Anda di halaman 1dari 23

Good Corporate Governance

“Good Corporate Governance Di Dunia, Asia dan Indonesia”

Oleh:

Kelompok 04

Ni Wayan Sarasati Pramudia Wanami Putri (1506305079)

Arl Jonathan Paulalengan (1506305120)

Putu Nadiani Putri Utama (1506305130)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Ida Sang HyangWidhi Wasa,


berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
paper yang berjudul “Good Corporate Governance Di Dunia, Asia dan
Indonesia”. Makalah ini diajukan sebagai tugas kelompok Corporate Governance
Program Reguler S1 Akuntansi.
Dalam penulisan paper ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan,untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Dan pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dosen dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak memberikan motivasi, ikut berpartisipasi dan perhatian sehingga paper ini
dapat terselesaikan tepat pada waktu nya.
Demikianlah makalah ini kami tulis semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca,akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar, 23 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

Bab II Pembahasan .......................................................................................... 2

2.2 Good Corporate Governance Di Dunia ........................................... 2

2.2 Good Corporate Governance Di Asia .............................................. 5

2.3 Good Corporate Governance Di Indonesia ...................................... 10

Bab III Penutup ................................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 19

3.2 Saran ................................................................................................. 19

Daftar Pustaka .................................................................................................. 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Munculnya corporate governance dapat dikatakan dilatarbelakangi dari berbagai
skandal besar yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di Inggris maupun Amerika
Serikat pada tahun 1980an dikarenakan tindakan yang cenderung serakah dan
mementingkan tujuan pihak-pihak tertentu saja. Hal ini tidak terlepas dari pertentangan
kepentingan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif atau kepentingan
bersama dari organisasi dimana hal ini menjadikannya sebagai pemicu dari kebutuhan
akan corporate governance.
Secara lebih luas pertentangan kepentingan di suatu organisasi itu terjadi antara pemilik
saham dan pimpinan perusahaan, antara pemilik saham majoritas dan minoritas, antara
pekerja dan pimpinan perusahaan, ada potensi mengenai pelanggaran lindungan
lingkungan, potensi kerawanan dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat
setempat, antara perusahaan dan pelanggan ataupun pemasok, dan sebagainya. Bahkan
besarnya gaji para eksekutif dapat merupakan bahan kritikan.
Pada awalnya corporate governance hanya berkembang di Inggris dan Amerika, tetapi
seiring berkembangnya kompleksitas bisnis di berbagai negara di dunia maka segara
berkembang pula di negara-negara lain. Dalam corporate governance selalu ada dua hal
yang perlu diperhatikan. Apakah aturan atau sistem tata-kelola sudah ada secara jelas,
lengkap, dan tertulis ? Apakah aturan dan sistem yang sudah jelas tersebut dilaksanakan
dengan konsisten atau tidak ? Kedua hal tersebutlah yang menentukan apakah sudah ada
good corporate governance dalam suatu perusahaan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI DUNIA


2.1.1 Pemicu Timbulnya Good Corporate Governance di Dunia
Pada awal dekade 2000an dunia dikejutkan oleh tumbangnya perusahaan –
perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara industri maju termasuk Amerika
Serikat, Inggris, Itali, Australia, Singapura, dan Hongkong. Regulator pemerintah
tiap negara dan pakar manajemen memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama
tumbangnya perusahaan perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya
penerapan prinsip – prinsip good corporate governance mereka.
Kelemahan corporate governance tersebut antara lain ditandai oleh berbagai
macam hal, diantaranya yaitu :
1. Renggangnya hubungan antara para pemegang saham dengan manajemen
perusahaan.
2. Lemahnya peranan dewan pengurus dalam mengarahkan dan mengendalikan
kebijaksanaan dan pengelolaan harta, utang, dan operasi bisnis perusahaan.
3. Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola dan mengambil
keputusan – keputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan hidup
perusahaan.
4. Tidak transparan, akurat, dan tepat waktunya penyampaian laporan
perkembangan bisnis dan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan
kepada para pemegang saham dan kreditur.
5. Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan
tidak bekerja di bawah pengawasan langsung dari komite audit
Kelemahan - kelemahan corporate governance itulah yang memberikan
peluang dewan pengurus dan manajemen perusahaan yang memiliki moral dan
etika bisnis yang buruk mengelola perusahaan demi kepentingan pribadi atau
golongan mereka bukan demi kepentingan perusahaan. Dalam melakukan penyalah
gunaan jabatan tersebut tidak sedikit manajemen perusahaan berkolusi dengan
institusi profesi papan atas seperti penasehat hukum, perusahaan konsultan, dan
perusahaan akuntan publik.
Skandal bisnis perusahaan – perusahaan raksasa dunia tersebut telah melukai
kehidupan ekonomi banyak negara. Dampak negatif skandal tersebut antara lain

2
adalah menurunnya kepercayaan investor untuk menanamkan dananya dalam
perdagangan surat berharga. Selain itu bank dan lembaga keuangan non – bank
lebih selektif dalam menyalurkan kredit mereka. Sejak terjadinya skandal bisnis
tersebut diatas para investor surat berharga dan bank - bank kreditur sadar bahwa
hak dan kepentingan mereka di perusahaan dimana mereka menanamkan dananya
tidak sepenuhnya terlindungi.
3 Reaksi Dunia Internasional
Kejatuhan perusahaan raksasa multinasional pada awal tahun 2000an
menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa corporate governance di
negara mereka perlu di reformasi. Dua negara yang paling serius menangani imbas
skandal perusahaan – perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika
Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua negara itu merupakan
motor perkembangan ekonomi mereka.
Reaksi pemerintahan kerajaan Inggris terhadap skandal yang terjadi di
perusahaan – perusahaan serta kejatuhan perusahaan publik adalah :
1. Pemerintah Inggris mengeluarkan pendapat tentang reformasi persyaratan
perusahaan publik. Pendapat tersebut dituangkan dalam sebuah makalah yang
berjudul Modernizing Company Law. Selain itu regulator keuangan Inggris The
Financial Service Authority (FSA) menerbitkan pedoman tentang penyusunan
laporan keuangan perusahaan public, dimana mereka diharuskan untuk
mengungkapkan secara transparan semua transaksi bisnis yang dilakukan.
2. Pemerintah Inggris membentuk komite – komite corporate governance. Komite
tersebut menyusun laporan – laporan yang memuat pendapat dan saran
bagaimana cara memperbaharui peraturan tentang corporate governance dan
nantinya perusahaan – perusahaan harus mematuhi saran – saran yang diajukan
komite tersebut.

Reaksi Amerika Serikat terhadap skandal yang terjadi di perusahaan –


perusahaan serta kerjatuhan perusahaan publik adalah :

1. Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan undang – undang tentang


reformasi corporate governance yang disebut Sarbanes Oxley Act yang memuat
tentang ketentuan ketentuan baru yang tegas tentang perlindungan hak dan
kepentingan pemegang saham dan karyawan perusahaan publik. Selain itu

3
Sarbanes Oxley Act menentukan bahwa anggota dewan pengurus wajib
menguasai dasar – dasar ilmu manajemen keuangan.
2. Sarbanes Oxley Act mewajibkan perusahaan melakukan pengungkapan laporan
keuangan secara transparan serta diwajibkan untuk menggunakan auditor
independen dan menerapkan standar auditing yang ditetapkan US Public
Accounting Oversight Board (PCAOB).

Reaksi Australia terhadap skandal yang terjadi di perusahaan – perusahaan


serta kerjatuhan perusahaan publik adalah :

1. Pemerintah Australia menerbitkan pedoman good corporate governance bagi


perusahaan – perusahaan publik serta memperbaharui undang – undang tentang
perusahaan Australia.
2. Pemerintah Australia menyusun program untuk meninjau kembali regulasi audit
dan pengungkapan informasi perusahaan yang disebut Corporate Law
Economic Reform Program (CLERP). Program tersebut juga mengaktifkan
partisipasi pemegang saham dalam meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
perusahaan – perusahaan public.
4 Perkembangan Good Corporate Governance
Corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi pelaku
bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan dan kebutuhan vital serta sudah
merupakan tuntutan masyarakat. Setiap tindakan memerlukan pertanggungjawaban
yang baik. Penerapan GCG didukung oleh Organisation for Economic Cooperation
and Development dengan penerbitan prinsip prinsip GCG yang bertujuan untuk
membantu negara-negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota
OECD untuk menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan
pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan pihak-pihak
lain yang memiliki peranan dalam proses pengembangan GCG.

4
2.2 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI ASIA
Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa tahun
terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang komprehensif.
Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting dalam Good Corporate
Governance. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam kerangka peraturan di
banyak negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk melumpuhkan manfaat apa yang
telah dicapai. Meskipun ada perusahaan yang sadar melebihi standar tata kelola juga ada
bukti yang jelas bahwa pendekatan terhadap masalah pemerintahan oleh banyak
perusahaan di Asia berjumlah lebih sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat
antara praktik Good Corporate Governance yang baik dan keuntungan finansial.
2.2.1 Pedoman Good Corporate Governance Di Malaysia
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate
Governance) ini diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia dan kewajiban untuk
melaksanakan Pedoman ini diatur dalam peraturan tentang pencatatan efek di bursa
efek tersebut. Pedoman ini diterbitkan pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas
pedoman yang diterbitkan sebelumnya.
1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat
comply and explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan
tidak menerapkan seluruh aspek dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan
yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip prinsip Good Corporate
Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan
wajib diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaan juga wajib
mengidentifikasi prinsip dan praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertai
alasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila perusahaan mengadopsi praktek
tata kelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explains
sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh
aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun terdapat
kewajiban untuk mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam
laporan tahunan. Dengan demikian bagi perusahaan yang tercatat atau akan

5
mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan dalam laporan
tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat
mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi sebagaimana tercantum
dalam Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Pedoman Good Corporate Governance terdiri dari tiga bagian yaitu :
a) Bagian 1 :
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang
berlaku di Malaysia. Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk
memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip
sesuai dengan keadaan masing-masing perusahaan.
b) Bagian 2 :
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan.
Mengidentifikasi seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan
untuk membantu perusahaan dalam merancang pendekatan mereka
terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya.
c) Bagian 3 :
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang
bersifat sukarela. Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar
tetapi untuk investor dan auditor untuk meningkatkan peran mereka dalam
tata kelola perusahaan. Adapun ruang lingkup dari Pedoman Good
Corporate Governance tersebut adalah :
 The Board Structure, Duties and Effectiveness
 The Audit Committee and its Challenges
 Assessing the Risk and Control Environment
 Effective Oversight of Financial Reporting
 Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit Committee
 Conflict of Interest and Related Party Transactions
 Nominating Committee
 Remuneration Committee
 Shareholder Relations

6
2.2.2 Pedoman Good Corporate Governance Di Singapura
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and
explain. Selanjutnya berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek
Singapore mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik
tata kelola mereka dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada
prinsip-prinsip yang terdapat dalam Pedoman. Perusahaan juga wajib
mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaannya dari
Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk melakukan konfirmasi
positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan
setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam laporan tahunan
perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya
bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak
menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci
alasan untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Ruang lingkung Tata Kelola perusahaan
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements
2.2.3 Pedoman Good Corporate Governance Di Thailand
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand
bersifat Comply or Explain . Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand
(SET) mengharapkan perusahaan untuk mengikuti Pedoman Good Corporate
Governance tersebut. Selain itu, perusahaan dapat mengadaptasi prinsip-
prinsip Good Corporate Governance sesuai kebutuhan fungsional tiap
perusahaan. Bagi perusahaan yang memilih untuk tidak mematuhi prinsip
Good Corporate Governance, diharuskan menjelaskan secara rinci alasan
untuk tidak menerapkannya.Perusahaan Tercatat telah diminta untuk mulai

7
mengungkapkan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
pada tahun 2007 pada Laporan Tahunan perusahaan. Selain itu, perusahaan
yang terdaftar harus mengungkapkan penerapan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui media
komunikasi yang yang paling nyaman bagi Perusahaan, pemegang saham,
investor, stakeholder lainnya dan pihak-pihak terkait. Salah satu saluran yang
disarankan adalah situs web perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan
hanya bersifat voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan
yang tidak menerapkannya. Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan
rinci alasan untuk tidak menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate
Governance Perusahaan tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock
Exchange of Thailand) mencakup 5 kategori yaitu:
a) Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
b) Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of
Shareholders)
c) Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
d) Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
e) Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board)

2.2.4 Pedoman Good Corporate Governance Di Philipina


Sesuai dengan kebijakan Negara untuk secara aktif mempromosikan
reformasi tata kelola perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kepercayaan investor, mengembangkan pasar modal dan membantu mencapai
pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan untuk sektor korporasi dan
ekonomi, Securities Commission, melalui Resolusi No.135, Seri 4 April 2002,
menyetujui berlakunya dan pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance
ini. Pedoman ini berlaku untuk perusahaan efek yang tercatat atau terdaftar,
perusahaan penerima izin/lisensi dan perusahaan publik. Pedoman Good
Corporate Governance ini juga berlaku untuk cabang atau anak perusahaan dari
perusahaan asing yang beroperasi di Filipina yang terdaftar.

8
1. Metode Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Philipina merupakan
suatu kewajiban. Penegakan hukum atas pelaksanaan Pedoman Good
Corporate Governance tersebut dilakukan oleh Securities and Exchange
Commission dan dapat dikenakan sanksi. Bursa Efek Philipina mewajibkan
perusahaan tercatat untuk melaporkan secara periodik mengenai kepatuhan
terhadap manual tata kelola termasuk hal-hal yang belum dapat dipenuhi wajib
diungkapkan lengkap dengan alasannya.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate
Governance
Kegagalan untuk mengadopsi manual tata kelola perusahaan seperti yang
ditentukan untuk perusahaan, setelah pemberitahuan waktu dan alasan jatuh
tempo dikenakan denda sebesar P100, 000.00.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
a) The Board Governance
b) Supply Information
c) Accountability and Audit
d) Stockholders’ Rights and Protection of Minority Stockholders’ Interests
e) Evaluation Systems
f) Disclosure and Transparency
g) Commitment to Corporate Governance
h) Administrative Sanction

9
2.3 GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA
Sulit dipungkiri, selama sepuluh tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance
(CG) kian populer. Tak hanya populer, istilah tersebut juga ditempatkan di posisi
terhormat. Pertama, CG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Kedua, krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena
kegagalan penerapan Corporate Governance. Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara
di Asia Timur yang sama-sama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali
Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antarnegara,
melainkan antarkorporat di negara-negara tersebut. Jadi menang atau kalah, menang atau
terpuruk, pulih atau tetap terpuruknya perekonomian satu negara bergantung pada korporat
masing-masing . Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum
dikelola secara benar. Dalam bahasa khusus, korporat kita belum menjalankan governansi
. Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki indeks corporate governance paling rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah
Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89). Rendahnya kualitas CG korporasi-
korporasi di Indonesia ditengarai menjadi kejatuhan perusahaan-perusahaan tersebut.
2.3.1 Tahap-Tahap Penerapan Corporate Governance

Salah satu tujuan utama ditegakannya good corporate governance ialah


untuk menciptakan sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam pengendalian
perusahaan sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi peluang terjadinya
kesalahan mengelola (missmanagement), menciptakan insentif bagi manajer untuk
memaksimumkan produktivitas penggunaan aset sehingga menciptakan nilai
tambah perusahaan yang optimal. Dalam pelaksanaan penerapan Corporate
Governance di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk melakukan
pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan,
dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan CG dapat berjalan lancar dan
mendapat dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Beberapa tahapan
dalam menerapkan CG yaitu:

10
1. Tahap persiapan
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
Awareness Building
Awareness Building merupakan langkah sosialisasi awal untuk membangun
kesadaran mengenai arti pentingnya CG dan komitmen bersama dalam
penerapannya. Upaya ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perushaan. Kegiatan dapat dilakukan melalui seminar,
lokakarya, dan diskusi kelompok.
GCG Assessment
GCG Assessment merupakan upaya untuk mengukur atau memetakan kondisi
perusahaan dalam penerapan CG saat ini. Langkah ini perlu guna memastikan
titik awal atau level penerapan CG dan untuk mengidentifikasi langkah-
langkah yang tepat guna mempersiapkan infrastruktur dan struktur perusahaan
yang kondusif bagi penerapan CG secara efektif.
GCG Manual Building
GCG manual building, adalah langkah berikut setelah GCG assessment dilakukan.
Berdasarkan hasil pemetaan tingkat kesiapan perusahaan dan upaya identifikasi
prioritas penerapannya, penyusunan manual atau pedoman implementasi CG dapat
disusun. Penyusunan manual dapat dilakukan dengan bantuan tenaga ahli independen
dari luar perusahaan. Manual ini dapat dibedakan antara manual untuk organ-organ
perusahaan dan manual untuk keselu- ruhan anggota perusahaan, mencakup berbagai
aspek seperti:
 Kebijakan CG perusahaan
 Pedoman CG bagi organ-organ perusahaan
 Pedoman perilaku
 Audit commitee charter
 Kebijakan disclosure dan transparansi
 Kebijakan dan kerangka manajemen resiko
 Roadmap implementasi
2. Tahap implementasi
Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama yaitu:
Sosialisasi
Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada seluruh perusahaan
berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CG khususnya mengenai

11
pedoman penerapan CG. Upaya sosialisasi perlu dilakukan dengan suatu tim
khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan Direktur
Utama.
Implementasi
Implementasi adalah kegiatan yang dilakukan sejalan dengan pedoman CG
yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun. Implementasi harus bersifat
top down approach yang melibatkan Dewan Komisaris dan Direksi perusahaan.
Internalisasi
Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CG di dalam
seluruh proses bisnis perusahaan melalui berbagai prosedur operasi, sistem
kerja, dan berbagai peraturan perusahaan. Dengan upaya ini dapat dipastikan
bahwa penerapan CG bukan sekadar dipermukaan atau sekadar suatu kepatuhan
yang bersifat superficial, tetapi benar-benar tercermin dalam seluruh aktivitas
perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur dari
waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektifitas penerapan CG telah
dilakukan dengan meminta pihak independen melakukan audit implementasi
dan scoring atas praktek CG yang ada. Dalam hal membangun CG, dan terkait
dengan pengembangan sistem, yang diharapkan akan mempengaruhi perilaku
setiap individu dalam perusahaan yang pada gilirannya akan membentuk kultur
perusahaan yang bernuansa CG, maka diperlukan langkah-langkah berikut:
1. Menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta system
operasional pencapaiannya secara jelas;
2. Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan
fungsi organ perusahaan (check and balance);
3. Membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan
keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan;
4. Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan
terhadap peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup
pengendalian risiko perusahaan;
5. Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara adil
dan setara diantara pemegang saham;

12
6. Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran
kinerjanya.

2.3.2 Penerapan CG di Indonesia


Krisis ekonomi yang menghantam Asia yang terjadi beberapa tahun lalu.
ternyata berdampak luas teutama dalam merontokkan rezim-rezim politik yang
berkuasa di Korea Selatan, Thailand, dan Indonesia. Ketiga Negara yang diawal
tahun 1990-an dipandang sebagai “the Asian tiger”, harus mengakui bahwa
pondasi ekonomi mereka rapuh, yang pada akhirnya merambah pada krisis politik.
Setelah itu, sejak krisis tersebut melanda, kita sekarang dapat melihat
pertumbuhan kembali Negara-negara yang amat terpukul oleh krisis tersebut.
Korea Selatan yang pernah terjangkit kejahatan financial yang melibatkan para
eksekutif puncak perusahaan-perusahaan blue-chip, kini telah pulih.
Perkembangan yang sama juga terlihat dengan Thailand maupun Negara-negara
ASEAN lainnya.
Era pascakrisis ditandai dengan goncangan ekonomi berkelanjutan. Mulai
dari restrukturisasi sektor perbankan, pelelangan asset para konglomerat, yang
berakibat pada penurunan iklim berusaha (Bakrie,2003).
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan
beberapa faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama,
konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi
pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya transparansi
mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu
tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, ketidak
memadainya pengawasan oleh para kreditor.
Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas
prinsip-prinsip dan praktek good corporate governance oleh kumunitas bisnis dan
publik pada umumnya (Daniri, 2005). Akhirnya komunitas internasional masih
menempatkan Indonesia pada urutan bawah rating implementasi CG sebagaimana
dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse Coopers, Moody`s
Morgan, and Calper`s.

13
Berdasarkan 10th report by Corporate Governance Watch (2016) dapat
dilihat pertumbuhan corporate governance terbaik di pegang oleh Singapura
dengan score 67 diikuti oleh Hongkong dan Jepang, sedangkan Indonesia berada
pada urutan terendah dengan score 36 dimana lebih rendah dari tahun 2014.
Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah penegakan hukum dan
budaya corporate governance yang masih berada di titik paling rendah di antara
Negara-negara lain yang sedang tumbuh di Asia.

2.3.3 Implementasi Corporate Governance


Terdapat tiga arah agenda penerapan Corporate Governance di Indonesia
(BP BUMN, 1999) yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnaan
kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan
kerangka regulasi, Bapepam bersama dengan self-regulated organization (SRO)
yang didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah menghasilkan beberap proyek
Corporate Governance seperti JSX Pilot project. Seiring dengan proyek-proyek ini,
kementerian BUMN juga telah mengembangkan kerangka untuk implementasi
Corporate Governance.
Dua sektor penting yakni BUMN dan Pasar Modal telah menjadi perhatian
pemerintah. Aspek baru dalam implementasi CG di lingkungan BUMN adalah
kewajban untuk memiliki statement ofcorporate intent (SCI). SCI pada dasarnya
adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang saham dalam bentuk suatu
kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya manajemen dan didukung
dengan dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait dengan SCI, direksi
diwajibkan untuk menanda tangani appointment agreements (AA) yang
14
merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban yang
diembannya. Indikator kinerja direksi terlihat dalam bentuk rewardand
punishment system dengan meratifikasi undang-undang BUMN.
Pasar modal juga perlu menerapkan prinsipprinsip CG untuk perusahaan
publik. Ini ditunjukkan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh Bursa
Efek Jakarta (BEJ), yang menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat wajib
melaksanakan CG. Implementasi CG dimaksudkan untuk meningkatkan
perlindungan kepentingan investor, terutam para pemegang saham di perusahaan-
perusahaan terbuka.
Di samping itu, implementasi CG akan mendorong tumbuhnya mekanisme
check and balance di lingkungan manajemen khususnya dalam member perhatian
kepada kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hal ini
terkait dengan peran pemegang saham pengendali yang berwenang mengangkat
komisaris dan direksi, dan dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Di samping
pelindungan investor, regulasi mewajibkan system yang menjamin transparansi
dan akuntabilitas dalam transaksi bisnis antar perusahaan dalam satu grup yang
berpotensi menimbulkan benturan kepentingan. Semangat untuk memperoleh
persetujuan publik dalam transaksi, merupakan bentuk penerapan prinsip
akuntabilitas. Diperkenalkannya komisaris independen, komite audit, dan
sekretaris perusahaan juga menjadi fokus regulasi BEJ. Independensi komisaris
dimaksudkan untuk memastikan bahwa komisaris independen tidak memiliki
afiliasi dengan pemegang saham, dengan direksi dan dengan komisaris; tidak
menjabat direksi di perusahaan lain yang terafiliasi; dan memahami berbagai
regulasi pasar modal. Sedangkan terkait dengan kewajiban untuk memiliki direktur
independen, dalam sistem two tier yang kita anut, justru akan lebih efektif
bilamana bursa mewajibkan perusahaan untuk memiliki komite nominasi dan
remunerasi. Tujuan pedoman tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas
disclosure perusahaan-perusahaan publik. Pedoman ini merupakan hasil
kolaborasi antara BEJ, IAI, AEI, dan Bapepam. Perkembangan terbaru di Pasar
modal adalah batas waktu penyerahan laporan tahunan yakni 90 hari sejak tutup
buku, lebih pendek dari regulasi sebelumnya yakni 120 hari. Regulasi ini
merupakan indikasi kekonsistenan penegakan CG oleh Bapepam.

15
2.3.4 Corporate Governance di Lingkungan Perbankan
Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara umum
telah diatur ketentuan yang terkait dengan Corporate Governance baik yang
termasuk governance structure, governance process, maupun governance
outcome. Governance structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000) : pertama, uji
kelayakan dan kepatutan,(fit and proper test), yang mengatur perlunya peningkatan
kompetensi dan integritas manajemen perbankan melalui uji kelayakan dan
kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham pengendali,dewan komisaris,
direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank.
Kedua, independensi manajemen bank, di mana para anggota dewan
komisaris dan direksi tidak boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki
hubungan financial dengan dewan komisaris dan direksi atau menjadi pemegang
saham pengendali di perusahaan lain.
Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank
publik. Dalam standar penerapan fungsi internal audit bank publik, bank
diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang bertanggung jawab atas
kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada.
Strategi dan rencana Bank Indonesia mewajibkan bank untuk memikili
rencana dan anggaran jangka panjang dan menengah dalam bentuk keputusan
dewan direksi bank Indonesia tahun 1995, yangdimaksudkan bagi bank untuk
memiliki strategi korporasi dan yang tertuang dengan jelas, termasuknilai-nilai
yang harus dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan di dalam organisasi dan
resikoresikopengendalian.
Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan
beberapa peraturan, antara lain transparansi mengenai kondisi keuangan bank dan
peningkatan peran auditor eksternal. Bankdiwajibkan untuk mengungkapkan non
performingloan (NPL), pemegang saham pengendali danafiliasinya, praktik
manajemen resiko dalam pelaporan keuangan.

2.3.5 Peran Otoritas Jasa Keuangan dalam Penerapan Corporate Governance


OECD bersama OJK meluncurkan The New G20/ OECD Principles Of
Corporate Governance (CG) di Jakarta sebagai bentuk partisipasi OJK untuk
mendukung penerapan prinsip GCG G20/OECD yang baru diluncurkan September
2015 lalu di pertemuan G20 di Ankara, Turki. Prinsip-prinsip GCG G20/OECD

16
terbaru tersebut merupakan pengembangan dari versi terdahulu yang memberikan
rekomendasi bagi para pembuat kebijakan nasional tentang hak-hak pemegang
saham, remunerasi eksekutif, pengungkapan informasi keuangan, perilaku investor
institusi, dan bagaimana mekanisme pasar saham harus berfungsi.
Para pemimpin negara-negara G20 telah memberikan dukungan resmi atas
prinsip GCG OECD ini sebagai standar global atas tata kelola perusahaan yang
diharapkan dapat membantu pembuat kebijakan untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kerangka kerja tata kelola perusahaan untuk mempromosikan
pembiayaan melalui pasar modal, dan untuk meningkatkan investasi jangka
panjang.
Tata kelola perusahaan memainkan peranan penting untuk mendorong para
pelaku di sektor jasa keuangan, khususnya pasar modal, untuk menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip kewajaran, transparansi,
akuntabilitas, tanggung jawab dan kemandirian untuk memperoleh kepercayaan
investor atau pemangku kepentingan lainnya.
OJK sebelumnya sudah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) terkait
pelaksanaan GCG yaitu, yaitu Tata Kelola Perusahaan Terbuka yang terdiri dari
lima aspek:
1. Hubungan Perusahaan Terbuka dengan Pemegang Saham Dalam
Menjamin Hak-Hak Pemegang Saham
2. Fungsi dan Peran Dewan Komisaris
3. Fungsi dan Peran Direksi
4. Partisipasi Pemangku Kepentingan
5. Keterbukaan Informasi.
Diharapkan penerapan prinsip-prinsip baru ini dapat memudahkan para
pelaku pasar untuk menyesuaikan implementasi prinsip GCG dengan perubahan
dan pertumbuhan bisnis di era sekarang untuk mendorong pertumbuhan dan
keberlangsungan sektor jasa keuangan Indonesia, sehingga dapat mendorong
ketahanan sektor jasa keuangan dan pertumbuhan ekonomi dalam kondisi normal
ataupun krisis.
Perubahan prinsip-prinsip GCG G20/OECD dibagi menjadi 6 bab yang
penambahannnya dimasukkan ke dalam tiap-tiap bab tersebut:

1. Dasar kerangka tata kelola yang efektif

17
2. Hak dan perlakuan yang adil untuk pemegang saham dan fungsi kunci kepemilikan
3. Investor institusi, pasar modal dan perantara lainnya
4. Peran pemangku kepentingan dalam tata kelola
5. Transparansi dan Keterbukaan informasi
6. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi
penghalang untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good
Corporate Governance (GCG) yang mampu memenangkan persaingan. GCG
merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang
tangguh dan sustainable. Hal tersebut diperlukan untuk menciptakan sistem dan
struktur perusahaan yang kuat sehingga mampu menjadi perusahaan kelas dunia.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang perlu
diperbaiki. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran kepada setiap
pembaca agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis. Apabila ada kesalahan dalam makalah ini kami mohon
maaf.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, Etty Retno.Good Corporate Governance(Konsep, Prinsip dan Praktik).Lembaga


Komisaris dan Direktur Indonesia(LKDI)
www.bapepam.go.id
Sutojo, Siswanto & Aldridge, John. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan
Yang Sehat), Jakarta : PT Damar Mulia Pustaka, 2008

20

Anda mungkin juga menyukai