Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelainan hiperpigmentasi atau yang disebut juga sebagai melanosis adalah kelainan
pada proses pembentukan pigmen melanin kulit. Gangguan pigmentasi pada kulit ini dapat
diklasifikasikan menjadi : (1) hipomelanosis atau leukoderma, seperti pada vitiligo,
albinisme, (2) hipermelanosis coklat atau melanoderma yang disebabkan oleh meningkatnya
pigmen melanin atau jumlah melanosit di epidermis, seperti pada efelid, melasma atau lentigo
dan (3) ceruloderma atau hipermelanosis keabuan atau kebiruan disebabkan oleh peningkatan
melanin atau jumlah melanosit di dermis, seperti pada mongolian spot (Lubis, 2008).

Warna kulit manusia ditentukan oleh campuran beberapa kromfore yaitu


oxyhemoglobin memberikan warna merah, deoxygenated hemoglobin (biru), carotene suatu
pigmen eksogen (kunig-oranye), melanin (coklat). Melanin merupakan komponen utama
pada pembentukan warna kulit, baik epidermal pigmentation maupun dermal pigmentation
(Lubis, 2008).

Kelainan hiperpigmentasi merupakan kelainan kulit yang memiliki dampak besar


pada kualitas hidup pasien, terutama kelainan pigmentasi yang mengenai wajah. Adapun
jenis melanosis yang menyebabkan kelainan pigmentasi yang dapat terlokasi di wajah antara
lain : melasma, efelid, lentigo, vitiligo, albinisme okulokutanea, melanosis pasca inflamasi,
dan masih banyak penyebab lainnya.

Kelainan hiperpigmentasi pada wajah dapat mempengaruhi emosional dan psikologis


penderita secara signifikan terutama pada penderita wanita yang berpengaruh pada
kepercayaan diri, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup penderita. Menurut Lubis (2011)
melasma terutama mengenai wanita usia reproduksi, sedangkan pria hanya 10% dari
keseluruhan kasus, dan secara klinis serta histologis memberikan gambaran yang sama seperti
pada wanita. Penelitian oleh Goh dan Dlova di Singapura mendapatkan rasio melasma antara
wanita dan pria sebesar 21:1. Di Indonesia perbandingan kasus melasma antara wanita dan
pria adalah 24:1, terbanyak pada wanita usia subur berusia 30-44 tahun dengan riwayat
terpapar langsung sinar matahari. Menurut Sudharmono (2004) di Jakarta, dari 145 pasien
melasma hampir seluruh pasien berjenis kelamin wanita (97,93%), kecuali 3 pasien berjenis
kelamin pria (2,07%).

Beberapa kelainan hiperpigmentasi yang dapat terlokasi di wajah seperti melasma,


efelid, vitiligo dan yang lainnya merupakan penyakit kulit yang bersifat kronis yang
memerlukan pengobatan jangka panjang dan belum ada terapi yang efektif sehingga akan
berdampak buruk pada kualitas hidup penderita. Porter, et al., (2003) melaporkan bahwa
sebagian besar pasien vitiligo mengalami kecemasan dan rasa malu saat bertemu orang asing
atau awal berhubungan seksual dan banyak penderita merasa bahwa mereka telah menjadi
korban komentar yang kasar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pigmentasi
kulit.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui konsep hiperpigmentasi

2. Mengetahui konsep aplikasi laser pada kulit hiperpigmentasi

3. Mengetahui konsep dan asuhan keperawatan pada hiperpigmentasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hiperpigmentasi

Hiperpigmentasi adalah suatu kondisi pada kulit yang di sebabkan oleh peningkatan
melanin, zat dalam tubuh yang bertangung jawab untuk perawatan kulit (pigmen). Pigmen
adalah pewarna kulit seseorang. Ketika seseorang sehat, warna kulitnya akan tampak normal.
Dalam kasus penyakit atau cedera, kulit seseorang dapat berubah warna, menjadi lebih gelap
(hiperpigmentasi) atau lebih terang (hopopigmentasi). Pada kondisi tertentu, seperti
kehamilan atau penyakit Addison (penurunan fungsi kelenjar adrenal) dapat menyebabkan
produksi yang lebih besar dari melanin dan terjadilah suatu hiperpigmentasi. Paparan sinar
matahari merupakan penyebab utama daei hiperpigmentasi dan akan mengelapkan daerah
yang terkena sinar matahari.

Hiperpigmentasi juga dapat di sebabkan oleh berbagai obat, termasuk beberapa


antibiotik, obat aritmia (obat untuk irama jantung yang tidak normal) dan obat antimalaria

2.3.1 Hiperpigmentasi Post-inflamasi

Definisi

Hiperpigmentasi post inflamasi atau post inflammatory hiperpigmentation (PIH)


adalah masalah yang sering dihadapi dan hadir sebagai sekuel dari beragam gangguan kulit.
Pigmen yang berlebihan terkait dengan beragam proses yang berpengaruh pada kulit seperti
infeksi, reaksi alergi, luka mekanik, reaksi pengobatan, reaksi fototoksik, trauma (terbakar),
dan penyakit-penyakit inflamasi (liken planus, lupus erytematosus, dermatitis atopi). Secara
khas, hiperpigmentasi post inflamasi sangat berbahaya pada pasien dengan dermatosis
likenoid dimana lapisan sel basal epidermisnya terganggu.

2.3.1.2 Epidemiologi

Hiperpigmentasi post inflamasi merupakan respon kulit pada inflamasi yang sering
ditemukan . Walaupun dapat mengenai semua orang, perkembangannya lebih sering pada
orang yang berkulit gelap dan dapat mengenai semua umur. Insiden dari hiperpigmentasi post
inflamasi pada laki-laki dan perempuan adalah sama, atau tidak ada predileksi jenis kelamin.

2.3.1.3 Etiologi

a. Hiperpigmentasi post inflamasi dapat terjadi pada berbagai proses yang mengenai
kulit. Proses tersebut melibatkan reaksi alergi, infeksi, trauma, erupsi fototoksik.

b. Penyakit inflamasi yang sering yang mengakibatkan hiperpigmentasi post inflamasi


antara lain acne excoriée, lichen planus, systemic lupus erythematosus (SLE), dermatitis
kronis, dan cutaneous T-cell lymphoma, terutama varian erythrodermic
c. Terpapar sinar UV, bahan kimia dan tindakan medikasi (tetracycline, bleomycin,
doxorubicin, 5-fluorouracil, dll)

2.3.1.4 Patofisiologi

Hiperpigmentasi post inflamasi disebabkan oleh salah satu dari proses melanosis
epidermis ataupun melanosis dermis. Respon inflamasi epidermis menyebabkan pelepasan
dan kemudian oksidasi dari asam arakidonat menjadi prostaglandin, leukotrien dan produk
lainnya. Produk inflamasi ini merubah aktivitas dari sel imun dan melanosit. Spesifiknya,
produk inflamasi ini menstimulasi melanosit epidermal, menyebabkan peningkatan sintesis
melanin dan kemudian meningkatkan transfer pigmen untuk mengelilingi keratinosit.
Demikian, meningkatkan stimulasi dan transfer granul melanin menghasilkan hipermelanosis
epidermal. Sebaliknya, melanosis dermal terjadi ketika inflamasi mengganggu lapisan sel
basal, menyebabkan pigmen melanin terlepas dan kemudian terperangkap oleh sel imun besar
yang dikenal sebagai makrofag pada papilla dermis.

2.3.1.5 Pemeriksaan Diagnostik

Anamnesis:

Diagnosis hiperpigmentasi post inflamasi sebaiknya dipertimbangkan jika ada


riwayat proses patologis atau luka pada daerah yang mengalami hiperpigmentasi.
Pemeriksaan fisis:

Penyebaran lesi bergantung pada daerah yang mengalami inflamasi sebelumnya

Warna lesi berkisar antara coklat terang-hitam. Gambaran coklat terang jika
pigmennya terjadi di epidermis dan gambaran hitam jika lesi mengandung melanin
dermis.

2.3.1.6 Penatalaksanaan

Penanganan hiperpigmentasi post inflamasi (PIH) cenderung susah dan membutuhkan


proses yang lama yaitu sering membutuhkan 6-12 bulan agar mencapai hasil yang diinginkan
untuk depigmentasi. Setiap pilihan pengobatan berpotensi memperbaiki hipermelanosis
epidermal, tetapi tidak menjamin efektif untuk hipermelanosis dermal. Saat ini penggunaan
broad-spectrum sunscreen adalah bagian yang penting untuk melakukan terapi.

Berbagai penanganan topikal telah digunakan untuk mengobati hiperpigmentasi


epidermal, dengan beragam tingkat keberhasilan. Agen-agen tersebut adalah hydroquinone,
tretinoin cream, kortikosteroid, glycolic acid (GA), dan azelaic acid. Kombinasi dari krim
topikal dan gel, chemical peel, dan sun screens dapat menjadi sangat dibutuhkan untuk
perbaikan yang berarti. Kombinasi tersebut hanya efektif untuk hiperpigmentasi epidermal.
Topikal tretinoin 0,1% telah efektif untuk orang Afro-Amerika. GA peel dikombinasikan
dengan tretinoin dan hydroquinone adalah penanganan efektif untuk hiperpigmentasi post
inflamasi untuk orang yang bercorak kulit gelap. Aqueous gel retinoic acid 0,1-0,4%
digunakan bersamaan dengan hydroquinonzalf lactic acid untuk memutihkan. Setelah
perbaikan cukup pada hiperpigmentasi di capai, kortikosteroid dapat digunakan secara topikal
dengan hydroquinon untuk mendukung penyembuhan. Kombinasi dari beragam agen terapi
topikal telah memperlihatkan keuntungan, terutama pada wajah.

2.3.1.7 Prognosis

Morbiditas pada hiperpigmentasi post inflamasi berkaitan dengan proses inflamasi


yang mendasarinya. Hingga saat ini belum ditemukan kasus kematian yang diakibatkan oleh
hiperpigmentasi post inflamasi.

2.2 Laser

2.2.1 Definisi

Kata Laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of


Radiation. Laser merupakan cahaya koheren monokromatik dan lurus. Laser bekerja sesuai
dengan prinsip optik dan elektronik. Laser diciptakan berdasarkan quantum theory of
radiation yang menyatakan bahwa atom atau molekul berada dalam keadaan istirahat pada
keadaan normal. Jika terpajan sinar, maka atom akan tereksitasi dari keadaan stabil menjadi
tidak stabil. Atom atau molekul yang tidak stabil akan kembali ke keadaan stabil dengan
memancarkan radiasi spontan.

Untuk menghasilkan laser harus ada sumber energi (lazim disebut pompa energi
media aktif) dan resonator optik dengan cermin. Energi yang terlepas diserap oleh atom
dalam bentuk foton. Saat atom melepaskan foton, energi juga lepas dalam bentuk sinar.1,2
Laser biasanya dinamai sesuai dengan medium yang terkandung dalam rongga optik
mereka. Gas laser terdiri dari argon, excimers, tembaga uap, helium-neon, kripton, dan
karbon dioksida. Salah satu laser cairan yang paling umum berisi cairan rhodamine dan
digunakan dalam pulse-dye laser. Laser padat adalah ruby, neodymium: yttrium-aluminium-
garnet (Nd: YAG), alexandrite, erbium, dan laser dioda. Semua perangkat ini digunakan
secara klinis mengobati berbagai kondisi dan gangguan berdasarkan panjang gelombang,
sifat pulse, dan energi masing-masing laser.1-3
Mula-mula diintroduksi oleh Einstein pada tahun 1917 yang dikembangkan oleh
Maiman pada tahun 1960 menjadi laser pertama yaitu laser Ruby.1 Sejak ditemukannya alat
laser pada tahun 1960 oleh T.H. Maiman dari The Hughes Research Laboratories California,
USA alat ini telah berkembang dengan sangat pesat dan meliputi berbagai disiplin ilmu
kedokteran dan bidang-bidang di luar kedokteran. Goldman pada tahun 1961, seorang
spesialis penyakit kulit dari University of Cincinat, Amerika Serikat dengan berbagai
percobaan dan aplikasi klinis laser pada penyakit port wine stain (PWS), suatu bentuk
hemangioma kulit kongenital dengan menggunakan ruby laser. Untuk jasa-jasanya ini,
Goldman dapat dianggap sebagai pionir dalam penggunaan laser di bidang penyakit kulit.
Sekarang ini dalam bidang penyakit kulit, laser berkembang menjadi bedah laser dan laser
kosmetik
2.2.2 Etiologi
Untuk mengetahui tentang dasar laser, terlebih dahulu perlu diketahui tentang fisika
laser, sinar laser merupakan sinar yang unik. Ada 3 sifat sinar laser yang menonjol yang
membuktikan keunikannya dan berbeda dari sinar biasa, yaitu:
1-3
 Monokromatik; cahaya dari sumber laser mempunyai satu panjang gelombang
bergantung pada medium yang digunakan.
 Koheren; sinar laser berjalan dengan arah yang sinkron, sejajar (paralel), tidak terbias.
 Kolimasi; gelombang elektromagnetik memiliki bentuk dan fase yang sama. Salah
satu keunikan sinar laser adalah karena sifat monokromatiknya sehingga energi laser
laser hanya diserap oleh kromofor spesifik organ target.

Sistem Laser
Sistem laser terdiri atas: 1-3
1. Medium laser dapat berupa padat (Ruby), cair (zat warna organik) dan gas (Argon dan
CO2).
2. Ruang gema optik. Sebagai usaha untuk memperoleh cahaya koheren, dibutuhkan
satu ruang gema optik. Ruang ini merupakan tempat amplifikasi cahaya serta tempat
untuk menyeleksi foton, agar berjalan pada arah yang dikehendaki. Ruang gema optik
ini di bagian depan dibatasi oleh cermin yang mempunyai daya pantul terbatas
( partially reflecting mirror), sedangkan di bagian belakang juga terdapat cermin
dengan daya pantul total. Letak cermin sedemikian rupa sehingga cahaya dapat
berjalan sejajar dengan sumbu ruang gema optik. Di dalam ruang ini terdapat medium
laser yang biasanya berbentuk tabung atau batang.
3. Sumber energi, atau “pompa” dapat berupa listrik, mekanik, atau zat kimiawi.
Prinsip pembangkit laser menggunakan teori dasar atom. Normalnya semua atom
berada pada tingkat energi yang paling rendah. Keadaan tersebut dinamakan ground
level. Bila energi luar diabsorpsi oleh atom tersebut, elektron yang mempunyai
tingkat energi tertentu menjadi tidak stabil dan akan berubah ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Atom tersebut dalam keadaan excited state. Atom yang dalam keadaan
excited state ini bersifat sementara dan segera kembali ke ground state dengan
melepaskan photon. Kejadian tersebut dinamakan spontaneous emission.Photon
adalah energi sinar yang ditransmisikan ke dalam ruang dan mempunyai panjang
gelombang tertentu. Photon dari atom yang excited state tadi akan menstimulasi atom
excited state yang lain sehingga mengeluarkan photon yang identik dalam hal energi,
panjang gelombang dan frekuensi dan berjalan ke arah yang sama dan mempunyai
fase yang sama. Kejadian tersebut dinamaka stimulated emission of radiation, yang
mendasari terjadinya sinar laser

2.2.3 Cara Penggunaan


1. Seleksi Pasien
Hal yang paling utama di pertimbangkan sebelum melekukan terapi laser
untuk kelainan pigmentasi adalah ketepatan penegakan diagnosis, identifikasi
faktor rekurensi, faktor prognostik dalam terapi laser, rencana terapi, biaya
terapi, efek yang muncul selama dan setelah terapi serta di buatkan infom
consent.
Anamnesis melipiti: onset kemunculan lesi, riwayat biopsi, riwayat perubahan
dalam perjalan penyakit (membesar, berdarah, berubah warna), riwayat kanker
kulit dalam keluarga, riwayat terapi lesi, riwayat pemakaian asam retinoat
oral, riwayat herpes, riwayat keloid, riwayat berjemur atau tanning, fototerapi
dan tipologi kulit. Pada penderita yang akan di laser sebaiknya di lakukan
prining minimal 2-8 minggu sebelum tindakan laser agar terapi menjadi lebih
efektif dan menggurangi efer hiperpigmentasi
. 2. prosedur operasional terapi
Anestesi: setiap pilse laser menyebabkan rasa nyeri yang sebenarnya
dapat di toleransi oleh pasien, tetapi apabila lesi cukup luas dapat di berikan
anestesi topikal oklusif 1 jam sebelum tindakan laser. Perlindungan mata
operator dan pasien dengan kaca yang optical densitynya sesuai laser yang si
pakai. Perlu di ketahui bahwa laser QS dapat merusak retina secara permanen.
Apabila terapi laser di lakukan pada lesi di kelopak mata, maka penderita
harus di lindungi dengan metal corneal eye shield
Lakukan uji spot test, dengan memakai ukuran spot yang di sesuaikan
dengan lesi, laser di cobakan pada beberapa tempat pada lesi, di mulai dengan
energi yang rendah. Kemudian catat ukuran spot dan energi yang di gunakan.
Tes ini di evaluasi 4-8 minggu kemudian. Evaluasinya adalah melihat adanya
efek lightening dengan energi terendah. Parameter itu yang di pakai untuk
terapi keseluruhan lesi
Posisikan laser tegak lurus terhadap lesi. Bila memakai QS laser, pada
saat di tembakkan dan mengenai partikel pigmenk, akan terdengar bunyi
meledak (popping sound). End point primernya adalah kavitasiberupa warna
keputihn pada lesi. Untuk lesi pigmen yang dalam seperti nevus Ota, and point
ini tidak terlihat tetapi pasien biasanya merasakan lebih panas atau nyeri saat
laer di tembakkan pada lesi
End pont sekunder, adalah terbentuknya purpura karena terjadi
kerusakan pembuluh darah di dermis. Ens point ini akan hilang dalam
beberapa jam

3. post operasi
Bersihkan luka dua kali sehari dengan larutan fisiologi, kemudian di
ikuti pemberian antibiotik topikan, jaga luka selalu lembab, biasanya luka
akan sembuh dalam 5-14 hari.

2.2.4 Efek Samping dan Komplikasi


Berbagai efek samping dan komplikasi penggunaan laser dapat terjadi seperti
hiperpigmentasi, pipopigmentasi dan jaringan parut. Apabila hiperpigmentasi terjadi, dapat di
atasi dengan pemakaian hidrokuinon untuk beberapa bulan dan pemakaian tabir surya SPF
30. Komplikasi lainya adalah terjadi hipopigmentasi terutama dengan QS ruby dan QS
alexandrite karena lebih merusak melanosit di epidermis. Komplikasi jaringan parut pada
penggunanan laser spesifik pigmen sangat jarang terjadi.

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:

Ny.C usia 30 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan kulit wajah tampak berwarna
gelap, dan timbul bercak-bercak gelap/kehitaman sekitar dagu, dahi, dan pipi. Bercak
kehitaman itu mulai muncul 2 tahun yang lalu semenjak dia mengenakan kontrasepsi dan
bertambah parah semenjak Ny.C menggunakan kosmetik yang dijual bebas dipasaran.

3.1 pengkajian

Anamnesa

a. Data demografi klien :


1. Nama : Ny.C
2. Usia : 30 tahun
3. Jenis kelamin : perempuan
4. Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
5. Pekerjaan : wiraswasta
6. Alamat : Surabaya
7. Agama : Islam
8. Tanggal MRS : 8 Feb 2012
9. Jam MRS : 16.00 WIB
10. Diagnosa : Melasma

Identitas penanggung jawab :

1. Nama : Tn.D
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis kelmin : laki-laki
4. Pendidikan /pekerjaan : SLTA/Wiraswatsa
5. Hubungan dengan klien : Suami

b. Keluhan utama : klien mengatakan mengalami bercak hitam pada daerah wajah
c. Riwayat penyakit sekarang : kulit wajah tampak berwarna gelap dan timbul bercak –
bercak gelap sekitar dagu , dahi, dan pipi
d. Riwayat penyakit sebelumnya:-
e. Riwayat keseahatan keluarga :
Komposisi :
 Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah pasien berada
di area pemukiman padat penduduk
 Kultur dan kepercayaan:-
 Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : sering menggunakan kosmetik
secara seembarangan dan juga sering terpapar sinar matahari.
 Persepsi keluarga tentang penyakit ibu : Cobaan dari Tuhan

Pemeriksaan fisik

a. B1 (Breath ) : RR 70x/menit , Suhu 36°C, nafas normal


b. B2 (Blood) : TD 120/80 mmHg, HR normal
c. B3 (Brain) : gelisah
d. B4 (Bladder) : warna urin dan feses normal
Urine : warna kuning, jernih
Feses : warna kuning pekat
e. B5 (Bowel) : BB/TB (65/155)
f. B6 (Bone) : terjadi bercak hitam di daerah wajah (disekitar tulang pipi bagian
atas)

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan dengan histopatologik


Untuk mengetahui melanosit dan untuk mengetahui makrofag bermelamin disekitar
pembuluh darah.
b. Pemeriksaan mikroskop elektron
Mikroskop elektron untuk gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal
memberi kesan aktivitas melanosit meningkat.
c. Pemeriksaan dengan sinar wood
Untuk mengetahui tipe-tipe lesi dan kontrasnya.
Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontras apabila di sinar wood sedangkan
tipe-tipe tidak jelas sinar wood lesi menjadi tidak jelas sedangkan dengan sianr biasa
terlihat jelas.

Analisa data

No Data Faktor yang berhubungan Masalah


1 DS:  Takut reaksi orang Gangguan citra tubuh
Klien menyatakan malu terhadap lain
kondisi wajahnya  Program
DO: pengobatan
Terdapat hiperpigmentasi pada
daerah wajah
2 Ds:  Kulit pigmentasi Gangguan integritas
Ny.T mengatakan tidak nyaman  Cedera kimiawi kulit
dengan keadaannya kulit agens
DO: mustard
Keadaan kulit Ny.T timbul bercak
hitam
3 Ds:  Kurang percaya Koping individu
Ny.T jarang bersosialisasi, lebih diri dalam inefektif
sering menutup diri kemampuan
DO: mengatasi masalah
Sering mendunduk jika diajak
bicara
4 Ds: - Ansietas
Ny.T merasa kurang percaya diri
dengan keadaanya

NANDA NOC NIC


No Nanda NOC NIC
1 Gangguan citra tubuh 00118 1. Citra tubuh Peningkatan citra tubuh
Definisi : konfusi dalam 2. deskripsi bagian 1. mempertahankan
gambaran mental tentang diri tubuh yang terkena kebiasaan berhias
fisik individu. 3. kepuasan dengan sehari-hari yang rutin
Batasan karakterisitik penampilan tubuh dilakukan
 Gangguan fungsi 4. kepuasan dengan 2. identifikasi cara
tubuh fungsi tubuh mengurangi dampak
 Gangguan pandangan 5. penyesuaian “kecacatan”penampila
tentang tubuh terhadap perubahan n melaluin pakaian,
seseorang penampilan fisik kosmetik jika perlu
(mis,penampilan,strukt 6. penyesuaian 3. fasilitasi kontak
ur,fungsi) dengan perubahan dengan pasien yang
 Menghindari melihat fungsi tubuh mengalami perubahan
tubuh 7. penyesuaian tubuh citra tbuh yang sama
berubah karena dg pasien
penuaan
2 Kerusakan integritas kulit 1. Penyembuhan luka 1) Lakukan perawatan
Definisi : kerusakan pada : primer tingkat luka atau kulit secara
epidermis dan atau dermis. regenerasi sel dan rutin
Batasan karakteristik : jaringan setelah 2) Pertahankan jaringan
 Kerusakan integritas penutupan yang sekitar terbebas dari
kulit disengaja drainase dan
Faktor yg berhubungan 2. Tidak ada lepuh kelembaban yang
Internal : atau maserasi pada berlebihan
 Gangguan pigmentasi kulit normal 3) Lakukan masase siarea
Eksternal : 3. Eritema kulit dan sekitar luka untuk
 Cedera kimiawi kulit eritema disekitar merangsang sirkulasi
(mis,luka luka minimal
bakar,metilen klorida, normal
agens mustard)
 Terapi radiasi
3 Ketidakefektifan koping 00069 1. Nilai keluarga 1) Hargai pemahaman
Definisi :ketidakmampuan dalam mengatur pasien tentang proses
untuk membentuk penilaian masalah penyakit dan konsep
valid tentang stressor, 2. Mengekspresikan diri
ketidakadekuatan pilihan perasaan dan 2) Hargai sikap klien
respons yang dilakukan dan kebebasan tentang perubahan
atau ketidakmampuan untuk emosional yang ada
menggunakan sumber daya 3. Menggunakan 3) Sediakan informasi
yang tersedia strategi penurunan actual tentang
Batasan karakteristik: stres diagnosis, penanganan
 Ketidakmampuan 4. Menjadwalkan 4) Bantu klien
menghadapi situasi untuk perawatan beradaptasi dan
 Strategi koping tidak kulit mengantisipasi
efektif perubahan klien
BAB III

REVIEW JURNAL

1. Informasi Jurnal ke I

1) Nama penulis : Ary Windhyasty Bandem

2) Judul jurnal : Analisis Pemilihan Terapi Kelainan Kulit Hiperpigmentasi

3) Nomor volume : MEDICINE Vol. 26 No.2 August 2013

4) Kesimpulan umum :

Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, adalah:

1. Dasar pemilihan terapi adalah ketepatan dalam diagnosis, mengetahui patologi


kelainan hiperpigmentasi, kesiapan pasien dalam menerima terapi atau tindakan,
pengetahuan teknis obat obatan dan tindakan, dosimetri, mengetahui indikasi,
kontra indikasi, faktor risiko dan efek samping.

2. Pemakaian tabir surya yang sesuai merupakan kewajiban untuk pasien yang
mendapatkan terapi kelainan hiperpigmentasi untuk mengu-rangi kemungkinan
terjadinya efek samping seperti reaksi iritasi, alergi, fototoksik maupun
fotoalergi, hiperpigmentasi pasca inflamasi dan timbulnya perasaan aman yang
berlebihan serta biaya tinggi pada pasien.

3. Biosintesis melanin. Melanin adalah turunan indole DOPA (dihidroksi


fenilalanin) yang dibentuk dalam melanosom melalui beberapa tahapan oksidasi.
Berdasarkan atas warna akhir dari sinte-sis melanin, berat molekul dan derajat
kelarutan-nya, dikenal dua tipe melanin yaitu melanin den-gan ciri berwarna
hitam atau coklat, sukar larut dan berat molekulnya tinggi disebut eumelanin.
Sementara melanin yang berwarna kuning kem-erahan, mudah larut dan berat
molekul lebih rendah disebut feomelanin.

4. Bahan-bahan pemutih topical diantaranya :

1) Hidrokuinon dipakai secara luas untuk melasma, hiperpigmentasi pasca


inflamasi, dan kelainan hiperpigmentasi lain-nya. Hidrokuinon didapatkan
secara alamiah pada kopi, teh, bir, dan anggur. Mekanisme kerja
hidrokuinon adalah dengan mengham-bat aktivitas tirosinase sehingga
mengganggu konversi tirosin menjadi melanin. Besarnya ak-tivitas
penghambatan tirosinase sampai 90%. Di samping itu hidrokuinon ini
juga mengham-bat sintesa DNA dan RNA serta mempercepat degradasi
melanosom.
2) Vitamin C-topikal. Vitamin C berefek pada beberapa tahap oksi-dasi
melanogenesis. Mekanisme terjadinya efek pengurangan pigmentasi,
disebabkan oleh ka-rena vitamin C ini mampu berinteraksi dengan ion Cu
(copper/tembaga) pada tempat kerja ti-rosinase dan mengurangi konversi
menjadi DO-PAquinon. Secara umum sediaan vitamin C topi-cal bersifat
labil, tetapi di antara sediaan vitamin C topical ternyata magnesium
Lascorbic acid 2 phosphate (MAP) merupakan yang paling stabil.

3) Glabridin (Ekstrak Licorice).Didapat dari akar Glycyrrhiza glabra linneva


yang mengandung 10-40% glabridin, sebagai bahan aktifnya. Glabridin
dapat menghambat aktivitas tirosinase tanpa efek sitotoksik. Glabri-din
0,5 % dapat mengurangi eritema dan pig-mentasi akibat UVB dan
mempunyai efek anti-inflamasi karena dapat menghambat produksi anion
superoksid.

4) Kedalai (Soy). Dikenal dua fraksi protein yang berefek mengu-rangi


pigmentasi yaitu soybean trypsin inhibitor dan Bowman-Birk inhibitor.
Kedua protein ini terbukti secara in vitro dan in vivo mengurangi
pigmentasi dan mampu mencegah pigmen-tasi yang disebabkan oleh
paparan UV. Me-kanismenya melalui penghambatan pecahnya protease-
activated receptor 2 (PAR-2) yang diek-spresikan di keratinosit, sehingga
diperkirakan berefek menghambat transfer melanosom dari melanosit ke
keratinosit. Mekanisme yang sama juga terdapat pada niasinamid yang
merupakan turunan vitamin B3. Pemakaian susu soya segar dan tidak
dipasteurisasi, dua kali sehari selama 12 minggu memperbaiki lesi
hiperpigmentasi dengan efek samping minimal.

5. Pengelupasan Kimiawi. Dikenal berbagai bahan pengelupas kimiawi sep-erti


asam glikolat (GA), trichlor acetic acid (TCAA) 50% dan asam salisilat 20%-
30%. Pengelupasan kimiawi dengan asam glikolat 30%-40% setiap 2-3 minggu
ternyata mampu meningkatkan kerja bahan pemutih seperti hidrokuinon, wa-
laupun untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam pemakaiannya oleh karena
pemakaian bahan ini pada pasien berkulit gelap dapat menyebabkan munculnya
hiperpigmentasi pasca inflamasi.

6. Terapi Laser. La-ser yang dipilih adalah jenis Q switched dengan panjang
gelombang 500-1100 nm yang sesuai dengan target kromofornya berupa melanin.
Be-berapa contoh Q switched yang dipakai adalah QS Nd YAG 532 nm, 1064nm,
QS Ruby 694nm dan QS Alexanderite 755 nm. Kelainan hiperpig-mentasi yang
dapat diterapi dengan laser adalah lesi-lesi hiperpigmentasi di epidermis dan der-
mis, seperti: lentigo, efelid, berbagai nevus, dan tato. Seperti halnya modalitas
terapi lain untuk kelainan hiperpigmentasi, terapi laser ini akan efektif dan sedikit
menimbulkan efek samping apabila diawali dengan peningkatan ketepatan
diagnosis, pengetatan seleksi pasien, perawatan pre laser dan post laser dengan
benar.
Kata kunci: hiperpigmentasi, bahan pemutih,pengelupasan kimiawi, mikrodermabrasi, laser.

2. Informasi Jurnal ke II

1) Nama penulis : Rita Agustine, Satya Wydya Yenny

2) Judul jurnal : Penggunaan Laser Pada Lesi Hiperpigmentasi

3) Nomor volume :MDVI Vol.32. No.8.Tahun 20011;96-103

4) Kesimpulan umum :

Sejumlah laser yang spesifik terhadap pigmen dapat mengobati lesi hiperpigmentasi
di epidermis dan dermis secara efektif tanpa komplikasi dengan menggunakan prinsip dasar
fototermolisis selektif. Laser dengan panjang gelombang yang lebih pendek (Q-switched
Nd:YAG532 nm,pulsed dye 510 nm) lebih efektif untuk lesi hiperpigmentasi
superfisial/epidermis, dan panjang gelombang yang lebih panjang (QSR 694 nm, Q-switched
Nd:YAG 1064 nm, Qswitchedalexandrite 755 nm) lebih efektif untuk pigmen di dermis.
Indikasi primer adalah lentigo, makula café-au lait, nevus Ota atau Ito (ABNOM/nevus
Hori).Indikasi sekunder adalah nevus spilus, nevus Becker, dan nevus melanositik.

Pengobatan laser untuk lesi hiperpigmentasi merupakan prosedur yang cukup aman
dan efektif.Pengetahuan mengenai parameter yang digunakan dan interaksi laser-jaringan
penting sebelum melakukan pengobatan laser.Pemilihan pasien, nasehat, dan pemilihan
panjang gelombang yang tepat memungkinkan pengobatan laser yang aman dengan hasil
yang memuaskan.

Kata kunci: laser, hyperpigmented lesions

3. Review Jurnal I dan II

A. Kesamaan

Kedua jurnal sama-sama membahas tentang penatalaksanaan atau terapi cara mengatasi
kelainan kulit berpigmen diantaranya adalah kelainan hiperpigmentasi kulit yang
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit lain diantaranya:albino,melasma dan kelainan
hiperpigmentasi yang lain.

B. Perbedaan

Pada jurnal I membahas tentang cara mengatasi hiperpigmentasi dengan penggunaan


berbagai obat-obatan yang efektif untuk mengatasi masalah hiperpigmentasi. Sedangkan
pada jurnal II membahas tentang cara mengatasi hiperpigmentasi dengan menggunakan laser.
C. Pembahasan dan tanggapan

Judul jurnal Pembahasan Tanggapan

Analisis Pada jurnal ini membahas tentang Pada jurnal I ini


Pemilihan Terapi penatalaksanaan atau cara pembahasannya
Kelainan Kulit mengatasi kelainan kulit berpigmen dilakukan dengan
Hiperpigmentasi yaitu hiperpigmentasi dengan susunan bahasa dan
menggunakan berbagai bahan- kalimat yang mudah
bahan pemutih topical diantaranya dipahami sehingga isi
hidrokuinon,vitamin C- dari jurnal ini dapat
topical,Glabridin (ekstrakLicorice) tersampaikan dengan
dan Kedelai.Selain itu juga ada baik dalam jurnal ini di
terapi pengelupasan secara jelaskan tentang
kimiawi.Diantara terapi tersebut berbagai bahan-bahan
jurnal ini membahas tentang pemutih topical.
penekanan pencegahan terjadinya Dalam jurnal ini sudah
proses hiperpigmentasi dengan cara dijelaskan dengan
memakai tabir surya,masker dan cukup detail tentang
payung ketika berada di bawah kandungan
paparan sinar matahari secara bahan,penggunaan
langsung. serta efek samping dari
bahan-bahan topical.
Serta dijelaskan juga
manfaat penggunaaan
bahan-bahan topical
tersebut dengan
penjabaran yang cukup
teliti dan mudah
dipahami.

Penggunaan Laser Pada jurnal ini membahas tentang Pada jurnal II ini
Pada Lesi terapi modalitas untuk lesi pembahasannya
Hiperpigmentasi hiperpigmentasi yaitu dengan laser dilakukan dengan
(Light amplification by stimulated susunan bahasa dan
emission of radiation). kalimat yang mudah
Indikasi laser pada lesi dipahami sehingga isi
hiperpigmentasi diantaranya untuk dari jurnal ini dapat
kelainan pigmen di epidermis tersampaikan dengan
(Leutigo, Makula café-an lait, lesi baik dalam jurnal ini di
hiperpigmentasi di epidermis jelaskan tentang
lainya), kelainan di dermis. penatalaksanaan atau
Kontraindikasi dari laser pada lesi cara mengatasi
hiperpigmentasi diantaranya adalah hiperpigmentasi
: Absolut dengan menggunakan
a. Penyakit kulit yang terapi laser. Berbeda
diperberat oleh sinar dan denagan jurnal yang
penyakit sistemik, misalnya pertama yang
SLE
membahas tentang
b. Pengobatan pada daerah
dengan infeksi kulit yang terapi hiperpigmentasi
aktif, misalnya herpes dengan menggunakan
labialis, infeksi obat-obatan.Terapi ini
stafilokokus, dll memang cukup efektif
c. Vitiligo dan psoriasis. digunakan untuk
Koebnerisasi sering terjadi mengatasi
pada pasien vitiligo dan
hiperpigmentasi karena
psoriasis, sehingga lesi
dapat muncul pada daerah komplikasi yang
trauma akibat panas yang ditimbulkan sangat
dihasilkan oleh sinar laser. minim apabila
Relatif penggunaan terapi
a. Keloid dan kecenderungan laser secara tepat dan
terjadinya keloid. sesuai.Jadi terapi ini
b. Pasien dalam pengobatan bisa disebut sebagai
dengan isotretinoin.
penatalaksanaan yang
c. Riwayat herpes simpleks
atau herpes dengan risiko murah dan aman.
reaktivasi yang tinggi.
d. Pasien yang tidak kooperatif
atau memiliki pengharapan
yang tidak realistis.Prosedur
laser diantaranya adalah:
menentukan tipe
kulit,membuar diagnosis yg
tepat dan melakukan biosi
bila dicurigai
keganasan,memulai proses
skin conditioning yg
bertujuan mengatur fungsi
sel kulit dan perbaikan
sirkulasi dan hidrasi serta
meningkatkan kualitas dan
penampilan kulit dan
mempercepat fase
penyembuhan setelah
prosedur.
Komplikasinya adalah : karena
pengobatan lesi dermal lebih
agresif, risiko efek sampingnya
lebih tinggi dibandingkan dengan
lesi di epidermis.
Komplikasi tersering adalah
perubahanpigmen. Hipopigmentasi
sementara juga sering terjadi
namun depigmentasi sangat jarang.
Biasanya hipopigmentasi terjadi
setelah pengobatan multipel dan
lebih sering pada pasien tipe kulit
gelap. Risiko pembentukan jaringan
parut dengan laser yang
spesifik terhadap pigmen sangat
jarang terjadi. Bila menggunakan
parameter yang tepat, risiko
pembentukan jaringan parut pada
pengobatan lesi epidermis dapat
dihindari
BAB IV

PERBANDINGAN JURNAL DAN TEORI

JUDUL JURNAL REVIEW JURNAL TEORI

(Jurnal 1) Pada jurnal ini membahas tentang Menurut teori Hiperpigmentasi


penatalaksanaan atau cara mengatasi adalah suatu kondisi pada kulit
Analisis Pemilihan kelainan kulit berpigmen yaitu yang disebabkan oleh
Terapi Kelainan hiperpigmentasi dengan menggunakan peningkatan melanin,zat dalam
Kulit berbagai bahan-bahan pemutih topical tubuh yang bertanggung jawab
Hiperpigmentasi diantaranya hidrokuinon,vitamin C- untuk pewarnaan kulit
topical,Glabridin (ekstrakLicorice) dan (pigmen).Melasma adalah contoh
Kedelai.Selain itu juga ada terapi dari kondisi hiperpigmentasi
pengelupasan secara kimiawi.Diantara berupa bercak kecoklatan atau
terapi tersebut jurnal ini membahas hitam, paling sering pada wajah.
tentang penekanan pencegahan terjadinya Terapi untuk hiperpigmentasi
proses hiperpigmentasi dengan cara bisa meliputi penggunaan bahan-
memakai tabir surya,masker dan payung bahan pemutih topical, laser serta
ketika berada di bawah paparan sinar pengelupasan kimiawi.
matahari secara langsung.

(Jurnal 2) Pada jurnal ini membahas tentang terapi Menurut teori hiperpigemtasi
modalitas untuk lesi hiperpigmentasi yaitu merupakan gangguan pigmentasi
Penggunaan Laser dengan laser (Light amplification by kulit dimana kulit berubah
Pada Lesi stimulated emission of radiation). menjadi lebih gelap(
Hiperpigmentasi kecoklatan,keabuan,kebiruan,
Indikasi laser pada lesi hiperpigmentasi atau kehitamn). Kelainan ini
diantaranya untuk kelainan pigmen di dapat mengubah penampilan dan
epidermis (Leutigo, Makula café-an menimbulkan keluhan estetika
lait,lesi hiperpigmentasi di epidermis bahkan gangguan psikososial
lainya), kelainan di dermis. (Sulistria,2010).Penggunaan
Kontraindikasi dari laser pada lesi laser untuk terapi kelainan
hiperpigmentasi diantaranya adalah : pigmentasi didasari oleh prinsip
Absolut selective photothermolysis
a. Penyakit kulit yang diperberat seperti dikemukakan oleh
oleh sinar dan penyakit sistemik, (Anderson dan Parrish) yaitu:
misalnya SLE ketepatan sasaran berupa
b. Pengobatan pada daerah dengan kromofor, ketepatan panjang
infeksi kulit yang aktif, misalnya gelombang laser yang digunakan,
herpes labialis, infeksi durasi yang lebih pendek dari
stafilokokus, dll
TRT (thermal relaxation time)
c. Vitiligo dan psoriasis.
Koebnerisasi sering terjadi pada serta ketercukupan fluence untuk
pasien vitiligo dan psoriasis, merusak sasaran. Pendekatan
sehingga lesi dapat muncul pada dalam penggunaan laser untuk
daerah trauma akibat panas yang kelainan pigmen : seleksi pasien
dihasilkan oleh sinar laser. (ketepatan penegakan diagnosis,
Relatif identifikasi faktor risiko
rekurensi, faktor prognostik
a. Keloid dan kecenderungan dalam terapi laser, rencana
terjadinya keloid.
terapi, biaya terapi, efek yang
b. Pasien dalam pengobatan dengan
isotretinoin. muncul selama dan setelah terapi
c. Riwayat herpes simpleks atau serta dibuatkan informed
herpes dengan risiko reaktivasi consent),prosedur operasional
yang tinggi. terapi (anestesi,perlindungan
d. Pasien yang tidak kooperatif atau mata operator dan pasien dengan
memiliki pengharapan yang tidak kacamata yang optical density-
realistis.Prosedur laser
nya sesuai laser yang dipakai, uji
diantaranya adalah: menentukan
tipe kulit,membuar diagnosis yg spot test, Posisikan laser tegak
tepat dan melakukan biosi bila lurus terhadap lesi , End point
dicurigai keganasan,memulai sekunder, adalah terbentuknya
proses skin conditioning yg purpura karena terjadi kerusakan
bertujuan mengatur fungsi sel pembuluh darah di dermis. End
kulit dan perbaikan sirkulasi dan
point ini akan hilang dalam
hidrasi serta meningkatkan
kualitas dan penampilan kulit dan beberapa jam.Post-operasi
mempercepat fase penyembuhan Bersihkan luka dua kali sehari
setelah prosedur.Komplikasinya dengan larutan fisiologis,
adalah : karena pengobatan lesi kemudian diikuti pemberian
dermal lebih agresif, risiko efek antibiotik topikal, jaga luka
sampingnya lebih tinggi selalu lembab; biasanya luka
dibandingkan dengan lesi di
akan sembuh dalam 5-14 hari.
epidermis. Komplikasi tersering
adalah perubahan pigmen. efek samping dan komplikasi
Hipopigmentasi sementara juga penggunaan laser dapat terjadi
sering terjadi namun depigmentasi seperti hiperpigmentasi,
sangat jarang. Biasanya hipopigmentasi dan jaringan
hipopigmentasi terjadi setelah parut. Bila hiperpigmentasi
pengobatan multipel dan lebih terjadi, dapat diatasi dengan
sering pada pasien tipe kulit
gelap. Risiko pembentukan pemakaian hidrokuinon untuk
jaringan parut dengan laser yang beberapa bulan dan pemakaian
spesifik terhadap pigmen sangat tabir surya SPF 30. Komplikasi
jarang terjadi. Bila menggunakan lainnya adalah terjadi
parameter yang tepat, risiko hipopigmentasi terutama dengan
pembentukan jaringan parut pada QS ruby dan QS alexandrite
pengobatan lesi epidermis dapat
karena lebih merusak melanosit
dihindari.
di epidermis. Komplikasi
jaringan parut pada penggunaan
laser spesifik pigmen sangat
jarang terjadi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hiperpigmentasi adalah suatu kondisi pada kulit yang di sebabkan oleh peningkatan
melanin, zat dalam tubuh yang bertangung jawab untuk perawatan kulit (pigmen). Pigmen
adalah pewarna kulit seseorang. Kata Laser adalah singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation. Laser merupakan cahaya koheren monokromatik dan
lurus. Laser bekerja sesuai dengan prinsip optik dan elektronik. Untuk menghasilkan laser
harus ada sumber energi (lazim disebut pompa energi media aktif) dan resonator optik
dengan cermin.

Kedua jurnal sama-sama membahas tentang penatalaksanaan atau terapi cara mengatasi
kelainan kulit berpigmen diantaranya adalah kelainan hiperpigmentasi kulit yang
menyebabkan terjadinya berbagai penyakit lain diantaranya:albino,melasma dan kelainan
hiperpigmentasi yang lain. Pada jurnal I membahas tentang cara mengatasi hiperpigmentasi
dengan penggunaan berbagai obat-obatan yang efektif untuk mengatasi masalah
hiperpigmentasi. Sedangkan pada jurnal II membahas tentang cara mengatasi
hiperpigmentasi dengan menggunakan laser.

B. Saran

Menurut kelompok kami untuk penatalaksanaan kulit berpigmen disarankan menggunakan


bahan alami jika memungkinkan dan sudah ada penelitian jika ternyata belum ada yang dapat
mengatasi selain penggunaan laser atau bahan topical bisa dilakukan pengunaan laser dan
bahan lainnya tadi. Akan tetapi juga perlu untuk memikirkan efek samping dari terapi
tersebut dan kalau bisa mengurangi efek samping dari terapi tersebut..

Anda mungkin juga menyukai