Kelainan Plasenta (Frizka)
Kelainan Plasenta (Frizka)
Bentuk plasenta yang normal ialah ceper dan bulat. Diameternya 15-20 cm dan tebal
1½-3 cm. Plasenta pada kehamilan cukup bulan beratnya 1/6x berat anak atau ±500gr.
Plasenta yang besar sekali terdapat pada eritroblastosis,sifilis dan penyakit ginjal.
c. Penyakit Plasenta
a. Infark Plasenta, lesi plasenta yang paling sering terjadi meskipun
penyebabnya beragam. Seperempat plasenta dari kehamilan aterm tanpa
komplikasi mengalami infark , sedangkan kehamilan dengan komplikasi
penyakit hipertensi berat mengalami infark pada sekitar dua pertiga kasus.
Infark terjadi akibat oklusi pasokan darah dari ibu. Gambaran histopatologik
utama meliputi degenerasi fibrinoid trofoblas, infark iskemik akibat oklusi
arteri spirals, dan akhirnya kalsifikasi. Fokus-fokus kecil (kurang dari 1 cm)
degenerasi subkorion dan marginal terdapat pada hapir semua plasenta aterm,
tetapi fokus yang lebih besar biasanya dianggap abnrmal. Secara sederhana,
lesi degeneratif pada plasenta memiliki dua faktor etiologi umum : (1)
Perubahan yang berkaitan dengan penuaan trofoblas, dan (2) Gangguan
sirkulasi uteroplasenta yang menyebabkan infark .
d. Disfungsi Plasenta
a. Berat Plasenta yang kurang dari 500 gram indeks plasenta yang rendah
menambahkan kejadian mati dan fetal distress (gawat janin). Juga
bentuk makroskopis dan mikroskopis yang luar biasa (infark) dapat
menjurus ke disfungsi plasenta.
b. Uterus yang kurang membesar, berat badan ibu yang turun terutama
kalau disertai dengan gejala gawat janin. Penurunan kadar oestriol .
c. Hal ini dapat ditentukan dengan pengukuran kuantitatif atau dengan
pemeriksaan tidak langsung, misalnya dengan uji ferm (daun paku)
d. Persalinan dengan memperlihatkan BJ anak sewatu persalinan .
Solusion plasenta
Solusion plasenta adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal dari
dinding uterus sebelum waktunya. Kelainan ini terjadi pada sekitar 1% kehamilan tetapi
menyebabkan tingkat kematian perinatal 20-60 %.
Lokasi pelepasan plasenta bisa di daerah retroplasenta atau di daerah marginal.
Pelepasan plasenta di daerah retroplasenta terjadi karena ruptura arteri spiralis; sedangkan
pelepasan plasenta di daerah marginal terjadi karena ruptura vena-vena marginalis.
Solusion plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG, meskipun
secara klinis terdapat petanda kuat adanya solusion plasenta (perdarahan pervaginam, nyeri
abdomen, uterus yang sensitif, dan mungkin janin telah mati). Hal ini terutama terjadi pada
solusion plasenta marginal, kemungkinan karena perdarahan intrauterina mengalir keluar
melalui serviks uteri dab tidak membentuk hematoma di dalam kavum uteri. Solusion
plasenta yang dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG seringkali memberikan prognosis
yang lebih buruk jika dibandingkan dengan solusion plasenta yang tidak terdeteksi.
Tumor plasenta
Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah korioangioma (korangioma). Pada
pemeriksaan USG, korioangioma terlihat sebagai masa padat (hiperekoik atau hipoekoik)
yang letaknya di daerah subkorionik dan seringkali menonjol dari permukaan fetal plasenta.
Letak tumor biasanya berdekatan dengan tempat insersi tali pusat. Tumor yang kecil dan
letaknya intraplasenta sulit terdeteksi dengan USG. Korioangioma sulit dibedakan dari
perdarahan plasenta . Dengan pemeriksaan doppler akan terlihat gambaran vaskularisasi
pada tumor, sedangkan pada perdarahan plasenta tidak terlihat.
Tumor plasenta lainnya yang lebih jarang dijumpai adalah teratoma.
Kelainan pembuluh darah tali pusat
Arteri umbilikal tunggal (AUT) merupakan kelainan tali pusat yang paling sering
terjadi, dan ditemukan pada sekitar 0,2 – 1,1 % kelahiran (Gambar 20-15). Kelainan ini
seringkali disertai kelainan kongenital mayor, prematurasi, PJT, kematian perinatal, dan
kelainan kromosom. Kelainan kongenital dijumpai pada 20 – 50 % neonatus dengan AUT,
dan 20 % di anataranya merupakan kelainan multipel. Arteri umbilikal tunggal dijumpai pada
lebih dari 80 % janin dengan trisomi 18, dan pada 10-15 % janin dengan trisomi. Apabila
tidak disertai kelainan kongenital mayor atau kelainan kromosom, umumnya AUT tidak
menimbulkan masalah pada neonatus.
Diagnosis AUT didasarkan atas ditemukannya gambaran 2 pembuluh darah di dalam tali
pusat yang berasal dari 1 arteri dan 1 vena umbilikal. Arteri umbilikal biasanya terlihat lebih
besar dari ukuran normal, mendekati ukuran vena umbilikal.
Kelainan pembuluh darah tali pusat lainnya yang sangat jarang dijumpai adalah terdapatnya 2
arteri dan 2 vena umbilikal, atau 3 arteri dan 1 vena umbilikal. Pengaruh kelainan ini
terhadap janin masih belum jelas dan kontroversial. Kelainan 2 arteri dan 2 vena umbilikal
kadang – kadang disertai kelainan ektopia kordis dan kelainan kongenital multipel.
Simpul Tali Pusat
Simpul tali pusat aharus dibedakan dari simpul palsu pada tali pusat. Simpul tali pusat
palsu merupakan variasi normal, terjadi karena varises setempat dari pembuluh darah
umbilikal atau akumulasi setempat dari jeli Wharton, sehingga membentuk tonjolan yang
letaknya eksentrik pada tali pusat. Simpul tali pusat palsu tidak membahayakan janin.
Pada pemeriksaan USG simpul palsu terlihat sebagai tonjolan ireguler pada tali pusat, berisi
pembuluh darah yang terlihat kontinuitasnya. Pemeriksaan menjadi lebih mudah dengan
menggunakan Color Dopler.
Simpul tali pusat dapat tejadi karena gerak janin yang berlebihan, tali pusat yang
panjang, janin kecil, polihidramnion, dan kembar monokorionik. Simpul yang terjadi
mungkin longgar dan tidak membahayakan janin; atau erat sehingga menggangu sirkulasi
janin dan menyebabkan kematian perinatal. Pada pemeriksaan USG simpul tali pusat terlihat
sebagai tonjolan ireguler berisi pembuluh darah umbilikal yang saling bersilangan dan tidak
terlihat adanya kontinuitas pembuluh darah bagian proksimal dengan bagian distal simpul.
Lilitan Tali Pusat di Leher Janin
Seperti halnya simpul tali pusat, lilitan tali pusat terjadi karena gerakan janin yang
berlebihan, tali pusat yang panjang, janin kecil, dan polihidramnion. Lilitan tali pusat bisa
terjadi di bagian mana saja dari tumbuh janin, tetapi yang tersering adalah di bagian leher
(muchal cord). Jumlah lilitan leher bisa sekali (terjadi pada 21,3 % kehamilan ) atau lebih
dari sekali lilitan (terjadi pada 3,4 % kehamilan) . lilitan tali pusat dapat menimbulkan
bradikardi dan hipoksia janin; dan bila jumlah lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan
mortalitas perinatal.
Pada pemeriksaan USG lilitan tali pusat diketahui dengan melihat adanya satu atau lebih
bagian tali pusat yang melingkari leher janin (Gambar 20-16). Pemeriksaan akan lebih jelas
dengan menggunakan Color Doppler.
Lilitan tali pusat yang erat menyebabkan gangguan (kompresi) pada pembuluh darah
umbilikal, dan bila berlangsung lama akan menyebabkan hipoksia janin.
Daftar Pustaka