Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan

(dental prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti

dengan gigi palsu (artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi

dua bagian yaitu : gigi tiruan penuh (full denture) dan gigi tiruan

sebagian (partial denture). Gigi tiruan sebagian (partial denture) dapat

dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan (removable

prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics).

Tujuan pembuatan gigi tiruan, baik itu gigi tiruan sebagian

lepasan, gigi tiruan cekat maupun gigi tiruan lengkap pada hakekatnya

adalah untuk memperbaiki fungsi: pengunyahan, pengucapan, estetis,

menjaga kesehatan jaringan serta mencegah kerusakan lebih lanjut dari

struktur organ rongga mulut.

Diantara batasan usia pasien dewasa tersebut ada satu kelompok

umur yang memerlukan penanganan prostodonsia secara khusus.

Perawatan prostodonsia pada kelompok ini berkaitan dengan terjadinya

berbagai perubahan pada diri mereka disebabkan oleh pertambahan usia.

Kelompok tersebut disebut dengan kelompok manusia lanjut usia

(Manula), yaitu kelompok individu berusia sekitar 65 tahun ke atas.

Pada kelompok umur seperti ini selain telah terjadi berbagai degradasi
fisiologis yang banyak berpengaruh terhadap kondisi fisik, sering pula

ditemukan perubahan. Temperamen emosi, misalnya sifat pasien

kembali berubah kekanak-kanakan, dan juga kemungkinan adanya

penyakit-penyakit sistematik yang menyertai usia lanjut.


BAB II

LAPORAN KASUS

A. Data Pasien

Nama : R. Sailan

Umur : 64 th

Jenis kelamin : Laki-laki

No. RM : 001619

Alamat : Sei. Beremas, Teluk Bayur

Operator : Utari Novhadi

Tgl pemeriksaan : 13 Februari 2015

B. Pemeriksaan Subjektif

- CC : Pasien datang ingin dibuatkan gigi tiruan

- PI : Sebelumnya pasien belum pernah menggunakan gigi palsu. Gigi

pasien sudah tanggal seluruhnya. Gigi pasien tanggal sendiri satu

persatu sejak pasien hamil anak kedua. Saat itu gigi pasien

goyang kemudian tanggal sendiri. Sejak saat itu gigi pasien yang

lain goyang dan tanggal satu persatu.

- PDH : Pasien tidak pernah melakukan perawatan gigi sebelumnya

- PMH : Pasien sehat dan tidak menderita kelainan sistemik


- FH : Ayah dan ibu pasien sehat, tidak menderita kelainan sistemik

C. Anamnesa Prostodonti

1. Status Umum

Pasien tidak menderita kelainan sistemik yang berhubungan dengan

pembuatan gigi tiruan

2. Status Khusus

- Gigi goyang : (-)

- Perdarahan : (-)

- Kerusakan gigi : (-)

- Gigi tiruan : tidak pernah

- Pencabutan terakhir : pasien tidak ingat kapan terakhir kali

pencabutan giginya

- Pemakaian gigi tiruan

Pasien tidak pernah memakai gigi tiruan penuh pada rahang atas dan

rahang bawah

- Tujuan pembuatan gigi tiruan : pengunyahan, bicara, estetik

D. Pemeriksaan Ekstraoral

- Muka : Lonjong

- Profil : Cembung

- Pupil : Sama tinggi

- Tragus : Sama tinggi


- Hidung : Simetris

- Rima oris : Normal

- Bibir atas : Normal, simetris

- Bibir bawah : Normal, simetris

- Sendi rahang : TAK

- Deviasi : (-)

- Kelainan lain : (-)

E. Pemeriksaan Intraoral

- Higiene mulut : Baik

- Kalkulus : (-)

- Stain : (-)

- Saliva

o Kuantitas : normal

o Kualitas : normal

- Lidah

o Ukuran : normal

o Posisi wright : kelas II

o Mobilitas : normal

- Refleks muntah : rendah

- Oklusi : (-)
F. Foto Wajah Pasien

G. Rontgen Panoramik
H. Odontogram

I. Model Studi
J. Pemeriksaan Lain

- Vestibulum

Posterior Kiri Posterior Kanan Anterior


Rahang Atas Sedang Dalam Dalam
Rahang Bawah Dangkal Dangkal Dangkal

- Prosesus Alveolaris

Rahang Atas Rahang Bawah


Post. Post. Post. Post.
Anterior Anterior
kiri kanan kiri kanan

Bentuk Oval Oval Oval Segitiga Segitiga Segitiga


Ketinggian Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah
Ketahanan
Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Flabby
Jaringan

- Frenulum

o Labialis superior : Sedang

o Labialis inferior : Tinggi

o Bukalis RA kiri : Sedang

o Bukalis RA kanan : Sedang

o Bukalis RB kiri : Tinggi

o Bukalis RB kanan : Tinggi

o Lingualis : Tinggi
PALATUM
Bentuk Kedalaman Torus
Oval Sedang Tidak ada

Kiri Kanan
Alveolar tubercle Kecil Kecil
Ruang Retromilohioid Sedang Sedang
Torus Mandibula Tidak ada Tidak ada
Dasar Mulut Normal Normal

Eksostosis Tidak ada


Sikap Mental Filosofis

K. Kumpulan Data Utama

- Pada rahang atas pasien ketinggian tulang alveolar cukup tinggi

dibandingkan dengan ketinggian tulang alveolar pada rahang bawah

- Pada rahang bawah pasien prosesus alveolaris pada posterior kiri dan

kanan berbentuk segi tiga yang rendah

- Pasien sebelumnya pernah memakai gigi tiruan

- Psien ingin dibuatkan gigi tiruan yang baru karena gigi tiruan yang lama

sudah tidak nyaman lagi saat digunakan


L. Diagnosa dan Rencana Peraatan

Diagnosa Rencana Perawatan

Rahang Atas Full Edentulous Gigi Tiruan Penuh

elemen : 17, 16, 15, 14,

13, 12, 11, 21, 22, 23,

24, 25, 26, 27

Rahang Bawah Full Edentulous Gigi Tiruan Penuh

elemen : 37, 36, 35, 34,

33, 32, 31, 41, 42, 43,

44, 45, 46, 47

M. Disain Gigi Tiruan


N. Faktor yang Mempengaruhi GTP

RAHANG ATAS

a. Stabilisasi

1) Adaptasi basis GT rahang atas yang berkontak tepat pada mukosa

2) Perluasan basis GT rahang atas mencangkupi hamular notch dan

posterior palatal seal

3) Penyusunan gigi rahang atas di atas linggir

4) Penyusunan gigi anasir memenuhi konsep oklusi berimbang

5) Penyusunan gigi membentuk kurva spee dan kurva Manson

6) Mengurangi jumlah gigi anasir

7) Mengunyah pada kedua sisi

8) Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat

b. Retensi

1) Tegangan permukaan pada saliva, tahanan jaringan mukosa atas 

adaptasi basis

2) Gaya adhesi  perlekatan antara saliva dan GT rahang atas

3) permukaan anatomis GT yang berkontak rapat yang didapat dari

pencetakan yang akurat

4) Gaya kohesi  perlekatan antara saliva dan saliva

5) Muscular  muscle trimming

6) Atmosferik postdam , muscle trimming


c. Support Muccosal Support

d. Estetika

1) GTP sesuai dengan kepribadian pasien sehingga tampak alami

2) Incisal gigi anterior rahang atas terlihat + 2 mm dari batas bawah bibir

atas saat istirahat

3) Filtrum tidak terlalu kendor atau tegang

4) Bibir dan pipi tidak terlalu cembung

5) Sudut nasolabial + 900

6) Mideline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang atas

7) Garis senyum  gusi tidak terlihat saat senyum (panjang gigi  high

lip line)

8) Pemilihan gigi tiruan :bentuk, ukuran, warna

RAHANG BAWAH

a. Stabilisasi

1) Adaptasi basis GT rahang bawah yang berkontak tepat pada mukosa

2) Perluasan basis GT rahang bawah mencangkupi retromolar pad, bukal

shelf dan sulkus alveoli lingual

3) Penyusunan gigi rahang bawah di atas linggir

4) Penyusunan gigi anasir memenuhi konsep oklusi berimbang

5) Penyusunan gigi membentuk kurva spee dan kurva Manson

6) Mengurangi jumlah gigi anasir

7) Mengunyah pada kedua sisi


8) Penentuan DV dan relasi sentrik yang tepat

b. Retensi

1) Tegangan permukaan pada saliva, tahanan jaringan mukosa rahang

bawah

2) Gaya adhesi  perlekatan antara saliva dan GT rahang bawah

3) Gaya kohesi  perlekatan antara saliva dan saliva

4) Muscular  muscle trimming rahang bawah

5) Gaya berat GT Rahang bawah

c. Support  Muccosal Support

d. Estetika

1) GTP sesuai dengan kepribadian pasien sehingga tampak alami

2) Bibir dan pipi tidak terlalu cembung

3) Sulkus mentolabial tidak terlalu kendor atau tegang

4) Mideline pasien tepat pada perpanjangan frenulum labialis rahang

bawah

5) Garis caninus  tepat pada sudut mulut saat istirahat

6) Pemilihan gigi tiruan :bentuk, ukuran, warna

7) Overbite dan overjet

O. Arah Pemasangan

Rahang Atas Rahang Bawah


Tilting Posterior (-)
Arah Pemasangan Anterior Vertikal

P. Tahapan Perawatan

1. Kunjungan 1  Anamnesa dan pencetakan anatomis

a. Tahap Klinis

- Anamnesa dan pemeriksaan objektif

- Pencetakan anatomis

b. Tahap Laboratoris

- Pembuatan model studi

- Pembuatan sendok cetak individual dengan mengguankan akrilik

swapolimerisasi

c. Pembuatan sendok cetak individual

- Pembuatan disain (outline sendok cetak individual) mencakup

semua jaringan pendukung gigi tiruan

- Buat garis pada forniks dengan pensil biru, dengan batas anatomis

- RA : Hamular notch

Posterior palatal seal

- RB : Retromolar pad

Sulkus alveoli lingual


- Buat garis dengan menggunakan pensil merah 2 mm di atas garis

biru (forniks). Garis merah merupakan batas akhir dari sendok

cetak fisiologis

- Pembuatan wax spacer dengan cara melapisi model dengan selapis

malam (2 mm) menutupi gigi dan daerah tidak bergigi sampai

batas pensil merah.

- Pembuatan stopper berbentuk segi empat dengan membuat lubang

pada wax spacer berukuran 4 X 2 mm, satu di bagian anterior

(insisivus sentralis) dan dua pada bagian posterior kiri dan kanan

d. Manipulasi akrilik swapolimerisasi

- Campurkan powder dan liquid

- Sebagian akrilik dimasukkan ke stopper

- Buat akrilik dalam bentuk lempengan dan adaptasikan ke model

yang telah ditutupi spacer.

- Ketebalan akrilik 2mm

- Tepi sendok cetak berada di garis merah yaitu 2 mm di atas

forniks

- Pembuatan tangkai sendok cetak

- Finishing

2. Kunjungan 2  Pencetakan fisiologis

a. Tahap Klinis
- Menyesuaikan sendok cetak individual (base plate trimming)

- Border molding dengan compound sambil dilakukan muscle

trimming

- Pencetakan fisiologis dengan teknik mukofungsional

b. Tahap Laboratoris

- Pembuatan model kerja

- Pembuatan base plate dan bite rim

 Patokan bite rim :

Anterior  tinggi 12 mm, lebar 4 mm

Posterior tinggi 10-11 mm, lebar 6 mm

 Lengkung bite rim rahang bawah disesuaikan dengan alveolar

ridge yang ada, tinggi bite rim rahang bawah dibuat sejajar

dengan tinggi retromolar pad

 Lengkung bite rim rahang atas dibuat setinggi ±2 mm di bawah

bibir atas saat rest position.

 Untuk menambah retensi pada RA dibuat post dam di daerah

AH Line

3. Kunjungan 3  Insersi bite rim dan pengukuran DV

a. Tahap Klinis

- Insersi base plate dan bite rim

- Pengukuran dimensi vertikal


Pengukuran Dimensi Vertikal

1. Pengukuran DV Istirahat

 Pasien duduk rileks dengan posisi FHP dan dataran oklusal sejajar lantai

 Buat 2 titik : 1 pada hidung dan 1 pada dagu

 Pasien diinstruksikan untuk menggumam “mmmm” berulang hingga

tidak terdapat kontraksi otot bibir, ukur jarak 2 titik

 Lakukan pengukuran pada kedua titik dengan menggunakan jangka

sorong

 Hasil pengukuran merupakan dimensi vertikal istirahat fisiologis

2. Kesejajaran Bite Rim RA

a. Pasang benang jagung yang didikatkan ke telinga dengan karet gelang

sebagai panduan garis chamfer yaitu dari tragus - ala nasi

b. Masukkan biterim rahang atas, lihat kesejajaran

c. Tepi bawah bite rim anterior terlihat 1-2 mm di bawah low lip line

dalam keadaan istirahat

d. Perhatikan estetik pasien (nasolabial, filtrum, bibir tidak terlalu tegang,

dukungan pipi)

e. Masukkan occlusal guide plane, bidang insisal bite rim anterior sejajar

dengan garis interpupil, posterior sejajar dengan garis chamfer

f. Lakukan pengurangan dan penambahan bite rim sampai tercapai

kesejajaran
g. Keluarkan occlusal guide plane dari mulut pasien

3. Pemasangan Bite Rim RB

a. Lihat dukungan otot: Sulkus mentolabialis dan sudut bibir

b. Bite rim rahang bawah harus berkontak bidang dan kontak rapat dengan

bite rim rahang atas.

c. Median line dari pasien yang diambil sebagai terusan dari tengah lekuk

bibir atas untuk menentukan garis tengah yang memisahkan incisivus

kanan dan kiri

4. Pengukuran DV Oklusi

a. Tentukan DVO perhitungan, yaitu dengan mengurangi DVF yang telah

diukur sebanyak 2-4 mm

b. Cocokkan ukuran yang kita dapatkan secara perhitungan dengan

keadaan yang sebenarnya dengan menginstruksikan pasien untuk

mengoklusikan bite rim rahang atas dan rahang bawah, kemudian ukur

jarak 2 titik di hidung dan dagu. Jika hasil perhitungannya sama, maka

dimensi vertikal oklusi sudah benar

c. Penilaian estetis, penilaian fonetik, dan kenyamanan

5. Penentuan Relasi Sentrik


a. Buat pedoman garis median RA dan RB

b. Buat garis masing-masing pada daerah kaninus, molar satu kiri dan

kanan

c. Ibu jari dan jari telunjuk diletakkan pada tepi sayap bukal gigi tiruan

maksila dengan telapak tangan menutupi wajah pasien.

d. Tangan lain pada permukaan labial bite rim mandibula untuk mencegah

bergesernya bite rim dari linggir

e. Instruksikan pasien membuka dan menutup mulut secara perlahan

sambil mendorong mandibula ke belakang tanpa paksaan sehingga

condilus berada pada posisi paling posterior terhadap fosa glenoid

f. Biterim rahang atas dan rahang bawah harus berkontak rapat dan sejajar

dalam satu bidang

g. Fiksasi biterim rahang atas dan rahang bawah menggunakan isi hecter

h. Perhatikan garis panduan anatomis sudah segaris atau belum

i. Lihat estetik pasien

j. Keluarkan biterim dari mulut pasien, pasang di model kerja dan tanam

ke artikulator

b. Tahap Laboratoris

- Pemasangan model pada artikulator

a. Pedoman pemasangan pada artikulator

 garis median model berhimpit dengan garis median artikulator

(dilihat dari atas artikulator)


 pin horizontal ujungnya menyentuh tepi luar anterior bite rim

RA dan tepat pada garis tengah bite rim

 dataran oklusan bite rim sejajar atau berhimpit dengan karet

gelang pada artikulator (dilihat dari lateral artikulator)

 pin vertikal berkontak dengan meja insisal artikulator

dibawahnya

b. Setelah semua syarat terpenuhi, lengan atas dan model rahang

atas dilekatkan dengan gips putih

c. Setelah gips pada lengan atas mengeras, artikulator dibalik

sehingga lengan bawah berada di atas. Plastisin dilepas dan

model rahang bawah dan lengan bawah dilekatkan dengan gips

putih.

d. Ikat pin vertikal dengan karet gelang untuk mencegah terjadi

perubahan kontak akibat kontraksi gips

4. Kunjungan 4  Try in gigi anterior RA

a. Tahap Laboratoris

- Pemasangan gigi anterior rahang atas

b. Tahap Klinis

- Try in gigi tiruan, periksa :

 Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)
 Garis senyum (batas cervikal gigi atas, gusi tidak terlihat pada

saat senyum) High lip line

 Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan huruf s, f, t, r, m)

 Median line, incisal dalam keadaan istirahat, koridor bukal

harus terlihat, incisal line bibir pasien mengikuti kurva bibir

rahang bawah

5. Kunjungan 5  Try in GTP dan modelir malam

a. Tahap Laboratoris

- Pemasangan gigi anterior rahang bawah

- Pemasangan gigi posterior rahang atas

- Pemasangan gigi posterior rahang bawah

- Kontur gusi (modelir malam)

b. Tahap Klinis

- Try in gigi tiruan, periksa :

 Oklusi

 Estetis dengan melihat garis caninus dan garis senyum

 Pasien disuruh mengucapkan huruf-huruf p, b, d, v dan lain-

lain sampai tidak ada gangguan

c. Penggodokan akrilik (flasking)

d. Finishing dan polishing


6. Kunjungan 6  Insersi GTP

a. Insersi GTP

b. Periksa oklusi, retensi, stabilisasi, artikulasi, dan estetik pasien

c. Beri instruksi untuk pasien, antara lain :

- Pasien dianjurkan untuk beradaptasi

- Malam hari ketika tidur, gigi tiruan dilepas dan direndam di dalam

air

- Pasien diinstruksikan untuk membersihkan gigi tiruannya setiap

kali sehabis makan dan sebelum tidur

- Gigi tiruan dibersihkan menggunakan sabun dan sikat halus, gigi

tiruan tidak boleh dibersihkan menggunakan odol karena dapat

merusak permukaan ggi tiruan

- Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,

pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik.

- Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

7. Kunjungan 7  Kontrol

Setelah pemasangan GTP selama 1 minggu, pasien datang untuk

kontrol. Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :

1. Pemeriksaan subyektif :

a) Ditanyakan apakah ada keluhan, gangguan, rasa sakit atau tidak?


b) Ditanyakan bagaimana saat berfungsi?

2. Pemeriksaan obyektif :

a) Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan

b) Diperiksa retensi dan stabilisasi

TATA LAKSANA KASUS

Kunjungan 1 (25 Agustus 2014)

- Pencetakan anatomi

- Pembuatan model studi

- Pengisian kartu status/diskusi

Kunjungan 2 (3 September 2014)

- Pembuatan sendok cetak perseorangan

- Pencetakan fisiologis RA

- Pencetakan fisiologis RB
- Pembuatan Model Kerja

Kunjungan 3 (15 September 2014)

- Penentuan Gigit

 Occlusal Biterim

 Vertical Dimention Occlusion

(15 September 2014)

- Pemasangan model kerja di Artikulator


- Penyusunan Gigi Anterior

- Penyusunan Gigi Posterior

Kunjungan 4 (23 September 2014)

- Percobaan protesa malam

- Pembuatan Postdam

- Penghalusan protesa malam

Prosedur Laboratoris (25 September 2014)

- Penanaman model dalam kuvet

- Pengisian dengan resin akrilik

Kunjungan 5 (13 Oktober 2014)

- Pemasangan gigi tiruan (Insersi)

Kunjungan 6 (14 Oktober 2013)


- Kontrol 1

Hal yang dikeluhkan pasien :

1. Rahang bawah goyang ketika makan

2. Sakit pada posterior rahang bawah

Kontrol yang dilakukan :

1. Cek oklusi dengan articulating paper, instruksikan pasien

untuk oklusi berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien dan

lihat teraan dan jejas pada gigi tiruan. Hilangkan jejas/teraan

tebal pada gigi tiruan dengan Arkansas bur.

2. Selanjutnya tempatkan lagi articulating paper dan

instruksikan pasien untuk menggerakkan rahang kekiri dan

kekanan sesuai fungsi pengunyahan, dan lihat teraan yang

terdapat pada gigi palsu, kurangi kembali jejas pada gigi

tiruan menggunakan prinsip working side dan balancing side

(BULL)

Kunjungan 7 (20 Oktober 2014)

- Kontrol 2

Hal yang dikeluhkan pasien :

1. Gigi tiruan masih terasa goyang

2. Sakit ditepi sayap bukal rahang bawah kanan dan kiri.

Kontrol yang dilakukan :


- Cek oklusi dengan articulating paper, instruksikan pasien

untuk oklusi berulang ulang sesuai oklusi sentrik pasien

dan lihat teraan dan jejas pada gigi tiruan. Hilangkan

jejas/teraan tebal pada gigi tiruan dengan Arkansas bur.

3. Selanjutnya tempatkan lagi articulating paper dan

instruksikan pasien untuk menggerakkan rahang kekiri

dan kekanan sesuai fungsi pengunyahan, dan lihat teraan

yang terdapat pada gigi palsu, kurangi kembali jejas pada

gigi tiruan menggunakan prinsip working side dan

balancing side (BULL)

Kunjungan 8 (28 Oktober 2014)

- Kontrol 3

Tidak ada keluhan dari pasien, pasien sudah mulai nyaman

dengan gigi barunya.

BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan perawatan untuk

pergantian gigi yang hilang satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi yang

hilang dari satu atau dua lengkung gigi. Ilmu gigi tiruan sebagian
lepasan dikenal pula sebagai Partial Denture Prosthetic atau Removeble

Partial Prsothodontics

Gambar 3.1 Gigi tituan sebagian lepasan

Indikasi pembuatan gigi tiruan penuh adalah : semua keadaan

kehilangan gigi, termasuk diastema, resopsi tulang berlebihan dan

sebagainya dapat diganti dengan protesa sebagian lepasan

Tujuan pembuatan gigi tiruan menurut Pujoraharjo (2008), adalah:

1. Untuk memulihkan kembali fungsi pengunyahan yang

berkurang karena hilangnya satu atau lebih gigi asli.

2. Untuk memperbaiki estetika dan penampilan

3. Untuk memelihara dan mempertahankan jaringan mulut yang

masih tinggal

4. Untuk memulihkan kembali fungsi bicara

5. Pencegahan migrasi gigi


Akibat- akibat kehilangan gigi tanpa pengganti adalah :

1. Migrasi dan rotasi gigi yang masih tinggal

2. Erupsi berlebihan pada gigi yang msih tingal ( ekstrusi)

3. Penurunan efisiensi kunyah

4. Gangguan pada sendi temporo-mandibula

5. Beban berlebihan pada jaringan pendukung

6. Kelainan bicara

7. Memburuknya penampilan

8. Terganggunya kebersihan mulut

9. Atrisi pada gigi yang masih ada

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut

Hal-hal penting dalam pembuatan gigi desain gigi tiruan, yaitu:

1. Gigi tiruan harus memuaskan

2. Pemeliharaan kesehatan jaringan

3. Oklusi yang baik

4. Higiene mulut dan pemeliharaan

5. Mempertimbangkan gaya-gaya yang akan bekerja pada gigi

tiruan saat berfungsi, sehingga gigi tiruan tetap stabil dan

retentive.

Pasien tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk

memajukan mandibula secara tidak sengaja dan berusaha untuk


berkontak dengan rahang atas. Hal ini dikarenakan adanya

perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak adanya sentrik

posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan maka dimensi vertikal

danphysiological rest position akan kembali seperti pada saat gigi asli

ada.

Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu

gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam

keadaan diam. Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasangkan

gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan mencoba melepaskannya dengan

gaya tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan

terhadap gaya-gaya tersebut, berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang

cukup.

Gaya-gaya pada protesa sebagian lepasan

Protesa sebagian lepasan hana dapat berfungsi dengan baik dan

dapat membuat sipemkai merasa nyaman, bila operator memahami gaya

yang terjadi pada sebuah gigi tiruan dan pergerakan rotasi yang terjadi

selama berfungsi. Gaya ini meliputi :

1. Gaya Oklusal

Gaya yang sering disebut sebagai gaya vertikal, adalah gaya yang

timbul pada bolus makanan berada dipermukaan oklusal gigi tiruan

sebelu dan pada sat berfungsi atau oklusi. Gaya oklusi ini hendaknya

disalurkan kepada gigi asli. Pada gigi tiruan yang pada kedua sisinya
masih dibatasi gigi asli, gaya oklusal tadi akan disalurkan ke akar

gigi lalu ke membran periodontal sampai akhirnya diterima oleh

tulang alveoar. Pada gigi tiruan berujung bebas (free end) sebagian

gaya oklusal akan diterima oleh gigi penyangga, sedangkan sisanya

oleh jaringan mukosa dibawah basis protesa.

2. Gaya lateral

Kontak oklusi antara gigi-gigi dan aktivitas otot-otot disekitar gigi

tiruan pada saat pengunyahan akan menimbulkan haya horizontal.

Berdasarkan arahnya, gaya horizontal dapat dibagi menjadi gaya

lateral dan gaya antero-posterior. Gaya lateral timbul saat rahang

bawah bergerak dari posisi kontak oklusi eksentrik ke posisi sentrik

atau sebaliknya. Gaya ini merupakan gaya yang paling merusak gigi

asli maupun tulang alveoar pada daerah tak bergigi, karena sebagian

serat periodontal atau mukosa saja yang berfungsi menyangganya.

3. Gaya antero-posterior

Gaya ini terjadi pada pergerakan rahang dimana gigi depan ada pada

posisi edge to edge atau oklusi protrusif ke oklusi sentrik dan

sebaliknya. Pergerakan ini cenderung gigi tiruan rahang bawah


bergerak ke arah posterior dan gigi tiruan rahang atas ke arah

anterior.

4. Gaya pemindah

Gaya pemindah atau pelepas timbul karena pada saat mastikasi,

makanan lengket melekat pada permukaan oklusal gigi tiruan dan

pada saat mulut terbuka protesa akan tertarik ke arah oklusal.

2.2 Pembahasan

Pasien adalah seorang wanita berusia 59 tahun yang

mengeluhkan beberapa buah giginya yang goyang dan ada beberapa sisa

akar gigi sehingga mengganggu pasien dalam hal berbicara dan makan.

Kondisi pasien dan juga jaringan mulutnya baik, sehingga

memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan menggunakan GTSL

dengan pencabutan beberapa gigi yang tinggal dan pencabutan sisa akar

gigi. Keadaanresidual ridgeRA dan RB baik, sehingga dalam pembuatan

GTSL dapat diperolehretensi dan stabilisasi yang baik. Pasien pernah

memakai gigi tiruan sebagian waktu hamil anak pertama.

Gigi tiruan merupakan protesa yang dibuat untuk menggantikan

gigi yang hilang, dan didukung oleh jaringan pendukung baik lunak

maupun keras dalam rongga mulut. Pada pasien yang kehilangan gigi,

pemakaian gigi tiruan dapat membantu proses mastikasi (pengunyahan),


estetika, dan fonetik, serta mempertahankan keadaan jaringan rongga

mulut.

GTSL perlu digunakan untuk mencegah penyusutan tulang

alveolar, berkurangnya vertikal dimensi disebabkan turunnya otot-otot

pipi karena tidak adanya penyangga, dan hilangnya oklusi sentrik. Pada

orang yang kehilangan seluruh giginya, vertikal dimensi oklusi alami

akan hilang dan mulut cendurung overclosure. Hal ini akan

menyebabkan pipi berkerut dan masuk ke dalam serta membentuk

commisure. Selain itu, lidah sebagai kumpulan otot yang sangat dinamis

karena hilangnya gigi akan mengisi ruang selebar mungkin sehingga

lidah akan membesar dan nantinya dapat menyulitkan proses pembuatan

gigi tiruan. Selama berfungsi rahang bawah berusaha berkontak dengan

rahang atas sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang bawah akan

menyebabkan hilangnya oklusi sentrik sehingga dapat menyebab

gigiyang tersisa jadi over erupsi atau ekstrusi.

Keberhasilan pembuatan GTSL tergantung dari retensi yang

dapat menimbulkan efek psikologis dan dukungan jaringan sekitarnya,

sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini

mencakup :

1. Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris,

saliva, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak,

kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot

muka, bentuk dan gerakan lidah.


2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

4. Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :

 Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

 Posisi individual gigi

 Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi

rahang atas dan rahang bawah.

Perawatan pada pengguna GTSL dapat dikatakan berhasil apabila :

 Enak dipakai, nyaman dan menyenangkan

 Dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis

 Dapat memelihara keadaan jaringan mulut.

Setelah diinsersi dan dilakukan kontrol, pasien sudah merasa nyaman dengan

gigi tiruan sebagian lepasan berbahan akriliknya, sudah dapat mengembalikan

fungsi fonetik, mastikasi, dan estetis pasien.

Anda mungkin juga menyukai