Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cacing tanah adalah cacing yang hidup di tanah. Di Indonesia yang

dikenal sebagai negara agraris, cacing tanah dapat hidup dan tersebar di seluruh

pelosok nusantara.

Peran cacing adalah untuk menjaga keseimbangan lingkungan karena

terletak dalam satu lingkaran dengan manusia dan unggas, sementara pemanfaatan

belum maksimal, padahal cacing memilki berbagai manfaat. Cacing tanah

memperbaiki struktur tanah melalui aktivitasnya dalam menggali lubang/saluran

dalam tanah sehingga meningkatkan porositas tanah dan infiltrasi tanah yang

sangat menguntungkan akar tanaman. Pemahaman akan peran cacing tanah sangat

dibutuhkan untuk memperbaiki strategi pengelolaan lahan pertanian.

Dewasa ini penggunaan berbagai macam organisme baik hewan maupun

tumbuhan banyak digunakan oleh para ahli untuk penyembuhan berbagai macam

penyakit. Salah satu jenis organisme yang digunakan adalah cacing tanah yang

dikenal dengan nama ilmiah Lumbricus rubellus. kita mengetahui bahwa

masyarakat kurang mengerti manfaat dari cacing tanah ( lumbricus rubellus ).

Selama ini kita beranggapan bahwa cacing tanah merupakan hewan yang

menjijikkan dan tak banyak memiliki manfaat. Padahal cacing tanah

memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Diantaranya untuk

penyakit tekanan darah rendah, tekanan darah tinggi, kencing manis, tipus,

rematik dan penyakit kronis lainnya.

Tujuan Penulisan 1
2

Untuk mengetahui bagaimana pedoman dalam membudidayakan cacing

tanah, dan prospek cacing tanah tersebut di masa yang akan datang.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian

Mata Kuliah Aneka Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang

membutuhkan.

BAB II
ISI
3

A. Klasifikasi Cacing Tanah

Klasifikasi cacing tanah Lumbricus rubellus adalah :

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoa

Filum : Annelida

Kelas : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Sub Ordo : Lumbricina

Famili : Lumbricidae

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus rubellus

(Sumber : Leiden University Medical Center, 2005)

Cacing tanah merupakan hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata)

yang digolongkan ke dalam filum Annelida, ordo Oligochaeta, dan kelas

Chaetopoda yang hidup dalam tanah. Penggolongan ini didasarkan pada bentuk

morfologi karena tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk cincin

(annulus), setiap segmen memiliki beberapa pasang seta, yaitu struktur berbentuk

rambut yang berguna untuk memegang substrat dan bergerak

(Edwards dan Lofty, 1977).

Rukmana (1999), menyatakan bahwa cacing tanah bersifat hermaprodit

atau biseksual. Artinya, pada tubuhnya terdapat dua alat kelamin, yaitu jantan dan

betina. Namun, untuk pembuahan cacing tanah tidak dapat melakukannya sendiri,
3
tetapi harus dilakukan oleh sepasang cacing tanah. Dari perkawinan tersebut,

masing-masing cacing tanah dapat menghasilkan satu kokon yang didalamnya


4

terdapat beberapa butir telur. Subowo (2008), menyatakan bahwa kopulasi dan

produksi kokon biasanya dilakukan pada bulan panas.

B. Kelebihan dan Kelemahan Cacing Tanah

Cacing (khususnya jenis Lumbricus Rubellus) memang memiliki banyak

manfaat untuk manusia. Diantara kebaikan-kebaikan ini, cacing bisa dijadikan

obat penurun panas dan demam yang sangat efektif. Bahkan, penggunaan cacing

dalam obat sudah diperkenalkan sejak nenek moyang dulu. Tidak hanya di

Indonesia, cacing lumbricus rubellus atau biasa dikenal cacing tanah merah ini

juga menjadi bahan utama dalam pembuatan obat dan bahan kosmetik di luar

negeri, seperti Cina, Korea, Jepang, Kanada, dan Amerika. Adapun kelebihan dan

kelemahan beternak cacing tanah yaitu :

Kelebihan :

1. Perkembangbiakan cacing tergolong cepat


2. Masa panen untuk cacing jenis lumbricus rubellus ini hanya membutuhkan

waktu 40 hari
3. Ketahanan tubuh yang sangat luar biasa
4. Mudah pemeliharaan dan perawatannya karena bisa dikembangkan di media

limbah organik maupun kotoran ternak


5. Pakan cacing pun juga tergolong mudah

Kelemahan :

1. Ketersediaan cacing tanah masih sangat terbatas karena belum banyak yang

melakukan budidaya.
2. Harga jual cacing tanah masih relatif lebih mahal
3. Mudah stres jika terkena sinar matahari secara langsung, cacing memerlukan

tempat yang lembab.


5

C. Spesifikasi dan Ciri Cacing Tanah

1. Cacing Lumbricus rubellus

Lumbricus rubellus mempunyai keuntungan jika dipelihara, yaitu: mudah

dalam penangannya, dan memiliki nilai komersial tinggi. Lumbricus rubellus ini

berwarna kemerahan, dengan panjang berkisar antara 7,5 –10 cm. Cacing tanah

jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh gilig. Tubuhnya terdapat segmen luar

dan dalam, berambut, tidak mempunyai kerangka luar, tubuhnya dilindungi oleh

kutikula (kulit bagian luar), tidak memiliki alat gerak dan tidak memiliki mata.

Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada

segmen 27-32. Klitelum merupakan alat yang membantu perkembangan dan baru

muncul saat cacing mencapai dewasa kelamin, sekitar 2 bulan (Minnich, 1977).

Lendir pada tubuhnya yang dihasilkan oleh kelenjar epidermis

mempermudah pergerakannya. Pada setiap segmennya terdapat organ seta yang

berupa rambut yang relatif keras, berukuran pendek, dan memiliki daya lekat yang

sangat kuat. Selain itu, terdapat pula prostomium yang merupakan organ syaraf

perasa dan berbentuk seperti bibir. Bagian akhir tubuhnya terdapat anus untuk

mengeluarkan sisa-sisa makanan dan tanah yang dimakannya. Kotoran yang

keluar dari anus Lumbricus rubellus dikenal dengan istilah kascing. Kascing
6

terdiri dari berbagai komponen biologis (giberelin, sitokinin, auxin) maupun

kimiawi (nitrogen, fosfor, kalium, belerang, magnesium, besi) yang sangat

diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Kascing bersifat

netral dengan pH 6,5-7,4 dan rata-ratanya adalah 6,8 (Palungkun, 2008).

Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan

cacing tanah adalah antara 15-30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan

cacing tanah adalah sekitar 15–250C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi

dari 250C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal

(James, 1990).

D. Syarat Lokasi Pemeliharaan

1.Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam

jumlah besar.

2.Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari daun yang gugur, kotoran ternak

atau tanaman dan hewan yang sudah mati. Cacing tanah menyukai bahan- bahan

yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.

3.Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit

asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh

cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau

fermentasi.

4.Kelembapan yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing

tanah adalah antara 60-85%.

5.Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon

adalah sekitar 15-25 celsius


7

6.Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penangannan dan

pengawasan serta tidak terkena sinar matahari secara langsung.

7.Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah didapat

seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat agar lebih efisien.

E. Pedoman Teknis Budidaya

 Managemen Pemeliharaan Cacing Tanah

Pemeliharaan cacing tanah pada peternakan milik Pak Aloy dengan

memanfaatkan kandang dengan membuat rak-rak ataupun dengan memanfaatkan

kotak-kotak pemeliharaan. Khusus pemanfatan dengan menggunakan kotak,

dialasi dengan bahan yang terbuat dari plastik seperti tenda (berukuran tertentu).

Media tumbuh yang dimanfaatkan tediri dari kompos dan feses sapi yang telah

diangin-anginkan.

Bibit cacing tanah yang digunakan merupakan telur yang telah menetas

dari cacing sebelumnya. Dikarenakan Pak Aloy hanya membeli bibit diawal

dilakukannya usaha budidaya. Seterusnya, hanya memanfaatkan telurnya hingga

dapat dipanen. Pemeliharaan dilakukan selama 1-1,5 bulan. Sedangkan untuk

pakannya berasal dari campuran feses dan limbah sayuran. Pemberian pakan

dilakukan satu kali dalam seminggu.

Budidaya cacing tanah dipeternakan Pak Aloy terlihat tidak berproduksi

dengan maksimal. Dimana masih terlihat ruang kosong yang tidak dimafaatkan,

serta kondisi kandang yang tidak bersih dan kurang layak.


8

Rak dan kotak kotak dialasi ruang kosong

 Breeding pada Cacing Tanah

Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayakan cacing tanah adalah

meramu media tumbuh, menyediakan bibt cacing dan mempersiapkan kandang

cacing.

1. Pemilihan Bibit Calon Induk

Pemilihan bibit awal dibeli dari agen peternak cacing tanah skala besar dan

seterusnya dipilih oleh peternak (Pak Aloi) di kandang bekas pemeliharaan

sebelumnya yang masih terdapat telur cacing tanah dan cacing tanah muda

2. Pemeliharaan Bibit Calon Induk

Bibit calon induk cacing tanah diberi pakan berupa campuran feses sapi,

kompos, air, dan pelet 551 (pelet babi) yang diberikan seminggu sekali.

Pemeliharaan bibit calon induk dipelihara selama 1-1,5 bulan.

3. Sistem Perkawinan

Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin ganda

(jantan dan betina) dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan,

masing-masing akan memberikan spermatozoa kepada kedua cacing tersebut

dan akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.

 Feeding pada Cacing Tanah


9

Berdasarkan hasil survey di lapangan, diketahui pakan ternak cacing tanah

berasal dari campuran feses dan limbah sayuran seperti sayur sawi, kol, dan sayur

lainnya. Pakan dibuat dengan cara menghaluskan limbah sayuran hingga menjadi

seperti bubur, kemudian perbandingan antara feses sapi dengan kompos sebagai

media perkembangbiakan cacing tanah yaitu 60% : 40%.

Pakan diberikan sebanyak 250 ml pada setiap media perkembangbiakan

cacing tanah yang berukuran 60 cm x 15 cm. Pemberian pakan dilakukan satu kali

dalam seminggu dengan cara meletakkan pakan diatas media perkembangbiakan

hingga rata. Selain itu cacing tanah juga memanfaatkan feses sapi sebagai sumber

nutrisi.

F. Potensi Beternak Cacing Tanah

Cacing tanah Lumbricus rubellus adalah jenis cacing tanah yang

bermanfaat untuk memusnahkan sampah organik karena mempunyai beberapa

keunggulan diantaranya adalah laju reproduksi tinggi, mudah beradaptasi dengan

lingkungan, dan bersifat rakus pada materi-materi organik. Untuk mengurangi

jumlah sampah yang semakin meningkat manusia membudidayakan Lumbricus

rubellus, selain untuk mengolah sampah Lumbricus rubellus digunakan dalam

bidang kesehatan yaitu sebagai obat tifus dan dapat meredakan demam,

menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik, dan sakit gigi.

Selain digunakan untuk obat dan pengolah sampah, manusia membudidayakannya

sebagai makanan ternak seperti unggas, ikan dan udang.

Penggunaan cacing tanah dalam perombakan kotoran ternak dan sisa-

sisa sayuran menjadi salah satu upaya menambah nilai guna limbah yang ada.

Cacing tanah membutuhkan limbah berupa kotoran ternak maupun sisa


10

sayuran sebagai media berkembangbiak dan juga sebagai pakan. Sisa kotoran

ternak yang dimakan akan menjadi pupuk bekas cacing atau biasa disebut

vermikompos. Vermikompos memiliki keunggulan, yaitu adanya mikroba

yang terbawa dari organ pencernaan cacing yang bermanfaat bagi pertumbuhan

tanaman.

Cacing tanah memiliki kandungan protein yang tinggi (72% - 84,5%).

Protein cacing tanah mengandung 20 asam amino, yang terdiri atas lisin,

triptopan, histidin, fenilalanin, isoleusin, leusin, theorin,methionin, arginine,

glisin, alanin, sistin, tirosin, asam aspartik, asam glutamat, prolin,

hidroksiprolin, serin, dan sitruline (Rukmana, 2000). Kandungan protein yang

tinggi dari biomassa cacing tanah berpotensi dikembangkan sebagai bahan

pakan ternak sumber protein agar pertumbuhan ternak semakin cepat.

Bidang farmasi membutuhkan cacing tanah sebagai bahan baku dalam

pembuatan obat-obatan tertentu. Cacing tanah Lumbricus rubellus adalah jenis

cacing tanah yang banyak dijadikan bahan baku pembuatan obat. Cacing tanah

seringkali dimanfaatkan dalam pembuatan obat typus dan asam lambung.

Menurut penuturan Pak Aloi bahwa dengan mengkonsumsi ternak cacing

5 ekor dalam sehari menyebabkan rambut uban berkurang. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Rochayat Harun (2009) dalam Khairuman dan K. Amri (2009) yang

menyatakan bahwa cacing tanah memiliki banyak kegunaan, selain dapat

digunakan sebagai indikator sehatnya lingkungan tanah juga dapat digunakan

untuk bahan utama berbagai produk kosmetik. Beberapa produk kosmetik

memanfaatkan bahan aktif cacing tanah sebagai substrak pelembut kulit.


11

Penggunaan tepung cacing tanah adalah sebagai bahan obat karena

diketahui memiliki senyawa antimikroba, anti tumor bahkan anti kanker

(Fauzzy, 2009). Disamping itu digunakan juga sebagai bahan tambahan

dalam pembuatan makanan dan minuman (Palungkun, 2010).

Analisis Usaha Budidaya Cacing Tanah


12

Analisa usaha ialah suatu langkah menilai dan memperhitungkan suatu


usaha. Analisa usaha meliputi modal awal yang diperlukan, biaya produksi,
pendapatan, keuntungan, kelayakan usaha dan pemasaran
1. Modal awal
Modal awal adalah biaya yang dibutuhkan dalam memulai suatu usaha.
Budidaya cacing tanah juga membutuhkan modal dalam membuka usaha. Meliputi biaya
lahan, biaya kandang, biaya peralatan kandang, bibit , tenaga kerja, media dan pakan.
No Keterangan Ukuran/Jumlah Harga (Rp) Total Harga (Rp)
1 Biaya Kandang 1750000
Atap 40 Lembar 10000
Tembok Beton 16 50000
Paku 2 Kg 20000
Kayu 6 Batang 40000
Bambu 10 Batang 10000
Pintu 1 Buah 50000
Tenda 8 15000
2 Peralatan Kandang 983000
Rak Cacing 2 Rak
Tenda 14,4 15000
Kayu 8 Batang 30000
Bambu 6 Batang 10000
Kawat 1 Gulung 5000
Plastik Jaring 50 Buah 11000
Tong Pakan 1buah 10000
Ember 2 Buah 5000
3 Bibit 15 Kg 80000 80000
4 Tenaga Kerja 1 Orang 1000000
5 Media 40000
Kompos 2 Karung 8000
Feses Sapi 3 Karung 8000
6 Pakan 60000
Feses Sapi 1karung 8000
Pelet B11 1karung 6000
Sayuran 1kg 1000
7 Air/Pulsa 22 20000 20000
8 Lahan 40 100000 4000000
Jumlah 7933000

2. Biaya produksi
13

Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan


dalam proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan suatu produk atau
barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
operasional barang / pabrik, dan lain sebagainya. Biaya produksi ini harus
diakumulasi secara cermat untuk kemudian dihitung dan dibandingkan dengan
laba kotor perusahaan. Selisih pendapatan dikurangi dengan biaya produksi akan
menjadi laba bersih perusahaan atau total keuntungan yang diperoleh. Biaya
produksi ini diperlukan untuk mendukung proses pengolahan bahan baku menjadi
produk jadi yang siap dipasarkan kepada konsumen. Biaya produksi ialah jumlah
dari biaya penyusutan atau biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan ataupun
penurunan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya yang
harus dibayar oleh perusahaan terlepas dari aktivitas bisnis.
Harga Awal Harga
No Keterangan Ukuran/Jumlah
(Rp) Penyusutan (Rp)
1 Biaya Kandang
Atap 40 Lembar 400000 133333
Tembok Beton 16 800000 80000
Paku 2 Kg 40000 12666,7
Kayu 6 Batang 240000 42000
Bambu 10 Batang 100000 25000
Pintu 1 Buah 50000 16666,7
Tenda 8 120000 24000

2 Peralatan Kandang
Rak Cacing 2 Rak
Tenda 14,4 216000 43200
Kayu 8 Batang 240000 40000
Bambu 6 Batang 60000 20000
Kawat 1 Gulung 5000 1333
Plastik Jaring 50 Buah 550000 87500
Tong Pakan 1buah 10000 1900
Ember 2 Buah 10000 1600
Jumlah 529200
14

b. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang selalu berubah-ubah yang dipengaruhi jumlah

produksi. Biaya variabel ialah biaya yang habis pakai. Biasanya biaya inilah yang paling

besar. Jika kuantitas produksi meningkat maka biaya variabel akan semakin meningkat.

No Uraian Jumlah Harga Satuan Total Harga Dalam 1 Tahun


1 Bibit 15 80000 80000 640000
Tenaga
2 1 1000000 12000000
Kerja
3 Media 16000 16000
Kompos 2 8000
Feses 3 8000
4 Pakan 60000 720000
Feses 1 8000
Pelet B11 1 6000
Sayuran 1 1000
5 Air/Pulsa 1 20000 20000 240000
6 Perawatan Kandang 10000 120000
Jumlah/Tahun 13736000

Total Biaya Produksi

no uraian jumlah
1 biaya tetap 529200
2 biaya variabel 13736000
total 14265200

3. Pendapatan

Pendapatan ialah penerimaan dari penjualan barang produksi. Usaha

budidaya cacing tanah menerima pendapatan dari penjualan cacing tanah yang

dipanen 45 hari sekali dan media kompos dalam satu tahun. Untuk lebih jelasnya

keterangan ada pada tabel.

No Uraian Jumlah Harga/Kg Total Harga Pemasukan/Tahun


1 4 Rak Panjang 28 60000 1680000 13440000
15

Produksi 7 Kg
50 Rak Kecil,
2 Produksi 0,5 25 60000 1500000 12000000
Kg
3 Media 2 8000 16000
Total 25456000

4. Keuntungan

Keuntungan diperoleh dari mengurangkan pendapatan dengan biaya

selama produksi. Pendapatan dari budidaya cacing selama satu tahun ialah

Rp 25.456.000 dan total biaya produksi selama satu tahun ialah Rp 14.265.200.

keuntungan yang diperoleh selama satu tahun ialah Rp 11.190.800 atau perbulan

Rp 932.566,00

5. Break Even Point (BEP)

Break even point (BEP) ialah harga minimal atau penjualan minimal yang

tidak menghasilkan keuntungan maupun kerugian atau biaya impas. BEP ada dua

jenis yaitu BEP harga dan BEP barang. BEP harga cacing ialah harga minimal dari

cacing yang dipanen. BEP harga cacing ialah perbandingan biaya produksi dengan

banyaknya cacing yang diperoleh. BEP cacing ialah Rp 33.650,00/kg. Sedangkan

harga jual ialah Rp 60.000. BEP cacing tanah ialah perbandingan biaya produksi

dengan harga jual cacing. BEP cacing tanah ialah 237,75 kg sedangkan

produksinya ialah 424 kg/tahun.

6. Kelayakan usaha

Kelayakan usaha ialah suatu penilaian tentang suatu usaha dapat

memberikan keuntungan atau tidak. R/C dilihat dari jumlah penerimaan

dibandingkan dengan biaya produksi sedangkan B/C dilihat dari keuntungan

dibandingkan dengan biaya produksi. R/C dikatakan layak jika >1 sedangkan B/C

dikatakan layak jika > 0. Adapun R/C daribudidaya cacing ialah 1,78 dan B/C
16

ialah 0,78. Ditinjau dari R/C > 1 dan B/C > 0 maka usaha budidaya cacing tanah

layak dijalankan.

7. Pemasaran cacing tanah

Pemasaran adalah suatu hal paling dibutuhkan karena akan menjadi jalan

bagi usaha dapat berlangsung ke depannya. Pemasaran yang dilakukan untuk

cacing tanah ialah dengan mengiklankan di media online maupun dari mulut ke

mulut. Manfaat dari cacing ialah sebagai bahan obat, kosmetik, pakan ternak dan

ikan. Dalam pemasaran belum ada kesulitan yang dialami peternak karena masih

sedikit yang membudidayaknnya sehingga jumlah penawaran dan permintaan

masih seimbang. Kedepannya cacing tanah akan menjadi prospek yang

menguntungkan di masa mendatang karena banyaknya manfaatnya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
17

DAFTAR PUSTAKA

Edward CH, Lofty JR. 1977. Biology


16of earthworm. London Chapman and Hall.
John Wiley & Sons. New York.

Fauzzy Ahmad. 2009. Kajian Pengaruh Substitusi Parsial Tepung Terigu dengan
Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus) terhadap Sifat Kimia dan
Penilaian Sensoris Kreker. Program Studi Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. [Skripsi]

James SW. 1990. Oligochaeta: Megascolecidae and other earthworm from


Southern and Midwestern North America. Di dalam Soil biology guide.
DL Dindal. Wiley-Interscience Publication. New York, Chichester,
Brisbane, Toronto, Singapore.
18

Khairuman dan K Amri. 2009. Mengeruk untung dari berternak cacing,80.


AgroMedia Pustaka. Bintaro.

Leiden University Medical Center. 2005. Description of The Biology of


Plasmodium berghei and Comparisons Between Characteristic of P.
Berghei and Those of The Human parasite P. Falciparum.
http://www.lumb.nl/1010/research/malaria/model/html, 7 Juni 2014.

Minnich J. 1977. The earthworm book how to raise and use earthworms for your
farm and garden. Rodale Press Emmaus, PA. United States of America.

Palungkun R. 2008. Sukses Beternak Cacing Tanah Lumbricus Rubellus. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Rukmana HR. 1999. Budidaya Cacing Tanah. Penerbit Kanisius (Anggota


IKAPI). Yogyakarta.

Subowo G. 2008. Prospek Cacing Tanah untuk Pengembangan Teknologi


Resapan Biologi Di Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian. 27(4): 146
150.

Anda mungkin juga menyukai