Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PERJALANAN DINAS

I. WAKTU PELAKSANAAN

23 – 25 April 2012

II. TUJUAN PERJALANAN DINAS

- Dinas Kesehatan Kota Malang


- RSU dr. Saiful Anwar Kota Malang
- RS Paru Kota Batu
- RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kab. Malang
- RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
- RSUD Lawang Kab. Malang
- RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Kab. Malang

III. MAKSUD PERJALANAN DINAS

- Melaksanakan uji coba rancangan Pedoman Jejaring Pelayanan


Radiologi, Radioterapi, dan Kedokteran Nuklir.
- Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelayanan radiologi,
radioterapi, dan kedokteran nuklir di rumah sakit.
- Melakukan pemutakhiran data pelayanan radiologi, radioterapi, dan
kedokteran nuklir di rumah sakit.
- Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Malang untuk
sosialisasi standar, dan pedoman serta pelaksanaan monitoring dan
evaluasi pelayanan radiologi, radioterapi, dan kedokteran nuklir.

IV. PELAKSANA PERJALANAN DINAS

Nama : dr. Rahmat Edi Wahyudi


NIP : 198111152009121001
Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat I, III/b
Jabatan : Staf Subdit Bina Pelayanan Radiologi
Unit Kerja : Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan
Sarana Kesehatan

V. HASIL PERJALANAN DINAS

A. Dinas Kesehatan Kota Malang


1. Kota Malang sebagai bagian dari Provinsi Jawa Timur, memiliki 23
RS, baik RS pemerintah, RS swasta, RS TNI/Polri, atau RS BUMN.
2. Standar dan pedoman yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan
belum disosialisasikan ke Dinkes Kota Malang sehingga penerapannya
belum optimal.
3. Pemutakhiran data pelayanan radiologi, radioterapi, dan kedokteran
nuklir fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Malang telah dilakukan.
Namun susunan format data belum mengikuti format data dari
Kementerian Kesehatan RI.
1
4. Perizinan pelayanan radiologi merupakan tupoksi Bidang Pelayanan
Kesehatan Dasar dan Rujukan Dinas Kesehatan Kota Malang.
5. Pemprov Jawa Timur telah menyusun Sistem Jejaring Rujukan
Provinsi, dimana terdapat rujukan primer, sekunder, dan tersier.
6. Rujukan primer berada di RS kab/kota, rujukan sekunder dibagi
menjadi 4 regional Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil), yaitu RS Haji
Surabaya, RSUD dr. Saiful Anwar Malang, RSUD Bojonegoro, dan
RSUD Madiun. Sedangkan rujukan tersier berada di RSUD dr. Soetomo
Surabaya, sebagai pusat rujukan tertinggi di Provinsi Jawa Timur.

B. RSUD dr. Saiful Anwar Kota Malang


1. Merupakan RS kelas A - Pendidikan milik Pemerintah Provinsi Jawa
Timur.
2. Berdasarkan Perda Jawa Timur No.11 tahun 2008 tanggal 21
Agustus 2008 tentang Organisasi dan tata kerja rumah sakit Provinsi
Jawa Timur, RS Saiful Anwar ditetapkan sebagai RSUD.
3. RSUD dr. Saiful Anwar termasuk dalam 4 regional Bakorwil rujukan
sekunder untuk pelayanan kesehatan di Provinsi Jawa Timur.
4. RSUD dr. Saiful Anwar Kota Malang sebagai rujukan sekunder
dimaksudkan untuk melayani pasien-pasien rujukan dari daerah-
daerah di Jawa Timur bagian selatan, yang aksesnya jauh dari RSUD
dr. Soetomo di Surabaya.
5. RSUD dr. Saiful Anwar memiliki pelayanan radiologi, pelayanan
radioterapi, dan pelayanan kedokteran nuklir.
6. Pelayanan Radiologi :
- Administrasi
 Hasil pembacaan langsung dibaca dan diterima pasien kurang
dari 24 jam.
 Standar Pelayanan yang digunakan berasal dari organisasi
profesi PDSRI tentang Standar Pelayanan Radiologi, tahun 2011.
 Pertemuan rutin internal instalasi dilakukan minimal 3 bulan
sekali, dihadiri lengkap oleh semua SDM yang ada.
 Pencatatan dan pelaporan diberikan ke rekam medik untuk
selanjutnya diteruskan ke Direktur.

- Sarana dan Prasarana


 Kondisi bangunan instalasi radiologi cukup baik. Telah
mengalami beberapa kali renovasi, terakhir pada tahun 2001.
 Sumber listrik berasal dari PLN dan genset 6000 KVA yang
dibagi untuk keseluruhan fasilitas pelayanan RS. Sedangkan
UPS diletakkan di masing-masing alat radiologi, dengan besaran
listrik yang berbeda-beda.
 Sumber air berasal dari PDAM dan sumur.
 Pengolahan limbah ditampung dalam bak pembuangan, yang
selanjutnya dialirkan bergabung dengan IPAL RS.
 Telah memiliki sistem pengaturan udara exhaust fan, AC dan
APAR yang mudah dijangkau di ruangan.
 Dinding ruangan dari bata merah, ketebalan > 25 cm,
terdapat lampu indikator radiasi dan simbol bahaya radiasi.
 Pintu dilapisi timbal.
 Telah memenuhi jenis ruangan yang dibutuhkan untuk
pelayanan radiologi RS kelas A

2
 Mempunyai Master Plan untuk pengembangan bangunan
pelayanan radiologi.

- Peralatan
 Sebagai RS kelas A Pendidikan, RSUD dr. Saiful Anwar telah
memiliki hampir semua peralatan radiologi sesuai standar,
terkecuali DSA.
 Kondisi peralatan :
 General X-Ray : 9 unit, 5 unit kondisi
baik,
4 unit kondisi terganggu.
 Mobile X-Ray : 3 unit, kondisi baik
 USG : 7 unit, 1 unit kondisi
rusak
 Panoramic X-Ray : 1 unit, kondisi baik
 CT-Scan : 2 unit, 1 unit 16 slice
Kondisi baik, 1 unit kondisi
rusak
 Mammografi : 1 unit, kondisi rusak
 MRI : 1 unit 1 Tesla,
kondisi baik
 C-arm : 2 unit, kondisi baik
 Computed Radiography (CR) : 1 unit, kondisi baik
 Memiliki Phantom Kalibrasi, Phantom Test,
Surveymeter, Alat uji tabung kolimasi, Filter Alumunium.
 Hampir semua peralatan radiologi telah mempunyai
izin pemanfaatan yang masih berlaku dari BAPETEN,
terkecuali 1 unit X-Ray Hitachi, CT-Scan, 2 unit mobile x-ray,
sedang dalam proses izin.
 Belum semua peralatan radiologi telah dikalibrasi
BPFK.

- SDM :
 Jumlah SDM dokter spesialis radiologi telah memenuhi
standar, yaitu 6 dokter spesialis radiologi.
 SDM radiografer berjumlah 14 orang. Jumlah ini masih
kurang berdasarkan standar 2 orang radiografer per alat.
 Terdapat jabatan rangkap radiografer – PPR diakibatkan
kekurangan SDM.
 Fisikawan Medis 1 orang sesuai standar.
 Tenaga elektromedis bergabung di bawah IPSRS. Belum
memiliki tenaga elektromedis tersendiri.
 Tenaga administrasi telah memenuhi standar.
 Belum memiliki tenaga perawat tersendiri.
 Memiliki 4 orang petugas kamar gelap.
 Memiliki 2 orang tenaga operator. Menurut Kepmenkes 1014
tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di
Sarana Pelayanan Kesehatan, tidak terdapat penjelasan
mengenai tenaga operator sehingga kualifikasi dan
kompetensinya dipertanyakan.

˗ Kemampuan Pemeriksaan :
 Mampu melaksanakan semua jenis pemeriksaan radiologi RS
Kelas A.

3
 Ingin mengembangkan pelayanan Cathlab (Angiografi),
ruangan telah tersedia, namun alat belum punya.
 Sudah dilakukan pelatihan SDM untuk peningkatan
kemampuan radiologi.
 Rata-rata jumlah pasien 5750 pasien/bulan.
 Daftar tunggu pasien berkisar 1 minggu – 3 bulan.
 Pasien cito rata-rata 60 pasien /bulan.
 Pasien rujukan terbanyak berasal dari daerah Probolinggo,
Pasuruan, Blitar, Lumajang.
 Pasien yang tidak tertangani dirujuk ke RSUD dr. Soetomo
Surabaya.
 Keselamatan petugas dilaksanakan dengan menggunakan
proteksi sesuai standar, dan pengecekan rutin film badge.
 Selain pelayanan, RS Saiful Anwar juga menyelenggarakan
pendidikan spesialisasi radiologi. Sampai tahun 2012, telah ada 5
angkatan.

- Lain-lain
 Telah memiliki Tim Jaminan Mutu sesuai standar.
 Telah memiliki sistem pencatatan, pelaporan dan dokumentasi
sesuai standar.
 Pembiayaan operasional pelayanan radiologi menggunakan
dana APBN, APBD, Dana Bantuan Luar Negeri (Hibah Alat), Kerja
Sama Operasional untuk operasional, pengadaan dan
pemeliharaan alat.
 Program evaluasi baik dari intern instalasi/RS maupun
masyarakat, telah dilaksanakan sesuai standar.

7. Pelayanan Radioterapi
˗ Beban Kerja :
 Jumlah pasien kanker baru per tahun : 416
 Jumlah pasien kanker yang menjalani radiasi per tahun :
18.720
 Jumlah kasus radiasi baru pertahun : 416
 Jumlah rata-rata pasien yang diterapi : 60
 Jumlah rata-rata pasien tunggu radiasi : 60
 Rata-rata lama waktu tunggu radiasi : 15 menit.

˗ Statistik Rekam Medik


 Jenis kasus kanker tersering per tahun : kanker serviks,
kanker payudara, kanker nasofaring, kanker usus, kanker
rektum, kanker ginjal, kanker sinonasal, kanker vagina, kanker
parotis, dan kanker paru.
 Jenis kanker tersering menurut lokasi primer dan jumlah :
kanker payudara, kanker serviks, dan kanker nasofaring.
 Jenis kanker tersering berdasarkan stadium terbanyak :
kanker serviks, kanker payudara, kanker nasofaring.
 Rasio terapi radikal (kuratif) : terapi paliatif = 65% : 35%
 Jenis rekam medik masih menggunakan manual, berisikan
identitas pasien, tanggal dan waktu kunjungan pasien,
anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis
kerja, rencana penatalaksanaan, tindakan/terapi, serta
persetujuan tindakan.
4
˗ Organisasi dan SDM :
 Pelayanan radioterapi masih berada di bawah instalasi
radiologi.
 Belum memiliki dokter spesialis onkologi radiasi tetap,
sehingga untuk pelayanan diperbantukan dari organisasi profesi
PORI dengan jadwal 2 kali dalam seminggu, yaitu hari Kamis dan
Jumat, bergantian dari RSCM Jakarta dan RSUD dr. Soetomo
Surabaya.
 Sedang mengirimkan 2 orang dokter umum untuk pendidikan
spesialisasi onkologi radiasi di FKUI - RSCM Jakarta.
 Fisikawan medis berjumlah 2 orang dimana 1 orang
merangkap sebagai petugas dosimetri.
 Radioterapis berjumlah 3 orang.
 Belum memiliki petugas teknik elektromedik khusus di
radioterapi, sementara ini petugas teknik elektromedik berasal
dari IPSRS.
 Memiliki 1 orang perawat, 1 orang petugas mould room, 1
orang administrasi.
 Tim proteksi radiasi hanya 1 orang.
 Tim jaminan mutu berjumlah 3 orang.
 Peralatan
 Brakhiterapi Afterloading : 1 unit, kondisi rusak
 Teleterapi Cobalt : 2 unit, kondisi baik
 Simulator Konvensional : 1 unit, kondisi baik
 TPS Brakhiterapi : 1 unit, kondisi rusak
 TPS Terapi Ekstenal : 1 unit, kondisi baik
 Utilisasi teleterapi cobalt setiap hari rata-rata 30 pasien
per unit cobalt.
 Utilisasi Terapi Eksternal setiap hari rata-rata 4 pasien
2D, serta rata-rata 3 pasien 3D per hari.

 Kendali kualitas
 Hasil verifikasi kendali kualitas Brakhiterapi Remote
Afterloading, Teleterapi Gamma, serta Simulator telah sesuai
dengan standar.
 Program jaminan kualitas pelayanan radioterapi sesuai
standar.

 Program keselamatan
 Sistem interlock pada ruang radiasi, proteksi pekerja
radiasi, proteksi masyarakat umum, serta sistem peringatan
telah sesuai standar.

 Permasalahan yang ditemui :


 Keterbatasan jumlah SDM untuk perawatan alat
maupun pelayanan.

8. Pelayanan Kedokteran Nuklir tidak lagi beroperasi sejak tahun 2001,


dikarenakan alat gamma camera rusak, sehingga petugas
dialihtugaskan ke pelayanan radiologi, dan radioterapi.

C. RS Paru Kota Batu

5
1. RS Paru Batu merupakan rumah sakit khusus paru kelas B milik
Pemprov Jawa Timur. Namun untuk pelayanan radiologinya merupakan
pelayanan radiologi setingkat RS kelas C.
2. RS Paru Batu telah berstatus BLU sejak tahun 2010.
3. Sistem rujukan pelayanan radiologi selama ini mengacu kepada
sistem rujukan pelayanan yang diterbitkan oleh Pemprov Jawa Timur.
4. Pelayanan Radiologi :
- Administrasi
 Hasil pembacaan langsung dibaca dan diterima pasien kurang
dari 24 jam.
 Standar Pelayanan yang digunakan berasal dari Kepmenkes
1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
 Pertemuan rutin internal instalasi dilakukan minimal 1 bulan
sekali, dihadiri lengkap oleh semua SDM yang ada.
 Pencatatan dan pelaporan diberikan ke rekam medik untuk
selanjutnya diteruskan ke Direktur.

- Sarana dan Prasarana


 Kondisi bangunan instalasi radiologi cukup baik. Dibangun
pada tahun 1970an, dan mengalami renovasi pada tahun 2010.
 Sumber listrik berasal dari PLN 63 KVA, dan genset 63 KVA
yang dibagi untuk keseluruhan fasilitas pelayanan RS. Masing-
masing alat radiografi memiliki UPS tersendiri dengan berbagai
besaran.
 Sumber air hanya berasal dari sumur.
 Pengolahan limbah bergabung dengan IPAL RS. Pengolahan
limbah radioaktif belum dimiliki karena memang limbah yang
dihasilkan tidak memiliki bahaya radioaktif.
 Telah memiliki sistem pengaturan udara exhaust fan, AC dan
APAR yang mudah dijangkau di ruangan.
 Dinding ruangan dari bata merah, ketebalan > 25 cm,
terdapat lampu indikator radiasi dan simbol bahaya radiasi.
 Pintu dilapisi timbal.
 Master plan pengembangan fasilitas pelayanan radiologi telah
dimiliki.

- Peralatan
 Kondisi peralatan :
 General X-Ray : 2 unit, kondisi baik
 Mobile X-Ray : 2 unit, kondisi
rusak.
 USG : 1 unit, kondisi baik
 Automatic processing film : 1 unit, kondisi baik
 Semua peralatan radiologi telah habis masa berlaku
izin pemanfaatan dari BAPETEN, dalam proses perpanjangan
izin.
 Belum semua peralatan radiologi telah dikalibrasi
BPFK.

- SDM :
 Jumlah SDM dokter spesialis radiologi telah memenuhi
standar, yaitu 1 orang.
 SDM radiografer belum memenuhi standar 2 orang tiap alat
radiologi diagnostik.
6
 Terdapat jabatan rangkap radiografer – PPR – Fisikawan Medis
diakibatkan kekurangan SDM.
 Tenaga elektromedis telah memenuhi standar.
 Tenaga administrasi telah memenuhi standar.
 Belum memiliki tenaga perawat tersendiri.

- Kemampuan Pemeriksaan :
 Telah sesuai standar pelayanan radiologi RS kelas C.
 Rata-rata jumlah pasien 450 /bulan, atau rata-rata 25
pasien/hari.
 Pasien rujukan terbanyak berasal dari Puskesmas, praktek
dokter dan klinik swasta.
 Pasien yang tidak tertangani dirujuk ke RSUD dr. Saiful
Anwar Malang.
 Keselamatan petugas dilaksanakan dengan menggunakan
proteksi sesuai standar, dan pengecekan rutin film badge.

- Lain-lain :
 Tim jaminan mutu khusus radiologi belum dimiliki, namun
bergabung dengan tim jaminan mutu RS Paru Batu.
 Telah memiliki sistem pencatatan, pelaporan dan dokumentasi
sesuai standar.
 Pembiayaan operasional pelayanan radiologi menggunakan
dana APBN, APBD, dan penerimaan BLU untuk operasional,
pengadaan dan pemeliharaan alat.
 Program evaluasi baik dari intern instalasi/RS maupun
masyarakat, telah dilaksanakan sesuai standar.

D. RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Kab. Malang


1. RSUD Kanjuruhan Kepanjen merupakan RS kelas B milik Pemkab
Kab. Malang, berdiri sejak tahun 1984, dan telah berstatus BLU penuh
sejak 19 Juni 2009.
2. Memiliki 221 tempat tidur, 27 dokter spesialis, dan 13 orang dokter
umum/dokter gigi.
3. Sistem rujukan pelayanan radiologi selama ini mengacu kepada
sistem rujukan pelayanan yang diterbitkan oleh Pemprov Jawa Timur.
4. Pelayanan radiologi ditinjau dari administrasi, sarana, prasarana,
peralatan dan SDM belum sesuai standar.
5. Pelayanan Radiologi :
- Administrasi
 Hasil pembacaan diterima oleh pasien lebih dari 24 jam
dikarenakan dokter spesialis radiologi hanya 1 orang, dan bila di
luar jam kerja pasien harus menunggu hasil.
 Izin pelayanan berasal dari Dinkes Kab. Malang.
 Standar Pelayanan yang digunakan berasal dari Kepmenkes
1014 Tahun 2008 yang didapatkan dari Kemenkes.
 Pertemuan rutin dilakukan 1 bulan sekali, dan dihadiri
lengkap.
 Kendala penyampaian usulan serta umpan balik pencatatan
dan pelaporan lebih dikarenakan lama di proses administrasi
(jumlah tenaga administrasi hanya 1 orang).
 Pencatatan dan pelaporan diberikan ke rekam medik untuk
selanjutnya diteruskan ke Direktur.

7
- Sarana dan Prasarana
 Gedung terhitung masih baru, luas ± 1000 m 2. Dibangun pada
tahun 2010 - 2011, dan mulai ditempati sejak Februari 2012.
 Sumber listrik berasal dari PLN 196 KVA dan genset 312 KVA
yang dibagi untuk keseluruhan fasilitas pelayanan RS.
 Sumber air berasal dari PDAM dan sumur.
 Pengolahan limbah bergabung dengan IPAL RS. Pengolahan
limbah radioaktif belum dimiliki karena memang limbah yang
dihasilkan tidak memiliki bahaya radioaktif.
 Telah memiliki sistem pengaturan udara AC dan APAR di
setiap ruangan.
 Dinding ruangan dari bata merah, terdapat lampu indikator
radiasi dan simbol bahaya radiasi.
 Pintu dan ruangan dilapisi timbal.
 Pasien dilakukan persiapan di ruang pemeriksaan saat
tindakan akan dilakukan.
 Telah memiliki Master Plan pembangunan ruangan baru
sehingga jika peralatan radiologi masuk, ruangan telah tersedia.

- Peralatan
Sebagai RS kelas B, RSUD Kanjuruhan Kepanjen tidak memiliki :
 Mammografi
 Panoramic
 MRI

- Kondisi peralatan :
 General X-Ray : 1 unit, kondisi baik
 Fluoroskopi X-Ray : 1 unit, kondisi baik
 Mobile X-Ray : 1 unit, kondisi baik, namun tidak
digunakan karena proses izin
belum keluar (dokumen tidak
lengkap).
 C-arm : 1 unit, kondisi baik, namun tidak
digunakan karena proses izin
belum keluar (dokumen tidak
lengkap).
 USG : 2 unit, kondisi baik, namun 1 unit
tidak digunakan karena
kemampuan terbatas.
 CT-Scan 16 slice : 1 unit, kondisi baik
 Automatic processing film : 2 unit, kondisi baik
 Surveymeter : 1 unit, belum terkalibrasi BPFK.
 Beberapa peralatan radiologi belum mempunyai izin
pemanfaatan yang masih berlaku dari BAPETEN.
 Belum semua peralatan radiologi telah dikalibrasi BPFK,
karena keterbatasan dana RS dan keterbatasan kemampuan
BPFK menangani semua peralatan RS.

- SDM :
 Jumlah SDM dokter spesialis radiologi belum memenuhi
standar, yaitu masih 1 orang, merangkap Kepala Instalasi dan
SMF.
 SDM radiografer berjumlah 6 orang, belum memenuhi standar
2 orang tiap alat radiologi diagnostik.
 Terdapat 3 tenaga radiografer yang merangkap PPR
diakibatkan kekurangan SDM.
8
 Belum memiliki Fisikawan Medis, dan perawat radiologi.
 Tenaga elektromedis khusus di instalasi radiologi belum ada¸
diperbantukan dari IPSRS.
 Tenaga administrasi hanya 1 orang.
 Tenaga kamar gelap dirangkap oleh radiografer.

- Kemampuan Pemeriksaan :
 Belum mampu melakukan pemeriksaan sistem
kardiovaskuler.
 RSUD Kanjuruhan Kepanjen ingin mengembangkan
pelayanan MRI, panoramic, dan mammografi.
 Pembacaan foto langsung dibaca pada jam kerja.
 Rata-rata jumlah pasien 900 pasien/bulan (30 pasien/hari),
USG maksimal dibatasi 15 pasien per hari.
 Daftar tunggu pasien maksimal 3 hari untuk pemeriksaan
USG.
 Pasien cito 10 orang per bulan untuk alat x-ray, 3-4 orang per
bulan untuk USG.
 Pasien rujukan terbanyak berasal dari Puskesmas, praktek
dokter dan klinik swasta.
 Pasien yang tidak tertangani dirujuk ke RSUD dr. Saiful
Anwar Malang, dan RS Panti Nirmala Malang.
 Keselamatan petugas dilaksanakan dengan menggunakan
proteksi sesuai standar, dan pengecekan rutin film badge.

- Lain-lain :
 Tim Jaminan Mutu bergabung dengan RS, bukan tersendiri.
 Belum memiliki pencatatan kejadian akibat kecelakaan radiasi
meskipun belum pernah terjadi kejadian kecelakaan radiasi di
RSUD Kanjuruhan.
 Dokumen-dokumen telah sesuai standar.
 Pembiayaan operasional pelayanan radiologi menggunakan
dana APBN, APBD, serta pendapatan rumah sakit melalui BLU
untuk operasional, pengadaan dan pemeliharaan alat.
 Program evaluasi baik dari intern instalasi/RS maupun
masyarakat, telah dilaksanakan sesuai standar.

E. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar


1. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar merupakan RS kelas B milik
Pemkab Kab. Blitar.
2. Sistem rujukan pelayanan radiologi selama ini mengacu kepada
sistem rujukan pelayanan yang diterbitkan oleh Pemprov Jawa Timur.
3. Pelayanan radiologi ditinjau dari administrasi, sarana, prasarana,
peralatan dan SDM belum sesuai standar.

4. Pelayanan Radiologi :
- Administrasi
 Hasil pembacaan diterima oleh pasien kurang dari 24 jam
meskipun dokter spesialis radiologi hanya 1 orang.
 Izin pelayanan berasal dari Dinkes Kab. Blitar.

9
 Standar Pelayanan yang digunakan berasal dari PDSRI Tahun
2011, Kepmenkes 1014 Tahun 2008, terbitan sendiri tahun
2009, serta dari PARI.
 Petugas pelayanan radiologi jarang mengikuti diklat sehingga
kurang informasi bila ada standar pelayanan radiologi terbaru.
 Pertemuan rutin dilakukan 1 bulan sekali, dan dihadiri
lengkap.
 Kendala penyampaian usulan, umpan balik pencatatan dan
pelaporan terkait penyediaan dana serta masih kurangnya
umpan balik dari bagian perencanaan dan evaluasi RSUD.
 Pencatatan dan pelaporan meliputi jumlah pasien, jumlah dan
jenis kegiatan, jumlah pemakaian bahan habis pakai, jumlah
ekspertise, dan jumlah pendapatan.
 Laporan diberikan ke rekam medik untuk selanjutnya
diteruskan ke Direktur.

- Sarana dan Prasarana


 Gedung pelayanan radiologi dibangun sejak tahun 1984,
namun mengalami penambahan ruangan pada tahun 2000.
 Sumber listrik berasal dari PLN 50 KVA dan genset 50 KVA
yang dibagi untuk keseluruhan fasilitas pelayanan RS.
 Sumber air hanya berasal dari sumur.
 Pengolahan limbah bergabung dengan IPAL RS. Pengolahan
limbah radioaktif belum dimiliki karena memang limbah yang
dihasilkan tidak memiliki bahaya radioaktif.
 Telah memiliki sistem pengaturan udara AC dan APAR di
setiap ruangan.
 Dinding ruangan dari bata merah, terdapat lampu indikator
radiasi dan simbol bahaya radiasi.
 Pintu dan ruangan dilapisi timbal.
 Pasien dilakukan persiapan di ruang pemeriksaan saat
tindakan akan dilakukan.
 Telah memiliki Master Plan pembangunan ruangan baru.

- Peralatan
Sebagai RS kelas B, RSUD Ngudi Waluyo Wlingi tidak memiliki :
 CT Scan
 Panoramic
 MRI
 Mobile X-Ray

- Kondisi peralatan :
 General X-Ray : 4 unit, kondisi baik
 Fluoroskopi X-Ray : 2 unit, kondisi baik
 X-Ray Dental : 1 unit, kondisi baik
 Mammografi : 1 unit, kondisi baik
 USG : 2 unit, 1 unit 2D kondisi baik,
1 unit lagi 3D namun rusak.
 Automatic processing film : 2 unit, kondisi baik
 Mammografi belum mempunyai izin pemanfaatan yang masih
berlaku dari BAPETEN.
 Belum semua peralatan radiologi telah dikalibrasi ulang
BPFK, karena keterbatasan dana RS dan keterbatasan
kemampuan BPFK menangani semua peralatan RS.

10
- SDM :
 Jumlah SDM dokter spesialis radiologi belum memenuhi
standar, yaitu masih 1 orang, merangkap Kepala Instalasi dan
SMF.
 SDM radiografer berjumlah 6 orang, belum memenuhi standar
2 orang tiap alat radiologi diagnostik.
 PPR telah memenuhi standar yaitu 1 orang.
 Belum memiliki Fisikawan Medis, dan perawat radiologi.
 Tenaga elektromedis khusus di instalasi radiologi belum ada¸
diperbantukan dari IPSRS.
 Tenaga administrasi hanya 1 orang.
 Tenaga kamar gelap dirangkap oleh radiografer.

- Kemampuan Pemeriksaan :
 Belum mampu melakukan pemeriksaan sistem limfatik, saraf,
dan kardiovaskuler.
 RSUD Ngudi Waluyo Wlingi ingin mengembangkan pelayanan
MRI, panoramic, dan CT-Scan.
 Langkah-langkah pengembangan pelayanan terbatas pada
usulan, sedangkan penyediaan alat dan SDM terlatih belum
dilakukan, serta masih memerlukan ruangan baru.
 Pembacaan foto langsung dibaca pada jam kerja.
 Rata-rata jumlah pasien 600 pasien/bulan (20 pasien/hari)
 Daftar tunggu pasien kurang dari 2 jam untuk pemeriksaan x-
ray foto toraks.
 Pasien cito sekitar 200 orang per bulan, berasal dari IGD.
 Pasien rujukan terbanyak berasal dari Puskesmas, praktek
dokter dan klinik swasta.
 Pasien yang tidak tertangani dirujuk ke RSUD dr. Saiful
Anwar Malang, dan RS Panti Nirmala Malang.
 Keselamatan petugas dilaksanakan dengan menggunakan
proteksi sesuai standar, dan pengecekan rutin film badge.

- Lain-lain :
 Tim Jaminan Mutu bergabung dengan RS, bukan dimiliki
instalasi radiologi tersendiri.
 Belum memiliki pencatatan kejadian akibat kecelakaan radiasi
meskipun belum pernah terjadi kejadian kecelakaan radiasi di
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.
 Pembiayaan operasional pelayanan radiologi menggunakan
dana APBN, APBD, hibah lain pengadaan dan pemeliharaan.
 Program evaluasi baik dari intern instalasi/RS maupun
masyarakat, telah dilaksanakan sesuai standar.

F. RSUD Lawang, Kab. Malang


1. RSUD Lawang merupakan RS kelas D milik Pemerintah Daerah
Kabupaten Malang.
2. Sejak November 2011 ditetapkan sebagai RSUD kelas D berdasarkan
SK Bupati, dan masih berada dalam pengawasan Dinas Kesehatan Kab.
Malang.
3. Sistem rujukan pelayanan kesehatan selama ini mengacu kepada
sistem rujukan pelayanan yang diterbitkan oleh Pemprov Jawa Timur.

11
4. RSUD Lawang masih dalam proses pemenuhan pelayanan radiologi
sesuai standar Kepmenkes 1014 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
5. Pelayanan Radiologi :
- Pelayanan radiologi belum dilakukan, meskipun ruangan
telah tersedia.
- Proses perizinan pemanfaatan alat yang sedang dalam
pengurusan, belum tersedianya SDM radiologi, sarana-prasarana
yang masih sangat kurang, menyebabkan pihak rumah sakit belum
melakukan pelayanan radiologi.
- Untuk pelayanan kesehatan yang membutuhkan penunjang
diagnostik maupun terapi radiologi, RSUD Lawang merujuk ke RS
lain yang terdekat seperti RSJ dr. Radjiman Lawang, ataupun ke
laboratorium swasta yang memiliki fasilitas pelayanan radiologi
sederhana.
- Sarana dan Prasarana
 Kondisi bangunan instalasi radiologi cukup baik, luas ± 77
m2, dibangun pada tahun 2009, dan belum pernah direnovasi.
 Sumber listrik hanya berasal dari PLN 23 KVA yang dibagi
untuk keseluruhan fasilitas pelayanan RS.
 Sumber air hanya berasal dari PDAM.
 Pengolahan limbah bergabung dengan IPAL RS. Pengolahan
limbah radioaktif belum dimiliki karena memang limbah yang
dihasilkan tidak memiliki bahaya radioaktif.
 Telah memiliki sistem pengaturan udara AC, exhaust fan dan
APAR.
 Dinding ruangan dari bata merah.
 Di atas pintu masuk ruang penyinaran belum memiliki lampu
indikator radiasi dan simbol bahaya radiasi.
 Pintu ruangan dilapisi timbal.
 Dinding kamar gelap dicat warna hitam.

- Peralatan
 USG hanya berada di poliklinik kandungan dan kamar
bersalin untuk pelayanan obstetri dan ginekologi.
 Kondisi peralatan :
 X-Ray Stationer : 2 unit, 1 unit di ruangan instalasi
Radiologi, 1 unit di UGD.
 Namun kedua unit tersebut belum dioperasikan karena
izin pelayanan radiologi dan izin pemanfaatan alat dari
BAPETEN dalam proses pengurusan serta belum memiliki
SDM radiologi untuk mengoperasikan alat.
 X-Ray Stationer di ruangan instalasi radiologi telah
dikalibrasi oleh BPFK pada 4 April 2012.
- SDM :
 Belum memiliki semua jenis tenaga SDM pelayanan radiologi
untuk RS kelas D.

- Telah memiliki master plan pembangunan RS.


- Pembiayaan operasional pelayanan radiologi menggunakan
dana APBN dan APBD untuk pengadaan pemeliharaan alat.

G. RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

12
1. RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat merupakan RS Khusus Jiwa
kelas A dan berstatus UPT Kementerian Kesehatan RI. Namun untuk
pelayanan kesehatan fisik (non-jiwa) termasuk pelayanan radiologi,
mengacu kepada pelayanan RS kelas C.
2. Sejak tahun 2010, RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat telah
berstatus Badan Layanan Umum (BLU).
3. Memiliki 700 tempat tidur dengan 15%nya dialokasikan untuk
pelayanan kesehatan fisik.
4. Pelayanan radiologi diagnostik ditinjau dari manajemen,
administrasi, sarana, prasarana, peralatan belum sesuai standar.

5. Pelayanan Radiologi Diagnostik


- Administrasi
 Hasil pembacaan langsung dibaca dan diterima pasien kurang
dari 24 jam.
 Standar Pelayanan yang digunakan berasal dari Kepmenkes
1014 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
 Masih terdapat kesulitan informasi untuk mendapatkan
standar pelayanan radiologi terbaru.
 Pertemuan rutin internal instalasi dilakukan 1 bulan sekali,
dihadiri lengkap oleh semua SDM yang ada.
 Birokrasi yang lama merupakan kendala penyampaian usulan
dan kendala mendapatkan umpan balik dari manajerial RS.
 Pencatatan dan pelaporan diberikan ke rekam medik untuk
selanjutnya diteruskan ke Direktur dalam bentuk laporan
bulanan.
 Birokrasi dan keterbatasan SDM merupakan kendala
pencatatan dan pelaporan.

- Sarana dan Prasarana


 Kondisi bangunan instalasi radiologi cukup baik, luas ± 500
m2, dibangun pada tahun 1990an, dan mengalami renovasi pada
tahun 2009.
 Sumber listrik berasal dari PLN dan genset yang berbagi
dengan keseluruhan fasilitas pelayanan RS.
 Sumber air berasal dari PDAM.
 Pengolahan limbah bergabung dengan IPAL RS. Pengolahan
limbah radioaktif belum dimiliki karena memang limbah yang
dihasilkan tidak memiliki bahaya radioaktif.
 Telah memiliki sistem pengaturan udara exhaust fan, AC dan
APAR yang mudah dijangkau di ruangan.
 Dinding ruangan dari bata merah, ketebalan > 25 cm,
terdapat lampu indikator radiasi dan simbol bahaya radiasi.
 Pintu dilapisi timbal.
 General X-Ray, Panoramic, dan Dental X-ray berada dalam
satu ruangan.

- Peralatan
 Belum memiliki CT-Scan, mobile x-ray, APF (Automatic
Processing Film), dan peralatan QC.
 Kondisi peralatan :
 General X-Ray : 1 unit, kondisi baik
 X-Ray Dental : 1 unit, kondisi baik

13
 Panoramic X-Ray : 1 unit, kondisi baik
 USG : 1 unit, tipe 4D, kondisi baik
 Semua peralatan radiologi telah mempunyai izin pemanfaatan
yang masih berlaku dari BAPETEN.
 Semua peralatan radiologi telah dikalibrasi BPFK.

- SDM :
 Jumlah SDM dokter spesialis radiologi telah memenuhi
standar, yaitu 1 orang.
 SDM radiografer belum memenuhi standar 2 orang tiap alat
radiologi diagnostik.
 Terdapat jabatan rangkap radiografer – PPR diakibatkan
kekurangan SDM.
 Tenaga elektromedis telah memenuhi standar.
 Belum memiliki fisikawan medis, tenaga administrasi, dan
tenaga perawat tersendiri.
- Kemampuan Pemeriksaan
 Kemampuan pemeriksaan hanya terbatas pada pemeriksaan
sistem urogenital, respiratorius, musculoskeletal. Tidak sesuai
dengan Kepmenkes 1014 tahun 2008.
 Ingin mengembangkan pelayanan CT-Scan, yang sudah
dimulai dengan langkah pengajuan usulan CT-Scan ke pihak
manajerial RS.
 Pembacaan foto langsung dibaca selama 5 hari kerja.
 Rata-rata jumlah pasien 100/bulan, dengan pasien cito
sekitar 10 pasien / bulan.
 Pasien rujukan terbanyak berasal dari Puskesmas
(Jamkesmas), praktek dokter dan klinik swasta.
 Peralatan proteksi radiasi kurang, hanya terdapat 2 apron.

- Lain-lain :
 Tim jaminan mutu khusus pelayanan radiologi belum dimiliki,
hanya terbatas pada komite medik RS untuk semua pelayanan
yang dimiliki RS.
 Belum memiliki pencatatan kejadian akibat kecelakaan
radiasi, catatan dosis, serta kartu kesehatan pekerja.
 Pembiayaan operasional pelayanan radiologi menggunakan
dana APBN, untuk pengadaan dan pemeliharaan alat.
 Program evaluasi baik dari intern instalasi/RS maupun
masyarakat, telah dilaksanakan sesuai standar.
 Belum mempunyai master plan untuk pengembangan
pelayanan.

VI. RENCANA TINDAK LANJUT

A. Dinas Kesehatan Kota Malang


1. Sosialisasi standar dan pedoman pelayanan radiologi yang telah
dihasilkan Kemenkes melalui kegiatan monev dan advokasi
berkelanjutan dengan melibatkan organisasi profesi terkait.
2. Penyesuaian dalam format data pelayanan mengikuti rincian format
data pelayanan dari Kemenkes.
3. Sistem Jejaring Rujukan Pelayanan Kesehatan, termasuk di
dalamnya pelayanan radiologi, yang telah ada dapat terus digunakan,

14
dikarenakan Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi yang akan
diterbitkan Kemenkes tidak bersifat mengikat.

B. RSUD dr. Saiful Anwar Malang


1. Sistem Jejaring Rujukan Pelayanan Radiologi yang telah ada dapat
terus digunakan, dikarenakan Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi
yang akan diterbitkan Kemenkes tidak bersifat mengikat.
2. Perlunya pemenuhan pengadaan alat yang belum dimiliki, seperti
DSA, dan pengajuan untuk perbaikan alat-alat yang rusak seperti
Brakhiterapi, dan Gamma Camera.
3. Perlunya follow up pengurusan izin peralatan ke BAPETEN dan
kalibrasi ulang ke BPFK.
4. Perlu adanya pemenuhan SDM sesuai standar, yaitu radiografer 2
orang per alat, tenaga elektromedis khusus instalasi radiologi, dan
perawat radiologi
5. Perlu kejelasan kompetensi dan kualifikasi tenaga operator mengacu
Kepmenkes 1014 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
6. Dapat mempertimbangkan pemenuhan peralatan sesuai standar
melalui E-Planning Kemenkes, maupun melalui kerja sama operasional
penyedia alat kesehatan.

C. RS Paru Kota Batu


1. Sistem Jejaring Rujukan Pelayanan Radiologi yang telah ada dapat
terus digunakan, dikarenakan Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi
yang akan diterbitkan Kemenkes tidak bersifat mengikat.
2. Perlunya follow up pengurusan izin peralatan ke BAPETEN dan
kalibrasi ulang ke BPFK.
3. Perlu adanya pemenuhan SDM radiologi, yaitu radiografer 2 orang
per alat, fisikawan medis, PPR, perawat radiologi, petugas kamar gelap
agar pelayanan sesuai standar dan tidak ada lagi jabatan rangkap.
4. Perlu adanya pelatihan untuk penyegaran SDM yang
berkesinambungan.
5. Dapat mempertimbangkan pemenuhan peralatan sesuai standar
melalui E-Planning Kemenkes, maupun melalui kerja sama operasional
penyedia alat kesehatan.

D. RSUD Kanjuruhan Kepanjen, Kab. Malang


1. Sistem Jejaring Rujukan Pelayanan Radiologi yang telah ada dapat
terus digunakan, dikarenakan Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi
yang akan diterbitkan Kemenkes tidak bersifat mengikat.
2. Perlu adanya pemenuhan SDM radiologi, yaitu dokter spesialis
radiologi, radiografer 2 orang per alat, fisikawan medis, PPR, tenaga
elektromedis khusus radiologi, perawat radiologi, tenaga administrasi,
dan petugas kamar gelap agar pelayanan sesuai standar dan tidak ada
lagi jabatan rangkap.
3. Dokumen-dokumen alat mobile x-ray dan c-arm yang berasal dari
hibah Korea agar dilengkapi sehingga alat tersebut dapat
dipergunakan.
4. Perlunya follow up pengurusan izin peralatan ke BAPETEN dan
kalibrasi ke BPFK.
5. Perlu alokasi ruangan untuk ruangan yang belum dimiliki agar
sesuai standar seperti ruang persiapan tindakan dan recovery.

15
6. Perlu adanya pelatihan untuk penyegaran bagi tenaga SDM radiologi
yang berkesinambungan.
7. Dapat mempertimbangkan pemenuhan peralatan sesuai standar
melalui E-Planning Kemenkes, maupun melalui kerja sama operasional
penyedia alat kesehatan.
8. Perlu pembentukan tim kendali mutu khusus pelayanan radiologi.
9. Penyesuaian format sistem pencatatan dan pelaporan sesuai
standar, seperti pencatatan kejadian akibat kecelakaan radiasi.

E. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, Blitar


1. Sistem Jejaring Rujukan Pelayanan Radiologi yang telah ada dapat
terus digunakan, dikarenakan Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi
yang akan diterbitkan Kemenkes tidak bersifat mengikat.
2. Perlu adanya pemenuhan SDM radiologi, yaitu dokter spesialis
radiologi, radiografer 2 orang per alat, fisikawan medis, tenaga
elektromedis khusus radiologi, perawat radiologi, tenaga administrasi,
dan petugas kamar gelap agar pelayanan sesuai standar dan tidak ada
lagi jabatan rangkap.
3. Perlunya follow up pengurusan izin peralatan ke BAPETEN dan
kalibrasi ke BPFK.
4. Perlu alokasi ruangan untuk ruangan yang belum dimiliki agar
sesuai standar seperti ruang persiapan tindakan dan recovery.
5. Perlu adanya pelatihan untuk penyegaran bagi tenaga SDM radiologi
yang berkesinambungan.
6. Dapat mempertimbangkan pemenuhan peralatan sesuai standar
seperti CT-Scan, Panoramic, CR, peralatan QC, melalui E-Planning
Kemenkes, maupun melalui kerja sama operasional penyedia alat
kesehatan.
7. Perlu pembentukan tim kendali mutu khusus pelayanan radiologi.
8. Penyesuaian format sistem pencatatan dan pelaporan sesuai
standar, seperti pencatatan kejadian akibat kecelakaan radiasi,
dokumen hasil pemantauan lingkungan dan daerah kerja.

F. RSUD Lawang, Kab. Malang


1. Sistem Jejaring Rujukan Pelayanan Radiologi yang telah ada dapat
terus digunakan, dikarenakan Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi
yang akan diterbitkan Kemenkes tidak bersifat mengikat.
2. Perlu segera adanya pemenuhan semua persyaratan pelayanan
radiologi sesuai standar baik SDM, sarana prasarana, peralatan
radiologi, dokumen, sistem pencatatan/pelaporan, sehingga pelayanan
radiologi dapat segera diselenggarakan.
3. Dapat mempertimbangkan pemenuhan peralatan sesuai standar
melalui E-Planning Kemenkes, maupun melalui kerja sama operasional
penyedia alat kesehatan.
4. Perlunya follow up pengurusan izin peralatan ke BAPETEN dan
kalibrasi ke BPFK.

G. RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang


1. Sebagai UPT Kementerian Kesehatan RI, RSJ dr. Radjiman mengikuti
Pedoman Jejaring Pelayanan Radiologi yang akan diterbitkan
Kemenkes. Namun pedoman tersebut tidak bersifat mengikat, dan
dapat menyesuaikan dengan keadaan di lapangan.

16
2. Perlu adanya pemenuhan SDM radiologi, yaitu, radiografer 2 orang
per alat, fisikawan medis, PPR, tenaga elektromedis khusus radiologi,
perawat radiologi, tenaga administrasi, dan petugas kamar gelap agar
pelayanan sesuai standar dan tidak ada lagi jabatan rangkap.
3. Perlu alokasi ruangan untuk ruangan yang belum dimiliki agar
sesuai standar dan tidak ada lagi penumpukan peralatan di satu
ruangan.
4. Perlu adanya pelatihan untuk penyegaran dan peningkatan
kemampuan bagi tenaga SDM radiologi yang berkesinambungan.
5. Dapat mempertimbangkan pemenuhan peralatan sesuai standar
melalui E-Planning Kemenkes, maupun melalui kerja sama operasional
penyedia alat kesehatan.
6. Perlu pembentukan tim kendali mutu khusus pelayanan radiologi.
7. Penyesuaian format sistem pencatatan dan pelaporan sesuai
standar, seperti pencatatan kejadian akibat kecelakaan radiasi, catatan
dosis.
8. Perlu adanya program kesehatan dan keselamatan pekerja radiasi,
seperti pembuatan kartu kesehatan pekerja, kegiatan medical-check up
minimal setahun sekali.
9. Perlu menyusun master plan pembangunan pelayanan radiologi.

Jakarta, 25 April 2012

Pelaksana Kegiatan,

dr. Rahmat Edi Wahyudi


NIP 198111152009121001

17

Anda mungkin juga menyukai