PENDAHULUAN
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat
atau konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997,
yang menyusun ”top-20” B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride,
Benzene, Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Kadmium, Benzo(a)pyrene,
Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor
1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),
Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury
(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr). Logam-logam berat tersebut dalam
konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila ditemukan di
dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara.1,2
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan
sebagai logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang
membentuk kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4. Arsen
(As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang
dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa
larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada
awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic
ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).3
Toksisitas dari arsen tergantung dari bentuknya (organik/inorganik),
valensinya, dan kelarutannya. Arsen dalam bentuk unsur bukanlah bahan yang
toksik. Arsen yang merupakan racun adalah senyawa arsen. Senyawa arsen yang
paling sering digunakan untuk meracuni orang adalah Arsen trioksida (As2O3).
Arsen bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel
tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan diserap
1
secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan disebar ke seluruh
organ tubuh.3
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum
mengenai definesi arsen, karakteristik arsen, sifat arsen, epidemiologi,
farmokokinetik dan farmakodinamik arsen, patofisiologi, manifestasi klinis serta
penatalaksanaan pada intoksikasi arsenik yang akan dibahas lebih lengkap pada
bab selanjutnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arsen
2.1.1 Definisi Arsen
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-grey). Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33,
berat atom 74.91. Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk:
Arsen trichlorida (AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida
(As2O3, arsen putih) berupa kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3).
Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang, merupakan salah satu
turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi beberapa
senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada
umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas.1,2,3
3
Gambar 2: Lambang Arsen dalam gugusan rantai kimia
4
kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan
akut.
5
2.1.5. Sumber Pencemaran Oleh Arsen4,5,7
Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah)
dan sedimen, udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri,
penggunaan dan sumber pencemaran arsen di lingkungan.
6
endapan lumpur sungai dan tanah dengan kaya bahan organik. Arsenik
dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari sedimen ke dalam
air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah
permukaan tanah.
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik.
Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan
methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan
arsenat. Arsen dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air
danau, air sumur dalam, air mengalir, serta pada air di lokasi di mana
terdapat aktivitas panas bumi (geothermal).
d. Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan
aluminium, sebagian besar merupakan kebalikan dari penyerapan
arsen pada tanaman. Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh
pada tanah yang tidak tercemari pestisida bervariasi antara 0,01-5
mg/kg berat kering. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang
terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen tinggi,
khususnya di bagian akar Beberapa rerumputan yang mengandung
kadar arsen tinggi merupakan petunjuk/indicator kandungan arsen
dalam tanah. Selain itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya
mengandung sejumlah kecil arsen.
7
C. Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah
satunya dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah
arsenat, tembaga acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan
senyawa arsen organik digunakan sebagai pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi
pestisida yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang
menjadi hama tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau
ini akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
8
diare, tenesmus, sakit pada organ kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah,
lividity dari ekstremitas, wajah pucat, mata merah dan berair.
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat
berkembang menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan
kematian.
9
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dari
glikolosis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid
dehidrogenase. Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,
akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan
tidak memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun
gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati
yang terikat sebagai enzim metabolic. Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan
As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena eratnya As bergabung
dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang
beberapa tahun kemudian.
10
patologis yang reversibel. Efek toksik ini dikatakan reversible karena
dapat dinetralisir dengan pemberian dithiol, 2,3, dimerkaptopropanol
(dimercaprol, BritishAnti-Lewisite atau BAL) yang akan berkompetisi
dengan arsen dalam mengikat gugus SH. Selain itu sebagian arsen juga
menggantikan gugus fosfat sehingga terjadi gangguan oksidasi fosforilasi
dalam tubuh. (2,4,5,7)
b) Senyawa arsen mempunyai tempat predileksi pada endotel pembuluh
darah, khususnya di dearah splanknik dan menyebakan vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas yang patologis. Pembuluh darah jantung yang
terkena menyebabkan timbulnya petekie subepikardial dan subendokardial
yang jelas serta ekstravasasi perdarahan. Efek lokal arsen pada kapiler
menyebabkan serangkaian respons mulai dari kongesti, stasis serta
trombosis sehingga menyebabkan nekrosis dan iskemia jaringan. (2,9)
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam darah.
Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan dalam
konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa, paru-
paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus syulfhidril
dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus
blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil
dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh janin.Didalam
tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi
didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian. (2,4,5)
Sebagian arsen dibuang melalui urin dalam bentuk methylated arsenic
dan sebagian lainnya ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut. Fakta terakhir
ini penting, karena setiap kali ada paparan arsen, maka menambah depot
arsen di dalam kulit, kuku dan rambut. Dalam penyidikan kasus pembunuhan
dengan menggunakan arsen, adanya peracunan kronis dan berulang dapat
dilacak dengan melakukan pemeriksaan kadar arsen pada berbagai bagian
(fragmen) potongan rambut dari pangkal sampai ke ujungnya. (4,5)
Bentuk fisik senyawa arsen yang masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi efeknya pada tubuh. Menelan senyawa atau garam arsen
dalam bentuk larutan lebih cepat penyerapannya dibandingkan penyerapan
11
arsen dalam bentuk padat. Penyerapan senyawa arsen dalam bentuk padat
halus lebih cepat dibandingkan bentuk padat kasar, sehingga gejala klinis
yang terjadi pun lebih berat juga. Secara umum efek arsen terhadap tubuh
tergantung dari sifat fisik dan kimiawi racun, jumlah racun yang masuk,
kecepatan absorpsi, serta kecepatan dan jumlah eliminasi, baik yang terjadi
alamiah (melalui muntah dan diare) maupun buatan, misalnya akibat
pengobatan (lavase). (3)
Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kadar normal arsen dalam tubuh
kita, karena dalam keadaan normal sekalipun tubuh kita sering terpapar
dengan zat yang mengandung arsen dan secara rutin tanpa sadar kita juga
mengkonsumsinya setiap hari, misalnya dari makanan dan minuman yang
kita konsumsi sehari-hari. Kadar normal arsen dalam serum adalah kurang
dari 5 µg /L. Nilai ambang batas dalam air minum adalah 0.2 ppm. Pada
orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0,5 mg/kg. Kadar
dalam rambut pada keracunan 0.75 mg/kg dan pada kuku 1 mg/kg atau lebih.
Kadar normal dalam darah normal anak-anak 30 ug/L, urine 100 ug/24 jam.
Takaran fatal As2O3 adalah 200-300 mg sedangkan untuk arsin 1 : 20.000
dalam udara.
12
mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan
ginjal.
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan
ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak
berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak
bagian bawah,kaki lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex
menurun.
Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di tempat kerja,
biasanya terjadi karena konsumsi peroral akibat ketidaktahuan, bunuh diri,
ataupun pembunuhan. Timbulnya gejala biasanya dalam waktu beberapa
menit hingga jam. Untuk lebih jelasnya intoksikasi arsen yang sifatnya akut
dijelaskan dibawah ini :
a. Gastrointestinal
Sindrom gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik keracunan
akut arsen yang masuk per oral. Masuknya arsen ke dalam tubuh
dalam dosis besar biasanya baru menimbulkan gejala keracunan akut
setelah 30 menit sampai 2 jam setelah paparan racun. Gejala yang
timbul berupa rasa terbakar pada tenggorokan dan uluhati, diikuti
dengan mual, muntah, nyeri abdomen, diare dengan feses seperti air
cucian beras, yang kadang-kadang berdarah. (2,4,7)
b. Sistem respirasi
Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk, laringitis,
bronkitis ringan, dan sesak nafas, hal ini dapat terjadi akibat
pemaparan akut terhadap debu arsen. Selanjutnya mungkin dapat
terjadi edema paru akut. (8,9)
c.Sistem kardiovaskuler
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik,
ventrikular disritmia, dan congestive heart failure. Pada intoksikasi
arsen terjadi dilatasi kapiler yang mengakibatkan permeabilitas
dinding pembuluh darah meningkat dan cairan keluar ke interstisial.
Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi dan hipotensi. (2,8)
13
d. Sistem saraf
Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing, sakit
kepala, lemah, lesu, delirium, kejang, koma, ensefalopati, dan gejala
neuropati perifer sensoris dan motoris. Gejala neuropati dapat bersifat
lambat (delayed) dan muncul 2-4 minggu setelah gejala akut. (2,7,8)
e. Hati dan Ginjal
Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria,
proteinuria, renal insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang akhirnya
dapat menyebabkan gagal ginjal akut. (2,8)
f. Hematologi: anemia, leucopenia, trombositopenia, dan disseminated
intravascular coagulation (DIC). (1,3,7)
g. Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban menelan
senyawa arsen yang cepat diabsorpsi dalam jumlah besar. Namun jika
korban tersebut dapat bertahan hidup maka ia akan menderita gagal
ginjal ataupun kegagalan fungsi hati.(3,8)
B. Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi
penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemarn lingkungan oleh
arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan
sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada
sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah yang
mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai
10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu
sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala
yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri
dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis dengan
terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan kulit dan
kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya
kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing,
14
ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa
keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme
(karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi As), hal tersebut
terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut. Hepatomegali
(pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang dirawat karena
kasus toksisitas kronis As ini.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai
dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim
alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam
urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki
akanlebih parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada
saraf motorik dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer (borok)
dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang),terutama neutropeni (sel darah putih menurun).produksi sel
darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling. Anemia
yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis
dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker
paru,kanker limfa, dan kanker kulit.
15
2.8. Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen10,11
Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian
alat proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh
arsen. Alat proteksi diri tersebut misalnya :
- Masker yang memadai
- Sarung tangan yang memadai
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu
pemeriksaan kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun.
Jika keadaan dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam
urine. Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang
berlebihan adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama
kadar arsen dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya
dilakukan setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara
dapat lancar.
16
2.10. Temuan otopsi 1,12
Pada pemeriksaan luar akan ditemukan tanda-tanda dehidrasi, pada
pemeriksaan dalam ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna
kemerahan terkadang terdapat perdarahan ( flea bitten apperenace). Iritasi
lambung dpat menyebabkan produk-produk musin lambung yang menutupi
mukosa dengan partikel-partikel arsenic dapat tertahan.7
Pada jantung ditemukan tanda-tanda perdarahan sub-endokard pada
septum. Histpatologik menunjukkan adanya infiltrasi sel-sel radang bulat ke
miokard. Sedangkan organ lain dapat ditemukan edema. Pada korban meninggal
perlu diambil organ-organ seperti darah, urin, isi lambung, rambut, kuku, kulit dan
tulang. Sedangkan pada korban hidup perlu diambil bahan-bahan untuk cek
toksikologi adalah muntahan, urin, tinja hasil kumbah lambung, darah, rambut,
dan kuku.7
Korban mati akibat keracunan akut maka didapati ikterus, anemia
hemolitik, tanda-tanda kerusakan ginjal berupa degenerasi lemak, dengan nekrosis
fokal dan nekrosis tubuli, bila mati lambat namun bila mati cepat ditemukan
tabda-tanda cardiac arrest. Korban keracunan arsenic kronis didapati keadaan
kurang gizi, kulit hiperpigmentasi dan hyperkeratosis, pada kuku tampak garis-
garis warna putih (mee’s line)7
Pada pemeriksaan laboratorium dicurigai keracunan arsen bila kadar arsen
pada bahan yang diperiksa diatas batas normal:
Rambut dalam keadaan normal : 0,5 mg/kg
Dicurigai bila :0,75 mg/kg
Keracunan bila : 30 mg/kg
Kuku dalam keadaan normal : sampai 1 mg/kg
Dicurigai bila: 1 mg/kg
Keracunan bila : 80 ug/kg7
Pemeriksaan toksikologinya 10 cc darah + 10 cc HCL pekat, kemudian
celupkan tembaga ke dalam larutan tersebut. Jika posotif ada arsen maka akan
tampak warna kehitaman hingga abu-abu pada batang tembaga tersebut.
Adanya sejumlah besar arsenic dalam organ akan memungkinkan
lambatnya pembusukan mayat. Bukti yang nyata perihal jumlah arsenik dalam
17
organ akan tergantung pada jenis kasusnya. Meskipun demikian, riwayat penyakit
dan penemuan pada otopsi sangat mengarahkan keracunan karena obat ini,
memperhitungkan jumlah tiap menitnya harus hati-hati, banyak jumlah arsenik
yang ada dalam tubuh merupakan akibat pengobatan. Jika analisa kimia hanya
terbatas pada luar tubuh atau hanya ada arsenic dalam lambung, usus, tetapi organ
lain seperti hati, ginjal, dan otak tidak, maka kesimpilan sebab kematian tidak bisa
dibuat.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna
metal (steel-grey). Arsenik merupakan logam berat dengan nomor atom 33,
berat atom 74.91.
2. Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik
tampaknya memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik
anorganik.
3. Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri
dan melakukkan surveilance medis.
B. Saran
Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui
udara, air, tanah,biota dan kegiatan industry maka yang harus dilakukan
adalah menggunakkan alat proteksi diri , seperti memakai masker, sarung
tangan, kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan
dengan pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap
tahun secara rutin. Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat
paparan Arsen.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
21