Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

H DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUANG PUSUK BUHIT
RUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. M. ILDREM
PROVINSI SUMATERA UTARA MEDAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
SISI NAWATI

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES FLORA MEDAN
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kelompok ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. A dengan
Perilaku Kekerasan di Ruang Pusuk Buhit Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem
Provinsi Sumatera Utara”.

Dalam makalah ini kelompok menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penyusunan asuhan keperawatan dan laporan studi kasus ini kelompok mengalami
kesulitan sehingga kemungkinan masih ada kekurangan dalam segi penyusunan
kata-kata serta pengetahuan maupun teknik penulisan. Untuk itu penulis
mengharapkan bantuan dan saran serta kritik yang membangun dari bapak/ibu dan
pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan asuhan keperawatan jiwa ini.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas praktek
lapangan dan menerapkan teori yang telah diperoleh mahasiswa/I selama
pendidikan di STIKes FLORA MEDAN. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Candra Safii, SpOG, selaku direktur RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem
Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk praktek di RS
Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara
2. Ibu Duma Farida Panjaitan, S.Pd, S.Kep., Ns selaku Kepala Bidang
Keperawatan RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara
3. Ibu Lince Herawaty, S.Pd, S.Kep., Ns selaku Ketua Bagian Diklat RS Jiwa
Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara dan sekaligus pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan selama melakukan praktek asuhan
keperawatan jiwa
4. Seluruh staff RS Jiwa Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara
5. Ibu Nana Astriana Hasibuan, S.Kep., Ns, M.Kes selaku Ka. Prodi Profesi
Ners STIKes FLORA MEDAN
6. Ibu Rina Rahmadani Sidabutar, S.Kep., Ns, M.Kep selaku pembimbing
institusi Koordinator Prodi Profesi Ners STIKes FLORA Medan
7. Seluruh Staff Prodi Profesi Ners STIKes Flora Medan
8. Teman-teman seperjuangan yang membantu menyelesaikan makalah ini
Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan bagi penyusun pada umumnya.

Medan, Februari 2015

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG PUSUK BUHIT RUMAH SAKIT JIWA PROF.
DR. M. ILDREM PROVINSI SUMATERA UTARA

DISETUJUI OLEH

Koordinator Program Profesi Ners Pembimbing


STIKes Flora Medan RSJ PROF. DR. M. ILDREM
Prov. Sumatera Utara

(Rina Rahmadani , S.Kep.,Ns, (Lince Herawaty, S.Pd, S.Kep., Ns)


M.Kep)

Menyetujui,
Ka. Prodi Profesi Ners STIKes FLORA MEDAN

(Nana Astriana Hasibuan, S.Kep., Ns, M.Kes)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan Penulisan 1

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian 2
2.2 Etiologi 2
2.3 Tanda dan Gejala 3
2.4 Rentang Respon Marah 4
2.5 Mekanisme Koping 5
2.6 Penatalaksanaan Umum 6
2.7 Konsep Keperawatan 7
2.7.1 Pengkajian 7
2.7.2 Masalah Keperawatan 8
2.7.3 Pohon Masalah 8
2.7.4 Diagnosa Keperawatan 8
2.7.5 Intervensi 8

BAB III: TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Klien 11


3.2 Alasan Masuk 11
3.3 Faktor Predisposisi 11
3.4 Fisik 12
3.5 Psikososial 12
3.6 Status Mental 13
3.7 Kebutuhan Pulang 15
3.8 Aspek Medik 15
3.9 Daftar Masalah Keperawatan 15
3.10 Pohon Masalah 16
3.11 Analisa Data 16
3.12 Diagnosa Keperawatan 19
3.13 Rencana Tindakan Keperawatan 19
3.14 Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan 26

BAB IV: PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian 31
4.2 Diagnosa Keperawatan 31
4.3 Intervensi dan Implementasi 32
4.4 Evaluasi 33

BAB V: PENUTUP

5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat
melegakan individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang
sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa
bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam
hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mahasiswa mengerti dan
mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
- Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
- Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
- Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
- Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
- Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen,
1995).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat
di elakkan dan sering menimbulkan suatu tekanan.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang baik secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi
ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan (Dermawan, 2013).

2.2 Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
a. Psikologis, kegagalan yang dialami menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif dan amuk. Masa kanak-kanak yang
tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi
penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar ruma, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Social budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif atau
agresif) dan control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima.

2
d. Bioneurologis, kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal
dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan, atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan
yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab
yang lain. Interaksi social yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.

2.3 Tanda dan Gejala


1. Pengkajian awal: alasan utama klien dibawa ke RS adalah PK dirumah
2. Observasi: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat, klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan,
memukul jika tidak senang.
3. Fisik: mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
4. Verbal: mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar.
5. Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri maupun orang lain,
merusak lingkungan, amuk/agresif.
6. Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
7. Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada kasar.
8. Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri paling benar, tidak bermoral.
9. Social: menaarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.

3
10. Perhatian: bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.
(Fitria, 2010)
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara
tentang perilaku berikut ini:
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi, menjerit, atau berteriak
7. Mengancam secara verbal dan fisik
8. Melempar atau memukul benda/orang lain
9. Merusak barang/benda
10. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
Data ini seseuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku
kekerasan (Dermawan, 2013)

2.4 Rentang Respon Marah


Respon marah berfluktuasi sepanjang respon adaptif dan maladaptif.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Pasif Perilaku Kekerasan


Dalam setiap orang terdapat kapasitas untuk berperilaku pasif, asertif dan,
agresif/ perilaku kekerasan (Stuart dan Laraia, 2005).
- Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan
atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju, tanpa menyalahkan
atau menyakiti orang lain sehingga perilaku ini dapat menimbulkan
kelegaan pada individu.
- Perilaku pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaaan marah yang sedang dialami, dilakukan
dengan tujuan menghindari suatu ancaman nyata.
- Agresif/perilaku kekerasan merupakan hasil dari kemarahan yang sangat
tinggi atau ketakutan (panik) (Dermawan, 2013).

4
2.5 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal
: 33).
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain:
1. Sublimasi: menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adonan kue,
meninju tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi
ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi: menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5. Deplacement: melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena
ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar

5
didinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.

2.6 Penatalaksanaan Umum


1. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif
tinggi contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah,
contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat
digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika,
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti
cemas, dan anti agitasi.
2. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan
seperti membaca Koran, main catur dapat pula dijadikan media yang
penting setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak berdialog atau
berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya. Terapi
ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas terhadap
rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program
kegiatannya.
3. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan
perawatan langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat
membantu keluarga agar dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu
mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan,
memberi perawatan pada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.
Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat

6
mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer), menanggulangi
perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan perilaku
maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi
Anna Keliat,1992).
4. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic
terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan
melakukan tindankan yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi
target terapi adalah perilaku klien.
5. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah
bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis
klien. Terapi ini ada awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan
20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali
(seminggu 2 kali).

2.7 Konsep Keperawatan


1. Pengkajian
Beberapa faktor yang perlu dikaji pada kasus perilaku kekerasan menurut
Keliat, 2006 adalah sebagai berikut
a. Klien dibawa kerumah sakit jiwa dengan alasan amuk, membanting
barang-barang, gelisah, tidak bisa tidur, berendam dikamar mandi
selama berjam-jam.
b. Klien biasanya mengamuk karena ditegur atas kesalahannya
c. Klien mengatakan mudah kesal dan jengkel
d. Merasa semua barang tidak ada harganya
e. Klien kelihatan sangat bersemangat, wajah tegang
f. Klien merasa minder bila berada dilingkungan keluarga
g. Klien mudah marah dan cepat tersinggung

7
h. Klien nampak kotor, rambut kusut dan kotor, gigi kotor dan kuning
i. Kuku panjang dan kotor, kulit banyak daki dan kering
j. Klien mengatakan malas mandi
k. Klien tidak mau mandi kalau tidak disuruh dan mandi kalau perlu saja
l. Sehabis mandi klien masih tampak kotor
2. Masalah Keperawatan
Menurut Kelait, 2006 masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien
perilaku kekerasan adalah:
- Resiko perilaku mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
- Perilaku kekerasan
- Gangguan konsep diri: harga diri rendah
- Gangguan pemeliharaan kesehatan
- Deficit perawatan diri: mandi dan berhias
- Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat
klien dirumah
- Regimen terapeutik inefektif
3. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah


4. Diagnosa Keperawatan
Perilaku Kekerasan
5. Intervensi
No. SP Pasien SP Keluarga
1. SP 1 P: SP I K:
1. Identifikasi penyebab PK 1. Diskusikan masalah
2. Identifikasi tanda dan gejala PK yang dirasakan keluarga
3. Identifikasi PK yang dilakukan dalam merawat pasien
4. Identifikasi akibat PK 2. Jelaskan pengertian PK,
5. Ajarkan cara mengontrol PK tanda dan gejala, serta

8
6. Latih pasien cara mengontrol PK proses terjadinya PK
FISIK I (Nafas Dalam) 3. Jelaskan cara merawat
7. Bimbing pasien memasukkan pasien dengan PK
jadwal kegiatan harian

2. SP II P: SP II K:
1. Validasi masalah dan latihan 1. Latih keluarga
sebelumnya mempraktekkan cara
2. Latih pasien cara control marah merawat pasien dengan
FISIK II (memukul PK
bantal/kasur/konversi energy) 2. Latih keluarga
3. Bombing pasien memasukkan melakukan cara merawat
jadwal kegiatan harian langsung kepada pasien
PK
3. SP III P: SP III K:
1. Validasi masalah dan latihan 1. Bantu keluarga
sebelumnya membuat jadwal
2. Latih pasien cara mengontrol PK aktivitas dirumah
secara verbal (meminta/menilak termasuk minum obat
dan mengungkapkan marah (discharge planning)
secara baik) 2. Jelaskan follow up
3. Bimbing pasien memasukkan pasien setelah pulang
jadwal kegiatan harian
4. SP IV P:
1. Validasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Latih pasien cara mengontrol PK
secara spiritual (berdoa,
berwudhu, sholat, dll)
3. Bombing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

9
5. SP V P:
1. Validasi masalah dan latihan
sebelumnya
2. Jelaskan cara mengontrol PK
dengan meminum obat (prinsip 5
benar minum obat)
3. Bombing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Klien


Inisial/Nama : Tn. H
Tanggal Pengkajian : 3 Agustus
Umur : 31 tahun
No. RM : 02.21.18
Informan : Tn. H
3.2 Alasan Masuk
Klien marah-marah tanpa sebab, dan mau memukuli orang-orang
dilingkungannya, klien juga tidak bisa tidur, hal ini dialami klien kurang lebih
selama seminggu.
3.3 Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Klien sudah beberapa kali dirawat di rumah sakit jiwa, terakhir dirawat
pada tahun 2008, setelah keluar dari rumah sakit jiwa klien putus minum
obat dan tidak pernah kontrol lagi, sehingga klien kambuh lagi dan
muncul gejala seperti marah-marah dan mau memukuli orang di
sekitarnya kemudian klien dirawat untuk ketiga kalinya pada tanggal 10
April 2015 dan sampai sekarang klien masih dirawat.
Masalah Keperawatan:
- Regimen Teraupetik Inefektif
- Koping Keluarga Tidak Efektif
2. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Dari keluarga klien, hanya klien saja yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
3. Genogram
Klien merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara, klien mempunyai dua
orang anak, yakni laki-laki dan perempuan dan klien sudah bercerai
dengan istrinya dan sebelum masuk RSJ klien tinggal dengan adiknya.

11
Keterangan:
= Laki-laki = Meninggal
= Perempuan = Serumah
= Pasien

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan: klien sudah menikah


dan mempunyai 2 orang anak. Klien ditinggalkan oleh istrinya karena
suka marah-marah, dan memukuli istrinya, sehingga membuat klien
merasa tidak berguna lagi.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
3.4 Fisik
1. Tanda-tanda Vital:
- TD: 120/80 mmHg
- HR: 80x/i
- T: 36,5ᴼC
- RR: 20x/i
2. Ukur: BB: 70 kg, TB: 171cm
3. Keluhan Fisik: klien tidak mengalami keluhan fisik
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
3.5 Psikososial
1. Konsep Diri
a. Gambaran Diri: klien menyukai seluruh anggota tubuhnya, terutama
bagian kaki karena kuat
b. Identitas: klien adalah ayah dari dua orang anaknya, klien merupakan
seorang pengangguran.

12
c. Peran: klien tinggal serumah dengan abangnya, dirumah tersebut
posisi klien adalah sebagai adiknya, tetapi abangnya selalu
meremehkannya karena klien selalu bergantung kepada abangnya
sehingga klien merasa tidak berguna
d. Ideal Diri: klien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarganya, klien bosan keluar masuk RSJ
e. Harga Diri: klien merasa tidak berarti dikeluarga terlebih-lebih
dilingkungan sekitarnya karena klien dirawat di rumah sakit jiwa.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
2. Hubungan Sosial
- Orang terdekat klien saat ini adalah abangnya dan teman-teman satu
kamarnya.
- Klien pernah berperan serta dalam lingkungannya sebelum sakit yaitu
ikut ronda malam.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: selama klien sering
keluar masuk rumah sakit jiwa teman-teman klien berkurang karena
klien mengalami gangguan jiwa sehingga orang di lingkungan
sekitarnya sering mengolok-oloknya akibatnya klien menjadi malu.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
3. Spiritual
Klien yakin dan percaya terhadap agama yang dianutnya, sebelum masuk
RSJ klien sering beribadah ke greja, tetapi selama masuk rumah sakit
klien tidak pernah beribadah, sebelum makan klien juga membaca ”doa”.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
3.6 Status Mental
1. Penampilan
Klien berpakaian rapi menggunakan kaos dan celana pendek, potongan
rambut rapi, kuku klien juga bersih
2. Pembicaraan
Klien berbicara lambat, dan terkadang juga diam tetapi klien masih
kooperatif saat diajak bercakap-cakap

13
3. Aktivitas Motorik
Selama dirawat, aktivitas motorik klien normal/sesuai, klien dapat
beraktivitas sendiri tanpa diarahkan dan tidak tampak adanya kelainan
4. Alam Perasaan
Klien terlihat sedih karena berada di rumah sakit jiwa, dan merasa
diasingkan karena berpisah dengan kedua anaknya.
Masalah Keperawatan: Harga Diri Rendah
5. Afek
Klien terlihat labil dan sangat mudah marah-marah, pandangan klien
sesekali tajam.
Masalah Keperawatan: Perilaku Kekerasan
6. Interaksi Selama Wawancara
Selama wawancara dengan klien, klien aktif dan kooperatif saat ditanya
dan selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
7. Persepsi
Tidak ditemukan adanya halusinasi saat pengkajian, dan klien mengakui
tidak pernah mengalami halusinasi baik pendengaran, penglihatan, dan
lain-lain sebelumnya
8. Proses Pikir
Ketika dilakukan pengkajian klien berbicara lambat tetapi sampai pada
tujuan pembicaraan.
9. Isi Pikir
Klien tidak mengalami waham saat dilakukan pengkajian
10. Tingkat Kesadaran
Klien sadar waktu dan tempat, saat ditanyai tanggal berapa klien
menjawab tanggal 18 Februari 2015 yaitu saat dilakukan pengkajian
11. Memori
Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya, seperti tanggal
lahirnya, alamat rumahnya dan keluarganya
12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu berhitung, saat diwawancarai klien mampu berkonsentrasi
tanpa perlu meminta mengulangi pertanyaan berkali-kali

14
13. Kemampuan Penilaian
Klien dapat mengambil keputusan ketika disuruh memilih satu diantara
dua hal, contohnya mandi dan makan
14. Daya Tilik Diri
Klien tahu dan sadar kalau dia sekarang sedang dirawat di rumah sakit
jiwa
3.7 Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan Klien Memenuhi/Menyediakan Kebutuhan
Klien makan 3 kali sehari, BAB 1 kali sehari dan BAK 5-6 kali sehari,
klien mampu menggunakan baju sendiri dengan benar, klien mandi 2 kali
sehari, gosok gigi, semuanya dilakukan sendiri, klien juga meminum obat
yang diberikan oleh perawat
3.8 Aspek Medik
Diagnosa Medik: Skizofrenia Paranoid Episode Berulang
Terapi Medik:
- Injeksi Stesolid 1 amp
- Risperidone 2mg 2x1
- Clozapine 25mg 1x1 (malam)
3.9 Daftar Masalah Keperawatan
- Resiko perilaku kekerasan
- Koping keluarga tidak efektif
- Regimen Teraupetik In-Efektif
- Harga diri rendah
- Perilaku Kekerasan

15
3.10 Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku Kekerasan

Harga Diri Rendah

Regimen Teraupetik Inefektif

Koping Keluarga Tidak Efektif

3.11 Analisa Data


No Data Masalah Keperawatan
1. DS: Resiko Perilaku Kekerasan
DO:
- Klien marah-marah
tanpa sebab, dan mau
memukuli orang-orang
dilingkungannya, klien
juga tidak bisa tidur, hal
ini dialami klien kurang
lebih selama seminggu
2. DS: Regimen Teraupetik In-Efektif
- Klien mengatakan sudah
beberapa kali dirawat di
rumah sakit jiwa,
terakhir dirawat pada
tahun 2008, setelah
keluar dari rumah sakit
jiwa klien putus minum
obat dan tidak pernah
kontrol lagi, sehingga
klien kambuh lagi dan

16
muncul gejala seperti
marah-marah dan mau
memukuli orang di
sekitarnya kemudian
klien dirawat untuk
ketiga kalinya pada
tanggal 4 April 2015 dan
sampai sekarang klien
masih dirawat
DO:
- Klien punya riwayat
tidak minum obat dan
tidak pernah kontrol

3. DS: Koping Keluarga Tidak Efektif


- Klien mengatakan sudah
beberapa kali dirawat di
rumah sakit jiwa,
terakhir dirawat pada
tahun 2008, setelah
keluar dari rumah sakit
jiwa klien putus minum
obat dan tidak pernah
kontrol lagi, sehingga
klien kambuh lagi dan
muncul gejala seperti
marah-marah dan mau
memukuli orang di
sekitarnya kemudian
klien dirawat untuk
ketiga kalinya pada
tanggal 4 April 2015 dan

17
sampai sekarang klien
masih dirawat
DO:
- Klien punya riwayat
tidak minum obat dan
tidak pernah control
4. DS: Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan dia
ditinggalkan oleh
istrinya karena suka
marah-marah, dan
memukuli istrinya,
sehingga membuat
klien merasa tidak
berguna lagi
- Klien merasa tidak
berarti dikeluarga
terlebih-lebih
dilingkungan
sekitarnya karena klien
dirawat di rumah sakit
jiwa
- Klien mengatakan
sering diolok-olok oleh
orang dilingkungan
sekitarnya sehingga
membuat dia malu
- Klien merasa sedih
karena berada di rumah
sakit jiwa, dan merasa
diasingkan karena
berpisah dengan kedua

18
anak dan keluarganya
DO:
- Klien termenung
- Klien banyak diam
5. DS: Perilaku Kekerasan
DO:
- Klien terlihat labil dan
sangat mudah marah-
marah, pandangan klien
sesekali tajam
- Klien pernah memukuli
istrinya
3.12 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Regimen teraupetik
3. Koping keluarga tidak efektif
4. Harga diri rendah
5. Perilaku kekerasan
3.13 Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa
No. Keperawa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
tan
1. Perilaku SP 1: 1. Identifikasi
Kekerasan - Klien dapat Klien dapat penyebab PK
mengidenti menjelaskan 2. Identifikasi
fikasi penyebab PK, tanda dan
penyebab tanda dan gejala gejala PK
PK, tanda PK, PK yang 3. Identifikasi
dan gejala dilakukan, PK yang
PK, PK akibat dari PK, dilakukan
yang cara menontrol 4. Identifikasi
dilakukan, PK FISIK I, akibat PK

19
akibat dari serta 5. Ajarkan cara
PK, cara memasukkan mengontrol
menontrol dalam jadwal PK
PK FISIK kegiatan harian 6. Latih pasien
I, serta cara
memasukk mengontrol
an dalam PK FISIK I
jadwal (Nafas
kegiatan Dalam)
harian 7. Bimbing
pasien
memasukkan
jadwal
kegiatan
harian

SP II: 1. Validasi
- Klien dapat - Klien dapat masalah dan
mengidentif melakukan latihan
ikasi cara cara control sebelumnya
control marah FISIK 2. Latih pasien
marah II (memukul cara control
FISIK II bantal/kasur/ marah FISIK
(memukul konversi II (memukul
bantal/kasur energy) bantal/kasur/k
/konversi onversi
energy) energy)
3. Bimbing
pasien
memasukkan
jadwal
kegiatan

20
harian
SP III:
Klien dapat Klien dapat 1. Validasi
mengidentifika melakukan cara masalah dan
si cara mengontrol PK latihan
mengontrol PK secara verbal sebelumnya
secara verbal (meminta/menil 2. Latih pasien
(meminta/menil ak dan cara
ak dan mengungkapkan mengontrol
mengungkapka marah secara PK secara
n marah secara baik) verbal
baik) (meminta/men
ilak dan
mengungkapk
an marah
secara baik)
3. Bimbing
pasien
memasukkan
jadwal
kegiatan
harian
SP IV:
Klien dapat Klien dapat 1. Validasi
mengidentifika melakukan cara masalah dan
si cara mengontrol PK latihan
mengontrol PK secara spiritual sebelumnya
secara spiritual (berdoa, 2. Latih pasien
(berdoa, berwudhu, cara
berwudhu, sholat, dll) mengontrol
sholat, dll) PK secara
spiritual

21
(berdoa,
berwudhu,
sholat, dll)
3. Bimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian
SP V:
Klien dapat Klien dapat 1. Validasi
mengidentifika menjelaskan masalah dan
si cara cara mengontrol latihan
mengontrol PK PK dengan sebelumnya
dengan meminum obat 2. Jelaskan cara
meminum obat (prinsip 5 benar mengontrol
(prinsip 5 benar minum obat) PK dengan
minum obat) meminum
obat (prinsip 5
benar minum
obat)
3. Bimbing
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan
harian
2. Harga Diri SP 1: Klien dapat 1. Diskusikan
Rendah - Klien dapat menemukan dengan klien
mengidenti aspek positif tentang:
fikasi yang dimilikinya - Aspek
kemampua positif

22
n dan yang
aspek dimiliki
positif klien,
yang keluarga
dimiliki dan
klien lingkunga
n
- Kemampu
an yang
dimiliki
klien
2. Bersama
klien buat
daftar
tentang:
- Aspek
positif
klien,
keluarga,
lingkungan
- Kemampu
an yang
dimiliki
klien
3. Beri pujian
yang
realistis,
hindarkan
memberi
penilaian
negative
- Klien dapat Klien dapat 1. Diskusikan

23
merencana menyebutkan dengan klien
kan rencana kegiatan kemampuan
kegiatan harian yang dapat
harian dilaksanakan
2. Diskusikan
dengan klien
kemampuan
yang dapat
dilanjutkan
- Klien Klien tahu 1. Rencanakan
mampu kemampuannya bersama
melatih dan klien
kemampua menyusunnya aktivitas
n yang dalam kegiatan yang dapat
dipilihnya harian dilakukan
dan setiap hari
memasukk sesuai
an kedalam kemampuan
jadwal klien:
kegiatan - Kegiatan
mandiri
- Kegiatan
dengan
bantuan
2. Tingkatkan
kegiatan
sesuai
kondisi klien
3. Beri contoh
pelaksanaan
kegiatan
yang dapat

24
dilakukan
klien
SP 2: Setelah dua kali 1. Anjurkan
- Melatih pertemuan klien klien
kemampua mampu melaksanakan
n yang melakukan kegiatan yang
dimilikinya kemampuan telah
yang dimilikinya direncanakan
2. Pantau
kegiatan yang
dilaksanakan
klien
3. Beri pujian
atas usaha
yang
dilakukan
klien
4. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan
kegiatan
setelah pulang

25
3.14 Implementasi dan Evaluasi Tindakan Keperawatan

Nama : Tn. H
No. RM : 02.21.18
Ruangan : Pusuk Buhit

TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Senin, Dx 1: Perilaku
020315 Kekerasan
Pukul:
10.00 SP I: 1. Mengidentifikasi S: Klien
wib - Klien dapat penyebab PK mengatakan ia
mengidentifikasi 2. Mengidentifikasi sudah sedikit lega
penyebab PK, tanda dan gejala menceritakan
tanda dan gejala PK masalahnya
PK, PK yang 3. Mengidentifikasi O: Klien tampak
dilakukan, akibat PK yang dilakukan tenang, kontak mata
dari PK, cara 4. Mengidentifikasi ada tetapi sesekali
menontrol PK akibat PK tajam, klien bisa
FISIK I, serta 5. Mengajarkan cara mempraktekkan
memasukkan mengontrol PK cara menontrol
dalam jadwal 6. Melatih pasien perilaku kekerasan
kegiatan harian cara mengontrol tarik napas dalam
PK FISIK I (Nafas A: Masalah teratasi
Dalam) sebagian
7. Membimbing P: Intervensi
pasien dilanjutkan
memasukkan
jadwal kegiatan
harian

26
SP II:
- Klien dapat 1. Memvalidasi S: Klien
mengidentifikasi masalah dan mengatakan sedikit
cara kontrol latihan sebelumnya tenang setelah
marah FISIK II 2. Melatih pasien melakukan tarik
(memukul cara control marah napas dalam
bantal/kasur/konv FISIK II (memukul O: Klien tampak
ersi energy) bantal/kasur/konve lebih tenang
rsi energy) A: Masalah teratasi
3. Membimbing sebagian
pasien P: Intervensi
memasukkan dilanjutkan
jadwal kegiatan
harian
SP III:
Klien dapat 1. Memvalidasi S: Klien
mengidentifikasi cara masalah dan mengatakan lebih
mengontrol PK latihan sebelumnya tenang setelah
secara verbal 2. Melatih pasien melakukan latihan
(meminta/menilak cara mengontrol mengontrol perilaku
dan mengungkapkan PK secara verbal kekerasan dengan
marah secara baik) (meminta/menilak memukul
dan bantal/kasur
mengungkapkan O: Klien tampak
marah secara baik) lebih tenang dari
3. Membimbing sebelumnya
pasien A: Masalah teratsi
memasukkan sebagian
jadwal kegiatan P: Intervensi
harian dilanjutkan

27
SP IV:
Klien dapat 1. Memvalidasi S: Klien
mengidentifikasi cara masalah dan mengatakan senang
mengontrol PK latihan sebelumnya melakukan cara
secara spiritual 2. Melatih pasien menontrol perilaku
(berdoa, berwudhu, cara mengontrol kekerasan dan
sholat, dll) PK secara spiritual merasa lebih
(berdoa, beribadah, tenang, klien juga
dll) mengatakan akan
3. Membimbing terus
pasien mempraktekkannya
memasukkan setiap kali marah
dalam jadwal O: Klien tampak
kegiatan harian senang, klien
tampak tenang
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan

SP V:
Klien dapat 1. Memvalidasi S: Klien
mengidentifikasi cara masalah dan mengatakan akan
mengontrol PK latihan sebelumnya meminum obat
dengan meminum 2. Menjelaskan cara dengan teratur
obat (prinsip 5 benar mengontrol PK O: Klien tampak
minum obat) dengan meminum kooperatif, dan
obat (prinsip 5 klien juga tampak
benar minum obat) tenang
3. Membimbing A: Masalah teratasi
pasien sebagian
memasukkan P: Intervensi

28
dalam jadwal dilanjutkan
kegiatan harian

Kamis/ Dx 2: Harga Diri


05 0315 Rendah
Pukul
11.00 SP 1: 1. Diskusikan dengan S: Klien
- Klien dapat klien tentang: mengatakan sedikit
mengidentifikasi - Aspek positif percaya diri akan
kemampuan dan yang dimiliki aspek positif dan
aspek positif yang klien, keluarga kemampuan yang
dimiliki klien dan lingkungan dimilikinya
- Klien dapat - Kemampuan O: Klien tidak
merencanakan yang dimiliki termenung lagi,
kegiatan harian klien kontak mata baik
- Klien mampu 2. Bersama klien A: Masalah teratasi
melatih buat daftar sebagian
kemampuan yang tentang: P: Intervensi
dipilihnya dan - Aspek positif dilanjutkan
memasukkan klien, keluarga,
kedalam jadwal lingkungan
kegiatan - Kemampuan
yang dimiliki
klien
Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negative
3. Diskusikan
dengan klien

29
kemampuan yang
dapat
dilaksanakan
4. Diskusikan
dengan klien
kemampuan yang
dapat dilanjutkan
1. Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang
dapat dilakukan
setiap hari sesuai
kemampuan klien:
- Kegiatan
mandiri
- Kegiatan
dengan
bantuan
2. Tingkatkan
kegiatan sesuai
kondisi klien
3. Beri contoh
pelaksanaan
kegiatan yang
dapat dilakukan
klien
SP 2:
Melatih kemampuan 1. Menganjurkan S: Klien
yang dimilikinya klien mengatakan senang
melaksanakan karena diberikan
kegiatan yang telah pujian, lalu klien
direncanakan juga mengatakan

30
2. Memantau akan membangun
kegiatan yang rasa percaya dirinya
dilaksanakan klien dan tidak sedih lagi
3. Memberi pujian O: Klien tampak
atas usaha yang senang dan tidak
dilakukan klien murung lagi
4. Mendiskusikan A: Masalah teratasi
kemungkinan sebagian
pelaksanaan P:Intervensi
kegiatan setelah dilanjutkan
pulang

31
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Nama klien : Tn. H, umur 31 tahun, Jenis Kelamin : Laki-Laki, Agama :
Kristen, Pendidikan : SMP, Suku / Bangsa : Karo / Indonesia, Status
Perkawinan : Duda, Alamat : Desa Sigorong-Gorong, Kabupaten Karo, No
RM : 02.21.18. Klien marah-marah tanpa sebab, dan mau memukuli orang-
orang dilingkungannya, klien juga tidak bisa tidur, hal ini dialami klien kurang
lebih selama seminggu.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Dengan adanya data-data hasil pengkajian pada kasus Tn. H penulis
menyimpulkan terdapat diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan dan
harga diri rendah.
Diagnosa yang pertama yaitu perilaku kekerasan, hal ini didukung karena
pada kasus Tn. H didapatkan hasil sebagai berikut : klien terlihat labil dan
sangat mudah marah-marah, pandangan klien sesekali tajam, klien juga pernah
memukuli istrinya
Menurut Keliat (2006), perilaku yang berhubungan dengan perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut : mata merah, memaksakan kehendak,
menyerang atau menghindar, mengatakan dengan jelas (asertivines),
memberontak (acting out), amuk atau kekerasan (violence).
Dari data teori yang ditanyakan Keliat,2006 pada dasarnya tidak efektif
berbeda tetapi pada saat pengkajian tidak ditemukan klien klien muka merah.
Diagnosa kedua adalah harga diri rendah hal ini didukung karena pada saat
kasus Tn. H didapatkan data sebagai berikut : Klien mengatakan dia
ditinggalkan oleh istrinya karena suka marah-marah, dan memukuli istrinya,
sehingga membuat klien merasa tidak berguna lagi, Klien merasa tidak berarti
dikeluarga terlebih-lebih dilingkungan sekitarnya karena klien dirawat di

32
rumah sakit jiwa, Klien mengatakan sering diolok-olok oleh orang
dilingkungan sekitarnya sehingga membuat dia malu, Klien merasa sedih
karena berada di rumah sakit jiwa, dan merasa diasingkan karena berpisah
dengan kedua anak dan keluarganya dank lien lebih banyak diam dan
termenung.
4.3 Intervensi dan Implementasi
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada Tn. H.
Diagnosa pertama yaitu perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama ini
terdapat 5 rencana keperawatan serta 5 tindakan yang telah dilaksanakan.
Untuk SP 1 adalah identifikasi penyebab PK, identifikasi tanda dan gejala PK,
identifikasi PK yang dilakukan, identifikasi akibat PK, ajarkan cara
mengontrol PK, latih pasien cara mengontrol PK FISIK I (Nafas Dalam),
bimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. Pada SP 1 kelompok
tidak mengalami hambatan karena klien dpat diajak bekerja sama dengan
cukup kooperatif.
Rencana keperawatan yang telah disusun oleh kelompok untuk SP 2 adalah
validasi masalah dan latihan sebelumny, latih pasien cara control marah FISIK
II (memukul bantal/kasur/konversi energy), bimbing pasien memasukkan
jadwal kegiatan harian. Pada SP 2 kelompok tidak mengalami kesulitan atau
kendala, karena klien mampu mempraktekkan cara mengontrol PK dengan
memukul bantal/kasur.
Rencana keperawatan yang telah dilakukan penulis untuk SP 3 adalah
validasi masalah dan latihan sebelumnya, latih pasien cara mengontrol PK
secara verbal (meminta/menolak dan mengungkapkan marah secara baik),
bimbing pasien memasukkan jadwal kegiatan harian. Pada SP 3 ini kelompok
tidak mengalami kendala karena klien mampu untuk mengontrol PK secara
verbal.
Rencana keperawatan yang kelompok susun untuk SP 4 adalah validasi
masalah dan latihan sebelumnya, latih pasien cara mengontrol PK secara
spiritual (berdoa, berwudhu, sholat, dll), bimbing pasien memasukkan dalam

33
jadwal kegiatan harian. Tindakan keperawatan untuk SP 4 ini kelompok tidak
mengalami kesulitan kendala karena klien memang rajin sholat.
Rencana keperawatan untuk SP 5 yang kelompok susun adalah validasi
masalah dan latihan sebelumnya, jelaskan cara mengontrol PK dengan
meminum obat (prinsip 5 benar minum obat), bimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian. Pada SP 5 kelompok tidak mengalami kendala
karena klien kooperatif sehingga klien mampu menyebutkan akibat dan
kerugian dari cara yang telah klien gunakan adalah klien bisa menyakiti diri
sendiri, klien bisa dijauhi teman-temannya.
4.4 Evaluasi
Pengkajian inervensi dan implementasi yang telah dilakukan menghasilkan
sebagai berikut:
- Diagnosa 1 yaitu perilaku kekerasan. Pada diagnosa pertama, akan
menjabarkan atau menjelaskan hasil yang diperoleh.
Evaluasi SP 1 klien sudah mampu membina hubungan saling percaya
dengan menunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat: menunjukkan rasa
senang: kontak mata kurang: mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, mau menjawab salam, duduk berdampingan dengan perawat dan
mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Pada SP 1 tidak ada kendala
karena klien kooperatif. Kesimpulan pada SP 1 telah dapat dilakukan dan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh penulis.
Evaluasi SP 2 klien dapat mengungkapkan perasaannya dan klien dapat
mengungkapkan marahnya dengan memukul bantal/kasur. Pada SP 2 ini
kelompok tidak mengalami kendala karena klien bisa mengungkapkan
marahnya dengan memukul bantal/kasur. Kesimpulan SP 2 dapat
dilakukan dengan baik dan sudah sesuai dengan intervensi yang telah
direncanakan dan disusun oleh kelompok.
Evaluasi SP 3 klien dapat meminta/menolak dengan cara yang baik. Pada
SP 3 kelompok tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan dengan baik
dan sesuai dengan rencana yang disusun.
Evaluasi SP 4 klien dapat mengontrol PK nya dengan sholat. SP 4 ini
penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien

34
kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 4 dapat
terlaksanan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Evaluasi SP 5 klien meminum obat dengan teratur. Dalam SP 5
ini penulis tidak mengalami kendala dalam pelaksanaan tersebut, klien
kooperatif dan dapat diajak kerjasama. Kesimpulan SP 5dapat terlaksanan
dengan baik sesuai dengan rencana yang telah disusun.

35
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. A tindakan yang
dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling
percaya, membantu klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau
marah, membantu klien mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan,
membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara yang digunakan
klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy
marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan
(Kelliat, 2006).
5.2 Saran
1. Untuk Pasien
- Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi
masalah yang dihadapi.
- Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit
masalah tentang keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal
yang menyebabkan klien jengkel.
- Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat
dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain
- Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari
baik didalam ruangan maupun diluar ruangan.
- Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan
dokter.
- Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
2. Untuk Perawat
- Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji
pengalaman marah masa lalu dan bermain peran dalam
mengungkapkan marah

36
- Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu
menganjurkan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat pemecehan
masalahya
- Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi
kemarahannya dengan cara yang konstruktif
- Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan
aktivitas lain yang membantu relaksasi otot seperti olahraga
- Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
3. Untuk di Rumah Sakit
- Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah
dilakukan selama ini
- Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub
keperawatan.
4. Untuk Mahasiswa
- Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola
kasus kelompok agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara
profesional
- Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek
khususnya dalam bidang keperawatan jiwa.

37
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Edisi I, Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung
Keliat. B.A, 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Edisi 2). Penerbit
Buku Kedokteran , EGC, Jakarta
Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press.
Surabaya.
Mubarok. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Perilaku Kekerasan. Brebes:
Akper Al-Hikmah
Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.
(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby
Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan)
Edisi 3, Alih Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri,
(terjemahan), Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

38
39

Anda mungkin juga menyukai