Anda di halaman 1dari 1

Teks Monolog

Cerpen Kasim

Semalaman aku sudah dihantui oleh rasa berdosa. Tak kan sirna dari pikiranku kejadian yang membuat
sesak dadaku dan tegang seluruh prajurit. Seolah terus terbayang bagai video yang memutarkan rekaman
yang menceritakan kejadiaan malam itu kembali. Anak ku yang baru sebentar melihat dunia harus sudah
merasakan berjuang layaknya prajurit karena menemaniku terjun ke lapangan, walaupun aku sadar jika itu
berbahaya untuknya. Aku membawanya melewati hulu sungai yang deras , suasana hujan dan malam
yang dingin menembus seragam kehormatanku. Saat ku tengok anak ku semakin menggigil akibat
dinginnya suhu udara malam. Apa aku titipkan saja anak ku ini . Namun aku memutuskan untuk tetap
menjaganya dan menjadikan ia oleh-oleh terbaik untuk orang tua ku. Awalnya keputusan yang aku ambil
mendapat kecaman dari komandan pasukan ku . Ia berkata kepadaku untuk sebaiknya menitipkan anaku
kepada warga lain, namun aku berusaha meyakinkanya. Keadaan saat itu semakin memperkeruh
fikiranku, rasanya untuk menjaga nyawaku saja sulit di tambah lagi dengan menjaga bayi mungilku ini.
Di tengah kesunyian, tiba-tiba aku terperosok ke dalam lubang yang cukup dalam, seketika Acep
terendam air sungai yang tingginya mencapai dadaku. Sesaat kemudian, musuh menembakkan peluru
kembang api ke udara. Aku sangat bimbang, memilih membahayakan lebih 100 orang prajurit atau 1
orang yaitu buah hatiku. Entah darimana bisikan itu berasal, aku memilih untuk menyelamatkan seluruh
prajurit dengan mengorbankan buah hatiku. Sungguh sangat penyesalan seumur hidupku , namun jika aku
tidak cepat bertindak maka dapat membahayakan semuanya. Keesokan harinya, sungguh hari yang sangat
memilukan bagiku, ketika aku harus melihat buah hatiku untuk terakhir kalinya sebelum memasuki
tempat peristirahatan terakhir untuknya. Betapa merasa bersalahnya aku. Bukan hanya kepada anaku,
tetapi terhadap almarhumah istri ku karena aku tidak bisa menjaga anaku dengan baik. Ya allah, maafkan
dosa hambamu ini, ampunilah dosa besar hamba ini. Walaupun hamba melakukanya untuk
menyelamatkan banyak nyawa lain. Maafkan aku istriku , aku tidak bisa menjaga putra kita sampai ia
tumbuh besar. Maafkan bapak nak, bapak tidak bisa menjaga mu. Nak sesungguhnya engkau adalah
pahlawan bagi Negara ini, karena pengorbanan mu sudah menyelamatkan nyawa banyak orang. Terima
kasih wahai anaku sayang.

Anda mungkin juga menyukai