Disusun:
O
L
E
H
Segala puji bagi Allah SWT. tuhan semesta alam yang telah memberikan saya kesehatan
dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tokoh-
Tokoh Islam Di Indonesia”. Shalawat beriring salam tidak lupa pula kita sanjung sajikan
kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam
jahiliyah kealam islamiah, dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Semoga dengan makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi kita semua dan
terutama saya sendiri.
Penulis
a. Jawa Barat
Pertama, ketakwaan dan keyakinan. Salah satu petatah petitih yang populer di
masyarakat adalah ingsun titipna tajug lan fakir miskin. Kata Kanjeng Sunan Jati, saya
menitipkan musala atau masjid dan fakir miskin. Dalam tajug juga dijelaskan Kanjeng
Sunan, yen sembahyang kungsi pucuke panah (jika salat harus khusyu’ dan tawadlu’
seperti anak panah yang menancap kuat). Tali panah menjadi perumpamaan Kanjeng
Sunan Jati untuk menggambarkan kalau tali panah lepas, maka tidak bisa untuk memanah
Kedua, kedisiplinan. Ajaran disiplin ini, mungkin yang lebih tepat lagi adalah
untuk kosisten, timbal balik, dan niat belajar. Ada tiga pesan: Aja nyindra janji mubarang
(jangan mengingkari janji), pemboraban kang ora patut anulungi (yang salah tidak usah
ditolong), aja ngaji kejayaan kang ala rautah (jangan belajar untuk kepentingan yang
tidak benar atau disalahgunakan).
Ketiga, kearifan dan kebijakan. Di antara wejangan Kanjeng Sunan Gunung Jati
terkait bagian ini lebih dekat untuk ajaran akhlak dan tarekat, antara lain singkirna sifat
kanden wanci (jauhi sifat yang tidak baik), duweha sifat kang wanti (milikilah sifat-sifat
yang baik), amapesa ing bina batan (jangan serakah atau berangasan dalam hidup),
angadahna ing perpadu (jauhilah pertengkaran), aja ilok ngamad kang durung yakin
(jangan suka mencela sesuatu yang belum terbukti kebenarannya), aja ilok gawe bobad
(jangan suka berbohong), ing panemu aja gawe tingkah (bila pandai jangan sombong),
kenana ing hajate wong (kabulkan keinginan orang), aja dahar yen durung ngeli (jangan
makan sebelum lapar), aja nginum yen durung ngelok (jangan minum sebelum haus), aja
turu yen durung katekan arip (jangan tidur sebelum kantuk), aja ilok ngijek rarohi ing
wong (jangan suka menghina orang lain), dst.
Keempat, kesopanan dan tata krama. Wejangan Kanjeng Sunan Jati yang kategori
terakhir ini memang bersifat etis, seperti den hormat ing wong tua (harus hormat kepada
orang tua), den hormat ing leluhur (harus menghormati kepada leluhur), hormaten,
emanen, mulyaken ing pusaka (hormat, sayangi, dan muliakanlah pusaka, den welas asih
sing sapapada (hendaknya menyayangi sesama manusia), dan mulyaken ing tetamu
(hormatilah para tamu)
Perjuangan Sunan Gunung Djati dalam dakwah Islam adalah sebagai berikut:
Syaikh Syarif Hidayatullah ini telah ditunjuk sebagai penerus ayahnya di Mesir. Namun
jiwa pembelajar dan keinginan kuat untuk menyampaikan ajaran agama sejauh yang bisa
dijangkau, membuatnya menyerahkan jabatan itu kepada adiknya—Syarif Nurullah.
Sedangkan dirinya sendiri memulai perjalanan untuk menuju pulau Jawa sekaligus
tempat kelahiran ibundanya.
“Kau boleh menyebarkan ajaran baru di sini, tetapi jangan dengan paksaan. Jangan
sampai karena beda bahasa dalam sesembahan, darah tumpah ke bumi. Bumi dan langit
tak akan merestui kepada siapa saja yang datang untuk saling menghinakan”.
Pesan itulah yang Sunan Gunung Jati pegang dengan erat. Dalam menyebarkan agama
Islam, dia memilih metode lemah lembut dan kekeluargaan. Kearifan budi dan akhlak
itulah yang pada akhirnya membuat banyak masyarakat mulai mengikuti ajaran Sunan
Gunung Jati. Apalagi sejak Sunan Gunung Jati diamanahi untuk melanjutkan
kepemimpinan di Pesantren Amparanjati, setelah Syaikh Nurjati meninggal.
Hanya saja berjalannya hari, Sunan Gunung Jati menyadari dalam memperjuangkan
Islam, ternyata tidak hanya bisa memakai cara lemah lembut. Karena banyak orang-orang
dari kerajaan Hindu-Budha yang mulai merasa terganggung dengan Islam yang mulai
berkembang pesat.
Baik itu dari pihak Majapahit juga kerajan di Pajajaran. Apalagi sejak Sunan Gunung Jati
membangun hubungan baik dengan kesultanan Demak. Mereka berusaha menjatuhkan
pengaruh Islam dengan berbagai cara.
b. Jawa Timur
Sunan Ampel atau nama aslinya Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatillah (Raden
Rahmat)
1. TULUS -->Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin
tidak akan
dibodohi atau dibohongi.
2. RENDAH HATI -->Hanya orang yang kuat batinnya yang bisa bersikap rendah hati.
Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain.
3. SETIA -->Orang yang setia bisa dipercaya dan diandalkan. Dia
selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat,rela berkorban dan tidak berkhianat.
4. POSITIVE THINKING -->Orang berpikiran positif selalu berusaha melihat segala
sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun.
5. CERIA -->Artinya bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluhdan selalu berusaha
meraih kegembiraan.
6. TANGGUNG JAWAB -->Ia akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-
sungguh kalau salah,berani mengakuinya dan tidak mencari kesalahan orang lain.
7. PECAYA DIRI -->Mampu menerima dirinya sebagaimana adanya,mengharg ai
dirinya dan
orang lain. Juga mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
8. BERJIWA BESAR -->Ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan
permusuhan.
Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar!
9. EASY GOING -->Maksudnya,tidak suka membesar-besarkan masalah kecil atau
berusaha
mengecilkan masalah besar. Dia tidak mau pusing dengan masalah yang berada diluar
kontrolnya.
10. EMPATI -->Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik tapi juga selalu
berusaha memahami dan mengerti orang lain.
Raden Rahmat seusia muda sebelum 20 tahun tinggal dengan Ibunya di Campa
(Kamboja). Kedatangan Raden Rahmat ke Jawa, sebelumnya singgah dulu di
Palembang selama 2 bulan saat Raden Rahmat berusia 20 tahun dan berhasil
mengislamkan Arya Damar Raja di Palembang. Kemudian melanjutkan pelayaran ke
Majapahit dengan singgah di Gresik sekitar tahun 1421/1422 M
Raden Rahmat menetap di Ampel Denta (Surabaya), menurut penuturan Babad
Gresik, Raden Rahmat berhasil menjadikan daerah Ampel Denta yang semula berair
dan berlumpur menjadi daerah yang makmur. Di sini beliau mendirikan pesantren,
sehingga Ampel menjadi pusat dakwah Islam, sehingga Raden Rahmat digelari Sunan
Ampel.
Intensitas perjuangan penegakan Islam di tanah Jawa lebih akseleratif dan
terorganisir dimulai sejak kepemimpinan Sunan Ampel yaitu dengan merintis tanah
Ampel Denta sebagai basis dakwah sekitar tahun 1422 M, sampai kejatuhan Kerajaan
Majapahit tahun 1478 M atau sekitar 56 tahun.
Kita kadang membayangkan Sunan Ampel atau para Walisanga lainnya adalah
orang yang sudah tua renta yang memiliki kesaktian yang madraguna, tetapi kalau kita
telusuri secara waktu meskipun banyak perdebatan dan ketidakpastian penulisan
sejarah berkenaan dengan waktu dan usia, tapi bisa dipastikan bahwa Sunan Ampel
berkiprah bagi perjuangan penegakan Islam adalah seorang tokoh muda yang
berprestasi. Hitungannya pendirian pesantren Ampel Denta yang didirikan setelah
menikah dengan putri Tumenggung Wilwatikta pada usia sekitar 25 Tahun, ini berarti
Sunan Ampel adalah da’i muda belia yang menjadi pelopor dakwah tanah Jawa.
Pesantren Ampel Denta oleh Sunan Ampel dan didaerah Giri oleh Sunan Giri
adalah dua institusi pendidikan tempat pengkaderan pejuang-pejuang Islam paling
penting di masa itu. Pesantren Ampel Denta Surabaya melahirkan kader Sunan Ampel
diantaranya : Raden Patah (Raja Demak), Sunan Kalijaga (Menantu), Raden Paku
(Sunan Giri), Raden Makdum (Sunan Bonang), Syarifudin (Sunan Drajat) dan
Maulana Ishaq (Blambangan), Dari Giri Akselerasi dakwah Islam berkembang ke
seluruh wilayah timur Nusantara diantaranya Sulawesi, Maluku, Ternate, Tidore.
Melalui pesantren yang terus di bina sungguh-sungguh, Sunan Ampel berhasil
menelurkan orang-orang yang ahli agama dan menguasai ajaran Islam serta
mempunyai dedikasi yang tinggi dalam mengamalkan dan memperjuangkan Islam.
Ada aspek strategis Ampel sebagai pusat dakwah Islam yang dikomandani oleh
Raden Rahmat (Sunan Ampel), sebab Ampel (Surabaya saat itu) merupakan pintu
gerbang utama kerajaan Majapahit. Dengan adanya pusat dakwah di Ampel sebagai
pintu gerbang Majapahit, maka pengaruh dakwah Islam yang sebelumnya berasal dari
Gresik (yang dirintis oleh Sunan Gresik atau Syekh Maulana Malik Ibrahim bapak-nya
Sunan Ampel) menjadi lebih gencar dan menusuk jantung Ibukota Majapahit.
Perkembangan Ampel Denta sebagai suatu komunitas di Surabaya yang dihuni
oleh Umat Islam pada giliranya menjadi sentra pengkaderan Islam yang paling
berpengaruh di Jawa pada pertengahan abad ke-15.
Berbagai halangan, rintangan dan pengalaman pahit terjadi dalam upaya dakwah
di negara-negara bagian Majapahit, tetapi Sunan Ampel mampu mengkoordinasikan
dengan baik dalam wadah Dewan Walisanga (Dewan Dakwah Sembilan Penjuru dan
melakukan pendekatan-pendekatan dakwah yang dinamis dan fleksible
c. Jawa Tengah
Sunan Kudus atau nama aslinya Ja’far Shadiq
Silsilah Sunan Kudus
Kepribadian
Kepribadian Sunan kudus adalah sebagai berikut:
Tekun,disiplin,dan tegas dalam mengambil suatu tindakan, beliau juga menjadikan hasil
belajarnya untuk bekal dalam menyiarkan agama islam
Kepribadian
Kepribadian pangeran Fatahillah adalah sebagai berikut:
Tahun 1522, bangsa Portugis berhasil menguasai pelabuhan Sunda Kalapa dengan
membuat perjanjian kerjasama dengan kerajaan Pajajaran. Isi perjanjian antara
lain: Pajajaran akan menjual lada kepada Portugis dan Portugis diperkenankan
membangun benteng di Sunda Kelapa. Namun sebelum pelaksanaan
pembangunan benteng tersebut, bangsa Portugis banyak mengalami penyerangan
oleh pasukan Islam. Sultan Mahmud Syah menyerang benteng Portugis di
Malaka; kekuasaan Portugis di Maluku diserang oleh Kesultanan Tidore dan
Ternate. Begitu juga dengan Panglima Fatahillah yang menaklukan kekuasaan
Portugis di Tanah Jawa.
Penyerangan terhadap kekuasaan Portugis di Sunda Kalapa dipimpin oleh
Fatahillah, yang tak lain adalah menantu dari Sunan Gunung Jati. Fatahillah
diangkat sebagai panglima perang oleh Raja Kerajaan Islam Demak untuk
menaklukan penjajahan Portugis di Tanah Sunda. Pasukan perang Fatahillah
mendapatkan bantuan armada dari kerajaan Islam Demak dan Kerajaan Islam
Cirebon, sehingga pasukan Islam memiliki pertahanan yang cukup kuat. Awal
penyerangan pasukan Fatahillah diarahkan kepada penaklukan kerajaan Pajajaran
di Banten. Lalu setelah itu melanjutkan penyerangan terhadap pasukan portugis di
Pelabuhan Sunda Kalapa.
Pasukan Portugis dibawah pimpinan Fransisco de Sa, masih berusaha menagih
janji atas perjanjian kerajaan Pajajaran dengan Pasukan Portugis untuk
mendirikan benteng di Pelabuhan Sunda Kalapa. Namun karena Sunda Kalapa
sudah berada dalam kekuasaan pasukan Fatahillah, tentu Fatahillah menolak
tuntutan tersebut. Maka dengan kekecewaannya Portugis mengancam akan
menghancurkan Sunda Kalapa beserta pasukan Islam. Tapi, Fatahillah tak gentar
menghadapi perlawanan tersebut.
Tidak lama kemudian, pecahlah pertempuran dahsyat. Pasukan darat Katolik
Portugis menggunakan senjata pedang, bedil, dan meriam serta berlindung dengan
topi baja. Sedangkan pasukan Islam jalur darat menggunakan senjata tombak,
kujang, pedang, keris dan meriam-meriam. Armada kapal perang Fransisco de Sa
maupun Fatahillah menggunakan meriam dan senjata api lainnya. (Drs. Edi S.
Ekadjati, Fatahillah Pahlawan Arif Bijaksana,Jakarta: Penerbit PT.
Sanggabuwana, hal. 45)
Pasukan Fatahillah tetap bergerak mengepung pasukan meriam Portugis.
Komando Fatahillah untuk menyerbu terdengar lantang oleh pasukan Islam.
Dengan bergerak cepat disertai semangat jihad yang selalu berkobar membuat
pasukan Portugis berada dalam serangan dahsyat. Pertarungan sengit untuk
membunuh lawan semakin berkecamuk. Banyak korban dari pihak Portugis
berjatuhan. Portugis tidak mampu menahan serangan bertubi-tubi dari pasukan
Kerajaan Islam Demak, sisa pasukan Portugis terdesak mundur dari darat dan
melarikan diri menuju armada kapal. Masih dalam keadaan pelarian, pasukan
Portugis dikejar pasukan Islam. Salah satu armada kapal Portugis terkena sasaran
meriam armada kapal Fatahillah. Kapal Portugis itu terbakar, kemudian
tenggelam ditelan lautan. (Ibid, hal. 46), perjuangan untuk menegakkan Islam di
Jakarta merupakan tugas bagi para pemimpin-pemimpin setelah Fatahillah
Kemenangan yang didapat pasukan Islam atas jatuhnya kekuasaan Portugis di
Sunda Kalapa terjadi pada tahun 1527 M. Kemenangan ini semata-mata bukan
hanya karena hasil perjuangan Fatahillah dan pasukannya, melainkan juga karena
adanya pertolongan Allah untuk meneguhkan ajarannya di tanah Jakarta. Sultan
Trenggono, Raja Kerajaan Islam Demak mengangkat Fatahillah menjadi gubernur
Sunda Kalapa, dan Sunda Kalapa menjadi wilayah mandat kerajaan Islam Demak.
Nama Sunda Kalapa setelah itu diganti oleh Fatahillah dengan nama Jayakarta
yang artinya kemenengan yang nyata. Nama ini diambil dari surat al Fath ayat 1,
Allah berfirman:
إنَّا فَتَحْ نَا لَكَ فَتْ ًحا ُم ِبينًا
Artinya: Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang
nyata.” (Q.S. Al-Fath [48]: 1)
Sejarah Fatahillah menaklukkan pasukan Portugis di Sunda Kalapa atau
Jayakarta, adalah salah satu bukti bahwa Jakarta pernah menjadi wilayah
kekuasaan Islam. Islam berdiri teguh untuk menaklukan kemungkaran para
penjajah portugis yang berkuasa. Selain itu, usaha pasukan Islam dibawah
kepemimpinan Fatahillah dengan semangat jihadnya untuk memerangi tindakan
tidak berperikemanusiaan kaum penjajah terhadap masyarakat Nusantara.
Jadi, kesimpulannya pangeran Fatahillah memiliki kepribadian yang mulia,
seperti:
1. Pantang menyerah dalam menyiarkan dakwah Islam
2. Berani berjihad demi membela agama Islam, dan lain sebagainya.
Kepribadian
Kepribadian Sultan Zainal Abidin adalah sebagai berikut:
1. Jujur
2. Seorang pemimpin yang taat beribadah
3. Memiliki sifat pantang menyerah, dan lain sebagainya.
Perjuangan dalam Dakwah Islam
Berikut adalah perjuangan yang dilakukan Sultan Zainal Abidin dalam Dakwah Islam