Proposal Penelitian Antibiotik
Proposal Penelitian Antibiotik
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
SURYA FAHROZI
081001267
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian dengan Judul :
Surya Fahrozi
081001267
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Lahan
penelitian
KATA PENGANTAR
Surya Fahrozi
DAFTAR ISI
LAMPIRAN .............................................................................................. 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
mengakibatkan penggunaan yang tidak tepat indikasi, tidak tepat dosis, tidak
tepat cara dan waktu pemberiannya oleh pengguna. Hal ini menjadi salah satu
faktor penyebab meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik. Oleh
karena itu ingin diketahui hubungan antara karakteristik masyarakat dengan
penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai
Timur.
1.3 Tujuan Penelitian
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang
diperoleh secara bebas di Kecamatan Binjai Timur.
Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang
dikonsumsi secara bebas.
b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan masyarakat yang menggunakan
antibiotik secara bebas.
c. Untuk mengetahui penghasilan rata-rata golongan masyarakat yang
menggunakan antibiotik.
d. Untuk mengetahui jenis kelamin yang lebih sering menggunakan
antibiotik
1.4 Manfaat
a. Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Kota Binjai untuk lebih
memperhatikan penjualan antibiotik secara bebas yang tidak sesuai dengan
peraturan undang-undangan yang berlaku
b. Sebagai masukkan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan penerapan
undang-undang obat keras dalam suatu pelayanan kesehatan.
c. Sebagai masukkan bagi penyusunan/pelaksanaan program terhadap
penggunaan antibiotik yang rasional untuk masyarakat awam.
BAB II
2.1 Antibiotik
4
2.1.1 Defenisi
Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang
dihasilkan berbagai jenis mikroorganisme (bakteri,fungi,aktinomisetes)
yang menekan mikroorganisme lainnya. Namun, penggunaannya secara
umum sering kali memperluas istilah antibiotik sehingga meliputi senyawa
antimikroba sintetik, seperti sulfonamide dan quinolone. Ratusan
antibiotik telah berhasil diidentifikasi dan dikembangkan sehingga dapat
dimanfaatkan dalam terapi penyakit infeksi.(5) Antibiotika adalah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,, yang dapat menghambat
atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotic dewasa ini
dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari – hari antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk
mikroba (misalnya sulfonamide dan kuinolon) juga sering digolongkan
sebagai antibiotik.(6)
mungkin dapat dianggap relative tidak toksik sampai kini ialah golongan
penisilin. Dalam menimbulkan efek toksik, masing – masing antimikroba
dapat memiliki predileksi terhadap organ atau sistem tertentu pada tubuh
hospes.
(4) Perubahan biologi dan metabolik pada hospes
Penggunaan antimikroba, tertutama yang berspektrum luas, dapat
mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mkroba
yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi pathogen. Gangguan
keseimbangan ekologik mikroflora normal dapat terjadi di saluran cerna,
nafas dan kelamin, dan pada kulit. Pada beberapa keadaan perubahan ini
dapat terjadi menimbulkan super infeksi yaitu suatu infeksi baru yang
terjadi akibat terapi infeksi primer dengan suatu antimikroba. Mikroba
penyebab superinfeksi biasanya ialah jenis mikroba yang menjadi
dominan pertumbuhannya akibat penggunaan antimikroba, umpamanya
candidiasis sering timbul sebagai akibat penggunaan antibiotic
berspektrum luas, khususnya tetrasiklin.(6)
Kehamilan
Pemberian obat pada ibu hamil harus disertai pertimbangan
kemungkinan terjadinya efek samping pada ibu maupun pada janin. Ibu
hamil pada umumnya lebih peka terhadap pengaruh obat tertentu,
termasuk antimikroba. Sedangkan kemungkinan timbulnya pada fetus,
tergantung pada daya obat menembus sawar uri serta usia janin. Pemberian
streptomisin pada ibu yang hamil tua dapat menimbulkan ketulian pada
bayi yang dilahirkan, sedangkan pemberian antimikroba pada kehamilan
trisemester pertama harus diingat bahaya teratogenesisnya.(6)
Genetik
Adanya perbedaan antar ras dapat menimbulkan perbedaan reaksi
terhadap obat. Sebagai contoh defisiensi enzim G6PD dapat menimbulkan
hemolisis akibat pemberian sulfonamid, kloramfenikol, dapson atau
nitrofurantoin.(6)
Keadaan Patologik Tubuh Hospes
Keadaan patologik tubuh hospes dapat mengubah farmakodinamik
dan farmakokinetik antimikroba tertentu. Keadaan fungsi hati dan ginjal
penting diketahui dalam pemberian obat, termasuk pemberian
antimikroba, sebab kedua organ tersebut berpengaruh besar pada
farmakokinetik obat. Gangguan pada hepar dapat menyebabkan gangguan
pada biotransformasi maupun pada ekskresi obat melalui empedu. Jadi,
sama dengan pemberian obat lain, pada pemberian antimikroba sebaiknya
selalu diperhatikan kemungkinan adanya gangguan fungsi organ atau
sistem tubuh, khususnya hati dan ginjal, guna mendapatkan efek terapi
optimal.(6)
Faktor pasien
Keadaan umum yang buruk dan gangguan mekanisme pertahanan
tubuh (selular dan humoral merupakan faktor penting yang menyebabkan
gagalnya terapi antimikroba.(6)
4. Profilaksis Antimikroba
Secara garis besar profilaksis antimikroba untuk kasus bukan bedah
diberikan untuk 3 tujuan :
Melindungi seseorang yang terpajan ( exposed ) kuman tertentu
Mencegah infeksi bakterial sekunder pada seseorang yang sedang
menderita penyakit lain
Mencegah endokarditis pada pasien kelainan katup atau struktur
jantung lain yang akan menempuh prosedur yang sering
menimbulkan bakterimia.(6)
2.3.2.2. Larangan ini tidak berlaku jika tindakan ini dijalankan oleh
pemerintah atau pedagang – pedagang besar yang diakui atau
pengangkutan – pengangkutan oleh Apoteker – apoteker, Dokter – dokter
yang memimpin Apotek dan Dokter Hewan.
2.3.2.3. Dalam soal – soal khusus, Inspektur Farmasi D.V.G. di Jakarta
dapat memberikan kelonggaran penuh atau sebagian terhadap larangan ini.
16
Pengetahuan
Pemberian
antibiotik Tanpa resep Resistensi
BAB III
METODE PENELITIAN
Masyarakat
Tingkat pengetahuan
Antibiotik diperoleh masyarakat Kecamatan
secara bebas Binjai Timur tentang
antibiotik yang
Kuesioner diperoleh secara bebas
penelitian
3.2 Defenisi Operasional
Pengetahuan masyarakat adalah kumpulan informasi tentang
antibotik yang diperoleh secara bebas oleh masyarakat Kecamatan Binjai
Timur, yang diukur dengan menggunakan kuesioner rancangan penulis
dengan sekala ukur.
Aspek pengukuran yang dilakukan berdasarkan jawaban responden
dan seluruh pertanyaan pengetahuan yang diberikan dalam bentuk pilihan
ganda. Jawaban yang tepat diberi nilai 1, dan jawaban yang tidak tepat
akan diberi nilai 0. Dari penetapan nilai tersebut, maka menjumlahkan
skor yang didapat dan dibuat persentase sebagai berikut :
Rumus :
x
S x 100%
r
Keterangan :
S = skor
x = Jawaban yang benar
r = jumlah nilai maksimum (10).
Selanjutnya pengetahuan dikategorikan sebagai berikut :
1. Baik, apabila total skor jawaban benar > 7
2. Sedang, apabila total skor jawaban benar 4-7
3. Buruk, apabila total skor jawaban benar < 4
Keterangan :
N = jumlah Populasi
n = jumlah Sampel
d = derajat kesalahan yang diinginkan = 0,1
n = 99,80
19
d. Tabulasi : data yang terkumpul dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.
Populasi
Sampel
Analisis data
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pertanyaan dalam kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan
responden mengenai penggunaan antibiotik pada masyarakat. Hal-hal yang
ditanyakan antara lain pengertian antibiotik (pertanyaan 1), penggunaan
antibiotik (pertanyaan 2),penyakit yang memerlukan antibiotik (pertanyaan 3),
asal petunjuk antibiotik (pertanyaan 4), efek penggunaan antibiotik yang tidak
tepat dosis (pertanyaan 5), penghentian penggunaan antibiotik (pertanyaan 6),
efek samping antibiotik (pertanyaan 7), pasien yang tidak selamanya boleh
dan harus berhati-hati dalam pemberian antibiotik (pertanyaan 8), tempat
penyimpanan antibiotik (pertanyaan 9), golongan obat antibiotik (pertanyaan
10).
Dari hasil penelitian (tabel 4.4) diketahui bahwa sebagian besar 53%
responden sudah mengerti tentang pengertian antibiotik. 64% responden sudah
mengetahui tentang penggunaan antibiotik. Hanya sebagian 50% responden
mengetahui tentang penyakit yang memerlukan antibiotik. Mayoritas 94%
responden mengetahui asal petunjuk antibiotik, serta 77% responden
mengetahui efek penggunaan antibiotik yang tidak tepat dosis. Mayoritas 78%
responden tidak mengetahui kapan penghentian penggunaan antibiotik
dilakukan, dan sebagian besar 57% responden tidak mengetahui efek samping
antibiotik. Sebagian besar 54% responden sudah mengetahui tentang pasien
yang tidak selamanya boleh dan harus berhati-hati dalam pemberian antibiotik
dan mayotias besar 89% responden mengetahui dimana tempat penyimpanan
antibiotik. 81% responden tidak mengetahui antibiotik termasuk golongan
obat berbahaya.
Menurut pendapat notoadmodjo (2003) bahwa pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan, penghasilan dan
sumber informasi yang digunakannya. Bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan dalam menerima
dan mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Pada penelitian ini,
mayoritas responden berada dalam kelompok umur 17-21 tahun (21%) dan
26
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam
penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di
Kecamatan Binjai Timur pada umumnya berada di tingkat pengetahuan
sedang, yaitu sebanyak 60 orang (60%) responden.
5.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian
ini. Adapun saran tersebut, yaitu :
1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Binjai, khususnya pusat
pelayanan kesehatan yang memiliki wilayah kerja di Kecamatan Binjai
Timur untuk lebih meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai
penggunaan antibiotik yang diperoleh secara bebas di masyarakat.
2. Diharapkan kepada pembina puskesmas setempat agar membentuk dan
mendidik kader-kader khusus untuk menebarkan informasi mengenai
efek penggunaan antibiotik yang diperoleh di masyarakat sehingga dapat
menurunkan angka resistensi terhadap antibiotik.
3. Bagi peneliti selanjutnya dengan masalah yang sama, diharapkan agar
lebih memperdalam cakupan penelitiannya, khususnya dalam hal
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang diperoleh
secara bebas, sehingga dapat lebih bermanfaat dalam perkembangan
ilmu pengetahuan.
28
DAFTAR PUSTAKA
x
3. Volpato DE, Souza BV, Rosa LGD, Melo LH, Daudt CAS, Deboni L. Use of
Antibiotics without Medical Prescription. BJID. 2005; 9(4).
4. Jateng D. Undang - Undang Obat Keras, St. No. 419 tgl 22 Desember 1949.
[Online].; 2007 [cited 1949 Desember 22. Available from: HYPERLINK
"http:///www.dinkesjatengprov.go.id/dinkes07/uuIUU-ObatKeras.pdf"
http:///www.dinkesjatengprov.go.id/dinkes07/uuIUU-ObatKeras.pdf .
5. Hardman JG, Limbird LE, editors. Goodman & Gilman Dasar Farmakologi
Terapi. 10th ed. Jakarta: EGC; 2008.
7. Tjay TH, Rahardja K. Obat - Obat Penting Khasiat, Penggunaan, Dan Efek -
Efek Sampingnya. 6th ed. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2008.
8. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 10th ed. Jakarta: EGC; 2010.
9. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 6th ed. Jakarta: EGC; 1998.
11. Anief M. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. 3rd ed. Yogyakarta: Gadjah
Mada university Press; 1997.
12. Katzung BG. Farmakologi Dasar & Klinik. 8th ed. Jakarta: Salemba Medika;
2004
I. DATA PRIBADI
Nama :
29
1. Antibiotik adalah.......
B. Obat untuk membunuh kuman
C. Obat untuk membunuh virus
D. Obat untuk menurunkan demam