Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KIMIA

“SYSTEM KOLOID”

Disusun Oleh
RIZKY AULIA
Kelas : XI IPA 1

SMA KARYA RUTENG


2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bahkan selalu menggunakan
bahan-bahan kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain-lain. Bahan-
bahan kimia tersebut tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam
bentuk antara padatan dan larutan yang disebut koloid. Sistem koloid perlu kita
pelajari karena berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari – hari.
Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu,
keju, nasi dan roti adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik,
tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan system koloid?
2. Jelaskan macam-macam system koloid?
3. Bagaimana sifat-sifat koloid?
4. Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?
5. Apa saja komponen system koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid.
2. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
3. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat
1. Pembaca dapat mengetahui system koloid.
2. Pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
3. Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
5. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Koloid


Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu
bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar,tinta, sampo,


serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari-
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi
kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya. Di dalam larutan
koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi
sebagai berikut :
Fase Pendispersi Nama koloid Contoh
Terdispersi
Gas Gas Bukan koloid, karena gas
bercampur secara homogeny
Gas Cair Busa Buih, sabun,
ombak, krim
kocok
Gas Padat Busa padat Batu apung,
kasur busa
Cair Gas Aerosol cair Obat semprot,
kabut, hair
spray di udara
Cair Cair Emulsi Air santan, air
s u s u , m a yo n e s
Cair Padat Gel Mentega, agar-
agar
Padat Gas Aerosol Debu, gas
padat knalpot, asap
Padat Cair Sol Cat, tinta
Padat Padat Sol Padat Tanah, kaca,
lumpur

2.2 Macam-macam Koloid

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung darifase zat


pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

§ Aerosol
Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki
zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam
udara).
§ Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh:
Air sungai, sol sabun, sol detergen dan tinta).
No. Hidrofob Hidrofil
a. Tidak menarik molekul air Menarik molekul air
tetapi mengadsorbsi ion h i n g g a m e n ye l u b u n g i
partikel terdispersi
b. Tidak reversible, apabila Reversibel, bila
mengalami koagulasi sukar mengalami koagulasi
menjadi sol lagi akan dapat membentuk
sol lagi jika ditambah
lagi medium
p e n d i s p e r s i n ya
c. B i a s a n ya t e r d i r i a t a s z a t B i a s a n ya t e r d i r i atas
anorganik zat organic
d. K e k e n t a l a n n ya r e n d a h K e k e n t a l a n n ya t i n g g i
e. Gerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak
jelas
f. Mudah dikoagulasikan Sukar dikoagulasikan
oleh elektrolit oleh elektrolit
g. U m u m n ya d i b u a t dengan U m u m n ya dibuat
cara kondensasi dengan cara disperse
h. E f e k T yn d a l l j e l a s Efek T yn d a l l kurang
jelas
i. Contoh: sol logam, sol Contoh: sol kanji, sol
belerang, sol Fe(OH)3, sol protein, sol sabun, sol
As2S3, sol sulfide gelatin

§ Emulsi

Emulsi adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah
zat cair yang tidak dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan,
susu, lateks, minyak ikan. Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut,
minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu
zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut. Contoh: sabun untuk
mengemulsikan minyak dan air;kasein sebagai emulgator pada susu.
§ Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada
pengolahan bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
1. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan
medium pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara
atao karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat
diperoleh dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-
fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu
kestabilan.

Ukuran kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem
kolid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase
dimana zat pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair
memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan
zat cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat
cair lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola.
Jika kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

o Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu, karena: pemisahan medium
pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas dan zat cair yang
jauh berbeda,
o terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar
akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih
besar, rusaknya film antara dua gelembung gas.

Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Bila gaya
yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah
gaya tersebut ditiadakan. Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan
terjadi deformasi.

Contoh buih cair:

o Buih hasil kocokan putih telur

Karena audara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat
pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu
sendiri untukmembentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang
dikocok akan mengembang.

o Buih hasil akibat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium


bikarbonat, aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang
dilepas akan membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.

2. Buih Padat

Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan
denganmedium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat
pembuih juga (surfaktan). Contoh-contoh buih padatyang mungkin kita ketahui:
o Roti

Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses


pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan
membentuk lapisan tipis mengelilimgi gelembung-gelembung karbondioksida
untuk membentuk buih padat.

o Batu apung
Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung
o Styrofoam

Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta


medium pendisperasi polistirena.

§ Gel
Gel merupakan sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair.
(Contoh: agar-agar, Lem).

2.3 Sifat-sifat Koloid

§ Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.

Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada
saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-
partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,
pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang
terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
§ Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak
lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid
dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut
akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat
acak seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat
padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid
dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan
menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan
tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,
maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat
padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu
sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-
partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-
partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

§ Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan
yang terjadi di dalam suatu partikel).
Sifat adsorbsi digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh:
 Koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
 Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +.
Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya
sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
 Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH- dalam larutan sehingga akan
bermuatan - dan tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak
akan menggerombol.

§ Muatan Koloid dan Elektroforesis

Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan


koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan
listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam
medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda,
maka koloid bermuatan positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan
sesampai di elektroda negatif akan terjadi penetralan muatan dan koloid akan
menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan
listrik dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

§ Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid
yang berbeda muatan.
Koagulasi koloid merupakan penggumpalan koloid karena
e l e k t r o l i t ya n g m u a t a n n ya b e r l a w a n a n .
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.
F a k t o r - f a k t o r ya n g m e n ye b a b k a n k o a g u l a s i :
§ Perubahan suhu.
§ Pengadukan.
§ Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
§ Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan
cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh:
§ susu + sirup masam —> menggumpal

§ lumpur + tawas —> menggumpal

Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.

Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur


As2S3 yang bermuatan negatif.

§ Koloid Liofil dan Koloid Liofob

- Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk
selubung di sekeliling koloid.
Contoh: agar-agar.
- Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid
stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni
pemurnian medium pendispersi dari elektrolit.
§ Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke
dalam koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid
stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai
emulsifier.
§ Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk
penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di
sekeliling koloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung.
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat
yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi
Contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air.
§ Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu
kestabilan koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan
dimasukkan ke kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput
yang hanya dapat dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul
koloid.Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka
ion-ion dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan
koloid tertinggal dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam
bejana diberikan arus listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk
proses dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut
harus menjalani “cuci darah” dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid
juga dapat dimurnikan dengan penyaring ultra.
§ Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.

§ Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini
disebut proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan
koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati
koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

§ Koloid liofol dan liofob

Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium


pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid :
Koloid liofil yaitu koloid yang ”senang cairan” (bahasa Yunani : liyo = cairan;
philia = senang). Partikel koloid akan mengadsorpsi molekul cairan, sehingga
terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah
kanji, protein, dan agar-agar.
Koloid liofob yaitu koloid yang ”benci cairan” (phobia = benci). Partikel koloid
tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfida dan
sol logam.

Ciri – cirinya:

1. Sol Liofil

· Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium


terdispersinya

· Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan

· Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses


solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi
di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling
bergabung

· Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi


· Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit

· Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.

· Memberikan efek Tyndall yang lemah

· Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali

2. Sol Liofob

· Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinya

· Memiliki muatan positif atau negative

· Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan


partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik

· Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi

· Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan

· Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah
menjadi sol

· Memberikan efek Tyndall yang jelas

· Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel

§ Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan
dengan menggunakan arus listrik.
2.4 Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara
penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan
mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.
Contoh: AgNO3 + NaCl —> AgCl(s) + NaNO3
b. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat
dibuat dengan mereaksikan suatu zat dengan air.
Contoh: AlCl3 +H2O —> Al(OH)3(s) + HCl
c. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks. Contoh: pada
larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH —> Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
d. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam
laruatn H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S —> 6 H2O + As2S3
e. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol
96% ke dalam larutan kalsium asetat jenuh.
2. Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil
partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi koloid.
a. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat,
dengan menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium
pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan
membentuk koloid dengan kotoran air. Membuat tinta dengan
menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian didispersikan
dalam air. Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama
gulapada penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan
larut dan belerang menjadi sol.
b. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan
menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah.
Contoh:
1) Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
2) Sol NiS dengan menambahkan H2S.
3) karet dipeptisasi oleh bensin.
4) agar-agar dipeptisasi oleh air.
5) endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
c. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan
mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air,
sehingga kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di
dalam air.
d. Cara Ultrasonik
Yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000
Hz)
Campuran heterogen
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air.
Campuran heterogen dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: Sistem
koloid termasuk dalam bentuk campuran. Campuran terbagi menjadi 2,
yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air.

2.5 Komponen Penyusun Koloid


1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.

2.6 Bentuk Partikel Koloid


1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.

2.7 Penggunaan Sistem Koloid


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang
penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.
§ Pemutihan Gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui
sistem koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan
mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat
diputihkan.
§ Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika
terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau
tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan
membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu
penggumpalan darah.
§ Pembentukan Delta di Muara Sungai
Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang
bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2
yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif
dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi
koagulasi yang akan membentuk suatu delta.
§ Pengambilan Endapan Pengotor
Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali
mangandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan
pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang
bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.
§ Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid
tanah liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh
karena itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa
langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan
cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut
akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif
melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh
gravitasi.
BAB III
PENUTUP
`
3.1 Kesimpulan
Sistem koloid adalah merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi)
dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel
terdispersi yang cukup besar. Macam-macam sistem koloid : Aerosol, sol, buih,
emulsi dan gel. Sifat-sifat sistem koloid : Efek Tyndall, Gerak Brown, muatan
listrik, kestabilan koloid, koloid liofil dan liofod. Pembuatan sistem koloid
dibedakan menjadi 2 yaitu dengan cara kondensi dan dispepersi. Komponen
penyusun koloid dibedakan menjadi 2 yaitu fase kontinyu dan fase diskontinyu.
Bentuk- bentuk sistem koloid antara lain bulatan, batang, serat dam piringan.
Kegunaan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam bidang
industri, makanan, kosmetik, obat-obatan dan sebagainya.

3.2 Saran
Dalam kehidupan sehari-hari koloid sangat bermanfaat bagi kita.
Khususnya dalam bidang kosmetik. Akan tetapi banyak jenis kosmetik yang
berbahaya bagi kesehatan karena mengandung zat kimia yang berbahaya. Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://verliany.wordpress.com/2008/03/16/27/
http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.

Anda mungkin juga menyukai