Anda di halaman 1dari 8

KURIKULUM DAN STANDAR ISI INDONESIA

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan enam kali perubahan
kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang
sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan
pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang
standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK masih
sarat dengan beban belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih dipandang
terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP bahan belajar
siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite sekolah)
diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang ada di
lingkungannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bentuk implimentasi
dari UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar
nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan,
(4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarna, (6) Standar
Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.

Standar isi (SI) adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang memuat:

· kerangka dasar dan struktur kurikulum,

· beban belajar,

· kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan,


dan
· kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

KURIKULUM DAN STANDAR ISI KOREA

Reformasi kurikulum pendidikan di korea, dilaksanakan sejak tahun 1970-an dengan


mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan teknologi, adapun yang
dikerjakan oleh guru, meliputi lima langkah yaitu (1) perencanaan pengajaran, (2) Diagnosis
murid (3) membimbing siswa belajar dengan berbagai program, (4) test dan menilai hasil belajar.
Di sekolah tingkat menengah tidak diadakan saringan masuk, hal ini dikarenakan adanya
kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur propinsi, ke sekolah menengah di daerahnya.

KURIKULUM DAN STANDAR ISI MALAYSIA

Dalam penyusunan kurikulum Malaysia, banyak mengandung materi pembelajaran mengenai


kesehatan lingkungan seperti polusi air, udara, makanan dll. Selain itu terdapat juga materi
mengenai kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-penyakit menular yang mungkin
menjangkiti manusia, dengan segala cara penyebarannya. Penyajian atau pemaparan materi lebih
banyak di analogikan dengan contoh nyata atau kejadian sejarah masa lalu (perang dunia I,
perang perancis dan india, sejarah kerajaan mesir atau kejadian penting di new mexico), juga di
analogikan dengan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi pelajaran
bersifat aplikatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi kurikulum tersebut dengan
kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan 1968. Hal ini dikarenakan Malaysia pernah
belajar pada Indonesia dengan menggunakan kurikulum tersebut dan masih diterapkan secara
konsisten sampai saat ini.

Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang menggunakan fasilitas
internet seperti game online, situs-situs dan blog yang memuat modul/materi pembelajaran,
siswa di informasikan alamat-alamat situs tersebut dan tinggal membukanya saat belajar. Selain
itu digunakan juga fasilitas persentasi power point yang dapat mengoptimalkan penyampaian
materi terutama yang menuntut penayangan gambar.

Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih mengutamakan
praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja. Fasilitas-fasilitas diatas memungkinkan
siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal. Maka pantaslah jika Malaysia pada
saat ini perkembangan pendidikannya semakin maju dengan pesat.

Kurikulum yang ada di Malaysia

• 1956: General Syllabuses and Timetable Committee ditubuhkan

• 1964: General Syllabuses and Review Committee ditubuhkan

• 1965: Pendidikan Komprehensif dimulakan

• 1967: Report of the Committee on Curriculum Planning and Development

• 1973: Pusat Perkembangan Kurikulum (PPK) ditubuhkan

• 1982: KBSR dilaksanakan di 302 buah sekolah rendah sebagai percubaan

• 1983: KBSR dilaksanakan di semua sekolah rendah

• 1988: Pelaksanaan KBSR sepenuhnya dicapai

• 1988: Pelaksanaan KBSM bermula untuk mata pelajaran bahasa

• 1989: Pelaksanaan KBSM bermula untuk mata pelajaran lain

• 1989: Kemahiran Hidup Program Peralihan dimulakan di tingkatan 1


• 1989: Pelaksanaan PKBS di tahun 1 hingga tahun 6 di semua sekolah rendah

• 1989: Mata pelajaran Kemahiran Manipulatif dilancarkan di 100 buah sekolah rendah

• 1991: Mata pelajaran Kemahiran Manipulatif dilaksanakan di 1000 buah sekolah rendah

• 1991: Kemahiran Hidup bersepadu dimulakan di Tingkatan 1

• 1992: Mata pelajaran Kemahiran Hidup Manipulatif dilaksanakan di 3000 buah sekolah rendah

• 1993: Kemahiran Hidup mula dilaksanakan di Tahun 4 di semua sekolah rendah. Sekolah yang
telah melaksanakan Kemahiran Manipulatif meneruskannya di Tahun 5 dan 6 sekolah rendah

KURIKULUM DAN STANDAR ISI DI SINGAPURA

Visi dari Departemen Pendidikan Singapura adalah “Thinking Schools, Learning Nation”. Jika
diartikan dalam secara kasar dalam Bahasa Indonesia berarti berpikir sekolah, belajar
nasionalitas. Maksudnya dengan belajar di sekolah diharapkan siswa tumbuh rasa
nasionalitasnya terhadap negara.

Sistem pendidikan di Singapura bertujuan untuk mecetak pelajar yang berpendidikan luas.
Dengan karakteristik di Singapura yang memiliki banyak budaya dan ras, kebijakan untuk
menggunakan bahasa bilingual menjadi salah satu kunci dalam pendidikan di Singapura. Setiap
siswa belajar Bahasa Inggris yang menjadi bahasa utama dalam dunia pekerjaan, tetapi mereka
juga mempelajari bahasa ibu mereka (Bahasa Cina, Melayu, Tamil) untuk mempertahankan
identitas nilai dan budayanya.

Harapan dari hasil pendidikan tersebut menghasilkan pelajar yang baik disegala bidang, moral,
intelektual, fisik, sosial dan delapan estetika dari kemampuan dan nilai yang utama.

Delapan estetika dari kemampuan dan nilai yang utama tersebut adalah:

1. perkembangan karakter

2. manajemen diri sendiri


3. sosial dan kooperatif

4. membaca dan berhitung

5. komunikasi

6. informasi

7. kemampuan berpikir dan kreatif

8. pengetahuan penerapan ilmu.

Untuk mencapai pelajar yang menguasai setiap bidang yang dipelajari, terdapat tiga hal, yaitu:
kurikulum, strategi mengajar, penilaian.

PERBANDINGAN KURIKULUM 4 NEGARA

(INDONESIA-MALAYSIA-SINGAPORE-USA)

Buku Campbell yang merupakan salah satu rujukan dari berbagai negara tidak selalu digunakan
dalam penyampaian materi biologi di setiap negara. Hal ini dikarenakan pada buku Campbell
yang tersusun secara sistematis, mulai dari pengenalan cabang ilmu biologi, ruang lingkup,
hirarki kehidupan terkecil sampai terbesar dan interaksinya dengan lingkungan, bertentangan
dengan teori piaget sebagaimana diungkapkan oleh Piaget yakni adanya 5 tahapan
perkembangan yaitu tahap sensorik-motorik (usia 0-2 tahun), tahap prekonsep (usia 2-4 tahun),
tahap intuisi (usia 4-7 tahun), tahap operasional konkrit (usia 7-11 tahun) dan tahap operasinal
formal (usia 11-15 tahun). Sehingga menurut piaget proses berpikir siswa seharusnya dari
kongkrit ke abstrak.

Sedangkan materi yang di ajarkan pada kurikulum SMP di Indonesia bermula dari materi yang
kongkrit ke abstrak dan materi yang di ajarkan di kelas 1 lebih mendasar daripada materi yang di
ajarkan di kelas 2 dan kelas 3. Adapun penyusunan kurikulum di Indonesia disusun oleh
DEPDIKNAS yang berdasarkan pada BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan). Hal ini agar
terdapat keseragaman materi pelajaran di berbagai wilayah.
Kurikulum pendidikan Singapura bertujuan untuk mendidik anak yang berpotensi penuh, untuk
menemukan talenta dan untuk mengembangkan dalam dirinya semangat untuk belajar seumur
hidup. Siswa melalui berbagai pengalaman untuk mengembangkan keterampilan dan nilai-nilai
yang mereka perlukan untuk hidup.

Kurikulum pendidikan Singapura ternyata tidak jauh berbeda dari kurikulum pendidikan di
Indonesia. Mereka juga punya ujian nasional (UN) bagi semua siswa setiap yang akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Namun jenjang pendidikan di Singapura itu agak
rumit dibandingkan dengan jenjang pendidikan di Indonesia. Adapun kesamaan lainnya yaitu
dalam penyusunan materi pembelajaran kurikulum singapura mengkolaborasikan dan
mensinergikan antara pedagogik dengan teori, hal ini seperti halnya pada penyusunan materi
pembelajaran di Indonesia. Adapun penyusun kurikulum di Singapura adalah departemen
Pendidikan (MOE).

Departemen Pendidikan (MOE) memastikan keseimbangan, ketelitian, relevansi dan respon dari
kurikulum untuk memenuhi kebutuhan abad ke-21. Guru harus berfokus pada pengajaran untuk
bertahan pemahaman dan keterampilan. Penilaian harus dikontekstualisasikan dan dibuat lebih
otentik untuk membekali siswa dengan keterampilan dan sikap untuk menghadapi masalah baru
dan isu-isu yang akan datang mereka jalan.

Dalam penyusunan kurikulum Malaysia, banyak mengandung materi pembelajaran mengenai


kesehatan lingkungan seperti polusi air, udara, makanan dll. Selain itu terdapat juga materi
mengenai kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-penyakit menular yang mungkin
menjangkiti manusia, dengan segala cara penyebarannya. Penyajian atau pemaparan materi lebih
banyak di analogikan dengan contoh nyata atau kejadian sejarah masa lalu (perang dunia I,
perang perancis dan india, sejarah kerajaan mesir atau kejadian penting di new mexico), juga di
analogikan dengan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi pelajaran
bersifat aplikatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi kurikulum tersebut dengan
kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan 1968. Hal ini dikarenakan Malaysia pernah
belajar pada Indonesia dengan menggunakan kurikulum tersebut dan masih diterapkan secara
konsisten sampai saat ini.
Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang menggunakan fasilitas
internet seperti game online, situs-situs dan blog yang memuat modul/materi pembelajaran,
siswa di informasikan alamat-alamat situs tersebut dan tinggal membukanya saat belajar. Selain
itu digunakan juga fasilitas persentasi power point yang dapat mengoptimalkan penyampaian
materi terutama yang menuntut penayangan gambar.

Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih mengutamakan
praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja.

Fasilitas-fasilitas diatas memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih
maksimal. Maka pantaslah jika Malaysia pada saat ini perkembangan pendidikannya semakin
maju dengan pesat.

Dalam penyusunan kurikulum SMP di USA (California) terdapat nilai yang diperdebatkan di
bidang pendidikan yaitu persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi. Selain itu
kebijakan pendidikan USA ditentukan oleh masyarakat lokal dan negara bagian (states). Dengan
demikian isi kurikulum sangat beragam, disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan negara
bagian tersebut. Proses pengembangan kurikulum dipusatkan pada tingkat negara bagian, namun
guru dan sekolah diperkenankan mendesain program sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan
negara bagian sehingga tiap sekolah memiliki sistem yang berbeda-beda. Sedangkan mekanisme
evaluasi pendidikannya mengacu pada persamaan, efisiensi, otonomi,dan berkualitas tinggi.

Pada kurikulum USA lebih banyak porsi teknologi dibandingkan porsi pedagogiknya. Hal ini
dikarenakan unsur politik sebagai negara maju berpengaruh didalamnya. Contohnya pada buku
biologi matthew materi tumbuhan dan ekologi itu direduksi pada grade 7-9 (SMP), yang
nantinya akan di perdalam di tingkat lebih lanjut (grade 10-12).

1. Aspek Aspek pedagogik dan aspek didaktis Bersifat aplikatif Konten/topik dan kompetensi
Guru dan sekolah diperkenankan mendesain program sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan
negara bagian

2. Tujuan kurikulum Mengupayakan siswa untuk mencapai kompetensi tertentu, memberikan


bekal akademik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi serta siswa mampu
menyelesaikan masalah secara wajar dan menjalankan hidup secara bermanfaat. Mengupayakan
pendidikan yang terus-menerus untuk mengembangkan potensi individu secara holistik dan
terintegrasi serta menganut asas keseimbangan secara harmoi antara aspek intelektual, spiritual,
emosional dan fisik, didasarkan pada keyakinan dan ketaatan kepada Tuhan. Menyediakan siswa
dengan pendidikan yang holistik dan berbasis luas. Agar siswa cerdas dan berakhlaq.

3. Penyusun kurikulum DEPDIKNAS sesuai dengan BSNP untuk sekolah umum, dan dinaungi
DEPAG untuk sekolah berbasis agama Filsafat Nasional Pendidikan Konstitusi Negara
masyarakat lokal dan negara bagian (states)

4. Konten Materi pembelajaran ditentukan oleh sekolah berdasarkan standar kompetensi dam
kompetensi dasar, berpusat pada materi pokok, fokus pada aspek kognitif, psikomotor dan
aspektif serta pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi Kurikulum berbasis isi (content)
dan keterampilan (skill) di mana isi setiap mata pelajaran memperkuat dan mempermudah
pengembangan keterampilan dasar, penguasaan pengetahuan, dan keterampilan berpikir.
Kurikulum dikembangkan secara nasional yang berpusat kepada siswa dan berbasis pada
masyarakat, sedangkan implementasinya diserahkan kepada guru-guru di sekolah. kurikulum
sangat beragam, disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan negara bagian tersebut. Proses
pengembangan kurikulum dipusatkan pada tingkat Negara bagian tersebut.
5. Penilaian Mengacu pada tiga aspek yakni kognitif, psikomotorik, afektif, didasarkan pada
materi esensial yang relevan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa serta ujian
menggunakan berbagai teknik dan metode penilaian. Didasarkan pada materi yang relevan
dengan kurikulum yang berbasis isi (content) dan keterampilan (skill). Didasarkan pada materi
yang berbasis kepada konten/topik dan kompetensi, penilaian formatif dan sumatif. Dipusatkan
pada tingkat negara bagian, Tidak ada mekanisme formal untuk mengevaluasi efektivitas
kurikulum, yakni penilaian menggunakan riset/penelitian

6. Proses pembelajaran Guru sebagai fasilitator, Pembelajaran berpusat pada siswa dan berdasar
pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Siswa aktif dengan pembelajaran lebih
mengutamakan praktek daripada penjelasan teori, ilmu teoritis diseimbangkan dengan kebutuhan
masyarakat. Student center dengan fokus pada pengembangan ketrampilan, minat dan
kemampuan siswa. Student center, dengan pembelajaran dapat dilakukan dimanapun dan kapan
pun.

Anda mungkin juga menyukai