Anda di halaman 1dari 12

INSTRUMEN PENGUKURAN PARAMETER OSEANOGRAFI FISIKA

(Pertemuan ke-14: Mata Kuliah Instrumentasi Kelautan)

1. Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan


a. CTD (Conductivity Temperature Depth)

Gambar 1. CTD (Conductivity Temperature Depth)


(Sumber : Nugroho,E, 2012)

1. Mulai dengan program akusisi data dan dilengkapi profil untuk


mengidentifikasi data. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan
letakkan botol sesuai dengan prosedur pemasangan.
2. Setelah kerangka (Rosette) diletakan pada posisinya dan CTD (Probe
atau rangkaian sensor yang sudah di Set) diletakan di dalamnya, maka
instrumen ini akan ke sisi (pinggir) kapal, lalu dihubungkan kabel-kabek
interkoneksinya maka instrumen tersebut siap diturunkan.
3. Setelah CTD siap untuk diturunkan maka kontrol unit di set untuk kondidi
ON. Ketika kontrol unit sedang dipersiapkan maka instrumen (Rosette dan
Probe) dapat diturunkan pelan-pelan mendekati permukaan air.
4. CTD mulai diturunkan kedalam air secara pelan-pelan, dan pada saat
inilah rangkaian Probe dan kontrol unit saling berhubungan untuk
merekam data dalam benntuk sinyal analog pada tipe recorder. Pada saat
ini juga prosedur akusisi dimulai dan kerangka Rosette pada CTD
diturunkan dengan kecepatan tertentu sampai pada kedalaman yang
diinginkan.
5. Pada saat CTD probe diturunkan maka pengiriman data ke kontrol unit
juga di mulai. Perhatikan data yang di dapat dan keaadaan kecepatan
penurunannya.
6. Setelah mendapatkan data yang diinginkan maka stop penerimaan data
dari Probe. Berhentikan juga perekaman data pada recorder. Kemudian
dapat ditarik ke permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data yang di
kirim oleh CTD dan dipastikan OFF.
7. Setelah unit data akusisi di-Offkan dan instrument diletakan di atas kapal
maka tekan End of Profile data dan diberhentikan akusisi program. Data
yang di dapat bisa langsung disambungkan ke personal Computer atau
direkam oleh Tipe Recorder.
8. Proses pengambilan data selesai.

b. Horiba

Gambar 2. Horiba
(Sumber : Anonim, 2013)

1. Kita cek terlebih dulu apakah horiba tersebut berfungsi sebagaimana


mestinya sebelum digunakan, dan hindari dari sinar matahari karena alat
ini sangat sensitif terhadap cahaya.
2. kita tentukan terlebih dahulu kedalaman yang akan kita ukur.
3. lalu kita membuka penutup dari sensor untuk memulai pemerikasaan.
4. kita turunkan alat horiba tersebut perlahan-lahan atau pelan-pelan ke
dasar perairan. Yang perlu diperhatikan bahwa yang dipegang bukanlah
kabel yang tersambung pada horiba tetapi tali yang diikatkan pada kabel.
Hal ini untuk menjaga apabila kabel pada horiba putus.
5. sesudah sampai kedalaman yang telah ditentukan lihat horiba tersebut
berapa angka yang muncul. Dan data yang muncul bisanya berurutan
dimana dari pH, DO, konduktivitas, salinitas, TDS, spesifikasi air laut,
temperatur , kedalaman, dan lain-lain.
6. kita catat data yang keluar dari horiba tersebut.
7. setelah itu kita angkat horiba pelan-pelan keatas kapal dengan memegang
tali itu lagi
8. setelah selesai pengukuran dalam tiap stasiun horiba tersebut harus
disiram dengan alkohol supaya netral lagi. tutup sensor dari horiba, dan
setelah ditutup hindarkan dari sinar cahaya matahari.

c. Refraktometer

Gambar 3. Refraktometer
(Sumber : Ihsan dan Wahyudi, 2010)

1. Tetesi refraktometer dengan aquadest


2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya
5. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih
6. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya
7. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan
refraktometer di tempat kering

d. Secchi Disk

Gambar 4. Horiba
(Sumber : Anonim, 2013)

Piringan diturunkan kedalam air secara perlahan menggunakan


pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan
piringan sudah tidak tampak,tali ditahan/berhenti diturunkan. Selanjutnya
secara pelahan piringan diangkat kembali sampai bayangan nampak kembali.
Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan
adalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata lain , kedalaman kecerahan oleh
pembaca piringan secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak dan
kedalaman tidak tampak. Bayangan secchi dibagi menjadi dua warna hitam
dan warna putih digunakan kerena hitam mewakili warna gelap dan putih
mewakili warna cerah. Jadi pemantulan panjang gelombang dari bahan
berwarna putih dan hitam inilah yang menjadi dasar pengukuran kecerahan
menggunakan secchi disk.

 Gunakan ukuran disk yang tepat untuk mengukur kecerahan (20 mm →


0.15-0.5m , 60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm → 1.5-5m ,600mm → 5-15m).
yang dicat putih atau hitam pada kuadran dan diberi pemberat agar tali
tetap lurus
 Pengukuran dilakukan disamping kapal yang terkena sinar matahari
 Waktu pembacaan cukup (minimal 2 menit) ketika disk dekat atau
diangkat
 Catat kedalaman disk ketika disk hampir menghilang
 Angkat perlahan-lahan dan catat kedalaman ketika disk mulai terlihat
kembali. Kedalam secchi disk merupakan rata-rata dari hilang muncul
kembali
 Pembacaan dilakukan pada siang hari
 Kedalaman sedikitnya 50% lebih besar dibanding kedalaman
secchi.Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran secchi
disk : penglihatan pada waktu pembacaan,warna air,serta materi lain
yang tersuspensi.

e. Salinometer

Gambar 5. Salinometer
(Sumber : Anonim, 2013)

Cara kerja salinometer adalah sebagai berikut :

1. Ambil alat salinometer, taruh ujung yang panjang ke dalam permukaan air
laut .
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya secara otomatis.

2. Alat Pengukur Arus Laut


a. Current meter

Gambar 6. Current Meter


(Sumber : Anonim, 2013)

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.


2. Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan
posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak melilit.
3. Menentukan titik pengukuran dengan jarak tertentu.
4. Memberikan tanda pada masing-masing titik.
5. Menulis semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran.
6. Mencatat jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan
(40-70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama
(misal 70 detik), apabila arus air cepat yang digunakan lebih pendek
(misal 40 detik).
7. Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan
menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu yang
digunakan (tongkat penduga dan berat bandul).
b. ADCP

Gambar 7. ADCP
(Sumber : Anonim, 2013)

1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.


2. Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan
posisi tegak lurus dengan arah arus dan tidak melilit.
3. Menentukan titik pengukuran dengan jarak tertentu.
4. Memberikan tanda pada masing-masing titik.
5. Menulis semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran
6. Mencatat jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan
(40-79 detik), apabila arus air laut lambat waktu yang digunakan lebih
lama (misal 70 detik),apabila arus air cepat yang digunakan lebih
pendek misal (40 detik).
7. Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan
menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu yang
digunakan.
3. Alat Pengukur Gelombang Laut
a. Palem gelombang

Gambar 8. Palem Gelombang


(Sumber : Anonim, 2011)

Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas


puncak gelombangdan batas lembah gelombang yang melewati wave pole
yang kami letakkan di sekitar 30 meter dari garis pantai untuk kemudian
dicatat. Perhitungan periode gelombang dilakukan dengan cara ; pertama,
menentukan titik tetap dari letak wave pole dengan jarak 2 meter, 3 meter, 4
meter, dan 5 meter yang berfungsi sebagai acuan jarak untuk menentukan
periode/waktu gelombang. Periode gelombang di hitung pada saat
gelombang melewati wave pole sampai gelombang tersebut melewati batas
titik tetap yang tadi telah ditentukan (perhitungan periode gelombang ini
dilakukan sebanyak 5 kali ulangan).

4. Alat Pengukur Pasang Surut


a. Palem Pasut
Gambar 9. Palem Pasut
(Sumber : Anonim, 2013)

Untuk mengamati pasut dilakukan dengan palem atau rambu


pengamat pasut.Tinggi muka air setiap jam diamati secara manual oleh
operator (pencatat) dan dicatat pada suatu fomulir pengamatan pasut. Pada
palem dilukis tanda skala bacaan dalam satuan desimeter . Pencatat akan
menuliskan kedudukan tinggi muka air laut relatif terhadap palem pada jam-
jam tertentu sesuai dengan skala yang bacaan yang tertulis pada
palem.Muka air laut yang relatif tidak tenang membatasi kemampuan
pencatat dalam menaksir bacaan skala.Walaupun demikian alat ini cukup
efektif untuk memperoleh data pasut dengan ketelitian sekitar 2,5 cm. Tinggi
palem disesuaikan dengan karakter tunggang air pada wilayah perairan yang
diamati,yang biasanya 4 hingga 6 meter.

b. Tide Gauge

Gambar 10. Tide Gauge


(Sumber : Anonim, 2013)

Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut
yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak
dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu
pasut. Papan yang paling dekat dengan pantai harus mencapai mean low
water level agar pada saat surut terendah dapat terbaca skalanya. jika
menginginkan pengukuran yang akurat maka pengukuran dilakukan di
tempat yang pengaruh gelombangnya sedikit. Dekat pantai diatas mean high
water biasanya dibuat penampungan yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6
kaki ke bawah dari level lowest low water.

Penampungan dihubungkan ke laut denagn pipa yang sempit dan


menurun ke dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat penyiram air yang
dimasukan untuk pengairan dan boy untuk menahannya pada dasar laut.
Pelampung akan naik turun dengan terisisnya air di penampungan, kawat
tembaga yang dihubungkan dengan dihubungkan dengan pelampung
melewati drum, dikarenakan pada drum akan terjadi perubahan level air.
Pergerakan pada drum diteransmisikan ke stylus (pena jarum untuk
mencatat) yang akan mencatat perubahan secara terus menerus pada
secarik kertas yang terdapat pada alat tersebut.

5. Alat Sampling
a. Botol Nansen

Gambar 11. Botol Nansen


(Sumber : Anonim, 2013)
Botol nansen diturunkan dari kapal dengan menggunakan bantuan tali
yang diikat pada botol nansen dan dipasang secara terbalik, setelah itu
diturunkan pada kedalaman laut yang diinginkan, kemudian menggunakan
bantuan massengger, nansen yang dipasang terbalik tadi akan kembali
menutup secara otomatis, setelah di dalamnya terisi dengan air laut, setelah
itu botol nansen tersebut siap diangkat dari laut ke atas kapal.
Botol nansen yang terbuat dari logam atau plastik diturunkan dengan
menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah mencapai kedalaman yang
diinginkan maka massengger akan jatuh ke tali setelah mencapai botol, botol
tersebut akan terbalik dan menjebak sampel air di dalamnya. Botol dan
sampel di ambil dan diangkut menggunakan tali. Massengger yang kedua
dapat diatur agar terlepas oleh mekanisme pembalik dan bergeser ke bawah
tali sehingga sampai mencapai botol nansen. Dengan memperbaiki urutan
botol dan massengger pada interval sepanjang tali, serangkaian sampel
pada setiap tingkatan kedalaman dapat diambil.
Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan menggunakan
termometer tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah termometer air
raksa dengan penyempitan dalam tabung kapilernya, ketika termometer
tersebut terbalik, menyebabkan tali berhenti dan termometer akan membaca
suhu. Karena tekanan air pada kedalaman akan memampatkan dan
mempengaruhi dinding termometer untuk menunjukkan suhu, maka
termometer dilindungi oleh lapisan dinding yang tebal. termometer yang tidak
dilindungi terlebih dahulu akan dipasangkan dengan pelindung, biasanya
termometer ini digunakan untuk pembacaan suhu titik sampling pada
tekanan yang memungkinkan.
b. Sediment Grab

Gambar 12. Sediment Grab


(Sumber : Anonim, 2013)

Prinsip kerja
Cara penggunaan alat grab sedimen cukup mudah, untuk
pengambilan sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang untuk melakukan
nya, pertama buka bagian grab dengan penarikan pada tali, setelah grab
terbuka lalu turan kan ke permukaan dasar laut secara perlahan, saat grab
sedimen sampai didasar permukaan akan terasa dengan kendornya tali,
maka kita dapat mengangkat grab,setelah pengangkatan kita dapat
melakukan pengecekan apakah sudah terdapat sedimen yang cukup untuk
kita pakai, setelah terasa cukup didapatlah sedimen yang terperangkap pada
alat, maka sedimen dapat disimpan diplastik untuk selanjutnya di bawa ke
laboratorium untuk analisa lebih lanjut.

Cara penggunaan greb sampler :


1. Grab sampler diikatkan pada tambang
2. Grab sampler diturunkun ke perairan atau di tempat sample sedimen yang
diinginkan dalam posisi rahang terbuka
3. Ketika telah mendapatkan sampel, grab sampler diangkat dengan tenaga
manusia atau secara manual,ketika grab sampler ditarik keatas,rahang
grab sampler akan menutup dengan sendirinya agar sampler tidak
berjatuhan.

Anda mungkin juga menyukai