Anda di halaman 1dari 28

TEORI AKUNTANSI

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Afrizal, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh:

Tiwi Ernawati (C1C015003)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. atas rahmad dan
hidayahnya kami diberi kesempatan berupa kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu kita hanturkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,
Amin.

Makalah ini dibuat dan disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Audit
Manajemen semester lima Fakultas Ekonomi dan Bisnis prodi Akuntansi, Universitas
Jambi, dengan judul “Sejarah dan Perkembangan Akuntansi”.

Dalam menyusun makalah ini, tentunya tidak akan terlaksana tanpa bantuan
dan bimbingan dari pihak-pihak yang terkait. Oleh karenan itu, pertama kami
ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Afrizal, SE., M.Si., Ak., CA selaku dosen
pengampu mata kuliah teori akuntansi. Kedua kepada orang tua kami atas doa dan
dukungannya baik yang moril maupun materil. Dan yang ketiga kami ucapkan
kepada teman-teman yang mengambil mata kuliah teori akuntansi.

Kami bersyukur karena kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktu yang telah ditetapkan, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dalam memahami materi tentang sejarah dan perkembangan akuntansi.

Jambi, Februari 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ··········································································· i

Daftar Isi ················································································· ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ································································ 1


1.2. Rumusan Masalah ···························································· 2
1.3. Tujuan ·········································································· 2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Evolusi Pembukuan Pencatatan Berpasangan ···························· 3


2.2. Perkembngan Prinsip-prinsip Akuntansi di Amerika Serikat ·········· 9
2.3. Akuntansi dan Kapitalisme ·················································14
2.4. Relevansi Sejarah Akuntansi ···············································15
2.5. Isu-isu Akuntansi Internasional ············································16

BAB III : PENUTUP

3.1. Kesimpulan ···································································24

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 25

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Akuntansi merupakan suatu ilmu yang di dalamnya berisi bagaimana
manusia berfikir sehingga menghasilkan suatu kerangka pemikiran konseptual
tentang prinsip, standar, asumsi, teknik, serta prosedur yang ada dijadikan
landasan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tersebut harus berisi
informasi-informasi yang berguna dalam memantu pengambilan keputusan bagi
para pemakainya.

Sejarah akuntansi dimulai dengan dilakukanya sistem pelaksanaan


pencatatan berpasangan pada tahun 3000 SM. Kemudian mulai berkembang
degan adanya kontribusi dari Luca Pacioli. Pada abad ke-16 dan ke-17
pembukuan pencatatan berpasangan mulai berkembang.

Di Amerika perkembangan akuntansi dikelompokkan dalam empat tahap.


Pada tahap pertama (1900-1933) manajemen memiliki kendali penuh atas
pemilihan dari informasi keuangan yang akan diungkapkan ke dalam laporan
tahunan; pada tahap kedua (1933-1959) dan tahap ketiga (1959-1973) badan-
badan profesional memainkan peranan yang signifikan dalam pengembangan
prinsip-prinsip akuntansi; dan pada tahap keempat, yang berlangsung sampai
sekarang, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (Financial Accounting Standards
Board-FASB) Amerika Serikat dan berbagai kelompok yang berpengaruh lainnya
sedang bergerak kearah politisasi akuntansi.

Seperti ilmu-ilmu lainya, ilmu akuntansi juga berkembang sesuai


perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Selain itu, faktor kebutuhan
juga ikut serta dalam perkembangan akuntansi itu sendiri. Akan tetapi, baik
akuntansi maupun ilmu-ilmu lain tidak berkembang dengan sendirinya tanpa

1
adanya hal yang cukup berarti yang dapat mendorong akuntansi tersebut
berkembang dan bertahan hingga sekarang.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam malakah ini yaitu:

1. Bagaimana sejarah evolusi pembukuan pencatatan berpasangan?


2. Bagaimana perkembangan prinsip-prinsip akuntansi di Amerika Serikat?
3. Bagaimana kaitan antara akuntansi dan kapitalisme?
4. Bagaimana relevansi sejarah akuntansi?
5. Apa saja isu-isu akuntansi internasional?

1.3 MANFAAT

1. Utuk mengetahui evolusi pembukuan pencatatan berpasangan.


2. Untuk mengetahui perkembangan prinsip-prinsip akuntansi di Amerika
Serikat.
3. Untuk mengetahui kaitan antara akuntansi dan kapitalisme.
4. Untuk mengetahui relevansi sejarah akuntansi.
5. Untuk mengetahui isu-isu akuntansi internasional.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 EVOLUSI PEMBUKUAN PENCATATAN BERPASANGAN

2.1.1 Sejarah awal akuntansi

Berbagai percobaan telah dilakukan untuk menyatakan lokasi dan waktu


dari lahirnya sistem pencatatan berpasangan yang telah menghasilkan berbagai
skenario. Kebanyakan skenario tersebut mengakui adanya kehadiran suatu bentuk
pelaksanaan pencatatan di sebagian besar kebudayaan sejak sekitar 3.000 tahun
sebelum masehi. Termasuk didalamnya adalah kebudayaan Chaldean-Babilonia,
Asiria dan Sumeria, yang menemukan pemerintahan terorganisasi pertama di
dunia, termasuk juga beberapa bahasa tulisan tertua, dan catatan-catatan usaha
tertua yang masih dapat diselamatkan; kebudayaan Mesir, di mana para juru
tulisnya menjadi “titik pusat dimana keseluruhan mesin perbendahaaraan dan
bagian-bagian lainnya berputar, kebudayaan Cina, dimana akuntansi
pemerintahannya memainkan peranan yang vital dan rumit pada masa dinasti
Chao (1122-256 SM); kebudayaan Yunani. Di mana Zenon, seorang manajer dari
wilayah Appolonius yang luas, memperkenalkan di tahun 256 SM sebuah
akuntansi pertanggungjawaban yang terperinci, dan kebudayaan Romawi, dengan
hukum yang mengharuskan para pembayar pajak membuat peloporan mengenai
posisi keuangan mereka, dan di mana hak-hak sipil bergantung kepada jumlah
harta benda yang dilaporkan oleh para penduduknya. Kehadiran dari bentuk-
bentuk pembukuan di dunia kuno tersebut dapat dikaitkan kepada beberapa factor,
termasuk penemuan tulisan, diperkenalkannya angka-angka arab dan system
decimal, penyebaran pengetahuan mengenai aljabar, adanya sarana penulisan
yang tidak mahal, meningkatnya tingkat melek huruf, dan adanya suatu standar
alat pertukaran. Bahkan, A.C Littleton membuat daftar tujuh prasyarat bagi
munculnya pembukuan yang sistematis:

3
Seni penulisan (the art of writing), karena pembukuan pada intinya adalah
sebuah catatan; (Arithmetic), karena aspek mekanis dari pembukuan
mengandung adanya serangkaian perhitungan sederhana; Milik Pribadi
(Private Property), karena pembukuan hanya berkepentingan dengan
pencatatan fakta-fakta mengenai harta benda dan hak miliknya; Uang
(money) yaitu transaksi yang belium selesai, karena tidak akan ada
dorongan untuk membuat catatan apa pun jika seluruh pertukaran
dilakukan ditempat saat itu juga; Perdagangan (Commerce), karena sebuah
penjualan local saja tidak akan menciptakan cukup; tekanan (volume
bisnis) untuk, untuk merangsang manusia mengoordinasi berbagai
pemikiran kedalam suatu system; modal (capital), karena tanpa modal
perdagangan tidak akan berarti dan pemberian kredit menjadi sesuatu yang
tidak mungkin bisa dibayangkan

Masing-masing kebudayaan kuno disebutkan di atas telah mencakup


prasyarat-prasyarat tersebut, sekaligus menjelaskan mengapa telah mendapat
semacam pembukuan di dalamnya.

Apa yang belum dapat ditemukan adalah sebuah skenario mengenai


sejarah akuntansi dari berbagai bagian yang saling terpisah dari informasi
mengenai risalah-risalah awal adanya pembukuan. Satu skenario yang cukup
masuk akal adalah sebagai berikut.

Jika kita ingin melacak ilmu yang penting ini (akuntansi) kembai keasal
usulnya, kita secara alamian akan menganggap penemuan pertamanya
akan berasal dari pedagang yang pertama; dan tidak ada seorang pun yang
layak mengklaim hal tersebut pada masa itu selain orang-orang Arab.
Orang-orang Mesir, yang selama beberapa masa menunjukkan kejayaanya
di dunia perdagangan, memperoleh pemikiran melakukan perdagangan
tersebut melalui interaksinya dengan bangsa tersebut; dan sebagai
konsekuensinya, dari merekalah orang-orang Mesir harus melakukan suatu
bentuk pertama dari akuntansi, yang menurut cara perdagangan yang

4
umum, di komunikasikan ke seluruh kota-kota di Timur Tengah. Ketika
kekaisaran di Barat diserbu oleh bangsa Barbar, dan seluruh negeri yang
berada di bawahnya, mengambil kesempatan untk mengumumkan
kemerdekaan mereka, perdagangan tumbuh dengan cepat setelah
kemedekaan terjadi; dan segera pula di Italia, yang sebelumnya menjadi
ruang sidang dunia, menjadi pangkal perdagangan, dimana sisa-sisa
keruntuhan dari kekaisaran Timur di dekat Turki, yang kejeniusan dan
ketahanannya tidak pernah dimasuki oleh seni perdagangan, memberikan
kontribusi yang besar. Bisnis perdagangan, yang untuk setiap kota-kota
perdagangan di Eropa dihubungkan oleh orang-orang Lombardia, ikut pula
memeperkenalkan metode mereka dalam pencatatan rekening, melalui
penggunaan pencatatan berpasangan; yang kini dikenal dengan
pembukuan Italia.

Pembukuan Italia ini berkembang, seiring dengan perkembangan


perdagangan republik Italia dan penggunaan metode pembukuan pencatatan di
abad ke-14. Buku pencatatan berpasangan yang pertama kali dikenal adalah
pembukuan Massari dari Genoa, yang bertanggal sejak tahun 1340. Pembukuan
pencatatan berpasangan ini lebih dahulu berkembang sekitar dua ratus tahun dari
Pacioli. Raymond de Rover menggambarkan perkembangan awal dari akuntansi
di Italia sebagai berikut:

Pencapaian terbesar dari pedagang Italia, kira-kira berkisar sekitar antara


tahun 1250 dan 1400, adalah penggabungan dari berbagai elemen yang
heterogen ini ke dalam sebuah sistem pengklasifikasianyang terintegrasi
yang disebut sebagai rekening/perkiraan/akun (account) dan
dikembangkan dengan berdasarkan pada prinsip dari pencatatan ganda
untuk seluruh transaksi. Namun, kita hendaknya tidak berasumsi bahwa
mencatat pembukuan yang berimbang adalah menjadi sasaran utama dari
akuntansi abad pertengahan. Bahkan sebaliknya, setidaknya di Italia, para
pedagangnya di tahun 1400 telah mulai menggunakan akuntansi sebagai
salah satu alat pengendalian manajemen. Pastinya, mereka tidak semaju

5
seperti kita sekarang dan mereka bahkan sama sekali tidak menyadari akan
potensi-potensi yang dimiliki oleh pembukuan pencatatan berpasangan.
Namun bagaimanapun, mereka telah membuat suatu awal dengan
mengembangkan kerangka-kerangka dasar dari akuntansi biaya dengan
memperkenalkan pencadangan dan jenis-jenis penyesuaian lainnya, seperti
akrual dan hal-hal yang ditangguhkan, dan dengan memberika perhatian
kepada audit atas neraca. Hanya dalam analisis laporan keuangan, para
pedagang pada masa itu dapat membuat sedikit kemajuan.

Mungkin akan adil jika disebutkan di sini bahwa sebuah kerangka dasar dari
akuntansi pencatatan berpasangan juga ditemukan pada kebudayaan Inca kuno
pada tahun 1577.

2.1.2 Kontribusi Luca Pacioli


Nama Luca Pacioli, seorang pastur dari ordo Fransiskus, pada umumnya
diasosiasikan dengan pengenalan pembukuan pencatatan berpasangan untuk
pertama kalinya. Pada tahun 1494 ia menerbitkan bukunya, Summa de
Arithmetica Geometria, Proportioni et proportionalita yang didalamnya terdapat
dua buah bab- de Computis et Scripturis- yang menjelaskan pembukuan
pencatatan berpasangan. Risalahnya mencerminkan praktik-praktik yang berlaku
di Venesia pada masa itu. Yang kemudian dikenal sebagai “Metode Venesia” atau
“metode Italia”. Tujuan pembukuan itu sendiri adalah “untuk memberikan
informasi yang tidak tertunda kepada para pedagang mengenai keadaan aktiva dan
utang-utangya.” Debit (adebeo) dan kredit *(credito) digunakan dalam pencatatan
untuk memastikan sebuah pencatatan berpasangan. Ia berkata, “seluruh
pencatatan, harus berpasangan. Yaitu, jika anda membuat kreditor, maka anda
harus membuat seorang debitor.” Tiga buku digunakan di sini: sebuah
memorandum, sebuah jurnal, dan sebuah buku besar. Pencatatan-pencatatannya
cukup deskriptif. Pacioli menyarankan agar “tidak hanya nama dari pembeli atau
penjual saja yang dicatat, begitu pula deskripsi mengenai barangnya dengan berat,
ukuran atau hasil pengukuran, dan harganya, tetapi syarat pembayaran juga harus

6
ditampilkan” dan “kapan aja saja uang diterima atau dikeluarkan, pencatatan akan
menyajikan kenis mata uang yang dipergunakan dan nilai tukarnya...”.

2.1.3 Perkembangan pembukuan pencatatan berpasangan

“Metode Italia” ini menyebar keseluruh Eropa pada abad ke 16 dan 17 yang
selanjutnya menerima karakteristik-karakteristik dan perkembangan-
perkembangan baru untuk menjadi apa yang kita kenal sekarang sebagai model
pencatatan berpasangan yang telah mengalami evolusi dengan cara yang sangat
mirip dengan ilmu npengetahuan secara umum. Perkembangan tersebut meliputi:

1 Pada abad ke 16 terjadi beberapa perubahan di dalam teknik-teknik


pembukuan yakni diperkenalkannya jurnal-jurnal khusus untuk pencatatan
berbagai jenis transaksi yang berbada. Menurut opini yamey:
Hal ini meliputi penggunaan buku-buku tambahan khusus, misalnya,
Untuk mencatat transaksi kas, transaksi penagihan atau jenis-jenis
pengeluaran tertentu. Tujuannya adalah untuk menjaga agar detail
berada diluar jurnal dan buku besar, dengan maksud untuk tidak
membuatnya cepat penuh.
2 Pada abad ke-16 dan 17 terjadi evolusi pada praktik laporan keuangan
periodik. Serta pada abad ke-17 dan 18 terjadi evolusi pada personifikasi
dari seluruh akun dan transaksi, sebagai suatu usaha merasionalkan aturan
debit dan kredit yang digunakan pada akun-akun yang tidak pasti
hubungannya dan abstrak.
3 Penerapan dari system pencatatan berpasangan menurut peragallo:
Dalam siklus kedua, sepanjang tahun 1559 hingga 1795, telah muncul
suatu unsur baru- kritik atas pembukuan. Saat ini juga periode dimana
pencatatan berpasangan memperluas bidang pengaplikasiannya ke
jenis-jenis organisasi yang lain, seperti biara dan negara bagian.
4 Abad ke-17 juga mencatat terjadinya penggunaan akun-akun persediaan
yang terpisah untuk jenis barang yang berbeda. Menurut yamey:

7
berbagai akun barang digabungkan dengan akun barang-barang lain
dalam konsinyasi, barang didalam kemitraan (perusahaan), dan akun
dalam perjalanan mungkin dapat menjadi satu bagian yang besar
didalam buku besar. Dan akan tidak mungkin untuk mencari seuah
akun tunggal kolektif untuk penualan, di mana hasil dari seluruh
aktivitas pembelian dan penjualan untuk satu periode dikumpulkan
bersama, persiapan sebelum ditransfer ke akun laba rugi umum.
5 Dimulai dengan East India Company di abad ke-17 dan selanjutnya diikuti
perkembangan dari perusahaan tadi seiring dengan revolusi industry,
akuntansi mendapatkan status yang lebih baik, yang ditunjukkan dengan
adanya kebutuhan akan akuntansi biaya, dan kepercayaan yang diberikan
kepada konsep-konsep mengenai kelangsungan, periodisitas, dan akrual.
6 Pada abad ke-18 metode-metode untuk pencatatan aktiva tetap mengalami
evolusi.
7 Sampai awal abad ke-19, depresiasi untuk aktiva tetap hanya
diperhitungkan pada barang dagangan yang tidak terjual. Pada paruh
kedua abad ke-19, depresiasi pada industri rel kereta api dianggap tidak
dibutuhkan kecuali jika aktiva tetap tersebut dinilai memiliki kondisi yang
sudah tidak dapat dipergunakan lagi.
8 Akuntansi biaya muncul di abad ke-19 sebagai sebuah hasil dari revolusi
industry. Akuntansi biaya ini diawali oleh pabrik-pabrik tekstil abad ke-15.
D.R. Scott mencatat hasil berikut dari perkembangan pabrik dalam
bukunya, The Culture Significace of Accounts.
Catatan-catatan dari pabrik-pabrik tekstil dan perusahaan-perusahaan
manufaktur raksasa di abad ke-19 dipakai untuk mendukung kedua
hipotesis berikut ini :
a. Hipotesis pertama adalah meningkatnya penggunaan aktiva tetap
memicu perkembangan dari akuntansi biaya pada industry
b. Hipotesis kedua adalah bahwa perubahan pada bagaimana aktivitas
ekonomi diorganisasikan, dan bukan hanya untuk perubahan sementara

8
pada struktur biaya mereka, memicu perkembangan dari prosedur
akuntansi biaya internal pada abad ke-19.
9. Pada paruh terakhir dari abad ke-19 terjadi perkembangan pada tekhnik-
tekhnik akuntansi untuk pembayaran dibayar dimuka dan akrual, sebagai
cara untuk memungkinkan dilakukannya perhitungan dari laba periodik.
10. Akhir abad ke-19 dan ke-20 terjadi perkembangan pada laporan dana.
11. Di abad ke-20 terjadi perkembangan pada metode-metode akuntansi untuk
isu-isu kompleks, mulai dari perhitungan laba per saham, akuntansi untuk
perhitungan bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa jangka panjang dan
pensiun, sampai kepada masalah penting dari akuntansi sebagai produk
baru dari rekayasa keuangan (financial engineering).

2.2 PERKEMBANGAN PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DI AMERIKA


SERIKAT
Empat tahapan dari proses ini dapat diidentifikasikan. Pada tahap pertama
(1900-1933) manajemen memiliki kendali penuh atas pemilihan dari informasi
keuangan yang akan diungkapkan ke dalam laporan tahunan; pada tahap kedua
(1933-1959) dan tahap ketiga (1959-1973) badan-badan profesional memainkan
peranan yang signifikan dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi; dan pada
tahap keempat, yang berlangsung sampai sekarang, Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (Financial Accounting Standards Board-FASB) Amerika Serikat dan
berbagai kelompok yang berpengaruh lainnya sedang bergerak kearah politisasi
akuntansi.

2.2.1 Tahap kontribusi manajemen (1900-1933)

Pengaruh manajemen di dalam formulasi prinsip-prinsip akuntansi muncul


dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomi dominan yang
dimainkan oleh perusahaan-perusahaan industri setelah tahun 1900. Konsekuensi
dari adanya ketergantungan kepada inisiatif manajemen ini akan meliputi:

9
1 Jika melihat sifat pragmatis dari solusi yang diterapkan, maka kebanyakan
teknik-teknik akuntansi kurang memiliki dukungan teoritis
2 Fokusnya adalah menetukan laba kena pajak dan meminimalkan pajak
penghasilan
3 Teknik-teknik yang diadopsi dimotivasi oleh keinginan untuk meratakan
laba (earnings smooth)
4 Masalah-masalah yang kompleks dihindari dan solusi yang cepat diadopsi
5 Perusahan yang berbeda akan mengadopsi teknik-teknik akuntansi yang
berbeda untuk masalah yang sama

Situasi ini menimbulkan ketidakpuasan selama tahun 1920-an. Dua orang


khususnya, William Z. Ripley dan J.M.B Hoxley dengan terang-terangan
mendesak untuk melakukan perbaikan didalam standar untuk pelaporan keuangan.

Pemain utama pada masa itu adalah asosiasi akuntan profesional,


American Institute of Acoountants (AIA), yang pada tahun 1917 menetapkan
suatu Dewan Pemeriksa (Board of Examiners) untuk membuat suatu ujian CPA
yang seragam, dan Bursa Efek New York (New York Stock Exchange – NYSE),
yang sejak tahun 1900 mensyaratkan seluruh perusahaan yang masuk bursa saham
untuk menerbitkan laporan keuangan tahunan. Memorandum diskusi FASB
mengenai “Akuntansi untuk Biaya Bunga” melihat kembali latar belakang dari
kontroversi “bunga sebagai biaya”:

Mendekati akhir abad ke-19, isu mengenai akuntansi untuk bunga muncul
sebagai bagian dari sebuah kepentingan yang lebih besar seiring dengan
pengembangan biaya produk yang realitas yang akan digunakan sebagai
basis untuk menetapkan harga jual dan pengukuran efisiensi proses
manufaktur. Meningkatnya kompleksitas dari bisnis, meningkatnya
ketergantungan kepada mesin dan adanya konsekueni kebutuhan intuk
menginvestasikan modal dalam jumlah besar selama jangka waktu yang
cukup panjang, meningkatnya jumlah biaya overhead dengan sangat besar.

10
Diperhitungkannya biaya overhead di dalam harga pokok produk menjadi
sebuah isu akuntansi utama.

Perselisihan mengenai akuntansi untuk biaya bunga kemudian dilihat lebih


jauh oleh Previts dan Merino sebagai konflik antara teori entitas (entity theory)
dan teori Pemilik (proprietary theory).

Kejadian penting lain di masa itu adalah meningkatnya dampak dari teori
akuntansi terhadap perpajakan atas laba usaha. Meskipun Undang-undang
pendapatan tahun 1913 telah memberikan dasar kalkulasi laba kena pajak dengan
dasar penerimaan dan pengeluaran kas, Undang-undang tahun 1918 adalah yang
pertama mengakui peranan dari prosedur akuntansi di dalam penentuan laba kena
pajak.

2.2.2 Tahap kontribusi institusi (1933-1959)

Tahap ini ditandai dengan adanya pembuatan dan peningkatan peranan


institusi didalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi. Hal ini meliputi
pendirian securities and exchange commission (SEC): persetujuan atas “prinsip-
prinsip umum” oleh AIA; dan peran baru yang dimainkan oleh Komite Prosedur
Akuntansi (committee on accounting procedures-CAP). Masing-masing ditinjau
di bawah ini.

1 Pada tahun 1934, kongres menciptakan SEC dengan tugas untuk


mengelola beragam hukum-hukum investasi federal, termasuk undang-
undang sekuritas pada tahun 1933 yang mengatur penerbitan sekuritas
dipasar-pasar antarnegara bagian dan undang-undang sekuritas 1934 yang
mengatur perdagangan sekuritas.
Untuk memperjelas, pada tanggal 25 April 1938 SEC mengirimkan sebuah
pesan yang tegas bahwa kecuali jika profesi dapat menetapkan suatu badan
yang menetapkan standar, maka SEC akan menggunakan mandat yang ia
miliki dan mengembangkan prinsip-prinsip akuntansi.
2 Setelah publikasi yang dilakukan oleh Ripley di dalam satu artikel yang
mengkritik teknik-teknik pelaporan sebagai sesuatu yang memperdayakan,

11
George O. May, kebangsaan Inggris, mengusulkan agar Institut Akuntan
Publik Bersertifikat Amerika (American Institude of Certified Public
Accountant-AICPA) memulai sebuah kerja sama dengan bursa efek.
Sebagai akibatnya komite khusus dari AICPA melalui kerja sama dengan
Bursa Efek menyarankan solusi umum kepada komite NYSE.
sebagai tambahan, komite mengusulkan percobaan resminya yang pertama
untuk mengembagkan teknik-teknik akuntansi yang berlaku umum.
Dikenal sebagai “Prinsip-prinsip umum” (board principles) dari May,
yang meliputi hal-hal berikut:
a. Bahwa akun-akun pendapatan seharusnya tidak termasuk laba yang
belum direalisasi, dan pengeluaran-pengeluaran rutin yang dapat
dibebankan kepada laba seharusnya tidak dicatatkan pembebanannya
terhadap laba yang belum direalisasi
b. Surplus modal (tambahan modal disetor) hendaknya tidak dibebankan
dengan jumlah yang umumnya dapat dibebankan kepada laba
c. Bahwa surplus yang dihasilkan (atau laba ditahan) dari suatu anak
perusahan yang dibuat sebelum terjadinya akuisisi adalah bukan
menjadi bagian dari surplus keuntungan konsolidasi dari induk
perusahaan
d. Bahwa dividen dari saham diperoleh kembali (treasury stock) tidak
dapat dikreditkan ke laba perusahaan
e. Bahwa jumlah piutang dari para pejabat, karyawan, dan perusahaan-
perusahaan afiliasi hendaknya disajikan secara terpisah
3. Setelah diterbitkannya ASR, No 4 oleh SEC, yang menantang profesi
akuntan untuk memberikan “dukungan substansial dari yang berwenang”
bagi prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, dan meningkatnya kecaman
dari asosiasi akuntansi amerika dan para anggotanya yang baru saja
dibentuk, institut selanjutnya ditahun 1938 memutuskan memberikan
kuasa kepada komite prosedur akuntansi untuk mengumumkan
keputusannya.

12
2.2.3 Tahap konstribusi professional (1959-1973)

Suatu komite khusus atas program riset yang dibuat ditahun 1957 dan 1958
mengusulkan untuk melakukan pembubaran CAP dan departemen risetnya.
AICPA menerima rekomendasi dari komite dan mendirikan ditahun 1959, Dewan
Prinsip Akuntansi (Accounting Research Division) dengan misi untuk memajukan
pernyataan tertulis dari apa yang dinyatakan sebagai prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

APB juga menerbitkan berbagai opini yang menangani isu-isu kontroversial,


mencapai sejumlah 31 opini antara tahun 1959-1973. Asosiasi Akuntansi Amerika
juga ikut berpartisipasi di dalam proses ini melalui beberapa studi riset dan
percobaan untuk mengembangkan suatu pernyataan yang terintegrasi dari teori
akuntansi dasar. Usaha-usaha yang dilakukan tidak selalu berhasil. APB sendiri
ditentang dan dikritik untuk:

 Opini yang terbatas, kontroversial atau ad hoc, termasuk APB 8 mengenai


akuntansi pensiun, APB 11 mengenai alokasi pajak penghasilan, serta
APB 2 dan 4 mengenai kredit investasi; dan
 Kegagalannya untuk memecahkan masalah mengenai akuntansi bagi
kombinasi bisnis dan goodwill.

2.2.4 Tahap politisasi (1973-sekarang)

Keterbatasan yang dimiliki oleh baik asosiasi professional maupun


manajemen didalam memformulasikan suatu teori akuntansi telah mengarah
kepada pengadopsian suatu pendekatan yang lebih deduktif sekaligus melakukan
politisasi atas proses penetapan standarnya - sebuah situasi yang diciptakan oleh
pandangan yang berlaku umum bahwa angka-angka akuntansi memengaruhi
perilaku berekonomi dan, sebagai konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi
hendaknya dibuat didalam arena politik.

Hal yang dilakukan oleh FASB mendapatkan nilai yang lebih baik:

13
 Pertama, dengan adanya usaha untuk mengembangkan suatu kerangka
kerja teoritis atau kesepakatan dalam akuntansi
 Kedua, dengan lahirnya berbagai kelompok yang berkepentingan, yang
kontribusinya diperlukan bagi penerimaan “umum” atas standar baru.

2.3 AKUNTANSI DAN KAPITALISME

Akuntansi dan kapitalisme saling dikaitkan oleh beberapa sejarawan


ekonomi dengan adanya klaim umum bahwa pembukuan pencatatan berpasangan
adalah suatu hal yang vital didalam perkembangan dan evolusi dari kapitalisme.
Max Weber menekankan argumentasi sebagai berikut:

Organisasi modern yang rasional dari perusahaan kapitalistis tidak akan


mungkin terjadi tanpa adanya dua faktor penting di dalam
perkembangannya; pemisahan bisnis dari rumah tangga... dan, berkaitan
erat dengannya, pembukuan yang rasional.

Hubungan antara akuntansi dan kapitalisme ini selanjutnya dikenal sebagai


tesis atau argument sombart. Ia mengemukakan bahwa transformasi aktiva
menjadi nilai-nilai abstrak dan ekspresi kuantitatif dari aktivitas bisnis, dan
akuntansi yang sistematis dalam bentuk pembukuan pencatatan berpasangan
membuat adanya kemungkinan untuk seorang wirausahawan yang kapitalis untuk
merencanakan, melakukan, dan mengukur dampak dari aktivitas yang ia lakukan
serta melakukan pemisahan dari pemilik dan bisnis itu sendiri, sehingga
memungkinkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan. Empat alasan berikut ini
umumnya muncul untuk menjelaskan peranan dari pencatatan berpasangan
didalam ekspansi ekonomi setelah berakhirnya abad pertengahan:

1. Pencatatan berpasangan memberikan konstribusi bagi munculnya satu


sikap baru atas kehidupan ekonomi.
2. Semangat baru melakukan akuisisi ini didukung dan didorong oleh adanya
perbaikan dari perhitungan-perhitungan ekonomis.

14
3. Rasionalisme baru ini kian ditingkatkan lagi dengan adanya organisasi
yang sistematis.
4. Pembukuan pencatatan berpasangan mengizinkan adanya pemisahan atas
kepemilikan dan manajemen dan karenanya meningkatkan pertumbuhan
dari perusahaan besar dengan saham gabungan.

Mengenai apakah pencatatan berpasangan menjadi suatu bagian yang tidak


terpisahkan dari keberhasilan perusahaan komersial adalah suatu hal yang tidak
mudah untuk dipastikan. Bukti historis yang diberikan oleh Yamey
mengindikasikan bahwa para usahawan di abad ke-16 sampai dengan abad ke-18
tidak pernah menggunakan pembukuan dengan pencatatan berpasangan untuk
melacak laba dan modalnya, namun hanya menggunakannya unuk mencatat suatu
transaksi.
Perbedaan pandangan yang terjadi di antara Sombart dan Yamey pada
dasarnya terdapat pada “interpretasi atas pentingnya teknik-teknik awal
pencatatan berpasangan dan penggunaannya.”

2.4 RELEVANSI SEJARAH AKUNTANSI

Sejarah akuntansi dapat dinarasikan oleh episode-episode yang saling


berhubungan dengan suatu cara tertentu, spesifik, dan non-analitis, “dengan uraian
mengenai teori keilmuan, pekerjaan individu yang unik, sistem nilai mereka dan
kritik yang diberikan pada pekerjaan pekerjaan yang berhubungan, atau
interpretasional dengan memberikan penjelasan dari episode-episode tersebut.
Sebuah definisi yang baik dari sejarah akuntansi adalah sebagai berikut:

Sejarah akuntansi adalah studi atas evolusi yang terjadi pada pemikiran,
praktik-praktik dan institusi akuntansi sebagai respons dari perubahan-
perubahan lingkungan dan kebutuhan soaial. Hal ini juga memperhitungkan
dampak yang ditimbulkan oleh evolusi tersebut pada lingkungan

Satu pemikiran yang bagus akan relevansi dari sejarah akuntansi terhadap
pedagogi diuraikan dibawah ini:

15
Pertama, suatu profesi yang didasarkan pada tradisi yang dikembangkan
selama berabad-abad seharusnya mendidik para anggotanya untuk lebih
menghargai warisan intelektual yang mereka miliki. Kedua, adanya impor
keunggulan-keunggulan pemikiran, konstribusi-konstribusi besar pada
literature, dan studi-studi positif yang penting mungkin saja akan hilang,
terfragmentasi, atau dipelajari secara tidak sempurna didalam jangka waktu
yang lebih panjang kecuali jika mereka telah didokumentasikan dan
digabungkan oleh orang-orang terpelajar yang memiliki keahlian sejarah.
Ketiga, tanpa memiliki akses kepada analisis dan interpretasi dari sejarah
perkembangan pemikiran dan praktik akuntansi, para empiris saat ini akan
beresiko mendasarkan investigasi yang mereka lakukan pada klaim-klaim
atas masa lalu yang tidak lengkap atau tidak berdasar.

Dalam kaitannya dengan perspektif kebijakan, sejarah akuntansi melakukan


peran yang instrumental dalam memberikan pemahaman yang lebih baik atas
permasalahan-permasalahan akuntansi dan konteks institusionalnya, sekaligus
juga dalam formulasi kebijakan umum.

2.5 ISU-ISU AKUNTANSI INTERNASIONAL

2.5.1 Definisi Akuntansi internasional

Weirich dan beberapa penulis lain memberikan klasifikasi yang bermanfaat


atas definisi-definisi ini, dengan pengidentifikasian tiga konsep utama yang
mereka lakukan:

1. Akuntansi untuk induk perusahaan – anak perusahaan diluar negeri atau


akuntansi untuk anak perusahaan
2. Akuntansi komparatif atau internasional
3. Akuntansi universal atau dunia.

Konsep dari akuntansi universal atau dunia adalah yang paling luas ruang
lingkupnya. Konsep ini mengarahkan akuntansi internasional menuju formulasi

16
dan studi atas satu kumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara
universal. Tujuannya adalah untuk mendapatkan satu standardisasi lengkap atas
prinsip-prinsip akuntansi secara internasional. Definisi yang diterapkan oleh
Weirich dan kawan-kawan adalah sebagai berikut:

Area Aspek-aspek Prinsipal

Biografi Pengaruh dari individu-individu kunci atas konsep-


konsep, praktik, dan institusi akuntansi

Sejarah institusioanal Tradisi dari profesi dan organisasi akuntansi.

Mempertimbangkan pengaruh dari lingkungan sosial,


ekonomi, dan politik; sumber data bagi riset yang
bersifat menjelaskan di subjek-subjek sejarah
akuntansi yang lainnya.

Pengembangan pemikiran Menegaskan dan mengembangkan dasar-dasar


konseptual serta individu-individu dan institusi yang
berkaitan dengannya. Pengembangan model-model
konseptual dan jejak; dampak dari sekumpulan
pemikiran atas praktik dan disiplin serta institusi
lainnya.

Sejarah umum Perspeksif makro dari perkembangan akuntansi,


penekanan tradisional dan/atau nasional;
pengembangan area-area tertentu (misalnya akuntansi
biaya).

Sejarah penting Menerapkan sebuah perspektif yang


kecenderungannya mengarah kepada kritik atas
peranan dari faktor sejarah di dalam konteks konflik
sosial, politik, ekonomi, dan interaksi institusional.

Basis data taksonomi dan Sumber dari informasi utama; dukungan bagi riset
bibilografi sejarah dan kontemporer

17
historiografi Struktur dari riset sejarah; evaluasi atas riset sejarah
akuntansi; perspektif dari metode-metode
pelaksanaan dan penginterpretasian riset sejarah
akuntansi.

Konsep dari akuntansi komparatif atau akuntansi internasional


mengarahkan akuntansi internasional kepada studi dan pemahaman atas
perbedaan-perbedaan nasional di dalam akuntansi. Hal ini meliputi:

a. Kesadaran akan adanya keragaman internasional didalam akuntansi


perusahaan dan praktik-praktik pelaporan
b. Pemahaman akan prinsip-prinsip dan praktik-praktik akuntansi dari
masing-masing Negara
c. Kemampuan untuk menilai dampak dari beragamnya praktik-praktik
akuntansi pada pelaporan keuangan

Terdapat knsensus umum di dalam literatur akuntansi bahwa istilah


“akuntansi internasional” akan mengacu kepada prinsip-prinsip akuntansi
komparatif. Definisinya adalah :

Akuntansi internasional. Konsep utama kedua dari istilah “akuntansi


internasional” mencakup dua pendekatan deskriptif dan informative.
Menurut konsep ini, akuntansi internasional meliputi seluruh jenis prinsip,
metode dan standar akuntansi yang dimiliki oleh semua Negara. Konsep
ini meliputi sekumpulan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
yang dibuat untuk setiap negara, sehingga mengharuskan akuntan
memiliki pengertian multiprinsipal ketika mempelajari akuntansi
internasional

Konsep dari akuntansi induk perusahaan-anak perusahaan di luar negeri,


atau akuntansi untuk anak perusahaan di luar negeri, adalah konsep dengan ruang
lingkup yang paling tua dan sempit. Konsep ini memperkecil akuntansi
internasional ke dalam proses pengonsolidasian akun-akun dari induk perusahaan

18
dan anak-anak perusahaannya serta mentranslasikan mata uang asing ke dalam
mata uang lokal. Definisinya adalah:

Akuntansi untuk anak perusahaan diluar negeri. Konsep utama ketiga yang
dapat diterapkan pada akuntansi internasional mengacu kepada praktik-
praktik akuntansi dari sebuah induk perusahaan dan anak perusahaan
diluar negeri: suatu referensi kenegara atau domisili tertentu dibutuhkan
didalam konsep pelaporan keuangan internal yang efektif. Para akuntan
khususnya berkepentingan dalam translasi dan penyesuaian pada laporan
keuangan anak perusahaan. Munculnya masalah perbedaan akuntansi dan
perbedaan prinsip akuntansi yang harus diikuti akan bergantung kepada
negara mana yang digunakan sebagai referensi untuk tujuan translasi dan
penyesuaian.

Munculnya paradigma baru di dalam akuntansi internasional memperluas


kerangka kerja pemikiran untuk memasukkan ide-ide baru dari akuntansi
internasional. Sebagai akibatnya, terbit daftar yang sangat panjang akan konsep-
konsep dan teori-teori akuntansi yang dibuat oleh Amenkhienan untuk
memasukkan hal-hal berikut ini.

1. Teori universal atau dunia :


Suatu konsep universal yang sedang dikembangkan oleh kaum pragmatis
yang percaya bahwa pemecahan dari permasalahan-permasalahan yang
terjadi dalam pelaporan secara internal berada pada keseragaman
akuntansi diseluruh dunia.
2. Teori multinasional :
Suatu konsep multinasional yang menyarankan agar akuntansi
internasional mencakup seluruh jenis prinsip-prinsip yang berbeda, standar,
dan praktik-praktik dari seluruh Negara.
3. Teori komparatif :

19
Suatu konsep komparatif yang menyarankan adanya klasifikasi analitikal
atas sistem-sistem akuntansi tiap negara, seperti yang telah dilakukan di
ilmu-ilmu social lainnya seperti ilmu ekonomi, politik dan hokum
4. Teori transaksi-transaksi internasional
Suatu konsep internasional yang dibangun disekitar informasi akuntansi
yang dibutuhkan di dalam keputusan-keputusan perdagangan internasional
dan investasi internasional
5. Teori translasi :
Suatu konsep translasi yang digunakan sebagai ciri-ciri pada akuntansi
untuk induk perusahaan dan anak perusahaan diluar negeri.

Literatur dari akuntansi komparatif meliputi berbagai percobaan yang telah


dilakukan untuk mengklasifikasikan pola-pola akuntansi yang terdapat di dalam
dunia akuntansi diberbagai sejarah “zona pengaruh akuntansi” yang berbeda.
Merupakan hal yang berlaku umum di dalam akuntansi internasional bahwa
sasaran, standar, kebijakan dan teknik akuntansi merupakan cerminan dari suasana
lingkungan tertentu dari badan yang berwenang untuk menetapkan standar.
Kondisi-kondisi lingkungan dapat dipastikan akan memberikan dampak kepada
penentuan dari standar akuntansi yang mencakup hal-hal berikut:

1. Relativisme cultural (cultural relativism), dimana konsep-konsep


akuntansi di satu negara tertentu adalah sama uniknya dengan ciri-ciri
kebudayaan yang lainnya.
2. Relativisme linguistik (linguistic relativism), dimana akuntansi sebagai
suatu bahasa dengan sifat leksikal dan tata bahasanya akan mempengaruhi
perilaku linguistik dan nonlinguistik dari para penggunanya.
3. Relativisme politik dan sipil (political and civil relativism), di mana
konsep-konsep akuntansi di setiap negara manapun akan bergantung
kepada konteks politik dan sipil dari negara tersebut.
4. Relativisme ekonomi dan demografis (economic and demographic
relativism), dimana konsep-konsep akuntansi disetiap negara manapun

20
akan bergantung kepada konteks ekonomi dan demografis dari Negara
tersebut.
5. Relativisme hukum dan perpajakan (legal and tax relativism), dimana
konsep-konsep akuntansi di setiap negara manapun akan bergantung
kepada dasar hokum dan perpajakan dari Negara tersebut.

2.5.2 Harmonisasi standar akuntansi


Arti harmonisasi standar akuntansi
Harmonisasi sejak lama keliru diasosiasikan dengan standardisasi secara
penuh. Ini sebenarnya berbeda dari standardisasi. Wilson menyajikan pembedaan
yang bermanfaat berikut ini :

Istilah harmonisasi sebagai kebalikan dari standardisasi memiliki arti


sebuah rekonsiliasi atas berbagai sudut pandang yang berbeda. Istilah ini
lebih bersifat sebagai pendekatan praktis dan mendamaikan daripada
standardisasi, terutama jika standardisasi berarti prosedur-prosedur yang
dimiliki oleh satu Negara hendaknya ditarapkan oleh suatu Negara yang
lain. Harmonisasi menadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan
komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat diartikan dan
dipahami secara internasional.

Harmonisasi terdiri atas pemahaman idiosyncracies nasional dan mencoba


untuk merekonsiliasikannya dengan sasaran-sasaran negara lain sebagai suatu
langkah pertama. Langkah kedua adalah memperbaiki atau mengoreksi beberapa
dari halangan tersebut, agar dapat tercapai tingkat harmonisasi yang dapat
diterima.

Manfaat dari harmonisasi


Terdapat bermacam-macam keuntungan dari harmonisasi. Pertama, bagi
banyak Negara, belum terdapat suatu standar kodifikasi akuntansi dan audit yang
memadai. Standar yang diakui secara internasional tidak hanya akan mengurangi

21
biaya penyiapan untuk negara-negara tersebut melainkan juga memungkinkan
mereka untuk dengan seketika menjadi bagian dari arus utama standar akuntansi
yang berlaku secara internasional.
Kedua, internasionalisasi yang berkembang dari perekonomian dunia dan
meningkatnya saling ketergantungan dari Negara-negara didalam kaitannya
dengan perdagangan dan arus investasi internasional adalah argumentasi yang
utama dari adanya suatu bentuk standar akuntansi dan audit yang berlaku secara
internasional. Internasionalisasi semacam itu juga akan memfasilitasi transaksi-
transaksi internasional, penetapan harga dan keputusan-keputusan alokasi sumber
daya, dan dapat menjadikan pasar uang internasional menjadi lebih efisien.
Ketiga, adanya kebutuhan dari perusahan-perusahaan untuk memperolah
modal dari luar, mengingat tidak cukupnya jumlah laba ditahan untuk mendanai
proyek-proyek dan pinjaman-pinjaman luar negeri yang tersedia, telah
meningkatkan kebutuhan akan harmonisasi akuntansi. Sebagai akibatnya, para
pemasok modal, di dalam dan di luar negeri cenderung untuk mengandalkan diri
pada laporan keuangan untuk mengambil keputusan-keputusan investasi dan
pinjaman yang terbaik, dan cenderung untuk menunjukkan pilihannya pada
pelaporan yang dapat diperbandingkan.

Batasan pada harmonisasi


Tren yang sedang berlangsung tampaknya mengindikasikan hanya terdapat
sedikit kemungkinan untuk dapat mencapai harmonisasi internasional.
Argumentasi berikut ini pada umumnya dikemukakan untuk membenarkan sikap
pesimistis ini. Pertama, pemungutan pajak bagi semua Negara adalah satu sumber
permintaan yang terbesar akan adanya jasa-jasa akuntansi. Karena sistem
pemungutan pajak berbeda-beda secara internasional, dengan mudah dapat
diperkirakan bahwa ia akan mengarah kepada perbedaan di dalam prinsip-prinsip
dan sistem akuntansi yang digunakan secara internasional.
Kedua, kebijakan-kebijakan akuntansi hampir slalu dibuat untuk mencapai
sasaran politik ataupun ekonomi yang kompatibel dengan sistem perekonomian

22
atau politik yang menyertainya disuatu negara tertentu. Karena hanya terdapat
sedikit harapan untuk memiliki satu sistem politik atau ekonomi tunggal secara
internasional, dapat diperkirakan bahwa perbedaan-perbedaan yang terjadi di
dalam sistem politik dan ekonomi akan terus menjadi halangan bagi harmonisasi
akuntansi nasional.
Ketiga, beberapa rintangan bagi harmonisasi internasional itu diciptakan
oleh para akuntan sendiri melalui persyaratan lisensi nasional yang ketat. Satu
contoh ekstrem terjadi pada tahun 1976 ketika profesi Prancis meminta para
akuntan asing yang berpraktik di Prancis untuk mengikuti sebuah ujian lisan.
Sebagai akibat dari pengalaman orang-orang Prancis tadi, EEC menjadi ikut
terlibat dengan kualifikasi dari para auditor. Versi yang diterbitkan pertama kali
dari draf pemerintah kedelapan (eighth directive) telah menimbulkan beberapa
kendala mengenai kemampuan para akuntan asing untuk melakukan praktiknya di
negara-negara anggota EEC.

23
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Evolusi historis dari akuntansi akan memberikan petunjuk dan penjelasan
mengenai sebagian besar kejadian-kejadian penting yang membentuk kemunculan
dari pembukuan pencatatan berpasangan dan perkembangan dari akuntansi
modern. Hal ini meningkatkan kemampuan orang yang berminat terhadap disiplin
ilmu akuntansi dalam membuat pertimbangan dengan dasar yang lebih luas dan
berdasarkan informasi. Di samping itu akan memungkinkan kita untuk
menghubungkan masa lalu dengan aoa yang telah dipraktikkan dan apa yang
seharusnya dipraktikkan, atau dengan kata lain mata rantai antara kondisi historis
dan kedua kondisi positif dan normatifnya, sebuah mata rantai yang mendukung
pandangan dari sejarah sebagai suatu produk kultural yang diperoleh dari konteks
penuh lingkungan sosial, politik, ekonomi, dan temporal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2006, Accounting Theory : Teori Akuntansi. Edisi Kelima.
Jakarta: Salemba Empat

25

Anda mungkin juga menyukai