Anda di halaman 1dari 4

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

CONTINUING MEDICAL EDUCATION


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi PB IDI–3 SKP

Penatalaksanaan Kejang Demam


Rifqi Fadly Arief
Dokter umum di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih,
Jakarta Pusat, Indonesia

ABSTRAK
Kejang demam merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi pada anak. Diagnosis kejang demam harus dibedakan dari epilepsi.
Kejang demam diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks. Pemeriksaan dan tatalaksana harus
dilakukan secara komprehensif, mulai dari pemberian obat antikejang, demam, rumatan, dan edukasi kepada orang tua, termasuk mengenai
penanganan pertama kejang demam pada anak.

Kata kunci: Antikonvulsan, antipiretik, edukasi, kejang demam pada anak, obat rumatan

ABSTRACT
Febrile seizure is one of the commonest illness affecting children. Diagnosis of febrile seizure should be differentiated from epilepsy.
Febrile seizure is classified into simple febrile seizure and complex febrile seizure. The examination and management should be done
comprehensively; started from anticonvulsant therapy, antipyretic, maintenance, and parents’ education including the first treatment of
febrile seizures in children. Rifqy Fadli Arief. Management of Febrile Seizures.

Keywords: Anticonvulsant, antipyretic, education, febrile seizure in children, maintenance drugs

PENDAHULUAN sebagai pemicu kejang epilepsi, (3) kejang demam dari Ikatan Dokter Anak Indonesia/
Temperatur tubuh normal adalah antara disebabkan infeksi sistem saraf pusat atau IDAI, kejang demam adalah bangkitan kejang
36,0–37,7°C di axilla. Peningkatan temperatur gangguan elektrolit akibat dehidrasi.1,2 yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
tubuh ini diinduksi oleh pusat termoregulator (suhu rektal di atas 380C) yang disebabkan
di hipotalamus sebagai respons terhadap Anak yang pernah mengalami kejang tanpa oleh suatu proses ekstrakranium.3
perubahan tertentu. Demam didefinisikan demam, kemudian kejang saat demam, tidak
sebagai peningkatan suhu tubuh menjadi memenuhi kriteria kejang demam. Bila anak KLASIFIKASI
>38,0°C. berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 Kejang demam terbagi menjadi dua, yakni
tahun mengalami kejang didahului demam, kejang demam sederhana dan kejang
Kejang demam merupakan kejang yang kemungkinan lain harus dipertimbangkan, demam kompleks.2
terjadi karena rangsangan demam, tanpa misalnya infeksi SSP/Sistem Saraf Pusat, atau
adanya proses infeksi intrakranial; terjadi pada epilepsi yang kebetulan terjadi bersama Kejang demam sederhana berlangsung
sekitar 2-4% anak berusia 3 bulan sampai 5 dengan demam. singkat (kurang dari 15 menit), tonik-klonik.
tahun.1 dan terjadi kurang dari 24 jam, tanpa
DEFINISI gambaran fokal dan pulih dengan spontan.
Sebagian besar kejang demam merupakan Berdasarkan International League Against Kejang demam sederhana merupakan 80%
kejang demam sederhana, tidak menyebab­ Epilepsy (ILAE), kejang demam merupakan di antara seluruh kejang demam. Kejang
kan menurunnya IQ, epilepsi, dan kematian. kejang selama masa kanak-kanak setelah demam kompleks biasanya menunjukkan
Kejang demam dapat berulang yang kadang usia 1 bulan, yang berhubungan dengan gambaran kejang fokal atau parsial satu sisi
menimbulkan ketakutan dan kecemasan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi atau kejang umum yang didahului kejang
pada keluarga. Saat pasien datang dengan sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang parsial. Durasinya lebih dari 15 menit dan
kejang disertai demam, dipikirkan tiga neonatus dan tidak berhubungan dengan berulang atau lebih dari 1 kali kejang selama
kemungkinan, yaitu: (1) kejang demam, (2) kejang simptomatik lainnya.2 Definisi ber­ 24 jam. Kejang lama adalah kejang yang
pasien epilepsi terkontrol dengan demam dasarkan konsensus tatalaksana kejang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang

Alamat korespondensi email: dr.rifqi@yahoo.com

658 CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

berulang lebih dari 2 kali, dan di antara ergic, peningkatan eksitabilitas neuronal ini PEMERIKSAAN DAN OBSERVASI
bangkitan kejang kondisi anak tidak sadar­ yang menimbulkan kejang.7 Pada kejang demam sederhana, anak <18
kan diri. Kejang lama terjadi pada sekitar 8% bulan sangat disarankan untuk dilakukan
kejang demam. Kejang fokal adalah kejang PEMERIKSAAN PENUNJANG3,5 observasi dan pemeriksaan lebih lanjut se­
parsial satu sisi, atau kejang umum yang a. Pemeriksaan Laboratorium perti pungsi lumbal, sedangkan pada anak
didahului kejang parsial. Kejang berulang Pemeriksaan laboratorium tidak rutin pada >18 bulan tidak harus observasi di rumah
adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, kejang demam, dapat untuk mengevaluasi sakit jika kondisi stabil, keluarga perlu di­
di antara 2 bangkitan anak sadar. Kejang sumber infeksi penyebab demam, atau beritahu jika terjadi kejang berulang maka
berulang terjadi pada 16% kejang demam.3-5 keadaan lain misalnya gastroenteritis harus di­bawa ke rumah sakit. Pada kejang
dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan demam sederhana, pemeriksaan darah rutin,
EPIDEMIOLOGI laboratorium antara lain pemeriksaan darah elek­troensefalografi, dan neuroimaging tidak
Kejang demam merupakan jenis kejang perifer, elektrolit, dan gula darah. selalu dilakukan. Pemeriksaan pungsi lumbal
yang paling sering, biasanya merupakan dilakukan pada pasien umur <18 bulan,
kejadian tunggal dan tidak berbahaya. b. Pungsi Lumbal dengan meningeal sign serta pasien dengan
Berdasarkan studi populasi, angka kejadian Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan kecurigaan infeksi SSP.
kejang demam di Amerika Serikat dan Eropa untuk menegakkan atau menyingkirkan
2–7%, sedangkan di Jepang 9–10%. Dua kemungkinan meningitis. Risiko meningitis Pada kejang demam kompleks, pemeriksaan
puluh satu persen kejang demam durasinya bakterialis adalah 0,6–6,7%. Pada bayi, sering difokuskan untuk mencari etiologi
kurang dari 1 jam, 57% terjadi antara 1-24 jam sulit menegakkan atau menyingkirkan demam. Semua kejang demam kompleks
berlangsungnya demam, dan 22% lebih dari diagnosis meningitis karena manifestasi membutuhkan observasi lebih lanjut di
24 jam.2 Sekitar 30% pasien akan mengalami klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi rumah sakit.8,9 Pungsi lumbal serta beberapa
kejang demam berulang dan kemudian me­ lumbal dianjurkan pada: tindakan seperti elektroensefalografi dan CT
ningkat menjadi 50% jika kejang pertama 1. Bayi kurang dari 12 bulan – sangat scan mungkin diperlukan.3
terjadi usia kurang dari 1 tahun. Sejumlah dianjurkan
9–35% kejang demam pertama kali adalah 2. Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan PENATALAKSANAAN
kompleks, 25% kejang demam kompleks 3. Bayi >18 bulan – tidak rutin Penatalaksanaan Saat Kejang3-5
tersebut berkembang ke arah epilepsi.2,6 Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak Pada kebanyakan kasus, biasanya kejang
perlu dilakukan pungsi lumbal. demam berlangsung singkat dan saat pasien
MEKANISME KEJANG DEMAM datang kejang sudah berhenti. Bila datang
Peningkatan temperatur dalam otak c. Elektroensefalografi dalam keadaan kejang, obat yang paling
berpengaruh terhadap perubahan letupan Pemeriksaan elektroensefalografi (electro­ cepat  menghentikan kejang adalah
aktivitas neuronal. Perubahan temperatur encephalography/EEG) tidak direkomendasi­ diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB,
tersebut menghasilkan sitokin yang kan karena tidak dapat memprediksi dengan cara pemberian secara perlahan
merupakan pirogen endogen, jumlah berulangnya kejang atau memperkirakan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam
sitokin akan meningkat seiring kejadian kemungkinan epilepsi pada pasien kejang 3-5 menit, dan dosis maksimal yang dapat
demam dan respons inflamasi akut. Respons demam. Pemeriksaan EEG masih dapat di­ diberikan adalah 20 mg.
terhadap demam biasanya dihubungkan lakukan pada keadaan kejang demam yang
dengan interleukin-1 (IL-1) yang merupakan tidak khas, misalnya pada kejang demam Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh
pirogen endogen atau lipopolisakarida (LPS) kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, orang tua atau jika kejang terjadi di rumah
dinding bakteri gram negatif sebagai pirogen atau kejang demam fokal. adalah diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB,
eksogen. LPS menstimulus makrofag yang atau diazepam rektal 5 mg untuk anak
akan memproduksi pro- dan anti-inflamasi d. Pencitraan dengan berat badan kurang dari 10 kg dan
sitokin tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), MRI diketahui memiliki sensitivitas dan diazepam rektal 10 mg untuk berat badan
IL-6, interleukin-1 receptor antagonist (IL- spesifisitas yang lebih tinggi dibandingkan lebih dari 10 kg. Jika anak di bawah usia 3
1ra), dan prostaglandin E2 (PGE2). Reaksi CT scan, namun belum tersedia secara luas tahun dapat diberi diazepam rektal 5 mg
sitokin ini mungkin melalui sel endotelial di unit gawat darurat. CT scan dan MRI dapat dan untuk anak di atas usia 3 tahun diberi
circumventricular akan menstimulus enzim mendeteksi perubahan fokal yang terjadi baik diazepam rektal 7,5 mg. Jika kejang belum
cyclooxygenase-2 (COX-2) yang akan meng­ yang bersifat sementara maupun kejang fokal berhenti, dapat diulang dengan cara dan
katalis konversi asam arakidonat menjadi sekunder. Foto X-ray kepala dan pencitraan dosis yang sama dengan interval 5 menit.
PGE2 yang kemudian menstimulus pusat seperti Computed Tomography scan (CT-scan) Jika setelah 2 kali pemberian diazepam rektal
termoregulasi di hipotalamus, sehingga ter­ atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak masih tetap kejang, dianjurkan untuk di­bawa
jadi kenaikan suhu tubuh. Demam juga akan rutin dan hanya atas indikasi seperti: ke rumah sakit.
meningkatkan sintesis sitokin di hipokampus. 1. Kelainan neurologik fokal yang menetap
Pirogen endogen, yakni interleukin 1ß, (hemiparesis) Di rumah sakit dapat diberikan diazepam
akan meningkatkan eksitabilitas neuronal 2. Paresis nervus VI intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB. Jika
(glutamatergic) dan menghambat GABA- 3. Papiledema kejang tetap belum berhenti, maka diberikan

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 659


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

phenytoin intravena dengan dosis awal 10- menyebabkan sindrom Reye, terutama pada hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/ anak kurang dari 18 bulan, sehingga tidak retardasi mental, dan hidrosefalus.
kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. dianjurkan. • Kejang fokal.
Jika kejang berhenti, maka dosis selanjutnya
adalah 4-8 mg/kgBB/hari, dimulai 12 jam 2. Antikonvulsan Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
setelah dosis awal. Jika dengan phenytoin Diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam • Kejang berulang dua kali atau lebih
kejang belum  berhenti, maka pasien saat demam menurunkan risiko berulang­ dalam kurun waktu 24 jam.
harus dirawat di ruang rawat intensif. Jika nya kejang pada 30-60% kasus, juga dengan • Kejang demam terjadi pada bayi usia
kejang telah berhenti,  pemberian obat diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB tiap 8 kurang dari 12 bulan.
selanjutnya tergantung apakah kejang jam pada suhu >38,50 C. Dosis tersebut • Kejang demam dengan frekuensi >4 kali
demam sederhana atau kompleks dan faktor dapat menyebabkan ataksia, iritabel, dan per tahun.
risikonya. sedasi cukup berat pada 25-39% kasus.
Phenobarbital, carbamazepine, dan phenytoin Sebagian besar peneliti setuju bahwa
Pemberian Obat pada Saat Demam3 saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang demam >15 menit merupakan
1. Antipiretik kejang demam. indikasi  pengobatan rumat. Kelainan neuro­
Antipiretik tidak terbukti mengurangi logis tidak nyata, misalnya keterlambatan
risiko kejang demam, namun para ahli Pemberian Obat Rumatan3 perkembangan ringan, bukan merupakan
di Indonesia sepakat bahwa antipiretik Obat rumatan diberikan hanya jika kejang indikasi pengobatan rumat. Kejang fokal
tetap dapat diberikan. Dosis paracetamol demam menunjukkan salah satu ciri sebagai atau fokal menjadi umum menunjukkan
adalah 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali berikut: bahwa anak mempunyai fokus organik.
sehari dan tidak boleh lebih dari 5 kali. Dosis • Kejang lama dengan durasi >15 menit.
ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari. • Ada kelainan neurologis nyata sebelum Pengobatan Rumat
Meskipun  jarang, acetylsalicylic  acid dapat atau sesudah kejang, misalnya Phenobarbital atau valproic acid efektif
menurunkan risiko berulangnya kejang.
Obat pilihan saat ini adalah valproic acid.
Berdasarkan bukti ilmiah, kejang demam
tidak berbahaya dan penggunaan obat
dapat menyebabkan efek samping, oleh
karena itu pengobatan rumat hanya diberi­
kan pada kasus selektif dan dalam jangka
pendek. Phenobarbital dapat menimbulkan
gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada
40–50% kasus. Pada sebagian kecil kasus,
terutama pada usia  kurang dari 2 tahun,
valproic acid dapat menyebabkan gangguan
fungsi hati. Dosis valproic acid 15-40 mg/
kgBB/hari dalam 2-3 dosis, dan phenobarbital
3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.3

Edukasi pada Orang Tua3


Kejang demam merupakan hal yang sangat
menakutkan orang tua dan tak jarang orang
tua menganggap anaknya akan meninggal.
Pertama, orang tua perlu diyakinkan dan
diberi penjelasan tentang risiko rekurensi
serta petunjuk dalam keadaan akut. Lembaran
tertulis dapat membantu komunikasi antara
orang tua dan keluarga; penjelasan terutama
pada:
• Meyakinkan bahwa kejang demam
Diagram. Alur tatalaksana kejang demam pada anak5 umumnya mempunyai prognosis baik.
Catatan: • Memberitahukan cara penanganan
• Kejang yang tidak teratasi dengan diazepam dapat diberi phenytoin kejang.
• Status konvulsi dirawat di ICU • Memberi informasi mengenai risiko
• Diazepam drip jika perlu diberikan tiap 8 jam berulang.
• Dosis maksimum phenobarbital 200 mg/hari • Pemberian obat untuk mencegah

660 CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

rekurensi efektif, tetapi harus diingat risiko dalam mulut. Kejang demam merupakan suatu kondisi
efek samping obat. • Ukur suhu, observasi, catat lama dan yang patut diperhatikan, dan tatalaksana yang
bentuk kejang. tepat dapat mengatasi kondisi kejang dan
Beberapa hal yang harus dikerjakan saat • Tetap bersama pasien selama kejang. mengatasi kausanya. Sebagian besar kejang
kejang:3 • Berikan diazepam rektal. Jangan di­ demam tidak menyebabkan penurunan IQ,
• Tetap tenang dan tidak panik. berikan bila kejang telah berhenti. epilepsi, ataupun kematian. Kejang demam
• Longgarkan pakaian yang ketat ter­ • Bawa ke dokter atau ke rumah sakit bila dapat berulang yang kadang menimbulkan
utama di sekitar leher. kejang berlangsung 5 menit atau lebih. ketakutan dan kecemasan pada keluarga.
• Bila tidak sadar, posisikan anak telen­ Diperlukan pemeriksaan sesuai indikasi dan
tang dengan kepala miring. Bersihkan SIMPULAN tatalaksana menyeluruh. Edukasi orang tua
muntahan atau lendir di mulut atau Kejang demam merupakan jenis kejang yang penting karena merupakan pilar pertama
hidung. Walaupun lidah mungkin ter­ sering terjadi, terbagi atas kejang demam penanganan kejang demam sebelum dirujuk
gigit, jangan memasukkan sesuatu ke sederhana dan kejang demam kompleks. ke rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mahmood KT, Fareed T, Tabbasum R. Management of febrile seizures in children. J Biomed Sci and Res. 2011; 3(1): 353-7.
2. de Siqueira LFM. Febrile seizures: Update on diagnosis and management. Rev Assoc Med Bras. 2010; 56(4): 489-92.
3. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam Ikatan Dokter Anak Indonesia 2006 [Internet]. 2006 [cited 2015 December 5]. Available from: http://
idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Kejang-Demam-Neurology-2012.pdf.
4. Soetomenggolo, S Taslim. Buku ajar neurologi anak. Jakarta: BP IDAI; 1999.
5. Suwarba N. Manajemen terkini kejang dan status epileptikus pada anak [Internet]. 2012. [cited 2014 November 15]. Available from: http://ngurahsuwarba.wordpress.com.
6. Østergaard JR. Febrile seizures. Acta Pædiatrica 2009; 98: 771-3.
7. Wendorff J, Zeman K. Immunology of febrile seizures. Pracapoglado/review paper. 2011; 20: 40-6.
8. Capovilla G, Mastrangelo M, Romeo A, Vigevano F. Recommendations for the management of ‘‘febrile seizures’’ adhoc task force of LICE guidelines commission. Epilepsia 2009;
50(1): 2-6.
9. Jones T, Jacobsen ST. Review childhood febrile seizures: Overview and implications. Internat J Med Sci. 2007; 4(2): 110-4.

CDK-232/ vol. 42 no. 9, th. 2015 661

Anda mungkin juga menyukai