Makalah Sistem Koloid
Makalah Sistem Koloid
“SYSTEM KOLOID”
Disusun Oleh
RIZKY AULIA
Kelas : XI IPA 1
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid.
2. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
3. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui system koloid.
2. Pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
3. Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
§ Aerosol
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki
zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam
udara).
§ Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh:
Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).
No. Hidrofob Hidrofil
a. Tidak menarik molekul air Menarik molekul air
tetapi mengadsorbsi ion h i n g g a m e n ye l u b u n g i
partikel terdispersi
b. Tidak reversible, apabila Reversibel, bila
mengalami koagulasi sukar mengalami koagulasi
menjadi sol lagi akan dapat membentuk
sol lagi jika ditambah
lagi medium
p e n d i s p e r s i n ya
c. B i a s a n ya t e r d i r i a t a s z a t B i a s a n ya t e r d i r i atas
anorganik zat organic
d. K e k e n t a l a n n ya r e n d a h K e k e n t a l a n n ya t i n g g i
e. Gerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak
jelas
f. Mudah dikoagulasikan Sukar dikoagulasikan
oleh elektrolit oleh elektrolit
g. U m u m n ya d i b u a t dengan U m u m n ya dibuat
cara kondensasi dengan cara disperse
h. E f e k T yn d a l l j e l a s Efek T yn d a l l kurang
jelas
i. Contoh: sol logam, sol Contoh: sol kanji, sol
belerang, sol Fe(OH)3, sol protein, sol sabun, sol
As2S3, sol sulfide gelatin
§ Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah
zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan,
susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut,
minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu
zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut. Contoh: sabun untuk
mengemulsikan minyak dan air;kasein sebagai emulgator pada susu.
§ Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada
pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
1. Buih Cair (Buih)
Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara
atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat
diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-
fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu
kestabilan.
Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem
kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase
dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair
memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan
zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat
cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola.
Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.
o Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan medium
pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang
jauh berbeda,
o terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih
besar, rusaknya film antara dua gelembung gas.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya
yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah
gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan
terjadi deformasi.
Karena audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat
pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu
sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang
dikocok akan mengembang.
2. Buih Padat
Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan
denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat
pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita ketahui:
o Roti
o Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung
o Styrofoam
§ Gel
Gel merupakan sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair.
(Contoh: agar-agar, Lem).
§ Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-
partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,
pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
§ Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut
akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat
padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat
padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu
sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-
partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
§ Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan
yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
Koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +.
Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya
sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan
bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak
akan menggerombol.
§ Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
Koagulasi koloid merupakan penggumpalan koloid karena
e l e k t r o l i t ya n g m u a t a n n ya b e r l a w a n a n .
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.
F a k t o r - f a k t o r ya n g m e n ye b a b k a n k o a g u l a s i :
§ Perubahan suhu.
§ Pengadukan.
§ Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
§ Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan
cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh:
§ susu + sirup masam —> menggumpal
- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk
selubung di sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.
- Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid
stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni
pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
§ Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke
dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid
stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai
emulsifier.
§ Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat
yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi
Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
§ Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu
kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan
dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput
yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul
koloid.Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka
ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan
koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam
bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk
proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut
harus menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid
juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
§ Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.
§ Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.
Ciri – cirinya:
1. Sol Liofil
· Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
2. Sol Liofob
· Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya
· Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sol
§ Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.
2.4 Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara
penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat
dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks. Contoh: pada
larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
d. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam
laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol
96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil
partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi koloid.
a. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat,
dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium
pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan
membentuk koloid dengan kotoran air. Membuat tinta dengan
menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan
dalam air. Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama
gulapada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan
larut dan belerang menjadi sol.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan
menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh:
1) Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
2) Sol NiS dengan menambahkan H2S.
3) karet dipeptisasi oleh bensin.
4) agar-agar dipeptisasi oleh air.
5) endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
c. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air,
sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di
dalam air.
d. Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000
Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.
Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.
3.2 Saran
Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita.
Khususnya dalam bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang
berbahaya bagi kesehatan karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://verliany.wordpress.com/2008/03/16/27/
http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.