Paper Lumpur Pemboran PDF
Paper Lumpur Pemboran PDF
Mochamad Irwan S
Mahasiswa Jurusan Teknik Perminyakan USAKTI, Jakarta, Indonesia.
RINGKASAN
Lumpur pemboran merupakan salah satu bagian yang sangat penting didalam
operasi pemboran. Penentuan komposisi serta pemilihan jenis dari suatu lumpur
pemboran yang akan digunakan pada pemboran suatu formasi tertentu harus tepat,
sehingga dapat menunjang kelancaran dan menentukan keberhasilan operasi
pemboran tersebut serta menghindari dari kesulitan – kesulitan yang dapat timbul.
Adapun kesulitan tersebut misalnya kehilangan lumpur pemboran yang diakibatkan
berat jenis lumpur yang terlalu besar. Salah satu problema pemboran yaitu hilangnya
lumpur pemboran yang diakibatkan berat jenis lumpur yang terlalu besar, untuk
mencegah kehilangan lumpur pemboran tersebut digunakan kwik seal sebagai LCM
terhadap rheologi lumpur dan sifat fisiknya dengan menggunakan lumpur pemboran
bahan dasar air tawar dengan system lumpur padatan rendah dan system lumpur
KCL-polymer
.
ABSTRACT
Gambar 3.5
API Filter Press
A 18 16 12 Tabel 4.8
Hasil Analisa Laju Tapisan Terhadap
B 15 13 9
Berbagai Temperatur
C 12 10 8
LAJU TAPISAN (cc)
D 9 8 7
Hot Roller
E 6 4.5 3 Kompo Temperatur (°F)
sisi
F 18 14 10 80 200 300
A 11.8 13 14.4
B 12.2 16 17.8
D 16.4 18 20
Laju tapisan adalah
kehilangan sebagian dari fluida E 17.8 19.2 21.6
(biasanya air dan larutan kimia) dari
F 9 10.6 11.8
lumpur yang masuk kedalam formasi
yang permeable. Merupakan indikasi
jumlah cairan yang masuk kedalam
formasi yang sangat tergantung pada 4.7 Mud Cake
temperatur, tekanan dan padatan.
Pengukuran air tapisan
Harga laju tapisan yang bagus yaitu
menurut standar API dilakukan
< 12,4 ml/30 menit yang dimiliki
dengan tekanan 100 psi dan waktu
oleh semua komposisi.
selama 30 menit pada suhu ruangan.
Dapat dilihat tingginya
Pengukuran air tapisan ini disertai
temperatur dapat meningkatkan
dengan tebal ampas hasil
harga laju tapisan. tetapi pada
penyaringan dari alat Filter Press,
komposisi lumpur “F” mengalami
tebal ampas inilah yang diukur
harga laju tapisan yang stabil serta
sebagai tebal mud cake.
Tabel 4.9 ( OH-) yang terdapat dalam lumpur
Hasil Analisa Mud Cake Terhadap yang mempengaruhi kereaktifan
Temperatur bahan-bahan kimia yang digunakan
dalam lumpur.
MUD CAKE (mm) pH perlu diketahui untuk
Hot Roller mencegah lumpur yang bersifat asam
Kompos Temperatur (°F) yang dapat mengakibatkan korosi
isi pada peralatan yang dipakai. pH
80 200 300
lumpur dapat ditentukan dengan dua
A 0.25 0.5 1 cara, yaitu secara electrometric
menggunakan pH meter dan
B 0.35 0.75 1.15 menggunakan pH indicator yang
C 0.5 0.92 1.35 sesuai dengan komposisi yang
ditetapkan dan prosedur kerja yang
D 0.75 0.93 1.45 ditentukan.
E 1 1.35 1.65 Tabel 4.10
F 0.7 1 1.5 Hasil Analisa pH Terhadap Berbagai
Temperatur
PH FILTRATE
Hot Roller
Komposi Temperatur (°F)
si
80 200 300
A 10 9.2 8.5
B 9.75 9 8.3
E 9.2 8.8 8
4.8 pH Meter F 11.5 10.5 9.5
pH adalah pengukuran nilai
keasaman atau kebasaan suatu
lumpur. Keasaman memiliki pH dari
1 sampai dengan 7. pH menyatakan 4.8 Penetesan Ion
konsentrasi dari gugus hidroksil Chlorida ( Cl- )
KADAR GARAM (ppm) Hasil Analisa ion chlorida Terhadap
Berbagai Temperatur
Hot Roller
Kompo Temperatur (°F)
sisi V. PEMBAHASAN
80 200 300
Lumpur pemboran sangat
A 980 940 900
diperlukan dalam suatu kegiatan
B 4950 4870 4770 operasi pemboran, kadang seiring
dengan meningkatnya temperatur di
C 9980 9980 9820
dalam formasi dapat mengakibatkan
1500 1487 turunnya nilai – nilai rheology yang
D 0 0 14790 diperlukan lumpur tersebut. Nilai
Plastic Viscosity, Yield Point, Gel
1980 1975
E 0 0 19500 Strength serta tebalnya mud cake
dapat sesuai dengan nilai standar
1950 1910 kondisi lapangan untuk lumpur
F 0 0 18900 pemboran. Apabila sifat – sifat
rheology dari lumpur tersebut
Pengetesan ion Chlorida atau
menurun, dapat mengakibatkan
kadar garam akan cocok untuk
permasalahan seperti mengendapnya
daerah dimana cairan pemboran
lumpur didasar formasi, terjepitnya
terkontaminasi oleh garam ( Cl- ).
rangkaian karena terlalu tebalnya
Kandungan garam (Cl‾)
mudcake atau timbulnya korosi pada
ditentukan untuk mengetahui kadar
peralatan pemboran karena nilai pH (
garam dari lumpur. Naiknya kadar
bersifat asam ).
garam dari lumpur disebabkan
Lumpur yang diuji adalah
cutting garam yang masuk kedalam
lumpur bahan dasar air tawar dengan
lumpur disaat menembus formasi
system prehydrate bentonite, agar
yang mengandung garam, dengan
system lumpur prehydrate bentonite
kata lain lumpur terkontaminasi oleh
dapat mengembang maka perlu
garam.
adanya pencampuran dengan air
Dapat dilihat hasil
tawar terlebih dahulu kemudian baru
pengukuran ion chlorida terjadi
dicampurkan dengan air garam.
penurunan pada penambahan
- Komposisi lumpur yang digunakan
konsentrasi Cl begitu juga dengan
“A”, “B”, “C”, “D”, “E” dan “F”
kenaikan suhu di setiap komposisi,
dengan dasar yang sama dan hanya
berikut hasil pengukuran ion chlorida
konsentrasi kadar garam yang
di laboratorium :
berbeda beda pada setiap
Tabel 4.11 komposisinya, yaitu komposisi
lumpur “A” dengan konsentrasi Cl-
1000 ppm, komposisi lumpur “B” garam dan temperatur yang berbeda
dengan konsentrasi Cl- 5000 ppm, (tiga macam temperatur).
komposisi lumpur “C” dengan Jika diperhatikan pada
konsentrasi Cl- 10000 ppm, lampiran B.1 dapat dilihat terjadi
komposisi lumpur “D” dengan penurunan densitas seiring kenaikan
konsentrasi Cl- 15000 ppm, temperatur sampai 300 oF, akan
komposisi lumpur “E” dengan tetapi penurunan yang terjadi tidak
konsentrasi Cl- 20000 ppm, terlalu signifikan dan masih berada
komposisi lumpur “F” dengan pada batas standar laboratorium, hal
konsentrasi Cl- 20000 ppm, serta ini dikarenakan lumpur sangat encer
penambahan Pac – R, Pac Lv, K. bila temperatur semakin tinggi.
Soltek, lignite pada komposisi Densitas seluruh komposisi yang
lumpur “F”. Kemudian lumpur yang diuji masih berada pada standar
sudah dibuat dimasukan kedalam densitas lumpur yang diharapkan
Hot Roller dan diproses selama 16 sesuai standar laboratorium.
jam dengan pengaruh temperatur Apabila viscositas turun
ruang(80 F, 200 F, 300 F) sampai dibawah harga tersebut,
terhadap sifat – sifat fisik lumpur maka perlu ditambahkan komposisi
seperti berat jenis, viskositas, Pac – R dan komposisi Pac – LV
rheologi lumpur (plastic viscosity, untuk menaikkan harga viscositas.
Bila diperhatikan lampiran
yield point, apparent viscosity), gel
B.2 dapat dilihat terjadinya
strength, laju tapisan dan pH lumpur
penurunan Viscositas seiring dengan
akan dibahas mengenai hasil dari
kenaikan temperatur, dimana lumpur
penelitian yang dilakukan
dengan komposisi lumpur “A”
dilaboratorium dengan mengamati
kurang cocok dipakai karena
hasil tabel A (Lampiran A) yang
memiliki nilai yang lebih tinggi,
merupakan hasil dari grafik pada
tetapi pada komposisi lumpur “E”
Lampiran B kemudian dibandingkan
terlalu encer untuk harga standar.
dengan standar lumpur Pengeboran
Untuk komposisi lumpur “B” hanya
( Tabel 4.1 )
mengalami viskositas yg baik di
Didalam pengetesan alat
temperatur 300 oF sebesar 59
Fann VG Meter, ada dua kondisi
sec/quart, sedangkan komposisi
yaitu kondisi statis dan kondisi
lumpur “C”, “D” dan “F” merupakan
dinamis, dimana kondisi statis
komposisi lumpur dengan nilai
adalah gel strength 10 detik dan 10
optimal dipakai sampai pada
menit, kondisi dinamis adalah plastic
temperatur 300 oF yaitu sebesar 51
viscosity, yield point dan apparent
sec/quart, 43 sec/quart, 54 sec/quart.
viscosity. Terlihat perbedaan yang
Di samping itu, dilakukan juga
mendasar antara enam macam kadar
perhitungan terhadap Plastic dan 11 lb/100ft. Untuk komposisi
Viscosity (PV). lumpur “D” dan “E” baik digunakan
Dari hasil pengujian Plastic pada temperatur 80 oF – 200 oF. maka
Viscosity ( PV ) dilaboratorium komposisi yang paling efektif untuk
diperlihatkan pada lampiran B.3 digunakan adalah komposisi lumpur
harga Plastic Viscosity ini didapat “F” karena dapat bertahan sampai
dari persamaan 2.5 . Jika temperatur 300 oF yaitu sebesar 10
diperhatikan pada lampiran B.3 Pada lb/100ft .
komposisi lumpur “A” tidak dapat Hasil pengamatan Gel
digunakan karena mempunyai nilai Strength 10 detik bila diamati pada
Plastic Viscosity yang sangat besar lampiran B.5 komposisi lumpur “A”
dari harga standar, sedangkan dan “B” yakni konsentrasi Cl- 1.000
komposisi lumpur “D” dan “E” dan Cl- 5.000 tidak ada yang
memiliki nilai Plastic Viscosity yang memenuhi standar lumpur pemboran
rendah sehingga tidak memenuhi karena nilainya sangat tinggi dari
spesifikasi yang di berikan jadi tidak harga standar, sedang untuk
dapat digunakan. maka dapat dilihat komposisi lumpur “D” yakni
komposisi yang efektif adalah konsentrasi Cl-15.000 dapat
komposisi lumpur “B” dan “F” yang digunakan karena memenuhi harga
memiliki nilai Plastic Viscosity 11 cp standar disemua temperatur.
dan dapat tahan sampai pada Komposisi lumpur “F” baik
temperatur 300 oF, dan bila digunakan karena masih mempunyai
temperatur lebih tinggi lagi akan nilai harga standar spesifikasi
mengakibatkan turunnya harga walaupun dipanaskan sampai
Plastic Viscosity dan mengurangi o
temperatur 300 F yaitu sebesar 5
kekentalan pada lumpur. Beberapa lb/100ft. Untuk komposisi lumpur
sifat fisik lain yang diuji yakni Yield “C” tidak ada yang memenuhi
Point, Gel Strength, dan Water Loss standar laboratorium lumpur karena
serta kadar pH. nilai tinggi dari harga standar.
Yield point untuk masing – Dari hasil penelitian Gel
masing temperatur yang ada pada Strength 10 menit yang dilakukan
lampiran B.4 diperoleh dari dilaboratorium maka didapat
persamaan 2.6 , bila diamati pada lampiran B.6 , bila diamati harga
lampiran B.4 komposisi lumpur “A” yang optimal dimiliki oleh lumpur
tidak dapat digunakan karena tidak komposisi lumpur “A” dan “F” yang
memenuhi standar laboratorium optimal bila dipakai pada temperatur
lumpur. Sedang untuk komposisi 300 oF yaitu sebesar 12 lb/100ft dan
lumpur “B” dan “C” hanya baik 10 lb/100ft, sedangkan komposisi
dipakai pada temperatur 300 oF yaitu lumpur “D” dan “E” tidak dapat
masing – masing sebesar 15 lb/100ft digunakan karena nilai rendah
dibawah harga standar laboratorium ini tidak akan berpengaruh juga kita
lumpur. Untuk komposisi lumpur menambahkan bentonite, akan tetapi,
“C” dapat digunakan pada penambahan KOH akan menaikkan
temperatur 80 F dan 200 oF,
o
kadar pH tersebut. Jika diamati pada
sedangkan komposisi lumpur “B” lampiran B.9 komposisi lumpur “B”,
dapat digunakan pada temperatur “C” dan “D” hanya baik pada
200 oF dan 300 oF. Kenaikan temperatur ruang yaitu sebesar 9,75 ,
temperatur akan menyebabkan 9,65 , 9,5 sedangkan komposisi
turunnya harga Gel Strength yang lumpur “A” dan “E” tidak baik
mengakibatkan daya rekah berkurang karena nilai pH dibawah standar
pada temperatur tinggi. laboratorium lumpur. Pada
Hasil pengamatan water loss komposisi lumpur “F” semuanya
ini dapat dilihat pada lampiran B.7 memiliki nilai pH yang baik pada
bila diamati komposisi lumpur “F” temperatur 80 oF sampai 300 oF yaitu
memiliki komposisi yang ideal sebesar 9,5 .
dimana semua komposisi tersebut
masih berada pada batas optimal VI. KESIMPULAN
water loss yaitu sebesar 11,8 cc.
1. Lumpur prehidrasi bentonite
Komposisi lumpur “A” hanya baik
mampu mempertahankan
pada temperatur ruang yaitu sebesar
densitasnya lumpurnya sampai
11,8 cc. Akan tetapi jika temperatur
dengan temperatur 300 oF
semakin ditambahkan menaikkan
dimana dari hasil pengamatan
laju tapisan yang akan menyebabkan
masih di dapatkan harga
sirkulasi lumpur berhenti dan
densitas yang berada pada nilai
dinding formasi menjadi tebal dan
standar lumpur pemboran.
membentuk mud cake pada dinding
2. Hasil pengamatan pada
formasi.
viskositas komposisi lumpur
Hasil penelitian mud cake ini
“C”, “D” dan “F” yang mampu
ditunjukkan pada lampiran B.8 yang
mempertahankan harga
menunjukkan kenaikan harga mud
viskositasnya dalam kondisi
cake, akan tetapi, kendati water loss
ideal hingga temperatur 300 oF,
mengalami kenaikan, ternyata Mud
yaitu sebesar 51 sec/quart, 43
Cake yang tercipta masih berada
sec/quart, 54 sec/quart.
pada batas standar harga mud cake
3. Hasil pengamatan Plastic
lumpur pemboran yaitu < 1,5 mm.
Viscosity yang baik pada
Untuk pH, dengan
penambahan temperatur dan
dinaikkannya temperatur juga terjadi
salinitas yaitu komposisi lumpur
penurunan harga pH pada masing –
“B” dan “F” bertahan suhu
masing komposisi yang dapat
temperatur 300°F sebesar 11 cp
diamati pada lampiran B.9. Harga pH
pada masing – masing
komposisi, sebab dengan memenuhi kondisi ideal pada
penambahan temperatur lumpur temperatur 80°F sampai 300°F
semakin encer. yaitu sebesar 11,8 cc.
4. Pada pengamatan Yield Point 8. Harga mud cake yang
terjadi penurunan yang masih memenuhi kondisi ideal adalah
bertahan pada kondisi ideal komposisi lumpur “F” tetap
sampai dengan temperatur stabil pada temperatur hingga
300°F, yaitu pada komposisi 300 °F sebesar 1,5 mm.
lumpur “B”, “C” dan “F”. Harga 9. Pengamatan pada pH
yield point masing – masing mengalami penurunan namun
komposisi lumpur tersebut masih dapat di kontrol dengan
sebesar 15 lb/100ft, 11 lb/100ft, penggunaan KOH sehingga
10 lb/100ft. tidak melewati kondisi ideal
5. Harga Gel Strength 10 detik yang diberikan. Harga pH
pada pengujian lumpur ini lumpur yang memenuhi kondisi
mengalami penurunan seiring ideal adalah komposisi lumpur
dengan penambahan salinitas “F” pada temperatur 80°F
pada berbagai temperatur, hasil sampai 300°F yaitu sebesar 9,5.
pengamatan yang memenuhi 10. Dari hasil penelitian di
kondisi ideal adalah komposisi laboratorium, maka lumpur
lumpur “D” pada temperatur 80 yang paling baik dan memenuhi
– 300 °F, komposisi lumpur “F” standar rheologi lumpur bor
pada temperatur 300 °F sebesar akibat adanya pengaruh salinitas
5 lb/100ft, semakin tinggi dan temperatur tinggi adalah
temperatur maka harga Gel komposisi lumpur “F” dengan
Strength semakin turun. konsentrasi Cl- 20.000 ppm.
6. Pada Gel Strength 10 menit
yang memenuhi syarat kondisi DAFTAR PUSTAKA
ideal adalah komposisi lumpur
1. Lummos, J.L, “ Drilling Fluids
“A” pada temperatur 300 °F
Optmediwt Practical Field
sebesar 12 lb/100ft, komposisi
Approach” , Penn Co., Tulsa,
lumpur “B” pada temperatur
Oklahoma, 1986.
200 °F sampai 300 °F, 2. Magcobar, “Drilling Fluid
komposisi lumpur “F” pada Engineering Manual”, Dresser
temperatur 300 °F sebesar 10 Industries, Houston, Texas. 1977.
lb/100ft. kecilnya gel strength 3. “ Mud Technology “, Handbook,
akibat dari pengaruh temperatur Baroid Research Product Sevice,
dan salinitas tinggi. NL Industries Inc, Houston,
7. Pada Laju Tapisan harga Laju Texas, 1965.
komposisi lumpur “F” yang
4. “Penuntun Praktikum Konservasi
Lumpur Pemboran “, Jurusan
Teknik Perminyakan FTKE
USAKTI, Jakarta.
5. Robani Sadya, “ Diktat Teknik
Lumpur Bor “, Jurusan Teknik
Perminyakan, Universitas
Trisakti, Jakarta.
6. Robani Sadya, “ Diktat Teknik
Pemboran I “, Jurusan Teknik
Perminyakan, Universitas
Trisakti, Jakarta.
7. Rudi Rubiandi, “ Teknik
Pemboran II “, Jurusan Teknik
Perminyakan, ITB, Bandung,
1993.
8. Shebubakar, H.G. dan Sadiya R.,
“ Teknik Pemboran Volume I “,
Jurusan Teknik Perminyakan,
Universitas Trisakti, Jakarta,
1987.
9. “ Spesification For Drilling
Fluid Material “, American
Petroleum Institute, API
th
Spesification 13A, 13 edition,
1990.
10. “Teknologi Lumpur Pemboran
Minyak”. Lemigas, Jakarta.
1993.