya, berpesta pora semalam suntuk, suka ngebut di
jalan umum yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya sendiri dan orang
lain serta suka menggangu tata tertib masyarakat.

Selanjutnya, kenakalan remaja yang tergolong pelanggaran terhadap


norma-norma, tetapi tidak diatur dalam KUHP yaitu seperti suka membaca
buku porno yang kmudian membuat seorang remaja penasaran dan ia memilih
untuk menonton film-film porno dan jika keimanannya tidak cukup kuat maka
ia akan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari seperti pelecehan seksual
atau bahkan melakukan free sex.

Pergaulan yang tidak baik menjadi sebab seseorang suka atau sering
berkelahi, berambut gondrong bagi laki-laki serta bermake-up yang berlebihan
bagi perempuan, corat-coret di jalan atau ditembok, meminum minuman keras,
suka berbohong atau memutar balikkan kenyataan dengan tujuan menipu, suka
berkata kotor, tidak sopan, dan lain-lain. Fenomena tersebut tidak jarang kita
jumpai di lingkungan kita.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(http/hukum.unsrat.ac.id/uu/kuhpidana.htm, di akses tanggal 26 Mei 2017),
bentuk kenakalan yang melanggar peraturan atau Undang-Undang antara lain,
yaitu:

1) Melanggar keamanan umum (pasal 489-520 KUHP)


2) Menganggap remeh petugas Negara (pasal 521 dan 528 KUHP)
3) Pelanggaran dalam perkawinan (pasal 529-530 KUHP)
4) Pelanggaran kesusilaan (pasal 532-547 KUHP)
5) Mengkibatkan kematian orang lain (pasal 359 KUHP)
6) Penganiayaan ringan (pasal 532 KUHP)
7) Perampasan kemerdekaan orang, seperti penculikan (pasal 328,330,331 dan
336 KUHP)
8) Pemerasan dan pengancaman (pasal 368 dan 369 KUHP)
9) Mnghancurkan dan merusak barang (pasal 406 dan 412 KUHP)
10) Pencurian dengan kekerasan (pasal 356 KUHP)

Selanjutnya penyalahgunaan narkotika juga merupakan bentuk


kenakalan remaja. Penggunaan narkotika jelas-jelas perbuatan yang melanggar
hukum. Dalam beberapa dasa warsa terakhir ini penyalahgunaan narkotika
sebagian dilakukan oleh kaum remaja khususnya di Indonesia keadaan ini
kerap kali melanda anak-anak remaja di kota-kota besar.

Sudarsono (2004:67), Sebuah hasil penelitian ilmiah yang dilakukan


oleh psikiater Graham Blaine antara lain mengemukakan bahwa biasanya
seorang remaja mempergunakan narkotika dengan beberapa sebab, yaitu :

1) Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang


berbahaya seperti ngebut, berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain.
2) Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua atau
guru atau norma-norma sosial.
3) Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks.
4) Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-
pengalaman emosional.
5) Untuk mencari dan menemukan arti dari hidup.
6) Untuk mengisi kekosongan dan kesepian atau kebosanan.
7) Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepenatan hidup.
8) Untuk mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan
solidaritas.
9) Hanya iseng-iseng atau didorong rasa ingin tahu.
C. PENYUSUNAN ANGKET KENAKALAN REMAJA
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap dan
sistematis, sehingga lebih mudah diolah ( Suharsimi Arikunto, 2010:203).
Seperti telah diuraikan di muka bahwa metode angket ini menggunakan skala
Likert. Skala ini terdiri dari item-item berupa pernyataan yang mengarah pada informasi
mengenai data yang hendak diungkap dan meminta sampel untuk memilih salah satu
jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala Likert terdiri dari
empat pilihan jawaban, yaitu : Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan
Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala Likert dalam penelitian ini disusun berdasarkan
karakteristik kenakalan remaja.
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:209), pembuatan instrumen ini memulai
prosedur atau tata cara sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam perencanaan angket, hal yang pertama dilakukan yaitu mendefinisikan
kenakalan remaja, kemudian menjabarkan definisi kenakalan remaja menjadi
indikator atau faktor-faktor. Dari kedua hal tersebut barulah dibuat kisi-kisi untuk
menyusun angket seperti berikut :
a. Kenakalan Remaja
1) Definisi Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
2) Menjabarkan Definisi menjadi Indikator
Berdasarkan definisi tersebut maka indikator kenakalan remaja yaitu :
bentuk kenakalan-kenakalan remaja seperti berikut : (1) Kenakalan yang
menimbulkan korban fisik pada orang lain, (2) Kenakalan yang
menimbulkan korban materi, (3) Kenakalan sosial yang tidak
menimbulkan koban di pihak orang lain, (4) Kenakalan yang melawan
status.
3) Membuat Kisi-Kisi
Sesuai dengan indikator kenakalan remaja kemudian dibuat kisi-kisi
sebagai berikut :

Tabel 1. Kisi-kisi Pernyataan Kenakalan Remaja


No. Indikator Nomor Item Jumlah
1 Kenakalan yang menimbulkan
1,3,4,5,25,27,28 7
korban fisik pada orang lain
2 Kenakalan yang menimbulkan 6,7,8,9,10,29,30 7
korban materi
3 Kenakalan sosial yang tidak
11,12,13,14,21,
menimbulkan koban di pihak 8
22,24,26
orang lain
4 Kenakalan yang melawan 2,15,16,17,18,19,
8
status 20,23
Jumlah Item 30

2. Sistem Skoring Hasil


Untuk mengungkap data tentang kenakalan remaja, peneliti menggunakan
angket dengan pernyataan yang menggunakan 4 alternatif jawaban. Setiap
indikator dari data dikumpulkan terlebih dahulu, diklasifikasikan dan diberi skor
sebagai berikut :
Tabel 2. Kategori Jawaban Pernyataan
Pernyataan Skor
Sangat Sesuai (SS) 4
Sesuai (S) 3
Tidak Sesuai (TS) 2
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

3. Penyuntingan
Setelah penulisan butir soal selesai dikerjakan, maka langkah selanjutnya
adalah melengkapi butir-butir soal tersebut dengan pedoman dan surat pengantar.
Suharsimi Arikunto (2013:196) menyebutkan bahwa agar resonden merasa
di hargai, maka perlu memberikan surat pengantar. Hal-hal yang harus ada dalam
surat pengantar adalah :
1) Pengantar
Kepada :
Yth. Siswa/i ………………………………

Dengan hormat,
Pada kesempatan ini perkenankanlah saya memohon kesediaan adik-
adik untuk mengisi angket ini di tengah-tengah kesibukan kalian. Hasil angket
ini akan bermanfaat bagi perkembangan sekolah dan jawaban adik-adik tidak
akan mempengaruhi prestasi kalian di sekolah. Oleh karena itu kami mohon
adik-adik membaca sebaik mungkin dengan memberikan jawaban yang sesuai
dengan diri adik-adik. Semua jawaban tidak ada yang salah, namun jawaban
yang tepat adalah jawaban yang sesuai dengan kondisi atau perasaan yang
adik-adik alami. Akhir kata kami ucapkan terima kasih atas bantuan adik-adik
semua.
2) Lembar persetujuan responden
Setelah menerima penjelasan yang diberikan, saya memahami bahwa
penelitian ini tidak merugikan saya. Oleh karena itu saya bersedia ikut
berpartisipasi sebagai responden yang dilakukan oleh :
Nama : …………………….
NPM : …………………….
Pekerjaan : …………………….
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya
agar dapat dipergunakan sebagaimana perlunya.
3) Petunjuk pengisian
1. Tuliskan identitas saudara dengan jelas pada lembar jawaban yang telah
disediakan.
2. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda, dengan
memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan dengan
pilihan jawaban :
SS = Jika Sangat Sesuai
S = Jika Sesuai
TS = Jika Tidak Sesuai
STS = Jika Sangat Tidak Sesuai
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
Saya merasa lebih percaya diri setelah
1. X
mengikuti konseling kelompok
3. Teliti kembali semua jawaban, jangan sampai ada yang belum terjawab.
4. Jika sudah selesai, kumpulkan kembali angket dan lembar jawaban pada
petugas.
4) Angket siswa

Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
No. Absensi :
Umur :

SOAL: Kenakalan Remaja


No. Pernyataan SS S TS STS
Dalam kehidupan sehari-hari anak dilarang
1.
berkelahi
Anak dilarang memaksakan kehendak kepada
2.
orang tua
Saat sekarang ini tindakan remaja tidak
3.
dibenarkan menjurus kejahatan/kriminal
Diperlukan penyuluhan terhadap remaja
4.
untuk menghindari perkelahian antar sekolah
Dengan adanya permasalahan, remaja tidak
5. dibenarkan menyelesaikan dengan
pembunuhan
Saya mengambil barang-barang orang lain
6.
tanpa ijin yang punya
Saya mengembalikan barang pinjaman teman
7.
sekelas
Anak remaja dilarang mengadakan coret-
8.
coret
Tidak sepantasnya anak remaja melakukan
9.
tindakan sebagai pencopet
10. Demi rasa kesetiakawanan saya ikut merusak
barang orang lain
Dalam menghadapi masalah berat saya
11.
cenderung minum obat terlarang
Karena butuh uang saya menyalurkan atau
12.
menjual obat terlarang kepada orang lain
Remaja perlu diberikan penyuluhan berkaitan
13.
dengan masalah seks
Meninggalkan sekolah pada saat jam
14.
pelajaran berlangsung tanpa ijin
Pergi tanpa pamit terpaksa saya lakukan
15.
karena orang tua acuh tak acuh
Terhadap mata pelajaran yang kurang
16. disenangi dilarang meninggalkan tanpa seijin
guru
Kalau saya bermasalah di rumah tidak
17.
sepantasnya meninggalkan rumah
Dalam kehidupan sehari-hari tidak
18.
dibenarkan membantah orang tua
Saya membolos sekolah apabila banyak
19.
masalah
Saya absen masuk sekolah karena malas
20.
bertemu guru
Saya mengerjakan PR yang diberikan oleh
21.
guru
Setiap soal saya dapat mengerjakan dengan
22.
baik
Setiap pelajaran saya membuat ulah,
23.
sehingga guru menjadi marah
Prestasi saya meningkat dan masuk ranking 5
24.
besar di kelas
Teman yang mengejek atau mengganggu,
25.
saya pukul
26. Berbuat semaunya sendiri tanpa
memperhatikan hak-hak orang lain
Jika berkumpul dengan teman-teman saya
27.
selalu minum-minuman keras
Saya menggunakan narkoba tanpa
28. sepengetahuan orang tua dan anggota
keluarga yang lain
Saya mengikuti kebut-kebutan pada setiap
29.
sabtu malam
30. Saya meledakkan mercon di warung tetangga

Anda mungkin juga menyukai