Dosen Penguji:
dr. Arif Rahman S, Sp. F, Msi. Med, SH, DHM
Residen Pembimbing:
dr. Ricka Brillianty
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN STUDI MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONOGORO
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PERIODE 4 MARET 2013 s.d 30 MARET 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Dosen Penguji : dr. Arif Rahman S, Sp. F, Msi. Med, SH, DHM
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
dr. Arif Rahman S, Sp. F, Msi. Med, SH, DHM dr. Ricka Brillianty Zaluchu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul “
PERBEDAAN INFANTISIDA DAN PEMBUNUHAN ANAK BIASA ”. Tugas ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti program Profesi dokter di bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Studi Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro
Semarang. Pada penulisan dan penyusunan referat ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. dr. Arif Rahman S, Sp. F, Msi. Med, SH, DHM selaku dosen penguji
Penulis sadar bahwa dalam tugas ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis
berharap agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun dalam
perbaikan referat ini.
Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Penulis sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah buah hati yang sangat berharga bagi setiap keluarga, sebagai pewaris dan
penerus kedua orang tuanya. Sedangkan seorang ibu adalah sosok yang penuh kasih sayang,
apapun dikorbankan demi anak buah hatinya. Oleh karena itu seorang anak harus
mendapatkan perlindungan baik masih dalam kandungan maupun setelah dilahirkan. Tetapi
sekarang ini berita-berita tentang ditemukannya bayi yang baru lahir dalam keadaan
meninggal karena dibunuh oleh ibunya, seringkali dijumpai di media massa.1
Kasus pembunuhan terhadap bayi yang baru lahir telah dikenal sejak dahulu dan
terjadi dimana saja. Fir’aun di zamannya telah memerintahkan membunuh setiap bayi laki-
laki yang lahir, karena takut munculnya seorang raja baru. Masih banyak lagi alasan lain yang
mendorong seseorang sampai hati merampas nyawa seorang bayi yang baru dilahirkan.2
Pembunuhan anak sendiri adalah suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa dimana
kejahatan ini bersifat unik. Keunikan tersebut dikarenakan pelaku pembunuhan haruslah ibu
kandungnya sendiri dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah
karena ibu kandungnya takut ketahuan bahwa dia telah melahirkan anak, salah satunya
karena anak tersebut adalah hasil hubungan gelap. Selain itu, keunikan lainnya yaitu saat
dilakukan tindakan menghilangkan nyawa anaknya yaitu saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian. Patokannya yaitu dapat dilihat apakah sudah ada atau belum tanda-tanda
perawatan, dibersihkan, dipotong tali pusat atau diberikan pakaian.3
Akan tetapi, banyak negara yang menganut bahwa pembunuhan anak sendiri
bukanlah tindakan kriminal, tetapi merupakan tindakan akibat tuntutan sosial ekonomi. Di
Inggris dan Wales sejak 1922, infanticide tidak dimasukkan ke dalam undang-undang
kriminalitas. Di Indonesia, infanticida juga memiliki kekhususan dalam penanganan hukum,
dimana pembunuhan ini tidak dikategorikan dalam aturan pembunuhan yang bersifat umum
( pasal 338 dan 340 KUHP). Pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya ini didasarkan atas
motif takut ketahuan melahirkan anak, baik itu dilakukan tanpa rencana sebelumnya
(kinderdoodslag) ataupun telah direncanakan sebelumnya (kindermood). Motif ini dikaitkan
dengan kultur dalam masyarakat Indonesia yang masih tabu dan merupakan aib yang besar
jika melahirkan tanpa suami.4
Saat ini ada kecenderungan kejadian infantisida meningkat yang dipicu oleh berbagai
faktor. Perilaku seks bebas yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia yang
menghasilkan anak tidak sah mendorong ibu untuk membunuh bayinya demi menjaga
kehormatan dan harga dirinya. Keterpurukan ekonomi negara yang menyebabkan angka
penduduk miskin meningkat tajam turut menjadi pemicu kejadian ini.
Faktanya tingkat kekerasan pada anak meningkat setiap tahunnya. Sepanjang tahun
2007, berdasarkan hasil perhimpunan berbagai berita di 19 koran, dalam kurun waktu satu
tahun terdapat 470 kasus tindak kekerasan pada anak. Dari jumlah itu 67 diantaranya
terbunuh, sedangkan 23 kasus lainnya merupakan tindakan pemerkosaan yang umumnya
dilakukan oleh dilakukan oleh pihak terdekat
Oleh karena itu kami sebagai praktisi sebagai praktisi kesehatan ingin meninjau
apakah perbedaan mendasar antara infanticida dan pembunuhan anak biasa. Tidak hanya
dilihat dari segi hukum yang berlaku di Indonesia tetapi dari segi motif yang mendasari
tindakan tersebut dan data apa yang akan kita dapatkan di dalam pemeriksaan forensik.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam penulisan referat
dengan topik ” INFANTISIDA” ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bekal dalam menjalani profesi sebagai dokter muda, ataupun saat setelah
berprofesi dokter.
2. Bagi Institusi Pendidikan
- Sebagai materi tinjauan pustaka yang diharapkan dapat melengkapi database
tinjauan ilmiah yang sudah ada.
- Sebagai bentuk kontribusi pemikiran kepada masyarakat, terutama terkait
kasus-kasus bidang Kedokteran Forensik dan Medikolegal yang berkembang
di masyarakat.
3. Bagi Institusi Penegak Keadilan
Sebagai tambahan informasi tentang perbedaan infantisida dan pembunuhan anak
biasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk itu dengan adanya batasan yang tegas tersebut maka suatu pembunuhan yang
tidak memenuhi salah satu kriteria di atas tidak dapat disebut sebagai pembunuhan anak
(infanticide), malainkan suatu pembunuhan biasa.6
Berdasarkan undang-undang tersebut kita dapat melihat adanya tiga faktor penting
yaitu:5
Ibu yaitu hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan
anak sendiri. Tidak dipersoalkan apakah ibu telah menikah atau tidak, sedangkan bagi
orang lain yang melakukan atau turut membunuh anak tersebut dihukum karena
pembunuhan atau pembunuhan berencana, dengan hukuman yang lebih berat yaitu 15
tahun penjara (pasal 338 pembunuhan tanpa rencana), atau 20 tahun, seumur
hidup/hukuman mati ( pasal 339 dan 340, pembunuhan dengan rencana).
Waktu yaitu dalam undang-undang tidak disebutkan batasan waktu yang tepat,
tetapi hanya dinyatakan “ pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian “. Sehingga
boleh dianggap pada saat belum timbul rasa kasih sayang seorang ibu terhadap
anaknya. Bila rasa kasih sayang sudah timbul maka ibu tersebut akan merawat dan
bukan membunuh anaknya.
Psikis yaitu ibu membunuh anaknya karena terdorong oleh rasa ketakutan akan
diketahui orang lain telah melahirkan anak itu, biasanya anak yang dilahirkan tersebut
didapatkan dari hubungan tidak sah.
2.3 Definisi dan Batasan Pengertian Pembunuhan Anak Biasa ( Non Infantisida)
Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak diatas usia satu hari yang
dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Pembunuhan anak sendiri merupakan kejadian
yang relatif jarang. Berdasarkan penelitian di kanada pada tahun 2004 terdapat 27 anak yang
dibunuh oleh orang tuanya, termasuk orang tua tiri, dan 22% diantaranya melakukan bunuh
diri setelah dia membunuh anaknya.7
Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya
sendiri dan tidak memenuhi syarat pembunuhan infanticide. Resnick mengklasifikasikan
pembunuhan terhadap anak berdasarkan motif dari pembunuhan, yang terdiri dari altruism,
acute psychosis, unwanted child, accidental, dan sposal revenge.7 Bourger and bradford
merupakan peneliti pertama yang mengungkapkan bahwa faktor gender merupakan faktor
yang penting dalam pembunuhan anak sendiri.7
1. Altruism
Adalah pembunuhan anak yang dilakukan berdasarkan motif rasa tidak tahan melihat
atau membayangkan anaknya menderita. Jenis pembunuhan ini dilakukan dengan
tujuan menghilangkan penderitaan dari anaknya, biasanya pembunuhan dengan motif
ini akan disertai dengan bunuh diri dari pelaku. Misal anak yang dibunuh oleh ibunya
karena mempunyai penyakit yang tidak dapat sembuh atau anak yang dibunuh oleh
ibunya karena selalu disiksa oleh keadaan atau seseorang.
2. Acute Psychosis
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan berdasarkan motif orang tua yang
mengalami gangguan kejiwaan.
3. Unwanted children
Adalah pembunuhan anak sendiri yang dilakukan karena orang tua tidak
mengharapkan anak tersebut. Pembunuhan anak berdasarkan motif ini biasanya sering
terjadi pada pernikahan yang tidak dinginkan atau pada kasus pemerkosaan.
4. Accidental
Adalah pembunuhan anak sendiri secara tidak sengaja. Pembunuhan jenis ini sering
berkaitan dengan penyiksaan terhadap anak yang berujung ke kematian anak tersebut.
Biasa pembunuhan dengan motif ini akan tampak tanda-tanda battered child
syndrome, cedera yang dihasilkan dari penyiksaan secara fisik bisa berupa bengkak,
luka bakar, patah tulang dan lain-lain.
5. Spousal Revange
Adalah pembunuhan terhadap anak sendiri dengan tujuan untuk balas dendam
terhadap pasangannya atau untuk memberi hukuman terhadap pasangannya.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa pembunuhan anak sendiri dapat dilakukan oleh
ibu atau ayah korban. Tahun pertama kehidupan merupakan waktu kritikal terjadinya
pembunuhan anak sendiri.7 Dari beberapa penelitian mengatakan bahwa ibu lebih sering
melakukan pembunuhan anak sendiri dibandingkan ayah tetapi dari penelitian yang lain
mengatakan bahwa ayah lebih sering melakukan pembunuhan anak. Bourget dan Gagne
sebagai peneliti pertama yang memasukan faktor gender sebagai selah satu faktor yang
penting pada pembunuhan anak, mereka juga mengkategorikan kemungkinan pelaku
melakukan bunuh diri dan penyiksaan diri. Mereka mengklasifikasikan pembunuhan anak
menjadi.9
1. Mentally ill
Adalah seseorang yang melakukan pembunuhan anak dengan gangguan pada axis
1, baik itu psikotik maupun non-psikotik. Pada pembunuhan karena motif ini pelaku bisa
mempunyai maksud tertentu pada pembunuhan atau tidak mempunyai maksud apapun.
2. Fatal abuse
3. Retaliating
Adalah seseorang yang melakukan pembunuhan anak dengan motif balas dendam
atau kemarahan terhadap pasangannya. Tidak ditemukan gangguan mental pada pelaku.
Pelaku mempunyai maksud pada pembunuhan anaknya.
4. Mercy
Adalah seseorang yang melakukan pembunuhan anak yang diakibatkan anak yang
menderita penyakit yang berat atau yang menimbulkan kecacatan pada anaknya. Gangguan
mental tidak ditemukan.
6. Unknown
Adalah seseorang yang melakukan pembunuhan anak dengan motif yang tidak
jelas, bisa terdapat gangguan mental maupun maksud tertentu.
Klasifikasinya
1. Grup A : Dapat disetai bunuh atau terdapat kemungkinan melakukan bunuh diri
Post partum depression adalah suatu keadaan dimana ibu mengalami depresi setelah
melahirkan anaknya, biasanya ini terjadi pada ibu yang baru pertama kali mempunyai anak.8
Para peneliti telah membagi keadaan ini menjadi tiga jenis yaitu:10
1. Baby blue
Baby blue merupakan bentuk yang paling ringan dari post partum depression.
Biasanya ini terjadi pada hari pertama atau ketiga setelah melahirkan. Ibu yang
mengalami keadaan ini akan mengalami gangguan tidur, perubahan mood, mudah
tersinggung, dan marah. Diperkirakan bahwa 50% - 80% mengalami hal ini.
2. Postpartum depression
Postpartum depression merupakan bentuk yang lebih parah dibandingkan baby blue.
Wanita yang mengalami hal ini akan merasakan kesedihan, akan sering terlihat
menangis, merasakan rasa bersalah, cemas, dan merasa tidak mampu menjalani
kehidupan sebagai seorang ibu. Selain itu pada keadaan ini ibu juga akan mengalami
gangguan fisik seperti sakit kepala, sakit dada dan hiperventilasi. Ibu akan
memperlakukan anaknya secara negatif dan menunjukan rasa ketidaktertarikan
terhadap anaknya sendiri. Hal ini akan berdampak pada hubungan antara ibu dan
anak. Pada keadaan seperti ini bukanlah hal yang aneh jika seorang ibu mempunyai
keinginan untuk mencelakakan anaknya sendiri.7 Salah satu penelitian menyimpulkan
bahwa 41% dari ibu yang mengalami postpartum depression mempunyai pikiran
untuk menyiksa anaknya dibandingkan dengan 7% dari yang digunakan sebagai
kontrol. Berdasarkan penelitian kejadian ini akan terjadi pada 3% - 20% dari total
kelahiran dan dapat terjadi dalam beberapa bulan bahkan bisa terjadi sampai satu
tahun.
3. Postpartum psychosis
Postpartum psychosis merupakan kajadian yang jarang terjadi. Ada kecenderungan
pada ibu yang mengalami postpartum depression dan tidak dirawat akan mengalami
hal ini. Gejala yang nampak yaitu pusing yang sangat parah, kelelahan, agitasi,
perubahan mood, merasa tidak berdaya dan malu. Hal ini dapat menimbulkan
halusinasi dan mania dari seorang ibu. Berdasarkan penelitian hal ini terjadi pada satu
dari seribu kelahiran.
Gangguan kepribadian dan gangguan psikososial merupakan kofaktor yang penting
pada ibu yang menyiksa anaknya. Hal ini dapat terjadi pada ibu yang mempunyai orang tua
yang bercerai sejak ia kecil dan mempunyai riwayat kekerasan pada saat ia kecil.
1Berdasarkan penelitian populasi ditemukan satu dari dua dari kematian anak yang
disebabkan karena accidental mempunyai riwayat penyiksaan sebelumnya.
Bourget dan gagne menemukan 77 kasus pembunuhan anak sendiri yang dilakukan
oleh ayah di Quebec dalam 10 tahun terakhir.9 Penelitian ini memperlihatkan beberapa faktor
yang berhubungan dengan korban, cara pembunuhan, dan motif yang mendasari dari
pembunuhan tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembunuhan anak sendiri lebih
sering dilakukan oleh ayah dibandingkan ibu dari korban. Hal ini berdasarkan jumlah pelaku,
Bourget dan gagne di penelitiannya yang berbeda menemukan terdapat 34 kasus pembunuhan
anak sendiri yang dilakukan oleh ibu pasien.11 Pada penelitian 32 kasus pembunuhan anak di
U.S Air Force, Lucas et al. menemukan bahwa pembunuhan terhadap anak dan bunuh diri
meningkat ketika umur dari korban semakin bertambah; 13% korbannya adalah anak yang
lebih muda (1-4 tahun) dan diikuti dengan kasus bunuh diri dari pelaku sedangkan 50%
korbannya adalah anak yang lebih tua (4-15 tahun).9
Seorang ayah merupakan pelaku yang cukup sering melakukan pembunuhan anak
yang disebabkan fatal abuse (accidental pada klasifikasi Resnik), yang biasanya disebabkan
oleh battered child syndrome (suatu tanda luka yang diakibatkan dari penyiksaan secara fisik)
dan jarang diikuti dengan gangguan psikotik maupun kasus bunuh diri. Riwayat kekerasan
pada zaman dahulu merupakan faktor yang sering menyebabkan terjadinya pembunuhan anak
yang dilakukan oleh ayah yang disebabkan oleh fatal abuse.
Faktor stress yang berat juga dilaporkan menjadi penyebab terjadinya pembunuhan
anak oleh ayahnya, termasuk masalah finansial, pernikahan yang terancam, dan ketakutan
akan perpisahan. Beberapa pembunuhan anak yang dilakukan oleh ayahnya terjadi setelah
terjadinya argumentasi mengenai ketidaksetiaan pasangan.
Gangguan kejiwaan mempunyai peran yang penting pada kasus ini. Haters dan
friedman menemukan dari 20 laki-laki yang melakukan pembunuhan pada anak, 25%
ditemukan mempunyai gangguan psikotik dan 50% menderita gangguan depresif mayor 7.
Bourqet dan Gagne mengungkapkan hal yang sama, pada 60 laki-laki yang melakukan
pembunuhan pada anak ditemukan 30% merupakan penderita psikotik, 52% merupakan
penderita depresi mayor7. Campion et al, menemukan bahwa 11 dari 12 kasus pembunuhan
anak yang dilakukan oleh ayah yang dijadikan sample mengalami gangguan psikiatri, dengan
7 (64%) dari laki-laki mengalami akut atau kronik psikotik pada saat terjadinya
pembunuhan.7
Pasal 338
“ Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.”
Pasal 339
“Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang
dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau
untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap
tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan
hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling
lama dua puluh tahun.”
Pasal 340
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang
lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.”
Pasal 344
“Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.”
Pasal 13
(1) Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung
jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
(2) Dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.
Bila ditemukan mayat bayi di tempat yang tidak semestinya, misalnya tempat sampah,
got, sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut mungkin adalah korban pembunuhan anak
sendiri (pasal 341, 342) pembunuhan (pasal 338, 339, 340, 343), lahir mati kemudian dibuang
(pasal 181) atau bayi yang ditelantarkan sampai mati (pasal 308).4
d. Mikroskopik paru-paru
Setelah paru-paru dikeluarkan dengan teknik tanpa sentuh, dilakukan fiksasi dengan
larutan formalin 10 %. Sesudah 12 jam, dibuat irisan melintang untuk memungkinkan
cairan fiksatif meresap dengan baik ke dalam paru. Setelah difiksasi selama 48 jam,
kemudian dibuat sediaan histopatologik. Biasanya digunakan perwarnaan HE dan bila
paru telah membusuk digunakan pewarnaan Gomori atau Ladewig.4
Struktur seperti kelenjar bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernapas,
tetapi merupakan ciri paru janin yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda
khas untuk paru janin belum bernapas adalah adanya tonjolan (projection) yang
berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan
dasar menipis sehingga akan tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung
bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum
bernapas yang sudah membusuk dengan perwarnaan Gomori atau Ladewig, tampak
serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti
rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan di bawah kapiler sejajar
dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops).4
Pada paru bayi yang lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan
amnion yang luas karena asfiksia intrauterin, misalnya akibat tertekannya tali pusat
atau solusio plasenta sehingga terjadi pernapasan janin prematur (intrauterine
submersion). Tampak sel-sel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit,
berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf “S”, bila dilihat dari
atas samping terlihat seperti bawang. Juga tampak sel-sel amnion bersifat asidofilik
dengan batas tidak jelas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.4
Mekonium yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin
terlihat dalam bronkioli dan alveoli. kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel
epitel bronkus yang merupakan tanda maserasi dini, atau fagositosis mekonium oleh
sel-sel dinding alveoli.4
Lahir mati ditandai pula oleh keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
kehidupaan seperti trauma persalinan yang hebat, perdarahan otak yang hebat, dengan
atau tanpa robekan tentorium serebeli, pneumonia intrauterin, kelainan kongenitasl
yang fatal seperti anensefalus.4
Adapun ringkasan perbedaan dari pemeriksaan paru:2
,6
n
Paru belum bernapas Paru sudah bernapas
No.
1 Volume kecil, kolaps, menempel Volume 4-6x lebih besar, sebagian
1. pada vertebra, konsistensi padat, menutupi jantung, konsistensi seperti karet
tidak ada krepitasi busa (ada krepitasi)
2
Tepi paru tajam Tepi paru tumpul
2.
3 Warna homogen, merah
Warna merah muda
3. kebiruan/ungu
5 Kalau diperas di bawah
4. permukaan air tidak keluar
Gelembung gas yang keluar halus dan rata
gelembung gas atau bila sudah
ukurannya.
ada pembusukan gelembungnya
besar dan tidak rata.
6 Tidak tampak alveoli yang Tampak alveoli, kadang-kadang terpisah
5. berkembang pada permukaan sendiri
6 Kalau diperas hanya keluar Bila diperas keluar banyak darah berbuih
6. darah sedikit dan tidak berbuih walaupun belum ada pembusukan (volume
(kecuali bila sudah ada darah dua kali volume sebelum napas.
pembusukan)
8 Berat paru kurang lebih 1/70 BB Berat paru kurang lebih 1/35 BB
7.
8 Seluruh bagian paru tenggelam Bagian-bagian paru yang mengembang
8. dalam air terapung dalam air.
2. Menangis
Bernapas dapat terjadi tanpa menangis, tetapi menangis tidak dapat terjadi tanpa
bernapas. Suara tangis yang terdengar belum berarti bayi tersebut lahir hidup karena suara
tangisan dapat terjadi dalam uterus atau dalam vagina. Yang merangsang bayi menangis
dalam uterus adalah masuknya udara dalam uterus dan kadar oksigen dalam darah
menurun dan atau kadar CO2 dalam darah meningkat.2,6
3. Pergerakan Otot
Keadaan ini harus disaksikan oleh saksi mata, karena post mortem tidak dapat dibuktikan.
Kaku mayat dapat terjadi pada bayi yang lahir hidup kemudian mati maupun yang lahir
mati.2,4
4. Peredaran Darah, Denyut Jantung, dan Perubahan pada Hemoglobin
Meliputi bukti fungsional yaitu denyut tali pusat dan detak jantung (harus ada saksi mata)
dan bukti anatomis yaitu perubahan-perubahan pada Hb serta perubahan dalam duktus
arteriosus, foramen ovale dan dalam duktus venosus (cabang vena umbilicalis yang
langsung masuk vena cava inferior).6
Bila ada yang menyaksikan denyut nadi tali pusat/detak jantung pada bayi yang
sudah terlahir lengkap, maka ini merupakan bukti suatu kelahiran hidup. Foramen ovale
tertutup bila telah terjadi pernapasan dan sirkulasi (satu hari sampai beberapa minggu).
Duktus arteriosus perlahan-lahan menjadi jaringan ikat (paling cepat dalam 24 jam)
Duktus venosus menutup dalam 2-3 hari sampai beberapa minggu.6
5. Isi Usus dan Lambung
Bila dalam lambung bayi ditemukan benda asing yang hanya dapat masuk akibat reflek
menelan, maka ini merupakan bukti kehidupan (lahir hidup). Udara dalam lambung dan
usus dapat terjadi akibat pernapasan wajar, pernapasan buatan, atau tertelan. Keadaan-
keadaan tersebut tidak dapat dibedakan. Cara pemeriksaan yaitu esophagus diikat,
dikeluarkan bersama lambung yang diikat pada jejunum lekuk pertama, kemudian
dimasukkan ke dalam air. makin jauh udara usus masuk dalam usus, makin kuat dugaan
adanya pernapasan 24-48 jam post mortem, mekonium sudah keluar semua seluruhnya
dari usus besar.2,6
6. Keadaan Tali Pusat
Yang harus diperhatikan pada tali pusat adalah pertama ada atau tidaknya denyut tali
pusat setelah kelahiran. Ini hanya dapat dibuktikan dengan saksi mata. Kedua,
pengeringan tali pusat, letak dan sifat ikatan, bagaimana tali pusat itu di putus (secara
tajam atau tumpul).2,6
7. Keadaan Kulit
Tidak satupun keadaan kulit yang dapat membuktikan adanya kehidupan setelah bayi
lahir, sebaliknya ada satu keadaan yang dapat memastikan bahwa bayi tersebut tidak lahir
hidup yaitu maserasi, yang dapat terjadi bila bayi sudah mati di dalam uterus beberapa
hari (8-10 hari). Hal ini harus dibedakan dengan proses pembusukan yaitu pada maserasi
tidak terbentuk gas karena terjadi secara steril. Kematian pada bayi dapat terjadi waktu
dilahirkan, sebelum dilahirkan atau setelah terpisah sama sekali dari ibu.2,6
Kematian pada bayi dapat terjadi saat bayi dilahirkan, sebelum dilahirkan, atau
setelah terpisah sama sekali dari si ibu. Bukti kematian dalam kandungan adalah:
a. Ante partum rigor mortis yang sering menimbulkan kesulitan waktu melahirkan
b. Maserasi, yaitu perlunakan janin dalam air ketuban dengan ciri-ciri:
Warna merah kecoklatan (pada pembusukan warnanya hijau).
Kutikula putih, sering membentuk bula berisi cairan kemerahan.
Tulang-tulang lentur dan lepas dari jaringan lunak.
Tidak ada gas, baunya khas.
Maserasi ini terjadi bila bayi sudah mati 8-10 hari dalam kandungan.6
Skin opacity
Pada bayi matur, jaringan lemak bawah kulit cukup tebal sehingga pembuluh
darah yang agak besar pada dinding perut tidak tampak atau tampak samar-samar.
Pada bayi prematur pembuluh-pembuluh tersebut tampak jelas.4
Processus xiphoideus
Pada bayi yang matur processus xiphoideus membengkok ke dorsal, sedangkan
pada yang prematur membengkok ke ventral atau satu bidang dengan korpus
manubrium sterni.4
Alis mata
Pada bayi yang matur, alis mata sudah lengkap, yakni bagian lateralnya sudah
terdapat, sedangkan pada yang prematur bagian itu belum terdapat.4
Pusat penulangan
Pusat-pusat penulangan khususnya pada tulang paha (femur) mempunyai arti yang
cukup penting. Bagian distal femur dan proksimal tibia akan menunjukkan pusat
penulangan pada umur kehamilan 36 minggu. Demikian juga pada cuboideum dan
cuneiform. Sedangkan, talus dan calcaneus pusat penulangan akan tampak pada
umur kehamilan 28 minggu.
Penaksiran umur gestasi
Rumus De Haas
Menurut rumus De Haas, untuk 5 bulan pertama panjang kepala-tumit dalam
sentimeter adalah sama dengan kuadrat angka bulan. Untuk 5 bulan terakhir,
panjang badan adalah sama dengan angka bulan dikalikan dengan angka 5.4
Rumus Arey
Menggunakan panjang kepala, tumit dan bokong.
Umur (bulan) = panjang kepala - tumit (cm) x 0,2
Umur (bulan) = panjang kepala - bokong (cm) x 0,3.4
Rumus Finnstrom
Menggunakan panjang lingkar kepala oksipito-frontal.
Umur gestasi = 11,03 + 7,75 (panjang lingkar kepala)4
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pembunuhan anak sendiri (infanticide) adalah pembunuhan yang dilakukan oleh
seorang ibu atas anak kandungnya pada saat lahir atau tidak lama kemudian karena takut
ketahuan telah melahirkan anak. Motif pembunuhan anak sendiri hanya satu, yaitu takut
ketahuan telah melahirkan anak. Dalam KUHP, pembunuhan anak sendiri tercantum di dalam
bab kejahatan terhadap nyawa orang. Pasal yang mengatur mengenai pembunuhan anak
sendiri, terdiri dari pasal 341, pasal 342, dan pasal 343. Berdasarkan undang-undang, terdapat
tiga faktor penting mengenai pembunuhan anak sendiri, yaitu faktor ibu, waktu, dan psikis.
Pembunuhan anak biasa adalah pembunuhan pada anak diatas usia satu hari yang
dilakukan oleh ibu, ayah, atau orang tua tiri. Berbeda dengan pembunuhan anak sendiri,
pembunuhan anak biasa memiliki berbagai motif, antara lain altruism, acute psychosis,
unwanted child, accidental, dan sposal revenge. Dalam KUHP, belum terdapat pasal yang
mengatur secara langsung pembunuhan anak biasa (non infantisida). Oleh karena itu,
pembunuhan anak biasa dapat dimasukkan dalam bab kejahatan terhadap nyawa orang, yaitu
pasal 338, 339, 340, dan 344, serta Undang-undang Perlindungan Anak pasal 13.
Pemeriksaan kedokteran forensik pada kasus pembunuhan anak atau yang diduga
kasus pembunuhan anak ditujukan untuk memperoleh kejelasan mengenai anak tersebut
dilahirkan hidup atau lahir mati, adanya tanda-tanda perawatan, luka-luka yang dapat
dikaitkan dengan penyebab kematian, anak tersebut dilahirkan cukup bulan dalam
kandungan, dan adanya kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
Pemeriksaan terhadap kasus pembunuhan anak sendiri dilakukan terhadap
pelaku/tertuduh (ibu kandung yang baru melahirkan) dan korban (bayi yang baru dilahirkan).
Pada ibu, diperiksa tanda telah melahirkan anak, berapa lama telah melahirkan, adanya tanda-
tanda partus precipitates, pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan histopatologi
terhadap sisa plasenta dalam darah yang berasal dari rahim. Sedangkan, pada korban
diperiksa viabilitas, penentuan umur, pernah atau tidak pernah bernapas, umur ekstrauterin,
dan sebab kematian. Sebab kematian dapat berupa akibat penyakit, kecelakaan, dan tindakan
kriminal. Salah satu contoh kematian akibat tindakan criminal adalah tindakan pembunuhan
berupa pembekapan.
2. Saran
Infantisida merupakan hal yang penting bagi kedokteran forensik karena infantisida
merupakan kasus istimewa dan berbeda dengan pembunuhan anak biasa. Oleh sebab itu
perlu pelajaran lebih dalam lagi tentang ilmu ini dan saling melengkapi terhadap ilmu-
ilmu yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA