Anda di halaman 1dari 7

57

Jurnal Pharmascience, Vol .03, No.02, Oktober 2016, hal: 57 - 63


ISSN-Print. 2355 – 5386
ISSN-Online. 2460-9560
http://jps.unlam.ac.id/
Research Article

Uji Aktivitas Infusa Akar Tawas Ut (Ampelocissus


rubiginosa L.) Sebagai Hepatoprotektor
Terhadap Mencit Putih Jantan Balb/C Yang
Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4)
*Karunita Ika Astuti1, Khoerul Anwar2, Agung Biworo3
1
Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari, Banjarbaru
2
Program Studi Farmasi Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
3
Program studi Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
*Email : karunitaika@gmail.com

ABSTRAK

Hepatoprotektor adalah senyawa atau zat yang berkhasiat melindungi sel hati
terhadap pengaruh zat toksik yang dapat merusak hati. Tumbuhan Tawas ut
(Ampelocissus rubiginosa L.) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan oleh
masyarakat Kalimantan Tengah sebagai hepatoprotektor. Tujuan dari penelitian ini
adalah memberikan bukti, mengetahui dosis efektif, dan gambaran kerusakan hati
mencit sebagai efek hepatoprotektor ekstrak infusa akar tawas ut pada mencit jantan
Balb/C. Penelitian dilakukan dengan pemberian infusa akar tawas ut pada dosis 30%,
40%, dan 50% selama 7 hari pada mencit putih jantan yang kemudian diinduksi
karbon tetraklorida (CCl ). Penelitian untuk melihat nilai SGPT dan SGOT pada serum
4

darah serta histopatologi hati. Metode menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan perlakuan dibagi menjadi 6 kelompok dengan 5 kali pengulangan. Kontrol
positif menggunakan Hepa-Q dan kontrol negatif menggunakan CCl . Hasil paling 4

efektif dari semua kelompok terdapat pada dosis 30% dengan nilai SGPT dan SGOT
sebesar 97,80 ± 18,40 U/L dan 157,00 ± 16,914 U/L, sedangkan untuk kontrol negatif
memiliki nilai 375,80 ± 96,693 U/L pada SGPT dan 435,60 ± 96,432 U/L pada SGOT.
Gambaran kerusakan hati secara histopatologi menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang signifikan antara kelompok positif dengan kelompok dosis 30% yang juga pada
kelompok normal, sehingga menunjukkan adanya daya hepatoprotektor infusa tawas
ut pada dosis 30%.
Kata Kunci : infusa, akar tawas ut, Ampelocissus rubiginosa L., hepatoprotektor.

Abstract
Hepatoprotector is an efficacious compound or substances to protect liver cells
from the effects of toxic substances who can damage the liver. Tawas ut (Ampelocissus
rubiginosa L.) is a plant that is used by the public empirically at Central Kalimantan as
hepatoprotector. The purpose of this research are to provide an evidence, determine the
effective dose, and give a description of mice liver demage as hepatoprotector’s effect the

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


58

infusa extract of Tawas ut’s root in male Balb/C. This research was made with gave infusa
of tawas ut’s root at three different doses, they were 30, 40, and 50% in male and then they
were induced by CCl . This research was done to know the value of SGPT ang SGOT in
4

blood serum to histopatology of the animal tester after were given infusa of Tawas ut’s
root. Infusa of tawas ut’s root was made daily by aquadest as the solvent. The method was
randomized complete design with treatment was divided into 6 groups with 5 repetitions.
Positive control was used Hepa-Q and negative control was used CCl . The most effective
4

result from all groups was founded in 30% dose. SGPT and SGOT showed the number of
value, they were 97.80 ± 18.40 U/L and 157.00 ± 16.914 U/L and the negative control
375.80 ± 96.693 U/L in SGPT and 435,60 ± 96.432 U/L in SGOT. There was no significant
difference between the positive group in 30% dose and the normal group, so it can
conclude that hepatoprotector activity was founded in 30% dose.

Key words : infusa, tawas ut’s root, Ampelocissus rubiginosa L., hepatoprotector.

I. PENDAHULUAN (Latifah, 2010). Chodidjah et al. (2004)


Indonesia merupakan negara tropis melakukan penelitian bahwa air rebusan
yang kaya akan keanekaragaman hayati. meniran (Phyllanthum niruri Linn) yang
(Rusdi, 1988). Penyakit hati kronis di mengandung flavonoid dengan dosis 3
negara maju merupakan penyakit terbesar mL/Kg BB dapat memperbaiki jejas sel
ketiga pada pasien yang berusia 45-46 yang reversibel. Perbaikan sel hati tersebut
tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan dimungkinkan kandungan zat aktif pada
kanker). Di seluruh dunia penyakit hati meniran yaitu phyllanthin dan
kronis menempati urutan ke tujuh hypophyllanthin yang merupakan
penyebab kematian dan sekitar 25.000 golongan flavonoid dapat mengaktifkan
orang meninggal setiap tahun akibat sel Kupffer dalam regenerasi sel hati.
penyakit ini (Soleh, 2011). Salah satu Penelitian ini dilakukan untuk memberikan
tumbuhan Kalimantan Tengah yang secara bukti efek hepatoprotektor ekstrak infusa
empiris berkhasiat sebagai hepatoprotektor akar tawas ut, mengetahui dosis efektif
adalah tawas ut. Bagian akar yang dari infusa akar tawas ut yang memiliki
besarnya kira-kira berdiameter 3 cm. Akar efek hepatoprotektor pada mencit jantan
tersebut diolah dengan cara direbus selama Balb/C yang telah diinduksi CCl4
15 menit dengan menggunakan air sekaligus menunjukkan gambaran
sebanyak satu gelas. Air rendaman dapat kerusakan histopatologi terhadap aktivitas
diminum setelah air mulai dingin dan hepatoprotektor pada pemberian infusa
berwarna merah (Aryzki, 2011). tawas ut yang kemudian diinduksi CCl4
Akar tawas ut (Ampelocissus
rubiginosa L.) mengandung flavonoid

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


59

II. METODE Lahan dan Rawa Banjarbaru, Kalimantan


A. Alat dan Bahan Selatan.
Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi alat pemotong, C. Pembuatan infusa akar tawas ut
blender, saringan, neraca analitik, batang Haksel tanaman tawas ut yang
pengaduk, kain flannel, gelas beker, telah dikeringkan dipanaskan dengan
termometer, tabung reaksi, corong kaca, menggunakan akuades selama 15 menit
pipet tetes, penjepit kayu, timbangan terhitung saat suhu airnya mencapai 90ºC,
hewan, pipet volume, syringe peroral, alat dan infusa tawas ut yang siap diberikan
bedah hewan, freezer, cetakan blok pada hewan uji (Depkes RI, 1979).
parafin, Parrafin bath, mikrotom,
automatic tissue processor, hotpate, D. Reaksi pendahuluan identifikasi
waterbath, mikroskop cahaya, kamera kimia akar tawas ut
foto, kaca objek, penutup, sentrifuge, Reaksi identifikasi meliputi saponin,
tabung sentrifuge, mikropipet, venoject, flavonoid, tanin, alkaloid dan steroid.
dan spektofotometer UV VIS. Saponin ditambahkan 10 mL air panas,
Bahan-bahan yang digunakan dan dikocok selama 10 detik. Flavonid
dalam penelitian ini adalah akar Tawas ut, ditambah 10 tetes HCl pekat dan 0,1 gram
Hepa-Q®, Na CMC 0,5%, aquadest, serbuk logam magnesium. Steroid
EDTA, asam asetat anhidrat, ammonium ditambahkan kloroform dan menambahkan
hidroksida, HCl pekat, pereaksi mayer, Lieberman-burchard (Depkes RI, 1995).
pereaksi dragendroff, serbuk logam Tanin ditambahkan dengan larutan besi
magnesium, kloroform, FeCl3, H2SO4 2N, (III) (Depkes RI, 1979). Alkaloid
larutan buffer Neutral Formalin 10% campuran kloroform dan ammonium
(BNF), paraffin cair, larutan besi (III), hidroksida sebanyak 5 mL, dikocok dan
etanol 85%, etanol 90%, etanol absolute, disaring, ditambahkan H2SO4 2 N
larutan Mayer hematoksilin, larutan Eosin, sebanyak 10 tetes dan dikocok hingga
karbon tetraklorida, pereaksi SGPT SGOT, lapisan air dan kloroform terpisahkan dan
dan xilol.. lapisan bagian atas diambil, dibagi dua dan
ditambahkan pereaksi Mayer LP dan
B. Determinasi tumbuhan tawas ut ditambahkan Dragendroff (Seniwaty,
Determinasi sampel tawas ut 2009).
dilakukan di Balai Penelitian Pertanian

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


60

E. Persiapan karbon tetraklorida


(CCl4) B. Uji Pendahuluan Infusa Tawas ut
Larutan CCl4 sebagai penginduksi Identifikasi senyawa dalam akar
hepatosit pada 25 hewan uji sebanyak 0,5 tawas ut meliputi uji senyawa saponin,
mL/Kg BB. tannin, steroid, flavonoid dan alkaloid.
Hasil pengamatan infusa tawas ut
F. Persiapan penetapan kadar SGPT menunjukkan adanya senyawa saponin,
dan SGOT tannin, dan flavonoid, namun tidak
Sampel darah dan ditambahkan menunjukkan adanya steroid dan alkaloid
EDTA dan disentrifuge untuk memisahkan dengan hasil pengamatan yang negatif.
serum dan plasma darah. Pengukuran
SGPT dan SGOT dengan mengambil C. Pemeriksaan SGPT dan SGOT
serum sebanyak 50 µL dan ditambahkan Aktivitas dari nilai SGPT (serum
500 µL larutan pereaksi dan diukur glutamic pyruvic transaminase) dan SGOT
absorbansinya pada panjang gelombang (serum glutamic oxaloacetic
340 nm (Widyaningrum & Wijoyo, 2004). transaminase) dapat tabel 1 hasil
pengamatan dan ditunjukkan pada gambar
G. Pembuatan preparat histologi hati 1dengan menunjukkan adanya peningkatan
Pembuatan preparat mikroanatomi yang signifikan pada kelompok negatif.
hati mencit putih jantan menggunakan Nilai SGPT kelompok negatif yaitu 375,80
metode paraffin. Hewan uji sebanyak 30 ± 96,693 U/L dan SGOT 435,60 ± 96,432
ekor dinekropsi dan organ hati dimasukkan U/L. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
dalam larutan BNF (Buffer Neutral aktifitas CCl4 sebagai penginduksi dapat
Formalin) 10%. Pewarnaan jaringan merusak hati dengan adanya peningkatan
dilakukan dengan pewarna Mayer yang cukup tinggi. Menurut Ganda et al.
hematoksilin-Eosin. (2007) aktivitas CCl4 dengan dosis tinggi
yang diberikan dapat menyebabkan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kerusakan hati yang dapat menyebabkan
A. Determinasi Tumbuhan Tawas ut pembengkakan hati sehingga kerusakan
Determinasi merupakan proses hepatosit yang terjadi dapat mempengaruhi
untuk menentukan nama dan jenis nilai SGPT yang tinggi dalam serum
tumbuhan secara spesifik dan tawas ut akibat cedera hepatoseluler yang terjadi.
memiliki nama spesies Ampelocissus
rubiginosa L.

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


61

Tabel 1. Tabel hasil pengamatan kadar yang dapat mengganggu transportasi


SGPT dan SGOT pada masing
metabolisme dalam darah. Hal tersebut
masing perlakuan.
Kelompok SGPT SGOT menunjukkan bahwa semakin tinggi
perlakuan (U/L) (U/L) kandungan flavonoid maka
Kontrol normal 31,40 ± 67,00 ±
3,250 4,827 memungkinkan terjadinya peningkatan
Kontrol Positif 24,00 ± 77,00 ± enzim dalam darah.
(Hepa-Q )®
1,581 6,626
Kontrol 375,80 ± 435,60 ±
Negatif 96,693 96,432 D. Pemeriksaan histopatologi
Dosis I (30%) 97,80 ± 157,00 ±
18,40 16,914 Hasil histopatologi dapat dilihat
Dosis II (40%) 179,00 ± 260,00 ± pada gambar 2 dibawah ini:
77,302 150,529
DosisIII (50%) 319,40 ± 333,60 ±
78,191 85,104

(a) (b)

Gambar 1. Grafik Hasil Pengamatan Nilai


SGPT dan SGOT pada
perlakuan
(c) (d)
Jika dilihat pada dosis kedua dan
ketiga, dosis ketiga menunjukkan adanya
peningkatan yang tinggi pada nilai SGPT
dan SGOT sebesar 319,40 ± 78,191U/L
dan 333,60 ± 85,104. Hal tersebut
(e) (f)
menandakan bahwa aktivitas Gambar 2. Gambaran histopatologi.
hepatoprotektor dalam dosis 30% lebih (a)Kelompok normal.
(b)Kelompok Positif.
tinggi jika dibandingkan dengan kontrol (c)Kelompok Negatif.
negatif dilihat dari nilai SGPT dan SGOT (d)Dosis I. (e)Dosis II.
(f)Dosis III. A) Inti sel. B)
pada serum. Menurut Pramono & Vena sentralis. Pewarnaan
Sumastuti (2003) kandungan flavonoid H& E. Perbesaran 10x40.

yang tinggi pada sampel dapat Perlakuan yang diberikan


meningkatkan resistensi dan dapat khususnya induksi CCl4 akan
mengurangi permeabilitas kapiler darah menunjukkan perbedaan struktural akibat

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


62

reaksi yang diberikan oleh hati yang menunjukkan adanya degenerasi dengan
melakukan metabolisme dengan adanya adanya keluarnya degenerasi dari inti sel
toksis yang masuk (Ahsan et al., 2009). menuju luar sel sebesar 25%. Nilai scoring
dari 4 lapangan pandang setiap kelompok
Tabel 3. Tabel jumlah dari 4 lapangan
dapat dilihat pada tabel 3.
pandang kerusakan hati setiap
perlakuan Hal tersebut menunjukkan bahwa
Da Nilai Skor
Perlak perlakuan dosis lebih baik jika
ta Degen Megaloh Nekr
uan dibandingkan dengan kelompok negatif
ke- erasi epati osis
1 0 0 0 dengan adanya kerusakan hati berupa
Kelom
2 0 0 0
pok I nekrosis. Dosis 30% menunjukkan data
3 0 0 0
(Norm
4 0 0 0 yang paling baik dengan nilai skoring yang
al)
5 0 0 0
1 0 0 0 lebih rendah jika dibandingkan dengan
Kelom
2 0 0 0 dosis 40% dan 50%. Hal ini relevan
pok II
3 0 0 0
(Positi dengan data nilai SGPT dan SGOT yang
4 0 0 0
f)
5 0 0 0 menunjukkan dosis efektif sebesar 30%.
1 0 0 3
Kelom
2 4 0 0
pok III
3 2 0 0 IV. KESIMPULAN
(Negat
4 8 0 0
if) Kesimpulan yang diperoleh dari
5 3 0 0
1 0 0 0 penelitian ini adalah perlakuan kelompok
Kelom
2 0 0 0
pok IV dosis infusa memberikan efek sebagai
3 4 0 0
(Dosis
I)
4 0 0 0 hepatoprotektor dengan dosis efektif pada
5 4 0 0
perlakuan adalah kelompok dengan dosis
1 0 0 0
Kelom
2 0 0 0 infusa 30% dengan menunjukkan nilai
pok V
3 4 0 0
(Dosis yang tidak signifikan pada kelompok
4 4 0 0
II)
5 2 0 0 normal dan kelompok kontrol positif dan
1 4 0 0
Kelom adanya nilai yang paling signifikan dengan
2 4 0 0
pok VI
3 8 0 0 kelompok kontrol negatif dan adanya
(Dosis
4 4 0 0
III) gambaran histopatologi yang baik pada
5 4 0 0
perlakuan kelompok infusa dibandingkan
Gambar a menunjukkan gambaran dengan kelompok kontrol negatif dilihat
histopatologi kelompok normal dari kerusakan hati setelah diinduksi
menunjukkan struktural yang normal dengan CCl4.
dengan tidak adanya perubahan. Gambar d
merupakan kelompok dosis 1 sebesar 30%

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience


63

DAFTAR PUSTAKA Uterus Marmut Terpisah. Majalah


Farmasi Indonesia. 14(3): 114-
Ahsan, R. K.M. Islam, A. Musaddik, & E. 118.
Haque. 2009. Hepatoprotective Rusdi. 1988. Tetumbuhan sebagai Sumber
Activity of Methanol Extract of Bahan Obat. Pusat Penelitian
Some Medicinal Palnts Against Universitas Andalas, Padang.
Carbon Tetrachloride Induced Seniwaty, Raihanah, K. N. Ika & Dewi.
Hepatotoxicity in Albino Rats. 2009. Skrining Fitokimia dari
Global Journal of Pharmacology. Alang-Alang (Imperata cylindrica
3(3): 116-122. L.Beauv) dan Lidah Ular (Hedyotis
Aryzki, S. 2011. Isolasi dan Identifikasi corymbosa L.Lamk). Sains dan
Senyawa Kimia dari Fraksi Terapan Kimia. 3(2): 124-133.
Petroleum Eter Ekstrak Etanol Soleh, D. I.G. Arinton, & W. Siswandari.
Akar Tawas Ut (Ampelocissus 2011. Hubungan APRI (AST-
rubiginosa L.). Skripsi. Program Platelet Ratio Index) Terhadap
Strata Satu, Universitas Lambung Derajat Fibrosis Pasien Penyakit
Mangkurat, Banjarabru. Hati Kronis. Mandala of Health.
Chodidjah, E. Widayati, & Utari. 2007. 5(2).
Pengaruh Pemberian Air Rebusan
Meniran (Phyllanthm niruri Linn)
terhadap Gambaran Histopatologi
Hepar Tikus Wistar yang
Terinduksi CCl4. Jurnal Anatomi
Indonesia. 2(1):8-12.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
-------------. 1995. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Departemen Kesehata
Republik Indonesia, Jakarta.
Ganda, R., E. Handayani, Chairul,
Masriani, Zakiah, & W. Manalu.
2007. Pengaruh Pemberian Karbon
Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati
dan Ginjal Tikus. Makara
Kesehatan. 11(1): 11-16.
Green, J.H. 2004. Fisiologi Kedokteran.
Terjemahan Lyndon Saputra.
Binapura Aksara, Jakarta.
Latifah, A. 2010. Kajian Farmakognostik
Akar Tawas Ut (Ampelocissus
rubiginosa L.) Asal Kalimantan
Tengah. Skripsi. Program Strata
Satu, Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarbaru.
Pramono, S. & R. Sumastuti. 2003.
Deteksi Kandungan Kimia dan
Efek Oksitosik Fraksi Tidak Larut
Etanol Infusa Daun (Kaempferia
angustifolia Roscue) Terhadap

Volume 03, Nomor 02 (2016) Jurnal Pharmascience

Anda mungkin juga menyukai