GCG Di Dunia Asia Dan Indonesia 1 1
GCG Di Dunia Asia Dan Indonesia 1 1
Oleh:
Kelompok 04
Om Swastiastu
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
adalah menurunnya kepercayaan investor untuk menanamkan dananya dalam
perdagangan surat berharga. Selain itu bank dan lembaga keuangan non – bank
lebih selektif dalam menyalurkan kredit mereka. Sejak terjadinya skandal bisnis
tersebut diatas para investor surat berharga dan bank - bank kreditur sadar bahwa
hak dan kepentingan mereka di perusahaan dimana mereka menanamkan dananya
tidak sepenuhnya terlindungi.
3 Reaksi Dunia Internasional
Kejatuhan perusahaan raksasa multinasional pada awal tahun 2000an
menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa corporate governance di
negara mereka perlu di reformasi. Dua negara yang paling serius menangani imbas
skandal perusahaan – perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika
Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua negara itu merupakan
motor perkembangan ekonomi mereka.
Reaksi pemerintahan kerajaan Inggris terhadap skandal yang terjadi di
perusahaan – perusahaan serta kejatuhan perusahaan publik adalah :
1. Pemerintah Inggris mengeluarkan pendapat tentang reformasi persyaratan
perusahaan publik. Pendapat tersebut dituangkan dalam sebuah makalah yang
berjudul Modernizing Company Law. Selain itu regulator keuangan Inggris The
Financial Service Authority (FSA) menerbitkan pedoman tentang penyusunan
laporan keuangan perusahaan public, dimana mereka diharuskan untuk
mengungkapkan secara transparan semua transaksi bisnis yang dilakukan.
2. Pemerintah Inggris membentuk komite – komite corporate governance. Komite
tersebut menyusun laporan – laporan yang memuat pendapat dan saran
bagaimana cara memperbaharui peraturan tentang corporate governance dan
nantinya perusahaan – perusahaan harus mematuhi saran – saran yang diajukan
komite tersebut.
3
Sarbanes Oxley Act menentukan bahwa anggota dewan pengurus wajib
menguasai dasar – dasar ilmu manajemen keuangan.
2. Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan melakukan pengungkapan laporan
keuangan secara transparan serta diwajibkan untuk menggunakan auditor
independen dan menerapkan standar auditing yang ditetapkan US Public
Accounting Oversight Board (PCAOB).
4
2.2 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI ASIA
Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa tahun
terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang komprehensif.
Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting dalam Good Corporate
Governance. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam kerangka peraturan di
banyak negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk melumpuhkan manfaat apa yang
telah dicapai. Meskipun ada perusahaan yang sadar melebihi standar tata kelola juga ada
bukti yang jelas bahwa pendekatan terhadap masalah pemerintahan oleh banyak
perusahaan di Asia berjumlah lebih sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat
antara praktik Good Corporate Governance yang baik dan keuntungan finansial.
2.2.1 Pedoman Good Corporate Governance Di Malaysia
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa
efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas
pedoman yang diterbitkan sebelumnya.
1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat
comply and explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan
tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan
yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip prinsip Good Corporate
Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan
wajib diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaan juga wajib
mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertai
alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan mengadopsi praktek
tata kelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explains
sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh
aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun terdapat
kewajiban untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam
laporan tahunan. Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan
5
mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan dalam laporan
tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat
mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi sebagaimana tercantum
dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Pedoman Good Corporate Governance terdiri dari tiga bagian yaitu :
a) Bagian 1 :
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang
berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk
memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip
sesuai dengan keadaan masing-masing perusahaan.
b) Bagian 2 :
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan
untuk membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka
terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya.
c) Bagian 3 :
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang
bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar
tetapi untuk investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam
tata kelola perusahaan. Adapun ruang lingkup dari Pedoman Good
Corporate Governance tersebut adalah :
The Board Structure, Duties and Effectiveness
The Audit Committee and its Challenges
Assessing the Risk and Control Environment
Effective Oversight of Financial Reporting
Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit Committee
Conflict of Interest and Related Party Transactions
Nominating Committee
Remuneration Committee
Shareholder Relations
6
2.2.2 Pedoman Good Corporate Governance Di Singapura
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and
explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek
Singapore mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik
tata kelola mereka dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada
prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pedoman. Perusahaan juga wajib
mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaannya dari
Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk melakukan konfirmasi
positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan
setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam laporan tahunan
perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci
alasan untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Ruang lingkung Tata Kelola perusahaan
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements
2.2.3 Pedoman Good Corporate Governance Di Thailand
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand
bersifat Comply or Explain . Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand
(SET) mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good Corporate
Governance tersebut. Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsip-
prinsip Good Corporate Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap
perusahaan. Bagi perusahaan yang memilih untuk tidak mematuhi prinsip
Good Corporate Governance, diharuskan menjelaskan secara rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.Perusahaan Tercatat telah diminta untuk mulai
7
mengungkapkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan perusahaan. Selain itu, perusahaan
yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham,
investor, stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang
disarankan adalah situs web perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan
hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan
yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan
rinci alasan untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate
Governance Perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock
Exchange of Thailand) mencakup 5 kategori yaitu:
a) Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
b) Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of
Shareholders)
c) Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
d) Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
e) Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board)
8
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Philipina merupakan
suatu kewajiban. Penegakan hukum atas pelaksanaan Pedoman Good
Corporate Governance tersebut dilakukan oleh Securities and Exchange
Commission dan dapat dikenakan sanksi. Bursa Efek Philipina mewajibkan
perusahaan tercatat untuk melaporkan secara periodik mengenai kepatuhan
terhadap manual tata kelola termasuk hal-hal yang belum dapat dipenuhi wajib
diungkapkan lengkap dengan alasannya.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Kegagalan untuk mengadopsi manual tata kelola perusahaan seperti yang
ditentukan untuk perusahaan, setelah pemberitahuan waktu dan alasan jatuh
tempo dikenakan denda sebesar P100, 000.00.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
a) The Board Governance
b) Supply Information
c) Accountability and Audit
d) Stockholders’ Rights and Protection of Minority Stockholders’ Interests
e) Evaluation Systems
f) Disclosure and Transparency
g) Commitment to Corporate Governance
h) Administrative Sanction
9
2.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA
Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance
(CG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi
terhormat. Pertama, CG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena
kegagalan penerapan Corporate Governance. Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara
di Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali
Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara,
melainkan antarkorporat di negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau
terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat
masing-masing . Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum
dikelola secara benar. Dalam bahasa khusus, korporat kita belum menjalankan governansi
. Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki indeks corporate governance paling rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah
Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89). Rendahnya kualitas CG korporasi-
korporasi di Indonesia ditengarai menjadi kejatuhan perusahaan-perusahaan tersebut.
2.3.1 Tahap-Tahap Penerapan Corporate Governance
10
1. Tahap persiapan
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
Awareness Building
Awareness Building merupakan langkah sosialisasi awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti pentingnya CG dan komitmen bersama dalam
penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perushaan. Kegiatan dapat dilakukan melalui seminar,
lokakarya, dan diskusi kelompok.
GCG Assessment
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau memetakan kondisi
perusahaan dalam penerapan CG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan
titik awal atau level penerapan CG dan untuk mengidentifikasi langkah-
langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan
yang kondusif bagi penerapan CG secara efektif.
GCG Manual Building
GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan.
Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi
prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi CG dapat
disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen
dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ
perusahaan dan manual untuk keselu- ruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai
aspek seperti:
Kebijakan CG perusahaan
Pedoman CG bagi organ-organ perusahaan
Pedoman perilaku
Audit commitee charter
Kebijakan disclosure dan transparansi
Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
Roadmap implementasi
2. Tahap implementasi
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan
berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CG khususnya mengenai
11
pedoman penerapan CG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim
khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan Direktur
Utama.
Implementasi
Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman CG
yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat
top down approach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan.
Internalisasi
Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CG di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi, sistem
kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan
bahwa penerapan CG bukan sekadar dipermukaan atau sekadar suatu kepatuhan
yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas
perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari
waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan CG telah
dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi
dan scoring atas praktek CG yang ada. Dalam hal membangun CG, dan terkait
dengan pengembangan sistem, yang diharapkan akan mempengaruhi perilaku
setiap individu dalam perusahaan yang pada gilirannya akan membentuk kultur
perusahaan yang bernuansa CG, maka diperlukan langkah-langkah berikut:
1. Menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta system
operasional pencapaiannya secara jelas;
2. Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan
fungsi organ perusahaan (check and balance);
3. Membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan
keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan;
4. Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan
terhadap peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup
pengendalian risiko perusahaan;
5. Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara adil
dan setara diantara pemegang saham;
12
6. Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran
kinerjanya.
13
Berdasarkan 10th report by Corporate Governance Watch (2016) dapat
dilihat pertumbuhan corporate governance terbaik di pegang oleh Singapura
dengan score 67 diikuti oleh Hongkong dan Jepang, sedangkan Indonesia berada
pada urutan terendah dengan score 36 dimana lebih rendah dari tahun 2014.
Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan
budaya corporate governance yang masih berada di titik paling rendah di antara
Negara-negara lain yang sedang tumbuh di Asia.
15
2.3.4 Corporate Governance di Lingkungan Perbankan
Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara umum
telah diatur ketentuan yang terkait dengan Corporate Governance baik yang
termasuk governance structure, governance process, maupun governance
outcome. Governance structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000) : pertama, uji
kelayakan dan kepatutan,(fit and proper test), yang mengatur perlunya peningkatan
kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji kelayakan dan
kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali,dewan komisaris,
direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank.
Kedua, independensi manajemen bank, di mana para anggota dewan
komisaris dan direksi tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki
hubungan financial dengan dewan komisaris dan direksi atau menjadi pemegang
saham pengendali di perusahaan lain.
Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank
publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank
diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung jawab atas
kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada.
Strategi dan rencana Bank Indonesia mewajibkan bank untuk memikili
rencana dan anggaran jangka panjang dan menengah dalam bentuk keputusan
dewan direksi bank Indonesia tahun 1995, yangdimaksudkan bagi bank untuk
memiliki strategi korporasi dan yang tertuang dengan jelas, termasuknilai-nilai
yang harus dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan di dalam organisasi dan
resikoresikopengendalian.
Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan
beberapa peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi keuangan bank dan
peningkatan peran auditor eksternal. Bankdiwajibkan untuk mengungkapkan non
performingloan (NPL), pemegang saham pengendali danafiliasinya, praktik
manajemen resiko dalam pelaporan keuangan.
16
terbaru tersebut merupakan pengembangan dari versi terdahulu yang memberikan
rekomendasi bagi para pembuat kebijakan nasional tentang hak-hak pemegang
saham, remunerasi eksekutif, pengungkapan informasi keuangan, perilaku investor
institusi, dan bagaimana mekanisme pasar saham harus berfungsi.
Para pemimpin negara-negara G20 telah memberikan dukungan resmi atas
prinsip GCG OECD ini sebagai standar global atas tata kelola perusahaan yang
diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kerangka kerja tata kelola perusahaan untuk mempromosikan
pembiayaan melalui pasar modal, dan untuk meningkatkan investasi jangka
panjang.
Tata kelola perusahaan memainkan peranan penting untuk mendorong para
pelaku di sektor jasa keuangan, khususnya pasar modal, untuk menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip kewajaran, transparansi,
akuntabilitas, tanggung jawab dan kemandirian untuk memperoleh kepercayaan
investor atau pemangku kepentingan lainnya.
OJK sebelumnya sudah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) terkait
pelaksanaan GCG yaitu, yaitu Tata Kelola Perusahaan Terbuka yang terdiri dari
lima aspek:
1. Hubungan Perusahaan Terbuka dengan Pemegang Saham Dalam
Menjamin Hak-Hak Pemegang Saham
2. Fungsi dan Peran Dewan Komisaris
3. Fungsi dan Peran Direksi
4. Partisipasi Pemangku Kepentingan
5. Keterbukaan Informasi.
Diharapkan penerapan prinsip-prinsip baru ini dapat memudahkan para
pelaku pasar untuk menyesuaikan implementasi prinsip GCG dengan perubahan
dan pertumbuhan bisnis di era sekarang untuk mendorong pertumbuhan dan
keberlangsungan sektor jasa keuangan Indonesia, sehingga dapat mendorong
ketahanan sektor jasa keuangan dan pertumbuhan ekonomi dalam kondisi normal
ataupun krisis.
Perubahan prinsip-prinsip GCG G20/OECD dibagi menjadi 6 bab yang
penambahannnya dimasukkan ke dalam tiap-tiap bab tersebut:
17
2. Hak dan perlakuan yang adil untuk pemegang saham dan fungsi kunci kepemilikan
3. Investor institusi, pasar modal dan perantara lainnya
4. Peran pemangku kepentingan dalam tata kelola
5. Transparansi dan Keterbukaan informasi
6. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi
penghalang untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good
Corporate Governance (GCG) yang mampu memenangkan persaingan. GCG
merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang
tangguh dan sustainable. Hal tersebut diperlukan untuk menciptakan sistem dan
struktur perusahaan yang kuat sehingga mampu menjadi perusahaan kelas dunia.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang perlu
diperbaiki. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran kepada setiap
pembaca agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon
maaf.
19
DAFTAR PUSTAKA
20