Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal.

- 16
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Nama Pekerjaan : Pengujian Destruktif Bahan

Unit : Pengujian Kekerasan

Referensi :

Sriati Djaprie, George E. Dieter, Metalurgi Mekanik, Penerbit Erlangga 1990.

Syamsudin, Ir, Pengolahan Logam


V. B. Jhon, Engineering Materials, Macmillan Press LTD, London 1994.
Waite and Bull Pty, Dept. of Labour and National Service Measuring Tool of
Equipment

A. OBJEKTIF PERILAKU SISWA :

Setelah membaca job sheet dan mengikuti demonstrasi oleh dosen, mahasiswa diharapkan
dapat :

a. Melakukan percobaan kekerasan bahan.


b. Membedakan kekerasan bahan antara sebelum dan sesudah mengalami perlakuan
panas.
c. Membedakan kekerasan bahan ferros dan non ferros
d. Membedakan kekerasan material hasil pengelasan
e. Menjelaskan metode kekerasan material berdasarkan:
 Brinell
 Rockwell
 Vickers

B. DASAR TEORI

Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap deformasi plastis/permanen oleh


penetrasi dari benda lain yang lebih keras. Kekerasan adalah suatu sifat bahan yang
sebagian besar dipengaruhi oleh unsur – unsur paduannya. Kekerasan suatu bahan
merupakan sifat yang penting, karena kekerasan bahanlah yang menentukan kemudahan
pengerjaan dan menentukan ketahanan ausnya.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 17
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Karbon didalam besi secara pasti mempengaruhi kualitas baja, dan kekerasan yang
dibutuhkan dapat dicapai dengan perlakuan panas. Dari beberapa riset yang dilakukan,
bahwa bahan akan berubah kekerasannya bila dikerjakan dengan Cold Worked.

Sebelum melakukan pengujian, benda kerja harus terlebih dahulu dihaluskan


permukaannya sehingga licin dan mengkilat, dan dalam pengerjaannya tidak boleh
menimbulkan perubahan struktur logam yang akan diuji.

Bentuk yang paling umum dalam pengujian kekerasan bahan adalah menggunakan
pembuat lekukan (Indentor) standar yang ditekan pada permukaan benda uji. Hasil
lekukan yang terjadi memberikan harga kekerasan.

Harga Kekerasan tidak mempunyai standar atau skala yang mutlak, oleh karena harga
kekerasan dari suatu jenis pengujian memiliki skala tersendiri, walaupun terdapat
beberapa hubungan dari skala yang satu dengan skala yang lainnya.

Untuk mengetahui kekerasan suatu bahan dapatlah dilakukan dengan beberapa metode
yaitu :

 Pengujian Brinnell.
 Pengujian Vickers.
 Pengujian Rockwell.
Pengujian Rockwell adalah pengujian yang paling sering digunakan karena dengan
metode ini harga kekerasan dapat langsung dibaca.

1. Metode Brinell.
Dasar pengujian ini adalah pengujian terdiri dari pemberian beban dari sebuah bola baja
yang berdiameter D, dengan beban F terhadap benda kerja dan dengan mengukur
diameter rata-rata dari beban indentasi pada permukaan benda setelah beban dilepaskan
atau dihilangkan. Kekerasan Brinell (HB) merupakan hasil bagi yang di dapat dari
pembagian beban F (Kg) dengan kurva luas permukaan indentasi (mm 2), di mana kurva
permukaan tersebut dianggap sebagai suatu bagian dari bola yang berdiameter tadi.

Dari pernyataan diatas maka dapatlah dirumuskan beberapa simbol seperti tersebut di
bawah ini.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 18
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Tabel 1. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Brinell.

NO SIMBOL KETERANGAN SATUAN


1 D Diameter bola baja (Indentor) mm
2 F Beban Pengujian Kgf
3 d Diameter rata-rata indentasi mm
4 HB Kekerasan Brinell HB
Beban pengujian
= Luas permukaan indentasi

2F
=
D ( D  (D2  d 2 )

Kedalaman indentasi
5 h mm

2
F
D 1
5

3 d
Gambar 1. Penekanan penetrator pada benda kerja.
Rumus di dalam tabel dapat di buktikan sebagai berikut:

Dalam segitiga AOZ

R2 = AZ2 + X2

X2 = R2 – AZ2 0
R X
X= R 2  AZ 2 Z

AZ = 0,5 d. A d B t
R = 0,5 D. D

Gambar 2. Indentor bola baja.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 19
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Maka X= (0,5 D ) 2  (0,5 d ) 2

X= 0,25 D 2  0,25 d 2 x =√(0,25(D2-d2)

X=
1
2
D 2
 d 2) 

Dapat di lihat bahwa R = t + X

t=R–X

t = 0,5.D – 0,5 (D2  d 2 )

dimana:

A = Luas tembereng (mm2)

A=2Rt

A = 2  0,5 D (0,5 D – 0,5 (D2  d 2 )

A = 0,5  D (D - D2  d 2 )

Untuk kekerasan Brinell ditemukan dengan membagi gaya pada luasa tembereng bola.

gaya F
Kekerasan Brinell = luas tembereng bola atau HB =
A

F
Sehingga HB =
A

F
HB = 1
2

D D  D 2  d 2 
2F
HB =

D D  D 2  d 2 
Jadi rumus untuk mencari kekerasan Brinell telah terbukti.

Tabel 2. Spesifikasi pengujian dengan metode Brinell.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 20
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Load Ball Diameter


Brinell
ratio 10 5 2,5 1,25 1 Hardness Application
D Range
N (KP) N (KP) N (KP) N (KP) N (KP)
30 292,2 7355 18,39 459,92 294,2 143 – 945 Steel, grey cast iron.
(3000) (750) (187,5) (469) (300)
10 9807 2450 612,4 152,98 96,07 48 – 315 Non-metals, grey cast
iron.
(1000) (250) (62,5) (15,6) (420)

5 4903 1225 306 76,49 49,03 23,8 – 315 Aluminium, heat


treated
(500) (125) (31,2) (7,8) (5)
Aluminium, annealed
2,5 2452 612,9 152,98 38,25 2452 119 – 79
Bearing Metals.
(250) (62,5) (15,6) (3,9) (2,5)
1,25 1226 386 78,49 19,81 11,77 8,0 – 39 Lead.
(125) (31,2) (7,8) (2,0) (1,2)
0,5 490,3 1225,5 3040 7,85 4,90 2,4 – 15,8
Very salt materials.
(50) (12,5) (3,1) (0,8) (0,5)
Keterangan:

 Kekerasan Brinell di notasikan dengan simbol HB yang didahului dengan harga


standard kekerasan untuk kondisi – kondisi pengujian yaitu:
 Diameter bola = 10 mm
 Beban = 3000 Kgf
 Lama pembebanan = ( 10 – 15 ) detik
 Untuk kondisi – kondisi yang lain, simbol HB di lengkapi dengan index yang
menunjukkan kondisi-kondisi pengujian dengan urutan sebagai berikut:
 Diameter bola
 Beban
 Lama pembebanan
Contoh :

350 HB 5 / 750 / 20 berarti:

 Kekerasan Brinell = 350 HB

 Diameter bola yang di ukur = 5 mm


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 21
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

 Beban yang di kenakan = 750 Kgf


 Lama pembebanan = 20 detik

2. Metode Rockwell

Dasar pengujian ini adalah dimana penetrator di tekankan kedalam benda kerja dengan
pembebanan.

Kedalaman indentasi memberikan harga kekerasan. Lebih tepatnya adalah perbedaan


kedalaman-kedalaman indentasi yang di dapatkan dari beban-beban mayor terpakai dan
minornya menunjukkan kekerasan Rockwell.

Cara-cara pengujian kekerasan Rockwell bervariasi, yaitu yang ditunjukkan dengan huruf
C atau B, yang juga menunjukkan skala Rockwell yang digunakan.

a. Rockwell C
Pengujian Rockwell C adalah pengujian dengan penetrator permata berbentuk kerucut.
Dasar perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Rockwell C.

NO SIMBOL KETERANGAN BESARAN


1 - Sudut puncak dari permata 120
2 - Jari-jari kurva puncak kerucut 0,2 mm
3 F0 Beban awal 10 Kg
4 F1 Beban tambahan 140 Kg
5 F Beban total = F0 + F1 150 Kg
6 - Kedalaman indentasi dengan beban awal -
sebelum beban tambahan diberikan.
7 - Pertambahan kedalaman indentasi dengan -
beban tambahan.
8 e Pertambahan kedalaman indentasi permanen -
dengan beban awal kerja setelah beban
tambahan di singkirkan, dan pertambahan
dinyatakan dengan satuanF1 0,002 mm.
9 HRC Kekerasan Rockwell, C=100Fo - e -
Fo Fo
1
Dari tabel 3 di atas dapatlah dijelaskan pada gambar 3 dan gambar 4 di bawah ini :

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 22
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

F 4 5
3 3

2
100 6 7 8

9
0
Skala kekerasan
Gambar 3. Penekanan penetrator pada benda kerja.
Hardness Scale
Surface of Test Piece
6 Octum Line
8=e
7
0,2 mm 9 = HRC

Gambar 4. Indentor permata


b. Rockwell B.
Pengujian Rockwell B adalah pengujian dengan penetrator yang terbuat dari bola baja.
Dasar perhitungannya dapat dilihat pada tabel .4 berikut ini:

Tabel 4. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Rockwell B.

NO SIMBOL KETERANGAN BESARAN


1 D Diameter bola baja. 1/16’’
2 F0 Beban awal 10 Kg
3 F1 Beban tambahan 90 Kg
4 F Beban total = F0 + F1 100 Kg
5 - Kedalaman indentasi dengan beban awal -
sebelum beban tambahan diberikan.
-
6 Pertambahan kedalaman indentasi dengan -
beban tambahan.
e
7 Pertambahan kedalaman indentasi permanen -

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 23
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

dengan beban awal kerja setelah beban


tambahan di singkirkan, dan pertambahan
HRB dinyatakan dengan satuan 0,02 mm.
8 Kekerasan Rockwell, B=130 - e -

Dari tabel 4 di atas dapatlah dijelaskan pada gambar 5 dan gambar 6 di bawah ini:

Fo
1 2 F1 4
D F 5 Fo 3
Fo
3

6 7 8 9

130

30
0
0,2 mm

Gambar 5. Penekanan penetrator pada benda kerja.

Surface of Test Piece


6 8=e
130 Datum
Line
30 7
9 = HRB
0

Gambar 6. Indentor bola baja.

Untuk mengetahui kedua metode Rockwell tersebut maka dapatlah digunakan tabel 5 di
bawah ini, dimana didalam tabel 5 ini dapat kita ketahui jenis metode yang kita gunakan,
penetrator, dan besarnya beban yang digunakan.

Tabel 5. Daftar jenis metode, penetrator dan beban untuk pengujian kekerasan.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 24
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Mayor Load Minor Load


Group Method Penetrator
N (Kp) N (Kp)
1 HRB 1/16” ball 980.7 (100) 98.7 (10)
HRC 1200 diamond 1471 (150) 98.7 (10)

2 HRA 1200 diamond 588.4 (60) 98.07 (10)


HRD 1200 diamond 980.7 (100) 98.07 (10)
HRE 1/8” ball 980.7 (100) 98.07 (10)
HRF 1/16” ball 588.4 (60) 98.07 (10)
HRG 1/16” ball 1471 (150) 98.07 (10)
HRH 1/8” ball 588.4 (60) 98.07 (10)
HRK 1/8” ball 1471 (150) 98.07 (10)

3 HRL 1/4” ball 588.4 (60) 98.07 (10)


HRM 1/4” ball 980.7 (100) 98.07 (10)
HRP 1/4” ball 1471 (150) 98.07 (10)
HRR 1/2” ball 588.4 (60) 98.07 (10)
HRS 1/2” ball 980.7 (100) 98.07 (10)
HRV 1/2” ball 1471 (150) 98.07 (10)

4 15N 1200 diamond 147.1 (15) 29.42 (3)


30N 1200 diamond 294.2 (30) 29.42 (3)
45N 1200 diamond 441.3 (45) 29.42 (3)

5 15T 1/16” ball 147.1 (15) 29.42 (3)


30T 1/16” ball 294.2 (30) 29.42 (3)
45T 1/16” ball 442.3 (45) 29.42 (3)

Keterangan :
Kekerasan Rockwell dinotasikan dengan simbol HR yang didahului dengan harga
kekerasannya dan dilengkapi dengan huruf yang menunjukkan skalanya/satuan.
Contoh :
60 HRC berarti : - kekerasan Rockwell = 60
- dengan skala =C

3. Metode Vickers.
Pada metode Vickers ini dasar pengujiannya adalah digunakan indentor dari permata yang
berbentuk piramida dengan bidang alas bujur sangkar dan sudut puncaknya yang

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 25
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

khusus. Dengan memberikan beban pada logam (benda kerja) beban F dan diagonal
bekas penekanan diukur setelah beban diangkat. Kekerasan vickers adalah suatu hasil
bagi yang didapatkan dengan membagi beban yang dikenakan F dengan luasan bentangan
pada permukaan indentasi dari benda kerja, dengan memperhatikan bentuk piramid
dengan alas bujur sangkar dengan diagonal D danmempunyai sudut puncak yang sama
dengan indentor dari permata. Dasar perhitungan kekerasan vickers dapat diketahui
melalui keterangan-keterangan pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Vickers.

No. Simbol Keterangan Satuan


0
1. - Sudut puncak indenter yang berbentuk

piramid = 136o
Kgf
2. F Beban yang dikenakan
mm
3. d Diameter rata-rata yang didapat dari

diagonal d1 dan d2

4. HV Kekerasan vickers

Beban yang dikenakan


= Luasan indentasi

136
2 F sin F
= 2 = 1,854 2
2 d
d

Rumus tabel 6 di atas dapat dibuktikan sebagai berikut :


Diketahui beban yang diberikan = F (Kg)
Sedangkan untuk luas penampang bekas penekanan dapat dihitung sebagai berikut:

F
G H E
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 26
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Y 1360
D
A O B
C
d

Gambar 7. Penekanan penetrator pada benda kerja


Dalam segitiga () OBC
1/ 2 d
Panjang X = 136o
sin
2
Pada segitiga () HED
1/ 2 d
Panjang Y= tg 450

Jadi bekas luas penampang penekanan adalah :


1
A=4x x XxY.
2
1/ 2 d
1 1/ 2 d
A=4x x 1360 x
2 sin tg 450
2
d2
A= 1360
2. sin
2
F
F d2
HV = =
A 1360
2. sin
2
1360
2.F . sin 1,854 F
HV = 2 = d2
d2 F
Maka rumus di tabel 6 tadi terbukti.

2
di 3 dii

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 27
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

1 136°
between opposite
faces

Gambar 8. Indentor diamond.

C. PERLENGKAPAN PRAKTEK
Perlengkapan yang digunakan dalam praktek ini adalah :
1. Precision dan perlengkapannya.
2. Test pieces (benda uji)

D. KESELAMATAN KERJA :
1. Pelajari Job sheet sebelum praktek
2. Gunakan pakaian praktikum dan sepatu kulit.
3. Jangan merokok dan makan waktu praktek
4. Tanyakan pada pembimbing praktikum hal-hal yang belum jelas

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Percobaan Dengan Metode Brinell.
a. Landasan benda uji dipasangkan pada dudukannya.
b. Mengamati hendel pada posisi 1.
c. Penetrator dipasang pada dudukan dengan menggunakan kunci L.
d. Menentukan beban yang sesuai dengan diameter penetrator dan bahan yang
terdapat pada tabel 2.
e. Memasang lensa pembesar yang kita kehendaki dengan cara membuka tutup
atasnya.
f. Meratakan benda uji pada landasan dan mengencangkan sedikit dengan cara
memutar hand wheel.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 28
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

g. Memberikan beban awal dengan cara menggerakkan tuasdari posisi 1 ke posisi 2


selanjutnya ke posisi 3 secara perlahan-lahan.
h. Memberikan beban penuh dengan cara menggerakkan handel pada posisi 4, tunggu
beberapa menit sampai jarum penunjuk diam.
i. Mengamati waktu pembebanan dengan stop watch selama 15 detik.
j. Setelah waktu selama 15 detik, tuas digerakkan kembali ke posisi 1.
k. Lampu dinyalakan.
l. Mengukur bekas penekanan yang terlihat pada kaca pembesar dengan mistar yang
pembesarannya sesuai dengan lensa.
m. Menghitung besarnya kekerasan dari bahan.
2. Percobaan Dengan Metode Rockwell.
a. Memasang landasan benda uji pada dudukannya.
b. Mengamati bahwa tuas pada posisi 1.
c. Memasang penetrator untuk metode Rockwell C diamond 1200 (kerucut intan

1
dengan sudut puncak 1200) dan utntuk metode Rocwell B ball inc (bola baja
16
diameter 1/16 inc) pada dudukannya dengan menggunakan kunci L yang sesuai.
d. Memilih beban uji yang diberikan dengan melihat tabel 5.
e. Meletakkan benda uji pada landasan dan mengencangkannya sedikit dengan
memutar hand wheel.
f. Memberikan beban pada benda uji dengan menggerakkan tuas dari posisi 1 ke
posisi 2 dan 3 secara perlahan-lahan, yang merupakan beban awal.
g. Mengatur “dial” (jarum penunjuk) pada posisi nol, dengan memutar “ring” (skala
untuk HRB dan skala dalam untuk HRC).
h. Gerakkan tuas pada posisi 4, tunggu beberapa detik hingga jarum menunjukkan
diam, berikan pembebanan yang sesuai dengan tabel 5.
i. Gerakkan kembali ke posisi 3.
j. Baca kekerasan bahan uji pada dial sesuai dengan penunjukkan jarum.
k. Kembalikan tuas ke posisi semula.
3. Percobaan Dengan Metode Vickers.

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif


LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN Hal. - 29
POLITEKNIK NEGERI DAN METROLOGI
PONTIANAK
JOB SHEET PENGUJIAN KEKERASAN

Secara umum langkah-langkah kerjanya sama dengan langkah-langkah kerja


percobaan Brinell. Hanya hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Penetratornya diamond piramide (piramida intan) dengan sudut puncak 136º.
b. Beban yang digunakan: 1,3,5 kg dengan tambahan bandul pada bagian belakang
mesin, sedangkan untuk 10,30,100 kg tanpa tambahan bandul.
c. Untuk beban 1 sampai 10 kg mula-mula tuas diputar dari posisi 1 ke posisi 2
selanjutnya ke posisi 3 secara perlahan-lahan (tidak sampai ke posisi 4).
d. Untuk beban 30 sampai 100 kg tuas diputar sampai ke posisi 4.

F. EVALUASI HASIL PRAKTIKUM

1. Laporan kelompok data hasil pengujian


2. Laporan perorangan hasil pengujian.

G. JAWAB PERTANYAAN

1. Apa fungsi dari pengujian kekerasan bahan ?


2. Apa perbedaan dari pengujian dengan metode Brinnel, Rockwell dan Vickers?

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN Job Sheet 4 – Pengujian Destruktif

Anda mungkin juga menyukai