Dibuat oleh:
Semester 3
Kelas: Y
Enron Corporation didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company,
sebuah konsorsium dari Northern American Power and LightCompany, Lone Star Gas Company,
dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini secara bertahap dan
pasti dibubarkan antara 1941 dan 1947 melalui penawaran saham kepada publik. Pada
1979,Northern Natural Gas mengorganisir dirinya sebagai sebuah holding company, InterNorth,
yang menggantikan Northern Natural Gas di Pasar Saham New York(New York Stock
Exchange). Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di
Houston, Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron mempekerjakan
sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam
bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, dan komunikasi. Enron mengaku
penghasilannya pada tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Fortune menamakan Enron
"Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif" selama enam tahun berturut-turut.
Sejarah Enron
Enron dibentuk pada tahun 1985 setelah merger antara Houston Natural Gas Company
dan InterNorth Incorporated yang berbasis di Omaha. Setelah merger, Kenneth Lay, yang telah
menjadi chief executive officer (CEO) Houston Natural Gas, menjadi CEO dan ketua Enron. Lay
dengan cepat mengubah nama Enron menjadi pedagang dan pemasok energi. Deregulasi pasar
energi memungkinkan perusahaan untuk bertaruh pada harga di masa depan, dan Enron siap
untuk mengambil keuntungan. Pada tahun 1990, Lay menciptakan Perusahaan Keuangan Enron
dan menunjuk Jeffrey Skilling, yang pekerjaannya sebagai konsultan McKinsey & Company
mengesankan Lay, untuk mengepalai perusahaan baru. Skilling saat itu adalah salah satu mitra
termuda di McKinsey.
Kepemimpinan Enron membodohi regulator dengan kepemilikan palsu dan praktik off-
the books accounting
Enron menggunakan kendaraan tujuan khusus (SPV), atau entitas tujuan khusus (SPE),
untuk menyembunyikan gunung utang dan aset beracun dari investor dan kreditor.
Harga saham Enron naik dari $ 90,75 pada puncaknya menjadi $ 0,26 pada
kebangkrutan.
Perusahaan membayar kreditornya lebih dari $ 21,7 miliar dari 2004 hingga 2011.
Mark-to-Market
Salah satu kontribusi awal Skilling adalah untuk mengalihkan akuntansi Enron dari
metode akuntansi biaya historis tradisional ke metode akuntansi mark-to-market (MTM), di
mana perusahaan menerima persetujuan SEC secara resmi pada tahun 1992. MTM adalah ukuran
dari nilai wajar akun yang dapat berubah seiring waktu, seperti aset dan liabilitas. Mark-to-
market bertujuan untuk memberikan penilaian realistis terhadap situasi keuangan lembaga atau
perusahaan saat ini, dan ini merupakan praktik yang sah dan banyak digunakan. Namun, dalam
beberapa kasus, metode ini dapat dimanipulasi, karena MTM tidak didasarkan pada biaya
"aktual" tetapi pada "nilai wajar," yang lebih sulit untuk dijabarkan. Beberapa percaya MTM
adalah awal dari akhir untuk Enron karena pada dasarnya mengizinkan organisasi untuk
mencatat estimasi laba sebagai laba aktual.
Enron menciptakan Enron Online (EOL) pada Oktober 1999, situs web perdagangan
elektronik yang berfokus pada komoditas. Enron adalah rekanan untuk setiap transaksi di EOL;
baik pembeli atau penjual. Untuk memikat peserta dan mitra dagang, Enron menawarkan
reputasi, kredit, dan keahliannya di sektor energi. Enron dipuji karena ekspansi dan proyek
ambisiusnya, dan dinamai "Perusahaan Paling Inovatif Amerika" oleh Fortune selama enam
tahun berturut-turut antara tahun 1996 dan 2001.
Ketika resesi melanda pada tahun 2000, Enron memiliki eksposur yang signifikan ke
bagian pasar yang paling fluktuatif. Akibatnya, banyak investor dan kreditor yang percaya
menemukan diri mereka sendiri pada ujung kapitalisasi pasar yang hilang.
Pada musim gugur 2000, Enron mulai runtuh karena beratnya sendiri. CEO Jeffrey
Skilling menyembunyikan kerugian finansial dari bisnis perdagangan dan operasi lain
perusahaan menggunakan akuntansi mark-to-market. Teknik ini mengukur nilai sekuritas
berdasarkan nilai pasar saat ini dan bukan nilai bukunya. Ini dapat bekerja dengan baik ketika
memperdagangkan sekuritas, tetapi dapat menjadi bencana bagi bisnis yang sebenarnya.
Dalam kasus Enron, perusahaan akan membangun aset, seperti pembangkit listrik, dan
segera mengklaim laba yang diproyeksikan pada pembukuannya, meskipun perusahaan belum
memperoleh satu sen pun dari aset tersebut. Jika pendapatan dari pembangkit listrik kurang dari
jumlah yang diproyeksikan, alih-alih mengambil kerugian, perusahaan kemudian akan
mentransfer aset ke perusahaan off-the-book di mana kerugian tidak dilaporkan. Jenis akuntansi
ini memungkinkan Enron untuk menghapus kegiatan yang tidak menguntungkan tanpa
mengganggu garis dasarnya.
Meskipun tujuan mereka adalah untuk menyembunyikan realitas akuntansi, SPV tidak
ilegal. Tetapi mereka berbeda dari sekuritisasi utang standar dalam beberapa cara signifikan —
dan berpotensi bencana. Satu perbedaan utama adalah bahwa SPV dikapitalisasi seluruhnya
dengan saham Enron. Ini secara langsung mengkompromikan kemampuan SPV untuk
melakukan lindung nilai jika harga saham Enron turun. Sama berbahayanya dengan perbedaan
signifikan kedua: Kegagalan Enron untuk mengungkapkan konflik kepentingan. Enron
mengungkapkan keberadaan SPV kepada publik yang berinvestasi — walaupun kemungkinan
besar hanya sedikit orang yang memahaminya — gagal mengungkapkan secara terbuka
kesepakatan jangka panjang antara perusahaan dan SPV.
Enron percaya bahwa harga saham mereka akan terus terapresiasi — kepercayaan yang
serupa dengan yang diwujudkan oleh Manajemen Modal Jangka Panjang, dana lindung nilai
yang besar, sebelum runtuh pada tahun 1998. Akhirnya, saham Enron menurun. Nilai-nilai SPV
juga turun, memaksa jaminan Enron untuk berlaku.
Selain Andrew Fastow, pemain utama dalam skandal Enron adalah firma akuntansi Enron
Arthur Andersen LLP dan rekannya David B. Duncan, yang mengawasi akun Enron. Sebagai
salah satu dari lima firma akuntansi terbesar di Amerika Serikat saat itu, Andersen memiliki
reputasi untuk standar tinggi dan manajemen risiko berkualitas.
Namun, meskipun praktik akuntansi Enron buruk, Arthur Andersen menawarkan cap
persetujuan, menandatangani laporan perusahaan selama bertahun-tahun. Pada April 2001,
banyak analis mulai mempertanyakan pendapatan Enron dan transparansi perusahaan.
Kebangkrutan Enron
Setelah Rencana Reorganisasi Enron disetujui oleh Pengadilan Kepailitan A.S., dewan
direksi baru mengubah nama Enron menjadi Enron Creditors Recovery Corporation (ECRC).
Misi tunggal baru perusahaan adalah "untuk mengatur ulang dan melikuidasi beberapa operasi
dan aset Enron 'pra-kebangkrutan' untuk kepentingan kreditor." Perusahaan membayar
kreditornya lebih dari $ 21,7 miliar dari 2004 hingga 2011. Pembayaran terakhir adalah pada Mei
2011.
Hasil akhir dari kasus Enron adalah bermuara pada dihukumnya semua jajaran eksekutif
Enron seperti Lay, Skilling dan Fastow. Seorang wakil presiden Enron pun bunuh diri
dikarenakan keterlibatannya dalam skandal. Tidak kurang dari 4.500 pimpinan menengah Enron
harus kehilangan pekerjaannya akibat perbuatan segelintir orang puncak di Enron.
Arthur Andersen pun ikut dituduh ikut serta dalam melakukan kejahatan praktik
akuntansi karena mendiamkan memo yang dibuat oleh Sheron Watkins yang menginformasikan
tentang adanya kecurangan Enron, serta Arthur Andersen yang menghilangkan ribuan lembar
laporan laporan audit selama tahun 1997 hingga 2000. Arthur Andersen akhirnya membubarkan
diri setelah kehilangan kepercayaan dari masyarakat Amerika Serikat dan menerima keputusan
dari yang berwenang di Amerika.
Kesimpulan dalam kasus Enron
Dari kasus Enron yang telah diuraikan diatas bisa disimpulkan betapa sering korporasi
yang diwakili oleh manajemen harus melakukan tindakan demi kepentingan bisnis mereka yang
berkaitan dengan masalah etis yang seharusnya dijaga dengan baik oleh profesional mereka.
Adanya masalah etika bisnis yang sering dihadapi adalah:
1. Penyuapan
Yang bertujuan untuk memanipulasi pilihan seseorang dengan “membeli” kebebasan memilih
orang tersebut dengan menawarkan, mengiming-imingkan, sesuatu yang berharga dengan
tujuan mempengaruhi pilihan orang tersebut.
2. Pemaksaan
Pemaksaan bertujuan mengendalikan orang lain lewat kekuatan atau ancaman dengan
dampak buruk yang bisa terjadi saat ini atau dimasa depan.
3. Penipuan
Perbuatan dengan sengaja dilakukan melalui pemalsuan keterangan tertulis maupun lisan
untuk memberikan gambaran yang keliru mengenai keadaan yang sebenarnya.
4. Pencurian
Pencurian merupakan pengambilan hak yang bukan miliknya.
5. Diskriminasi
Diskriminasi merupakan perbuatan yang tidak adil yang melakukan perbedaan terhadap ras,
suku, kulit, agama, dan kelamin.
Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik profesi
dengan nama kode etik Akuntan yang merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang
memberikan pedoman kepada akuntan untuk berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi
dan juga dengan masyarakat. Selain itu dengan kode etik akuntan juga merupakan alat atau
sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau masyarakat pada umumnya, tentang kualitas
atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana
yang diatur dalam kode etik profesi.
Kasus Enron telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan dalam bisnis.
Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik. Kita
harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis
adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan
tanpa memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan.
Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah:
Skandal Enron, tak bisa dipungkiri, merupakan kejahatan ekonomi multi disiplin.
Segelintir penguasa informasi telah menipu banyak pihak yang sangat awam tentang seluk-beluk
transaksi keuangan perusahaan. Mereka terdiri dari para professional-CEO, akuntan, auditor,
pengacara, bankir, dan analis keuangan yang telah mengkhianati tugas mulianya sebagai penjaga
kepentingan publik yang tak berdosa.
Meskipun bangkrutnya sebuah usaha menjadi tanggung jawab banyak pihak, dalam
kedudukannya sebagai auditor, tanggung jawab Arthur Andersen dalam kasus Enron sangatlah
besar. Berbeda dengan profesi lainnya, auditor independen bertanggung jawab memberikan
assurance services. Sementara manajeman, dibantu pengacara, penasihat keuangan, dan
konsultan, menyajikan informasi keuangan, akuntan publik bertugas menilai apakah informasi
keuangan itu dapat dipercaya atau tidak. Laku tidaknya informasi tentang kinerja suatu
perusahaan sangat bergantung pada hasil penilaian akuntan publik itu. Kata “publik” yang
menyertai akuntan menunjukkan bahwa otoritasnya diberikan oleh publik dan karena itu
tanggung jawabnya pun kepada publik (guarding public interest). Sementara itu, kata “wajar
tanpa pengecualian”, yang menjadi pendapat akuntan publik, mengandung makna bahwa
informasi keuangan yang telah diauditnya layak dipercaya, tidak mengandung keragu-raguan.
Karena itu, dalam menjalankan audit, akuntan wajib mendeteksi kemungkinan kecurangan dan
kekeliruan yang material. Kalau saja auditor Enron bekerja dengan penuh kehati-hatian (due
professional care), niscaya manipulasi yang dilakukan manajemen dapat dibongkar sejak dulu
dan kerugian yang lebih besar dapat dicegah lebih dini. Buktinya, Watskin dengan mudah dapat
menemukan manipulasi itu.
Sebaliknya, hilangnya obyektivitas dan independensi dapat membuat penglihatan auditor
menjadi kabur. Penyimpangan (irregularities) dan kecurangan (fraud) akan dianggap sebagai
kelaziman. Kegagalan untuk bersikap obyektif dan independensi sama artinya dengan hilangnya
eksistensi profesi. Membenarkan, bahkan menutupi, perilaku manajemen yang manipulatif jelas-
jelas merupakan pengkhianatan terhadap tugas “suci” profesi akuntan publik. Karena itu, sangat
wajar jika, dalam kasus Enron, auditor paling dipersalahkan karena telah gagal melindungi
kepentingan publik-sang pemberi otoritas.
Dalam hal ini, Arthur Andersen LPP salah satu firma akuntansi di Amerika Serikat telah
melakukan pelanggaran etika dalam pelaksanaan pengauditan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
hal – hal berikut :