Di Susun Oleh :
Amalia Septina (B 231 003)
Margareth Cristiany Fernandez (B 231 043)
I. Definisi
Hiperpigmentasi kulit adalah kondisi dermatologis umum di mana warna kulit
umumnya menjadi lebih gelap dibandingkan kulit normal disekitarnya. Hal ini
terjadi ketika melanin diproduksi secara berlebihan di titik-titik tertentu pada kulit.
Perubahan warna kulit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal dan
eksternal termasuk perubahan hormonal, peradangan, cedera, jerawat, eksim,
obat-obatan tertentu, paparan sinar UV, dll (Rathee et al., 2021)
Hiperpigmentasi adalah istilah umum yang mencakup berbagai perubahan warna
kulit, pigmentasi, dan gangguan terkait penggelapan. Berbagai gangguan
hiperpigmentasi yang biasa diamati antara lain melasma, hiperpigmentasi pasca
inflamasi, ephelides, lentigines, dan masih banyak lagi. Melasma mengacu pada
kondisi kulit hipermelanosis yang didapat di mana bercak-bercak tidak beraturan
berwarna coklat terang hingga coklat tua atau abu-abu-coklat muncul pada bagian
kulit yang terpapar sinar matahari. Biasanya mempengaruhi daerah wajah dan
leher dan terutama diamati pada wanita. Hiperpigmentasi pascainflamasi (PIH)
mengacu pada kondisi kulit hipermelanosis lain di mana bercak-bercak gelap
berkembang setelah cedera atau peradangan pada kulit (Kaufman et al., 2018).
Solar lentigines adalah kondisi dimana bercak lesi makula yang gelap menyebabkan
hiperpigmentasi, biasanya disebut sebagai "Bintik usia" atau "Bintik Matahari"
(Nautiyal, et al. 2020).
II. Etiologi
Secara garis besar, kelebihan atau kekurangan jumlah melanin dapat menyebabkan
permasalahan yang menunjukkan pigmentasi kulit. Sebagai informasi, melanin
adalah pigmen alami yang memberikan warna pada kulit, rambut, dan mata kita.
Selanjutnya, hiperpigmentasi dapat dipicu oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Paparan sinar matahari
Sinar UV menimbulkan efek buruj bagi kulit yang bersifat langsung dan tidak
langsung. Efek langsung dari radiasi UV akan menimbulkan serangkaian reaksi
biologik yang terjadi pada kulit. Prekursor-prekursor melanin akan menyerap foton-
foton dari sinar UV A, sehingga menjadi fotosensitizer dan menimbulkan
terbentuknya radikal bebas, yang dapat meningkatkan aktifitas tirosinase dan
memicu proses melanogenesis. Efek tidak langsung dari sinar radiasi sinar UV
adalah merangsang sintesis dan sekresi faktor-faktor parakrin keratinosit.
Peningkatan jumlah melanin dan perubahan fungsinya merupakan bentuk adaptasi
dari melanosit. Proses ini merupakan perlindungan alamiah yang dimiliki oleh kulit
dalam melawan pajanan sinar matahari ( Park dan Yaar, 2012)
b. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti NSAID dapat menyebabkan hiperpigmentasi pada
kulit. Obat-obatan yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi antara lain
antimalaria, amiodaron, obat-obatan sitotoksik, tetrasiklin dan obat-obatan
psikotropika,
c. Perubahan Hormon
Perubahan hormon merupakan salah satu faktor utama permasalahan melasma
bagi kebanyakan wanita (berada dalam masa kehamilan). Berdasarkan studi, kadar
estrogen, progesteron, dan melanokortin yang tinggi menjadi faktor pemicu
melasma selama masa kehamilan.
d. Penggunaan Kosmetik
Selain hormon dan paparan sinar matahari, pemakaian kosmetik dengan
kandungan tertentu dapat memicu munculnya hiperpigmentasi. Hidrokinon,
merkuri, dan kandungan tertentu lainnya bisa menimbulkan okronosis di beberapa
orang (Nautiyal, et al. 2020).
III. Epidemiologi
Penelitian prospektif yang dilakukan oleh Abad-casintahan et al. melihat acne-
related post-inflammatory hyperpigmentation pada populasi Asia (Australia, Cina,
Jepang, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand). Dari 462 populasi, problem
pigmentasi berlangsung lebih dari 1 tahun sebanyak 65,2% dan 32.2% (Abad-
casintahan F, et al. 2016)
Tidak ada data Nasional terkait HPI. Namun, hasil kunjungan poliklinik kosmetik
departemen ilmu kesehatan kulit Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta pada tahun 2011 didapatkan persentase kunjungan pasien dengan kelainan
hiperpigmentasi sebanyak 33,6% dari total 4.559 kunjungan. Kasus hiperpigmentasi
pascainflamasi sebanyak 24,4% dari total kasus hiperpigmentasi yang ditemukan.
(Melyawati, et al. 2022)
IV. Faktor risiko
Faktor risiko terbesar hiperpigmentasi adalah paparan sinar matahari dan
peradangan. Karena kedua kondisi tersebut dapat meningkatkan produksi melanin.
Semakin lama atau sering seseorang terpapar sinar matahari, semakin besar juga
risiko peningkatan pigmentasi kulit.
Banyak hal yang menjadi faktor risiko hiperpigmentasi, yaitu:
Gangguan adrenal seperti penyakit Addison, ketika tubuh tidak menghasilkan
cukup hormon yang disebut kortisol.
Genetika, seperti riwayat keluarga yang memiliki bintik-bintik.
Perubahan hormon, seperti saat pubertas atau kehamilan.
Cedera pada kulit (misalnya jerawat, luka, atau luka bakar), yang terkadang
disebut hiperpigmentasi pasca inflamasi.
Obat-obatan, seperti kontrasepsi oral (pil KB) dan obat-obatan yang
menyebabkan kepekaan terhadap cahaya.
Kekurangan vitamin tertentu, seperti B12 dan asam folat
(Nautiyal, et al. 2020).
V. Patofisiologi
Melanosit yang bertanggung jawab atas warna tegumen pada kulit diproduksi
secara embrionik dari sel krista neural. Mereka adalah sel penghasil melanosom
yang ada di lapisan basal di persimpangan dermal dan epidermal. Melanosom
adalah intraseluler, organel seperti lisosom yang menjadi tuan rumah produksi dan
penyimpanan pigmen kulit seperti melanin. Pigmen ini selanjutnya didistribusikan
ke keratinosit tetangga, memberi warna pada kulit. Asam amino L-Tyrosine
bertindak sebagai prekursor untuk biosintesis melanin dan menghasilkan melanin
melalui berbagai reaksi enzimatik spontan, juga dikenal sebagai jalur Raper Mason,
seperti yang dijelaskan pada. Jalur melanogenesis terjadi di dalam melanosom yang
mengarah ke produksi Eumelanin hitam-coklat dan/atau Pheomelanin kuning-
merah. L-Tirosin meningkatkan produksi melanosom dan L-Dopachrome
meningkatkan aktivitas tirosinase. Dengan demikian, mengatur kadar L-Tirosin dan
LDOPA memainkan peran utama dalam homeostasis sistem melanogenik.
Tirosinase, sebuah glikoprotein (60-70 kDa), mengandung tembaga dan bertindak
sebagai enzim pembatas laju jalur biosintesis melanin dan, oleh karena itu,
dianggap sebagai target potensial untuk beberapa agen terapeutik. Enzim
tirosinase, TYRP-1 dan TYRP-2, yang terlibat dalam melanogenesis diatur oleh
faktor transkripsi utama yang dikenal sebagai faktor transkripsi microphthalmia
(MITF). Hormon perangsang α-melanosit (α-MSH) dan hormon adrenokortikotropik
(ACTH) terdapat di epidermis dan dermis dan bertindak sebagai pengatur utama
jalur melanogenesis.
Melanosom mengalami degradasi secara berbeda pada berbagai jenis kulit selama
proses diferensiasi keratinosit. Mereka mencapai lapisan epidermis terluar secara
utuh, seperti yang terlihat pada kulit yang lebih gelap, atau membentuk debu
melanin seperti pada jenis kulit yang lebih cerah. Variasi yang luas dalam warna
kulit dan corak yang terlihat pada manusia merupakan hasil dari proses yang
kompleks ini. Berbagai faktor, intrinsik atau ekstrinsik, dapat menyebabkan
terganggunya proses melanogenesis normal dan menyebabkan banyak gangguan
hiperpigmentasi. Sinyal dan faktor seperti UV, cAMP, dan IL1 dapat meningkatkan
dan mengatur peptida pro-opiomelanocortin (POMC), yang bertindak sebagai
prekursor alfa-MS. Setelah paparan sinar UV, melanosom didistribusikan ke sekitar
keratinosit dan epidermis atas untuk fotoproteksi DNA. Ini menyebabkan apoptosis
keratinosit yang mengandung melanin di epidermis atas untuk mencegah
pertumbuhan sel dengan kerusakan DNA yang tidak diperbaiki. Keratinosit
selanjutnya melepaskan beberapa faktor pertumbuhan seperti alpha-MSH,
Endothelin-1 (ET-1), dan membantu hiperpigmentasi yang diinduksi UV. Berbagai
faktor intrinsik yang terlibat dalam hiperpigmentasi meliputi sinyal dari fibroblas,
sel endotel, keratinosit, beberapa hormon, sel inflamasi, dan sistem saraf. Sel-sel ini
dapat melepaskan ET-1 dan NO (Nitric oxide) yang mempotensiasi melanogenesis.
Peradangan menyebabkan peningkatan pelepasan mediator kimia terkait
arakidonat seperti PG (PGE2, PGF2a), leukotrien (LTC4, LTD4), dan tromboksan,
yang diketahui meningkatkan aktivitas tirosinase. Selain itu, muskarinik, dan
reseptor estrogen alfa dan beta telah ditemukan terlibat dalam produksi adenil
siklase dan cAMP. Peningkatan kadar estrogen pada kehamilan dengan demikian
dapat berkontribusi pada gangguan hiperpigmentasi seperti melasma dan
hiperpigmentasi areolar (Nautiyal, et al. 2020).
Pemeriksaan Penunjang :
I. Definisi
Suncare atau Sunscreen atau tabir surya adalah senyawa kimia untuk melindungi
kulit dari kerusakan akibat sinar matahari. Tabir surya mencegah sinar matahari
mencapai kulit dengan memantulkan dan menyebarkannya. Tabir surya kimia
menyerap sinar ultraviolet, sehingga mencegahnya menembus kulit.
b. Tanning
Tanning adalah pertahanan kulit terhadap radiasi matahari. Tan adalah hasil
dari produksi melanin sebagai respons terhadap paparan sinar ultraviolet.
tanning memberi perlindungan kulit pada tingkat tertentu, tetapi biasanya
tidak cukup untuk mencegah kerusakan kulit. Paparan yang lama akan
berakhir bertahun-tahun, menghasilkan munculnya bercak berpigmen,
tekstur kulit yang tidak normal, keriput dan kulit kendur. Belakangan, tumor
kulit bisa muncul, terutama pada mereka yang memiliki faktor risiko.
c. Suntanning
Dari segi pandangan medis, berjemur sebenarnya adalah mekanisme alami
dimana kulit melindungi dirinya sendiri. Itu sinar matahari yang mencapai
epidermis menyebabkan melanosit, yaitu sel-sel khusus pada epidermis,
untuk menghasilkan melanin, yaitu senyawa berwarna (pigmen) yang
membuat kulit menjadi lebih gelap. Melanin memberi kulit perlindungan
alami terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Namun, jumlahnya melanin
yang diproduksi pada orang berkulit putih setelah terpapar sinar matahari
relative rendah dan tidak memberi mereka perlindungan yang memadai, dan
mereka harus mengambil tindakan pencegahan tambahan terhadap
kerusakan kulit matahari. Pada orang berkulit gelap, jumlah melanin yang
dihasilkan lebih tinggi dan akibatnya lebih efektif. Itu sebabnya orang berkulit
gelap sering terlihat lebih muda dari orang berkulit putih pada usia yang
sama — pada yang pertama, kulit berubah lebih sedikit seiring bertambahnya
usia, dan keriput dan bercak berpigmen muncul lebih jarang. Namun
demikian, bahkan orang berkulit gelap pun harus melakukannya.
menghindari paparan sinar matahari yang berlebihan. Dalam setiap kasus,
semakin sedikit paparannya, semakin sedikit kerusakannya.
d. Kerusakan kulit
Radiasi matahari kumulatif adalah penyebab langsung kerusakan kulit.
Perubahan yang terjadi sebagai akibat paparan sinar matahari tidak sama
dengan proses yang terjadi dengan penuaan alami kulit. Yang pertama
dikenal secara teknis sebagai photoaging dan terjadi pada kedua lapisan kulit,
yaitu, epidermis dan dermis. Ingatlah bahwa paparan sinar matahari tidak
hanya terjadi di pantai atau saat mendaki. Di sebagian besar orang, bagian
tubuh tertentu, terutama wajah, leher, dan punggung tangan, terkina sinar
matahari selama lebih dari satu jam sehari. Kita berbicara tentang paparan
harian selama bertahun-tahun, dan memang begitu jelas bahwa paparan
kumulatif tersebut memiliki efek merugikan pada kesehatan kulit.
Klasifikasi nasional :
Kalsifikasi IMT
Kurus Berat <17,0
Ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Berat 25,1-27,0
Ringan >27
(P2PTM, Kemenkes RI)
2. Kebutuhan nutrisi harian (makronutrien dan mikronutrien)
a. Makronutrien (zat gizi makro)
b. Mikronutrien (zat gizi mikro)
Karbohidrat
Karbohidrat adalah molekul organik yang terbuat dari karbon,
hidrogen dan oksigen. Karbohidrat diklasifikasikan menajdi tiga
kelompok besar yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida.
Idealnya, sekitar 45 – 65% dari total asupan kalori berasal dari
karbohidrat. Jika asupan kalori sebesar 2.000 kkal, artinya
karbohidrat menyumbangkan sekitar 900 – 1.300 kkal. Jumlah ini
setara dengan 225 – 325 gram karbohidrat dari makanan.
(Sunaryati.2023)
DAFTAR PUSTAKA