Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN KEKERASAN

NAMA: TOTO ISKANDAR


NIM:3202202045
KELAS: 2B
KELOMPOK: 2
D3 TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2023
A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tu j u a n d a r i p e n g u j i a n k e k e r a s a n i n i a d a l a h u n t u k m e n g e t a h u i
a n g k a kekerasan dari suatu bahan, hal ini merupakan salah satu sifat
mekanik yang penting.

B.DASAR TEORI
Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan terhadap deformasi permanen oleh
penetrasi dari benda lain yang lebih keras. Kekerasan adalah suatu sifat bahan yang
sebagian besar dipengaruhi oleh unsur – unsur paduannya. Kekerasan suatu bahan
merupakan sifat yang penting, karena kekerasan bahanlah yang menentukan kemudahan
penggarapannya dan menentukan ketahanan ausnya.

Karbon didalam besi secara pasti mempengaruhi kualitas baja, dan kekerasan yang
dibutuhkan dapat dicapai dengan perlakuan panas. Dari beberapa riset yang dilakukan,
bahwa bahan akan berubah kekerasannya bila dikerjakan dengan Cold Worked.

Sebelum melakukan pengujian, benda kerja harus terlebih dahulu dihaluskan


permukaannya sehingga licin dan mengkilat, dan dalam pengerjaannya tidak boleh
menimbulkan perubahan struktur logam yang akan diuji.

Bentuk yang paling umum dalam pengujian kekerasan bahan adalah menggunakan
pembuat jejak (Indentor) standar yang ditekan pada permukaan benda uji. Hasil lekukan
yang terjadi memberikan harga kekerasan.

Harga Kekerasan tidak mempunyai standar atau skala yang mutlak, oleh karena harga
kekerasan dari suatu jenis pengujian memiliki skala tersendiri, walaupun terdapat
beberapa hubungan dari skala yang satu dengan skala yang lainnya.

Untuk mengetahui kekerasan suatu bahan dapatlah dilakukan dengan beberapa metode
yaitu :

 Pengujian Brinnell.
 Pengujian Vickers.
 Pengujian Rockwell.
Pengujian Rockwell adalah pengujian yang paling sering digunakan karena dengan
metode ini harga kekerasan dapat langsung dibaca.
1. Metode Brinell.
Dasar pengujian ini adalah pengujian terdiri dari pemberian beban dari sebuah bola baja
yang berdiameter D, dengan beban F terhadap benda kerja dan dengan mengukur
diameter rata-rata dari beban indentasi pada permukaan benda setelah beban dilepaskan
atau dihilangkan. Kekerasan Brinell (HB) merupakan hasil bagi yang di dapat dari
pembagian beban F (Kg) dengan kurva luas permukaan indentasi (mm 2), di mana kurva
permukaan tersebut dianggap sebagai suatu bagian dari bola yang berdiameter tadi.

Dari pernyataan diatas maka dapatlah dirumuskan beberapa simbol seperti tersebut di
bawah ini.

Tabel 1. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Brinell.

NO SIMBOL KETERANGAN SATUAN


1 D Diameter bola baja (Indentor) mm
2 F Beban Pengujian Kgf
3 d Diameter rata-rata indentasi mm
4 HB Kekerasan Brinell HB
Beban pengujian
= Luas permukaan indentasi
2F
HB = πD ( D − √( D − d )
2 2

5 t mm
Kedalaman indentasi

F
2
D 1
5

3 d
Gambar 1. Penekanan penetrator pada benda kerja.
Rumus di dalam tabel dapat di buktikan sebagai berikut:
Dalam segitiga AOZ

R2 = AZ2 + X2

X2 = R2 – AZ2 0
R X

X= √R 2
− AZ 2 Z

AZ = 0,5 d. A d B t
R = 0,5 D. D

Gambar 2. Indentor bola baja.

Maka X= √(0,5 D)2 − (0,5 d)2


X= √ 0,75 D2 − 0,75 d 2
1
2
√( D2 − d 2)
X=

Dapat di lihat bahwa R = t + X

t=R–X

t = 0,5.D – 0,5 √( D2 − d 2 )
dimana:

A = Luas tembereng (mm2)

A=2Rt

A = 2  0,5 D (0,5 D – 0,5 √( D2 − d 2 )


A = 0,5  D (D - √ D2 −d 2
Untuk kekerasan Brinell ditemukan dengan membagi gaya pada luasa tembereng bola.

gaya F
Kekerasan Brinell = luas tembereng bola atau HB = A
F
Sehingga HB = A

F
1
πD ( D−√ D2 −d 2 )
HB = 2

2F
HB = πD ( D−√ D −d )
2 2

Jadi rumus untuk mencari kekerasan Brinell telah terbukti.

Tabel 2. Spesifikasi pengujian dengan metode Brinell.

Load Ball Diameter


Brinell
ratio 10 5 2,5 1,25 1 Hardness Application
D Range
N (KP) N (KP) N (KP) N (KP) N (KP)
30 292,2 7355 18,39 459,92 294,2 143 – 945 Steel, grey cast iron.
(3000) (750) (187,5) (469) (300)
10 9807 2450 612,4 152,98 96,07 48 – 315 Non-metals, grey cast
iron.
(1000) (250) (62,5) (15,6) (420)

5 4903 1225 306 76,49 49,03 23,8 – 315 Aluminium, heat


treated
(500) (125) (31,2) (7,8) (5)
Aluminium, annealed
2,5 2452 612,9 152,98 38,25 2452 119 – 79
Bearing Metals.
(250) (62,5) (15,6) (3,9) (2,5)
1,25 1226 386 78,49 19,81 11,77 8,0 – 39 Lead.
(125) (31,2) (7,8) (2,0) (1,2)
0,5 490,3 1225,5 3040 7,85 4,90 2,4 – 15,8
Very salt materials.
(50) (12,5) (3,1) (0,8) (0,5)
Keterangan:

 Kekerasan Brinell di notasikan dengan simbol HB yang didahului dengan harga


standard kekerasan untuk kondisi – kondisi pengujian yaitu:
 Diameter bola = 10 mm
 Beban = 3000 Kgf
 Lama pembebanan = ( 10 – 15 ) detik
 Untuk kondisi – kondisi yang lain, simbol HB di lengkapi dengan index yang
menunjukkan kondisi-kondisi pengujian dengan urutan sebagai berikut:
 Diameter bola
 Beban
 Lama pembebanan
Contoh :

350 HB 5 / 750 / 20 berarti:

 Kekerasan Brinell = 350 HB

 Diameter bola yang di ukur = 5 mm


 Beban yang di kenakan = 750 Kgf
 Lama pembebanan = 20 detik

2. Metode Rockwell

Dasar pengujian ini adalah dimana penetrator di tekankan kedalam benda kerja dengan
pembebanan.

Kedalaman indentasi memberikan harga kekerasan. Lebih tepatnya adalah perbedaan


kedalaman-kedalaman indentasi yang di dapatkan dari beban-beban mayor terpakai dan
minornya menunjukkan kekerasan Rockwell.

Cara-cara pengujian kekerasan Rockwell bervariasi, yaitu yang ditunjukkan dengan huruf
C atau B, yang juga menunjukkan skala Rockwell yang digunakan.

a. Rockwell C
Pengujian Rockwell C adalah pengujian dengan penetrator permata berbentuk kerucut.
Dasar perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini :

Tabel 3. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Rockwell C.

NO SIMBOL KETERANGAN BESARAN


1 - Sudut puncak dari permata 120

2 - Jari-jari kurva puncak kerucut 0,2 mm

3 F0 Beban awal 10 Kg

4 F1 Beban tambahan 140 Kg

5 F Beban total = F0 + F1 150 Kg

Kedalaman indentasi dengan beban awal sebelum


6 - beban tambahan diberikan. -

Pertambahan kedalaman indentasi dengan beban


tambahan.
7 - -
Pertambahan kedalaman indentasi permanen
dengan beban awal kerja setelah beban tambahan
8 e di singkirkan, dan pertambahan dinyatakan dengan -
satuan 0,002 mm.

Kekerasan Rockwell, C=100 - e

9 HRC -

Dari tabel 3 di atas dapatlah dijelaskan pada gambar 3 dan gambar 4 di bawah ini :

F1
F 4 5
Fo Fo Fo
3 3
1

2
100 6 7 8

9
0
Skala kekerasan
Gambar 3. Penekanan penetrator pada benda kerja.
Hardness Scale
Surface of Test Piece
6 Octum Line
8=e
7
0,2 mm 9 = HRC

Gambar 4. Indentor permata


b. Rockwell B.
Pengujian Rockwell B adalah pengujian dengan penetrator yang terbuat dari bola
baja. Dasar perhitungannya dapat dilihat pada tabel .4 berikut ini:
Tabel 4. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Rockwell B.

NO SIMBOL KETERANGAN BESARAN


1 D Diameter bola baja. 1/16ii

2 F0 Beban awal 10 Kg

3 F1 Beban tambahan 90 Kg

4 F Beban total = F0 + F1 100 Kg

5 - Kedalaman indentasi dengan beban awal sebelum -


beban tambahan diberikan.

- Pertambahan kedalaman indentasi dengan beban


6 -
tambahan.

e Pertambahan kedalaman indentasi permanen


7 dengan beban awal kerja setelah beban tambahan -

di singkirkan, dan pertambahan dinyatakan dengan


satuan 0,02 mm.

Kekerasan Rockwell, B=130 - e

HRB
8 -

Dari tabel 4 di atas dapatlah dijelaskan pada gambar 5 dan gambar 6 di bawah ini:

Fo
F1
D 1 2 4 Fo
Fo
F 5 3

3
6 7 8 9

130

30

0,2 mm

Gambar 5. Penekanan penetrator pada benda kerja.

Surface of Test Piece

6 8=e

130 Datum

Line

30 7

9 = HRB

Gambar 6. Indentor bola baja.

Untuk mengetahui kedua metode Rockwell tersebut maka dapatlah digunakan tabel 5 di bawah
ini, dimana didalam tabel 5 ini dapat kita ketahui jenis metode yang kita gunakan, penetrator,
dan besarnya beban yang digunakan.
Tabel 5. Daftar jenis metode, penetrator dan beban untuk pengujian kekerasan.

Mayor Load Minor Load


Group Method Penetrator
N (Kp) N (Kp)
1 HRB 1/16” ball 980.1 (100) 98.01 (10)
HRC 1200 diamond 1471 (150) 98.01 (10)

2 HRA 1200 diamond 588.1 (60) 98.07 (10)


HRD 1200 diamond 980.1 (100) 98.07 (10)
HRE 1/8” ball 980.1 (100) 98.07 (10)
HRF 1/16” ball 588.1 (60) 98.07 (10)
HRG 1/16” ball 1471 (150) 98.07 (10)
HRH 1/8” ball 588.1 (60) 98.07 (10)
HRK 1/8” ball 1471 (150) 98.07 (10)

3 HRL 1/4” ball 588.1 (60) 98.07 (10)


HRM 1/4” ball 980.1 (100) 98.07 (10)
HRP 1/4” ball 1471 (150) 98.07 (10)
HRR 1/2” ball 588.1 (60) 98.07 (10)
HRS 1/2” ball 980.1 (100) 98.07 (10)
HRV 1/2” ball 1471 (150) 98.07 (10)

4 15N 1200 diamond 147.1 (15) 29.1 (3)


30N 1200 diamond 294.1 (30) 29.1 (3)
45N 1200 diamond 441.1 (45) 29.42 (3)

5 15T 1/16” ball 147.1 (15) 29.1 (3)


30T 1/16” ball 294.1 (30) 29.1 (3)
45T 1/16” ball 442.3 (45) 29.42 (3)

Keterangan :
Kekerasan Rockwell dinotasikan dengan simbol HR yang didahului dengan harga
kekerasannya dan dilengkapi dengan huruf yang menunjukkan skalanya/satuan.
Contoh :
60 HRC berarti : - kekerasan Rockwell = 60
- dengan skala =C

3. Metode Vickers.
Pada metode Vickers ini dasar pengujiannya adalah digunakan indentor dari permata
yang berbentuk piramida dengan bidang alas bujur sangkar dan sudut puncaknya yang
khusus. Dengan memberikan beban pada logam (benda kerja) beban F dan diagonal
bekas penekanan diukur setelah beban diangkat. Kekerasan vickers adalah suatu hasil
bagi yang didapatkan dengan membagi beban yang dikenakan F dengan luasan
bentangan pada permukaan indentasi dari benda kerja, dengan memperhatikan bentuk
piramid dengan alas bujur sangkar dengan diagonal D danmempunyai sudut puncak yang
sama dengan indentor dari permata. Dasar perhitungan kekerasan vickers dapat diketahui
melalui keterangan-keterangan pada tabel di bawah ini:

Tabel 6. Rumusan simbol pengujian Kekerasan dengan metode Vickers.

No. Simbol Keterangan Satuan

1. - Sudut puncak indenter yang berbentuk 0

piramid = 136o

Beban yang dikenakan Kgf

2. F Diameter rat-rata yang didapat dari mm

3. d diagonal d1 dan d2

Kekerasan vickers

Beban yang dikenakan


= Luasan indentasi
4. HV
136 °
2 F sin
2 F
2 2
= d = 1,854 d

Rumus tabel 6 di atas dapat dibuktikan sebagai berikut :


Diketahui beban yang diberikan = F (Kg)
Sedangkan untuk luas penampang bekas penekanan dapat dihitung sebagai berikut:

F
G H E
Y 1360
D
A O B
C
d

Gambar 7. Penekanan penetrator pada benda kerja


Dalam segitiga () OBC
1/2 d
136o
sin
Panjang X = 2
Pada segitiga () HED
1/2 d
0
Panjang Y= tg 45
Jadi bekas luas penampang penekanan adalah :
1
A = 4 x 2 x XxY.
1/2 d
1 1360 1/2 d
sin
A=4x 2 x 2 x tg 45 0
2
d
1360
2 . sin
A= 2
F
d2
F 136 0
2 .sin
HV = A = 2
0
136
2 . F .sin
2 1 ,854 F
2
HV = d = d2
Maka rumus di tabel 6 tadi terbukti.

F 2
di 3 dii
1 136°
between opposite
faces

Gambar 8. Indentor diamond

C.PERLENGKAPAN PRAKTEK

D.PROSEDUR PERCOBAAN
Adapun prosedur percobaan dalam melakukan praktikum uji kekerasan adalah:
1.Metode Brinell
a.Letakan benda kerja pada landasan
b.Putar handle hingga penetrator bersentuhan dengan benda kerja
c.Tutup katup hidrolik
d.Gerakan tuas hidrolik hingga jarum pada nanometer tepat pada beban yang di berikan yaitu
500
e.Tahan hingga 10 detik
f.Buka katup hidroliknya
g.Turunkan benda kerjanya
h.lakukan pengukuran dengan mikroskop

2.Metode Rockwell
a.Lettakan benda kerja pada landasan
b.putar handle hingga bersentuhan
c.Berikan beban minor dengan cara memutar handle jarum jam kecil hingga ke titik merah.
d.Lakukan seting zero pada dayl dengan memutar pegangan dayl ke arah nol.
e.Gerakan tuas atas ke depan hingga jarum tidak bergerak pada dayl.
f.Lalu kembalikan tuas ke posisi awal.
g.lalu catat hasilnya
3.Metode Vickers
a.Tekan tombol ON pada belakang mesin
b.Letakan benda kerja pada landasan
c.Tekan tombol arah jarum jam pada display
d.Putar handle hingga benda kerja mendekati indikator
e.Tekan tombil start pada display sehingga indikator akan turun dengan sendirinya tunggu
hinnga alarm kedua berbunyi
f.Turunkan benda kerja dengan memutar handle
g.Tekan tombol berlawanan jarum jam agar mikroskop berada di atas benda kerja
h.Lakukan pengamatan dengan memutar handle hingga di dapat hasil penekanan tadi
i.Putar skrup sebelah kanan hingga garis yang berhimpitan bisa berhimpitan dengan garis
diaogonal sebelah kiri
j.Tekan tombol zero
k.Putar skrup sebelah kanan hingga garis berpindah ke diagonal sebelah kanan
l.Tekan tombol read hingga D1 berpindah ke D2 pada display
m.Putar mikroskop hingga tegak lurus
n.Putar skrup sebalah atas hingga berhimpitan dengan garis yang bawah
o.Tekan tobol Zero dan putar skrup ke atas

E.DATA DAN PENGOLAHAN DATA


Dari hasil pengamatan pada percobaan yang kami lakukan,maka kami dapat menggambil
hasil sebagai berikut:

1.Uji Brinell
Data yang di dapat dari hasil pengamatan yaitu:
-Almunium =
-Kuningan =
-Baja=
-Tembaga

2.Uji Rockwell
Data yang di dapat dari hasil pengamatan yaitu:
-Almunium=95
-Kuningan=89
-Baja=87
-Tembaga=86
3.Uji Vickers
Data yang di dapat dari hasil pengamatan yaitu:
- ST.37 sebelum di panaskan
D1= 412,49 mm

D2= 451,92 mm

HV=99,2 judge

-ST.37 setelah dipanaskan/heat treatment


D1= 498,0 mm

D2= 188,91 mm

HV=498,0 judge

Anda mungkin juga menyukai