PENDAHULUAN
Kelainan hiperpigmentasi atau yang disebut juga sebagai melanosis adalah kelainan
pada proses pembentukan pigmen melanin kulit. Gangguan pigmentasi pada kulit ini dapat
diklasifikasikan menjadi : (1) hipomelanosis atau leukoderma, seperti pada vitiligo,
albinisme, (2) hipermelanosis coklat atau melanoderma yang disebabkan oleh meningkatnya
pigmen melanin atau jumlah melanosit di epidermis, seperti pada efelid, melasma atau lentigo
dan (3) ceruloderma atau hipermelanosis keabuan atau kebiruan disebabkan oleh peningkatan
melanin atau jumlah melanosit di dermis, seperti pada mongolian spot (Lubis, 2008).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pigmentasi
kulit.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hiperpigmentasi
Hiperpigmentasi adalah suatu kondisi pada kulit yang di sebabkan oleh peningkatan
melanin, zat dalam tubuh yang bertangung jawab untuk perawatan kulit (pigmen). Pigmen
adalah pewarna kulit seseorang. Ketika seseorang sehat, warna kulitnya akan tampak normal.
Dalam kasus penyakit atau cedera, kulit seseorang dapat berubah warna, menjadi lebih gelap
(hiperpigmentasi) atau lebih terang (hopopigmentasi). Pada kondisi tertentu, seperti
kehamilan atau penyakit Addison (penurunan fungsi kelenjar adrenal) dapat menyebabkan
produksi yang lebih besar dari melanin dan terjadilah suatu hiperpigmentasi. Paparan sinar
matahari merupakan penyebab utama daei hiperpigmentasi dan akan mengelapkan daerah
yang terkena sinar matahari.
Definisi
2.3.1.2 Epidemiologi
Hiperpigmentasi post inflamasi merupakan respon kulit pada inflamasi yang sering
ditemukan . Walaupun dapat mengenai semua orang, perkembangannya lebih sering pada
orang yang berkulit gelap dan dapat mengenai semua umur. Insiden dari hiperpigmentasi post
inflamasi pada laki-laki dan perempuan adalah sama, atau tidak ada predileksi jenis kelamin.
2.3.1.3 Etiologi
a. Hiperpigmentasi post inflamasi dapat terjadi pada berbagai proses yang mengenai
kulit. Proses tersebut melibatkan reaksi alergi, infeksi, trauma, erupsi fototoksik.
2.3.1.4 Patofisiologi
Hiperpigmentasi post inflamasi disebabkan oleh salah satu dari proses melanosis
epidermis ataupun melanosis dermis. Respon inflamasi epidermis menyebabkan pelepasan
dan kemudian oksidasi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, leukotrien dan produk
lainnya. Produk inflamasi ini merubah aktivitas dari sel imun dan melanosit. Spesifiknya,
produk inflamasi ini menstimulasi melanosit epidermal, menyebabkan peningkatan sintesis
melanin dan kemudian meningkatkan transfer pigmen untuk mengelilingi keratinosit.
Demikian, meningkatkan stimulasi dan transfer granul melanin menghasilkan hipermelanosis
epidermal. Sebaliknya, melanosis dermal terjadi ketika inflamasi mengganggu lapisan sel
basal, menyebabkan pigmen melanin terlepas dan kemudian terperangkap oleh sel imun besar
yang dikenal sebagai makrofag pada papilla dermis.
Anamnesis:
Warna lesi berkisar antara coklat terang-hitam. Gambaran coklat terang jika
pigmennya terjadi di epidermis dan gambaran hitam jika lesi mengandung melanin
dermis.
2.3.1.6 Penatalaksanaan
2.3.1.7 Prognosis
2.2 Laser
2.2.1 Definisi
Untuk menghasilkan laser harus ada sumber energi (lazim disebut pompa energi
media aktif) dan resonator optik dengan cermin. Energi yang terlepas diserap oleh atom
dalam bentuk foton. Saat atom melepaskan foton, energi juga lepas dalam bentuk sinar.1,2
Laser biasanya dinamai sesuai dengan medium yang terkandung dalam rongga optik
mereka. Gas laser terdiri dari argon, excimers, tembaga uap, helium-neon, kripton, dan
karbon dioksida. Salah satu laser cairan yang paling umum berisi cairan rhodamine dan
digunakan dalam pulse-dye laser. Laser padat adalah ruby, neodymium: yttrium-aluminium-
garnet (Nd: YAG), alexandrite, erbium, dan laser dioda. Semua perangkat ini digunakan
secara klinis mengobati berbagai kondisi dan gangguan berdasarkan panjang gelombang,
sifat pulse, dan energi masing-masing laser.1-3
Mula-mula diintroduksi oleh Einstein pada tahun 1917 yang dikembangkan oleh
Maiman pada tahun 1960 menjadi laser pertama yaitu laser Ruby.1 Sejak ditemukannya alat
laser pada tahun 1960 oleh T.H. Maiman dari The Hughes Research Laboratories California,
USA alat ini telah berkembang dengan sangat pesat dan meliputi berbagai disiplin ilmu
kedokteran dan bidang-bidang di luar kedokteran. Goldman pada tahun 1961, seorang
spesialis penyakit kulit dari University of Cincinat, Amerika Serikat dengan berbagai
percobaan dan aplikasi klinis laser pada penyakit port wine stain (PWS), suatu bentuk
hemangioma kulit kongenital dengan menggunakan ruby laser. Untuk jasa-jasanya ini,
Goldman dapat dianggap sebagai pionir dalam penggunaan laser di bidang penyakit kulit.
Sekarang ini dalam bidang penyakit kulit, laser berkembang menjadi bedah laser dan laser
kosmetik
2.2.2 Etiologi
Untuk mengetahui tentang dasar laser, terlebih dahulu perlu diketahui tentang fisika
laser, sinar laser merupakan sinar yang unik. Ada 3 sifat sinar laser yang menonjol yang
membuktikan keunikannya dan berbeda dari sinar biasa, yaitu:
1-3
Monokromatik; cahaya dari sumber laser mempunyai satu panjang gelombang
bergantung pada medium yang digunakan.
Koheren; sinar laser berjalan dengan arah yang sinkron, sejajar (paralel), tidak terbias.
Kolimasi; gelombang elektromagnetik memiliki bentuk dan fase yang sama. Salah
satu keunikan sinar laser adalah karena sifat monokromatiknya sehingga energi laser
laser hanya diserap oleh kromofor spesifik organ target.
Sistem Laser
Sistem laser terdiri atas: 1-3
1. Medium laser dapat berupa padat (Ruby), cair (zat warna organik) dan gas (Argon dan
CO2).
2. Ruang gema optik. Sebagai usaha untuk memperoleh cahaya koheren, dibutuhkan
satu ruang gema optik. Ruang ini merupakan tempat amplifikasi cahaya serta tempat
untuk menyeleksi foton, agar berjalan pada arah yang dikehendaki. Ruang gema optik
ini di bagian depan dibatasi oleh cermin yang mempunyai daya pantul terbatas
( partially reflecting mirror), sedangkan di bagian belakang juga terdapat cermin
dengan daya pantul total. Letak cermin sedemikian rupa sehingga cahaya dapat
berjalan sejajar dengan sumbu ruang gema optik. Di dalam ruang ini terdapat medium
laser yang biasanya berbentuk tabung atau batang.
3. Sumber energi, atau “pompa” dapat berupa listrik, mekanik, atau zat kimiawi.
Prinsip pembangkit laser menggunakan teori dasar atom. Normalnya semua atom
berada pada tingkat energi yang paling rendah. Keadaan tersebut dinamakan ground
level. Bila energi luar diabsorpsi oleh atom tersebut, elektron yang mempunyai
tingkat energi tertentu menjadi tidak stabil dan akan berubah ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Atom tersebut dalam keadaan excited state. Atom yang dalam keadaan
excited state ini bersifat sementara dan segera kembali ke ground state dengan
melepaskan photon. Kejadian tersebut dinamakan spontaneous emission.Photon
adalah energi sinar yang ditransmisikan ke dalam ruang dan mempunyai panjang
gelombang tertentu. Photon dari atom yang excited state tadi akan menstimulasi atom
excited state yang lain sehingga mengeluarkan photon yang identik dalam hal energi,
panjang gelombang dan frekuensi dan berjalan ke arah yang sama dan mempunyai
fase yang sama. Kejadian tersebut dinamaka stimulated emission of radiation, yang
mendasari terjadinya sinar laser
3. post operasi
Bersihkan luka dua kali sehari dengan larutan fisiologi, kemudian di
ikuti pemberian antibiotik topikan, jaga luka selalu lembab, biasanya luka
akan sembuh dalam 5-14 hari.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Ny.C usia 30 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan kulit wajah tampak berwarna
gelap, dan timbul bercak-bercak gelap/kehitaman sekitar dagu, dahi, dan pipi. Bercak
kehitaman itu mulai muncul 2 tahun yang lalu semenjak dia mengenakan kontrasepsi dan
bertambah parah semenjak Ny.C menggunakan kosmetik yang dijual bebas dipasaran.
3.1 pengkajian
Anamnesa
1. Nama : Tn.D
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis kelmin : laki-laki
4. Pendidikan /pekerjaan : SLTA/Wiraswatsa
5. Hubungan dengan klien : Suami
b. Keluhan utama : klien mengatakan mengalami bercak hitam pada daerah wajah
c. Riwayat penyakit sekarang : kulit wajah tampak berwarna gelap dan timbul bercak –
bercak gelap sekitar dagu , dahi, dan pipi
d. Riwayat penyakit sebelumnya:-
e. Riwayat keseahatan keluarga :
Komposisi :
Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah pasien berada
di area pemukiman padat penduduk
Kultur dan kepercayaan:-
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : sering menggunakan kosmetik
secara seembarangan dan juga sering terpapar sinar matahari.
Persepsi keluarga tentang penyakit ibu : Cobaan dari Tuhan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Analisa data
REVIEW JURNAL
1. Informasi Jurnal ke I
4) Kesimpulan umum :
2. Pemakaian tabir surya yang sesuai merupakan kewajiban untuk pasien yang
mendapatkan terapi kelainan hiperpigmentasi untuk mengu-rangi kemungkinan
terjadinya efek samping seperti reaksi iritasi, alergi, fototoksik maupun
fotoalergi, hiperpigmentasi pasca inflamasi dan timbulnya perasaan aman yang
berlebihan serta biaya tinggi pada pasien.
6. Terapi Laser. La-ser yang dipilih adalah jenis Q switched dengan panjang
gelombang 500-1100 nm yang sesuai dengan target kromofornya berupa melanin.
Be-berapa contoh Q switched yang dipakai adalah QS Nd YAG 532 nm, 1064nm,
QS Ruby 694nm dan QS Alexanderite 755 nm. Kelainan hiperpig-mentasi yang
dapat diterapi dengan laser adalah lesi-lesi hiperpigmentasi di epidermis dan der-
mis, seperti: lentigo, efelid, berbagai nevus, dan tato. Seperti halnya modalitas
terapi lain untuk kelainan hiperpigmentasi, terapi laser ini akan efektif dan sedikit
menimbulkan efek samping apabila diawali dengan peningkatan ketepatan
diagnosis, pengetatan seleksi pasien, perawatan pre laser dan post laser dengan
benar.
Kata kunci: hiperpigmentasi, bahan pemutih,pengelupasan kimiawi, mikrodermabrasi, laser.
2. Informasi Jurnal ke II
4) Kesimpulan umum :
Sejumlah laser yang spesifik terhadap pigmen dapat mengobati lesi hiperpigmentasi
di epidermis dan dermis secara efektif tanpa komplikasi dengan menggunakan prinsip dasar
fototermolisis selektif. Laser dengan panjang gelombang yang lebih pendek (Q-switched
Nd:YAG532 nm,pulsed dye 510 nm) lebih efektif untuk lesi hiperpigmentasi
superfisial/epidermis, dan panjang gelombang yang lebih panjang (QSR 694 nm, Q-switched
Nd:YAG 1064 nm, Qswitchedalexandrite 755 nm) lebih efektif untuk pigmen di dermis.
Indikasi primer adalah lentigo, makula café-au lait, nevus Ota atau Ito (ABNOM/nevus
Hori).Indikasi sekunder adalah nevus spilus, nevus Becker, dan nevus melanositik.
Pengobatan laser untuk lesi hiperpigmentasi merupakan prosedur yang cukup aman
dan efektif.Pengetahuan mengenai parameter yang digunakan dan interaksi laser-jaringan
penting sebelum melakukan pengobatan laser.Pemilihan pasien, nasehat, dan pemilihan
panjang gelombang yang tepat memungkinkan pengobatan laser yang aman dengan hasil
yang memuaskan.
A. Kesamaan
Kedua jurnal sama-sama membahas tentang penatalaksanaan atau terapi cara mengatasi
kelainan kulit berpigmen diantaranya adalah kelainan hiperpigmentasi kulit yang
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit lain diantaranya:albino,melasma dan kelainan
hiperpigmentasi yang lain.
B. Perbedaan
Penggunaan Laser Pada jurnal ini membahas tentang Pada jurnal II ini
Pada Lesi terapi modalitas untuk lesi pembahasannya
Hiperpigmentasi hiperpigmentasi yaitu dengan laser dilakukan dengan
(Light amplification by stimulated susunan bahasa dan
emission of radiation). kalimat yang mudah
Indikasi laser pada lesi dipahami sehingga isi
hiperpigmentasi diantaranya untuk dari jurnal ini dapat
kelainan pigmen di epidermis tersampaikan dengan
(Leutigo, Makula café-an lait, lesi baik dalam jurnal ini di
hiperpigmentasi di epidermis jelaskan tentang
lainya), kelainan di dermis. penatalaksanaan atau
Kontraindikasi dari laser pada lesi cara mengatasi
hiperpigmentasi diantaranya adalah hiperpigmentasi
: Absolut dengan menggunakan
a. Penyakit kulit yang terapi laser. Berbeda
diperberat oleh sinar dan denagan jurnal yang
penyakit sistemik, misalnya pertama yang
SLE
membahas tentang
b. Pengobatan pada daerah
dengan infeksi kulit yang terapi hiperpigmentasi
aktif, misalnya herpes dengan menggunakan
labialis, infeksi obat-obatan.Terapi ini
stafilokokus, dll memang cukup efektif
c. Vitiligo dan psoriasis. digunakan untuk
Koebnerisasi sering terjadi mengatasi
pada pasien vitiligo dan
hiperpigmentasi karena
psoriasis, sehingga lesi
dapat muncul pada daerah komplikasi yang
trauma akibat panas yang ditimbulkan sangat
dihasilkan oleh sinar laser. minim apabila
Relatif penggunaan terapi
a. Keloid dan kecenderungan laser secara tepat dan
terjadinya keloid. sesuai.Jadi terapi ini
b. Pasien dalam pengobatan bisa disebut sebagai
dengan isotretinoin.
penatalaksanaan yang
c. Riwayat herpes simpleks
atau herpes dengan risiko murah dan aman.
reaktivasi yang tinggi.
d. Pasien yang tidak kooperatif
atau memiliki pengharapan
yang tidak realistis.Prosedur
laser diantaranya adalah:
menentukan tipe
kulit,membuar diagnosis yg
tepat dan melakukan biosi
bila dicurigai
keganasan,memulai proses
skin conditioning yg
bertujuan mengatur fungsi
sel kulit dan perbaikan
sirkulasi dan hidrasi serta
meningkatkan kualitas dan
penampilan kulit dan
mempercepat fase
penyembuhan setelah
prosedur.
Komplikasinya adalah : karena
pengobatan lesi dermal lebih
agresif, risiko efek sampingnya
lebih tinggi dibandingkan dengan
lesi di epidermis.
Komplikasi tersering adalah
perubahanpigmen. Hipopigmentasi
sementara juga sering terjadi
namun depigmentasi sangat jarang.
Biasanya hipopigmentasi terjadi
setelah pengobatan multipel dan
lebih sering pada pasien tipe kulit
gelap. Risiko pembentukan jaringan
parut dengan laser yang
spesifik terhadap pigmen sangat
jarang terjadi. Bila menggunakan
parameter yang tepat, risiko
pembentukan jaringan parut pada
pengobatan lesi epidermis dapat
dihindari
BAB IV
(Jurnal 2) Pada jurnal ini membahas tentang terapi Menurut teori hiperpigemtasi
modalitas untuk lesi hiperpigmentasi yaitu merupakan gangguan pigmentasi
Penggunaan Laser dengan laser (Light amplification by kulit dimana kulit berubah
Pada Lesi stimulated emission of radiation). menjadi lebih gelap(
Hiperpigmentasi kecoklatan,keabuan,kebiruan,
Indikasi laser pada lesi hiperpigmentasi atau kehitamn). Kelainan ini
diantaranya untuk kelainan pigmen di dapat mengubah penampilan dan
epidermis (Leutigo, Makula café-an menimbulkan keluhan estetika
lait,lesi hiperpigmentasi di epidermis bahkan gangguan psikososial
lainya), kelainan di dermis. (Sulistria,2010).Penggunaan
Kontraindikasi dari laser pada lesi laser untuk terapi kelainan
hiperpigmentasi diantaranya adalah : pigmentasi didasari oleh prinsip
Absolut selective photothermolysis
a. Penyakit kulit yang diperberat seperti dikemukakan oleh
oleh sinar dan penyakit sistemik, (Anderson dan Parrish) yaitu:
misalnya SLE ketepatan sasaran berupa
b. Pengobatan pada daerah dengan kromofor, ketepatan panjang
infeksi kulit yang aktif, misalnya gelombang laser yang digunakan,
herpes labialis, infeksi durasi yang lebih pendek dari
stafilokokus, dll
TRT (thermal relaxation time)
c. Vitiligo dan psoriasis.
Koebnerisasi sering terjadi pada serta ketercukupan fluence untuk
pasien vitiligo dan psoriasis, merusak sasaran. Pendekatan
sehingga lesi dapat muncul pada dalam penggunaan laser untuk
daerah trauma akibat panas yang kelainan pigmen : seleksi pasien
dihasilkan oleh sinar laser. (ketepatan penegakan diagnosis,
Relatif identifikasi faktor risiko
rekurensi, faktor prognostik
a. Keloid dan kecenderungan dalam terapi laser, rencana
terjadinya keloid.
terapi, biaya terapi, efek yang
b. Pasien dalam pengobatan dengan
isotretinoin. muncul selama dan setelah terapi
c. Riwayat herpes simpleks atau serta dibuatkan informed
herpes dengan risiko reaktivasi consent),prosedur operasional
yang tinggi. terapi (anestesi,perlindungan
d. Pasien yang tidak kooperatif atau mata operator dan pasien dengan
memiliki pengharapan yang tidak kacamata yang optical density-
realistis.Prosedur laser
nya sesuai laser yang dipakai, uji
diantaranya adalah: menentukan
tipe kulit,membuar diagnosis yg spot test, Posisikan laser tegak
tepat dan melakukan biosi bila lurus terhadap lesi , End point
dicurigai keganasan,memulai sekunder, adalah terbentuknya
proses skin conditioning yg purpura karena terjadi kerusakan
bertujuan mengatur fungsi sel pembuluh darah di dermis. End
kulit dan perbaikan sirkulasi dan
point ini akan hilang dalam
hidrasi serta meningkatkan
kualitas dan penampilan kulit dan beberapa jam.Post-operasi
mempercepat fase penyembuhan Bersihkan luka dua kali sehari
setelah prosedur.Komplikasinya dengan larutan fisiologis,
adalah : karena pengobatan lesi kemudian diikuti pemberian
dermal lebih agresif, risiko efek antibiotik topikal, jaga luka
sampingnya lebih tinggi selalu lembab; biasanya luka
dibandingkan dengan lesi di
akan sembuh dalam 5-14 hari.
epidermis. Komplikasi tersering
adalah perubahan pigmen. efek samping dan komplikasi
Hipopigmentasi sementara juga penggunaan laser dapat terjadi
sering terjadi namun depigmentasi seperti hiperpigmentasi,
sangat jarang. Biasanya hipopigmentasi dan jaringan
hipopigmentasi terjadi setelah parut. Bila hiperpigmentasi
pengobatan multipel dan lebih terjadi, dapat diatasi dengan
sering pada pasien tipe kulit
gelap. Risiko pembentukan pemakaian hidrokuinon untuk
jaringan parut dengan laser yang beberapa bulan dan pemakaian
spesifik terhadap pigmen sangat tabir surya SPF 30. Komplikasi
jarang terjadi. Bila menggunakan lainnya adalah terjadi
parameter yang tepat, risiko hipopigmentasi terutama dengan
pembentukan jaringan parut pada QS ruby dan QS alexandrite
pengobatan lesi epidermis dapat
karena lebih merusak melanosit
dihindari.
di epidermis. Komplikasi
jaringan parut pada penggunaan
laser spesifik pigmen sangat
jarang terjadi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hiperpigmentasi adalah suatu kondisi pada kulit yang di sebabkan oleh peningkatan
melanin, zat dalam tubuh yang bertangung jawab untuk perawatan kulit (pigmen). Pigmen
adalah pewarna kulit seseorang. Kata Laser adalah singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation. Laser merupakan cahaya koheren monokromatik dan
lurus. Laser bekerja sesuai dengan prinsip optik dan elektronik. Untuk menghasilkan laser
harus ada sumber energi (lazim disebut pompa energi media aktif) dan resonator optik
dengan cermin.
Kedua jurnal sama-sama membahas tentang penatalaksanaan atau terapi cara mengatasi
kelainan kulit berpigmen diantaranya adalah kelainan hiperpigmentasi kulit yang
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit lain diantaranya:albino,melasma dan kelainan
hiperpigmentasi yang lain. Pada jurnal I membahas tentang cara mengatasi hiperpigmentasi
dengan penggunaan berbagai obat-obatan yang efektif untuk mengatasi masalah
hiperpigmentasi. Sedangkan pada jurnal II membahas tentang cara mengatasi
hiperpigmentasi dengan menggunakan laser.
B. Saran