PENGUJIAN BAHAN
UJI KEKERASAN
Disusun Oleh :
RIFKI
3202002041
2B / D3 TME
A. TUJUAN
Adapun tujuan dibuatnya laporan ini adalah:
a. Melakukan percobaan kekerasan bahan.
b. Membedakan kekerasan bahan antara sebelum dan sesudah mengalami perlakuan
panas.
c. Menentukan kekerasan material berdasarkan metode:
Brinell
Rockwell
Vickers
d. Menyelsaikan tugas yang diberikan dosen pembimbing.
B. DASAR TEORI
Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap deformasi permanen oleh
penetrasi dari benda lain yang lebih keras. Kekerasan adalah suatu sifat bahan yang
sebagian besar dipengaruhi oleh unsur – unsur paduannya. Kekerasan suatu bahan
merupakan sifat yang penting, karena kekerasan bahanlah yang menentukan kemudahan
penggarapannya dan menentukan ketahanan ausnya.
Karbon didalam besi secara pasti mempengaruhi kualitas baja, dan kekerasan yang
dibutuhkan dapat dicapai dengan perlakuan panas. Dari beberapa riset yang dilakukan,
bahwa bahan akan berubah kekerasannya bila dikerjakan dengan Cold Worked.
Bentuk yang paling umum dalam pengujian kekerasan bahan adalah menggunakan
pembuat lekukan (Indentor) standar yang ditekan pada permukaan benda uji. Hasil
lekukan yang terjadi memberikan harga kekerasan.
Harga Kekerasan tidak mempunyai standar atau skala yang mutlak, oleh karena harga
kekerasan dari suatu jenis pengujian memiliki skala tersendiri, walaupun terdapat
beberapa hubungan dari skala yang satu dengan skala yang lainnya.
Untuk mengetahui kekerasan suatu bahan dapatlah dilakukan dengan beberapa metode
yaitu :
Pengujian Brinnell.
Pengujian Vickers.
Pengujian Rockwell.
Pengujian Pukul Takik.
Pengujian Rockwell adalah pengujian yang paling sering digunakan karena dengan
metode ini harga kekerasan dapat langsung dibaca.
1. Metode Brinell.
Dasar pengujian ini adalah pengujian terdiri dari pemberian beban dari sebuah
bola baja yang berdiameter D, dengan beban F terhadap benda kerja dan dengan
mengukur diameter rata-rata dari beban indentasi pada permukaan benda setelah beban
dilepaskan atau dihilangkan. Kekerasan Brinell (HB) merupakan hasil bagi yang di dapat
dari pembagian beban F (Kg) dengan kurva luas permukaan indentasi (mm 2), di mana
kurva permukaan tersebut dianggap sebagai suatu bagian dari bola yang berdiameter tadi.
Dari pernyataan diatas maka dapatlah dirumuskan beberapa simbol seperti tersebut di
bawah ini.
F
D
h
3 d
X= √ R 2 − AZ 2
0
AZ = 0,5 d. A d B t
R
R = 0,5 D. D X
t=R–X
t = 0,5.D – 0,5 √( D2 − d 2 )
dimana:
A=2Rt
F
Sehingga HB = A
F
1
πD ( D− √ D2 −d 2 )
HB = 2
2F
HB = πD ( D−√ D2 −d 2 )
Cara-cara pengujian kekerasan Rockwell bervariasi, yaitu yang ditunjukkan dengan huruf
C atau B, yang juga menunjukkan skala Rockwell yang digunakan.
a. Rockwell C
Pengujian Rockwell C adalah pengujian dengan penetrator permata berbentuk kerucut.
Dasar perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :
Tabel 3. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Rockwell C.
Dari tabel 3 di atas dapatlah dijelaskan pada gambar 3 dan gambar 4 di bawah ini :
b. Rockwell B.
Pengujian Rockwell B adalah pengujian dengan penetrator yang terbuat dari
bola baja. Dasar perhitungannya dapat dilihat pada tabel .4 berikut ini:
Fo
1 2 F1
4
D F 5 3 Fo
3Fo
6 7 8 9
130
30
0
0,2 mm
Gambar 5. Penekanan penetrator pada benda kerja.
Untuk mengetahui kedua metode Rockwell tersebut maka dapatlah digunakan tabel 5 di
bawah ini, dimana didalam tabel 5 ini dapat kita ketahui jenis metode yang kita gunakan,
penetrator, dan besarnya beban yang digunakan.
Tabel 5. Daftar jenis metode, penetrator dan beban untuk pengujian kekerasan.
Keterangan :
Kekerasan Rockwell dinotasikan dengan simbol HR yang didahului dengan harga
kekerasannya dan dilengkapi dengan huruf yang menunjukkan skalanya/satuan.
Contoh :
60 HRC berarti : - kekerasan Rockwell = 60
- dengan skala =C
3. Metode Vickers.
Pada metode Vickers ini dasar pengujiannya adalah digunakan indentor dari
permata yang berbentuk piramida dengan bidang alas bujur sangkar dan sudut puncaknya
yang khusus. Dengan memberikan beban pada logam (benda kerja) beban F dan diagonal
bekas penekanan diukur setelah beban diangkat. Kekerasan vickers adalah suatu hasil
bagi yang didapatkan dengan membagi beban yang dikenakan F dengan luasan
bentangan pada permukaan indentasi dari benda kerja, dengan memperhatikan bentuk
piramid dengan alas bujur sangkar dengan diagonal D danmempunyai sudut puncak yang
sama dengan indentor dari permata. Dasar perhitungan kekerasan vickers dapat diketahui
melalui keterangan-keterangan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Vickers.
piramid = 136o
3. d diagonal d1 dan d2
Kekerasan vickers
F 2
di 3 dii
1 136°
between opposite
faces
E. PROSEDUR PERCOBAAN
Pada pengujian ini digunakan penetrator bola baja berdiameter 1/16ii ( Rockwell B)
dimana rockwell B menggunakan beban F 100kgf
c. Putar handel landasan benda uji hingga benda uji menyentuh penetrator
d. Kemudian beri beban minor dengan cara memutar handel hingga jarum kecil
tepat pada titik merah pada nanometer
f. Kemudian berikan beban mayor dengan memutar handle beban mayor searah
jarum jam dan tunggu selama 15 detik.
g. Kemudian hilangkan kembali beban mayor dengan memutar tuas beban mayor
berlawanan arah jarum jam.
a. Brinell
Diameter rata-rata indentasi Kuningan = 1,2 mm
Diameter rata rata indentasi ST 37 = 0,7 mm
b. Rockwell
HR Kuningan = 83,5
HR ST 37 = 87
c. Vickers
G. PENGOLAHAN DATA
a. Brinell
1. Kuningan
2F
2 2
√
HB= πD ( D − ( D − d )
2 x 500
2 2
HB= π .5 ( 5 − √ (5 − 1,2 )
HB=433,294
2. ST 37
2 .500
2 2
√
HB= π .5 ( 5 − (5 − 0,7 )
HB=1273,88
b. Rockwell
Pada pengujian Rockwell Harga Kekerasan sudah terukur di Dial, yaitu:
HR Kuningan = 88,5
HR Aluminium = 86
HR ST 37 = 89
c. Vickers
1. ST 37 (orisinil)
F
d2
HV1= 1,854
98 , 07
2
1,854 0 ,23295
HV1=
HV1= 3350,58
F
1,854 d2
HV2=
98 , 07
2
1,854 0 ,23378
HV2=
HV2= 3326,83
F
1,854 d2
HV3=
98 , 07
2
1,854 0 ,2362
HV3=
2.
ST 37 (hardened)
98 , 07
2
1,854 0 ,13169
HV1=
HV1= 10485,11
98 , 07
2
1,854 0 ,14377
HV2 =
HV2= 8797,10
98 , 07
2
1,854 0 ,14377
HV3=
HV3=9765,59
H. ANALISA
Pada tahap pengujian,brinell,rockwell,dan vickers. Pada pengujian brinell bahan
yang digunakan adalah ST37 dan kuningan, diuji dengan cara memberikan beban
sebesar 500 kgf, lalu ditekan dan ditahan selama 20-30 detik, kemudian mendapatkan
hasil 0,7 mm untuk bahan ST37 dan untuk bahan kuningan mendapatkan hasil 1,2
mm. Pada pengujan rockwell bahan uji sama berupa ST37 dan kuningan, beban yang
diberikan pada kedua bahan tersebut yaitu sebesar 100 kgf, menggunakan penetrator
bola baja berdiameter 1/16 , sehingga mendapatkan hasil 89 mm untuk ST37 dan 88,5 mm
untuk kuningan. Pada pengujian vikrers dilakukan dengan menggunakan dua buah bahan
ST37 dan salah satu bahan telah mendapat perlakuan panas (Hardening) sehingga pada saat
diuji terdapat perbedaan antara bahan ST37 yang mendapat perlakuan panas (Hardening)
dengan bahan yang tidak mendapat perlakuan panas (Hardening) dan mendapatkan hasil data
sebagai berikut :
I. KESIMPULAN
Dari berbagai percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan
ST37 tingkat kekerasannya lebih tinggi dibanding bahan kuningan dan sifat dari
bahan ST37 bersifat liat sedangkan bahan kuningan tersebut bersifat getas.
perlakuan panas (Hardening) yang dilakukan pada bahan ST 37 menyebabkan
tingkat kekerasan pada bahan akan lebih tinggi dari bahan yang belum
mendapatkan perlakuan panas (Hardening), karena bahan yang sudah mendapat
perlakuan panas (Hardening) telah mencapai martensit.