Anda di halaman 1dari 3

Etiologi

Penyebab limfoma hodgkin belum di ketahui secara pasti, namun salah satu yang di curugai adalah
virus epsten-barr. Biasa nya di mulai pada kelenjar getah bening dan mengejar kesekitarnya secara
perkontiniutatum atau melalui sistem saluran kelenjar getah bening ke kelenjar-kelenjar sekitarnya

Penyebab lomfoma non-hodgkin adalah sebagai berikut

1.abnormalitas setogenik, seperti trans lokasi kromosom

2.infeksi virus:

a.virus evstein;barr yang berhubungan dengan limfoma burkitt(sebuah penyakit yang di temukan di
afrika)

b.infeksi HTLV-1(human T limfolymphotropik virus tipe 1)

masukan dalam latar belakang

limfo merupakan penyakit keganasan yang di temukan pada anak, hampir sepertiga dari keganasan
pada anak setelah leukumia dan keganasan susunan syaraf pusat. Angka kejadian tertinggi pada
umur 7-10 tahun dan jarang di jumpai pada usia 2 tahun. Laki-laki lebih sering di bandingkan wanita
dengan perbandingan 2,5:1. Angka kejadian setiap tahun di perkirakan meningkat setiap dan di
amerika serikat 16,4/sejuta anak di bawah usia 14 tahun.angka kejadian limfoma malignum di
indonesia belumdi ketahui secara pasti.

Penatalaksanaan

1.radio terapi

a. merupakan modalitas terapi utama untuk penyakit hodgkin yang terlokalisasi (derajat I dan II)
dosis radiasi adalah 4000-500 rad

b. di berikan dengan teknik penyinaran extended filed (lesi di atas atau di bawah diafragma) atau
total modal irradiation(TNI) untuk lesi di atas dan di bawah diafragma.

2.kemoterapi

Merupakan pilihan utama untuk penyakit derajat III dan IV kombinsi yang paling umum di gunakan
adalah sebagai berikut:

A.regimen MOPP

3.kombinasikan radioterapi sama kemoterapi setalah di lakukan biopsi

4.transpaltasi sum-sum tulang belakang


5.terapi dengan imunomodulator.

a. Metode uji aktivitas imunomoduator yang dapat digunakan,yaitu:

1. Metode bersihan karbon (“Carbon-Clearance”) Pengukuran secara


spektrofluorometrik laju eliminasi partikel karbon dari daerah hewan. Ini merupakan
ukuran aktivitas fagositosis.
2. Uji granulosit Percobaan in vitro dengan mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang
difagositir oleh fraksi granulosit yang diperoleh dari serum manusia. Percobaan ini
dilakukan di bawah mikroskop.
3. Bioluminisensi radikal Jumlah radikal 02 yang dibebaskan akibat kontak mitogen
dengan granulosit atau makrofag, merupakan ukuran besarnya stimulasi yang dicapai.
4. Uji transformasi limfosit T Suatu populasi limfosit T diinkubasi dengan suatu
mitogen. Timidin bertanda ( 3 H) akan masuk ke dalam asam nukleat limfosit 1.
Dengan mengukur laju permbentukan dapat ditentukan besarnya stimulasi
dibandingkan dengan fitohemaglutinin A (PHA) atau konkanavalin A (Con A).

Komplikasi

 Sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi, terutama selama masa awal menjalani pengobatan. Penurunan sistem
kekebalan tubuh ini akan meningkatkan risiko infeksi.
 Risiko kemandulan yang meningkat. Komplikasi ini terkadang bersifat sementara
atau permanen dan umumnya dipicu oleh kemoterapi dan radioterapi.
 Peningkatan risiko kemunculan kanker atau penyakit lain. Kemoterapi dan
radioterapi yang membunuh sel-sel kanker juga dapat merusak sel-sel yang sehat,
sehingga risiko munculnya kanker dan penyakit lain juga akan meningkat. Contoh
penyakit yang berpotensi muncul meliputi katarak, diabetes, penyakit tiroid, penyakit
jantung, serta gangguan ginjal.
 Komplikasi Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita limfoma maligna,
yaitu komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi karena penggunaan
kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat berupa pansitopenia,
perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava
superior, kompresi pada spinal cord, kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada
traktus gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap
leukemia. Sedangkan komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa pansitopenia,
mual dan muntah, infeksi, kelelahan, neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah,
toksisitas jantung akibat penggunaan doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis
tumor. 2.12 Prognosis Menurut The International Prognostic Score, prognosis limfoma
hodgkin ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini, antara lain: a. Serum albumin < 4
g/dL b. Hemoglobin < 10.5 g/dL
 KOMPLIKASI
 Limfoma dapat menyerang sistem syaraf dan menyebabkan lesi di mediastinum
yang dapat mengakibatkan sindrom vena cava superior. infeksi herper zooster
sering menyerang penderita limfoma ini (Soeparman Sarwono, 1994:
275). Sindrom Vena cava superior adalah sekumpulan gejala akibat pelebaran
pembuluh darah vena yang membawa darah dari bagian tubuh atas menuju ke
jantung, Penghambatan aliran darah ini (oklusis) melewati vena ini dapat
menyebabkan sindrom vena cava superior (SVCS). Penderita biasanya mengeluh
sesak nafas bila berbaring, dirasanya leher dan muka serta dada bagian atas
membengkak, kadang-kadang juga lengan atas. Pada pemeriksaan selain edema
dari bagian-bagian tersebut, juga tampak dilatasi dari vena-vena di leher, dinding
serta lengan atas dengan gradasi yang berbeda tergantung derajat penyumbatan.

 PATOFISIOLOGI

Proliferasi abmormal tumor dapat memberi kerusakan penekanan atau


penymbatan organ tubuh yang diserrang dengan gejala yang bervariasi luas.
Sering ada panas yang tak jelas sebabnya, penurunan berat badan

Tumor dapat mulai di kelenjar getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah
bening (ekstra nodal). Gejalanya tergantung pada organ yang diserang, gejala
sistemik adalah panas, keringat malam, penurunan berat badan.

Anda mungkin juga menyukai