Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM PEMANTULAN BUNYI DENGAN

TABUNG RESONANSI

A. TUJUAN
1. Mempelajari fenomena resonansi gelombang bunyi.
2. Mengukur kecepatan rambat gelombang bunyi di udara.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung resonansi
2. Garputala dengan frekuensi 288 Hz (Nada dasar D)
3. Alat tulis

C. LANGKAH KERJA
1. Ambil tabung resonansi dan siapkan garputala yang akan dipakai.
2. Pastikan keadaan tabung resonansi dalam skala 0 dan kondisi air tepat
pada skala 0.
3. Pukul garputala pada tabung resonansi.
4. Dengarkan bunyi dengung pertama yang paling keras dan pastikan
melihat skalanya.
5. Catat skala pada dengung pertama. Dengarkan kembali bunyi kedua
(bunyi pantul) dan catat skala pada tabung.
6. Lakukan percobaan ini dua kali.

D. LANDASAN TEORI
Bunyi adalah salah satu bentuk gelombang mekanik karena
memerlukan medium dalam perambatannya. Bunyi yang kita dengar
berasal dari sumber bunyi yang bergetar kemudian merambat melalui
partikel udara dalam bentuk rapatan dan renggangan.
Kecepatan gelombang bunyi dapat ditentukan dengan tabung
resonansi. Gelombang datang dan gelombang pantul akan berinterferensi
sehingga menyebabkan bunyi kedengaran makin keras atau makin lemah.
Resonansi akan terjadi apabila memenuhi syarat sebagai berikut :
L = panjang tabung ; λ = panjang gelombang ;
f = frekuensi (Hz) dan v = cepat rambat gelombang.
Hubungannya adalah :
𝒗 =𝒇𝐱𝛌

1
E. DATA PERCOBAAN
No Frekuensi L1 L2 ∆𝑳 λ = 2x∆𝑳 𝒗 =𝒇𝐱𝛌
1 288 Hz 3 cm 24 cm 21 cm 42 cm 12.096 𝑐𝑚⁄𝑠
2 288 Hz 4 cm 27 cm 23 cm 46 cm 13.258 𝑐𝑚⁄𝑠
̅
𝒗 12.672 𝒄𝒎⁄𝒔

F. ANALISIS DATA
Dari percobaan yang dilakukan dua kali dengan garputala yang
berfrekuensi sama, dapat diperoleh data sebagai berikut :
Frekuensi Garputala : 288 Hz (Nada Dasar D)

Percobaan pertama : Percobaan kedua :


L1 = 3 cm  0,03 m L1 = 4 cm  0,04 m
L2 = 24 cm  0,24 m L2 = 27 cm  0,27 m
ΔL = 24-3 cm ΔL = 27-4 cm
= 21 cm  0,21 m = 23 cm  0,23 m
λ = 2x∆𝐿 λ = 2x∆𝐿
= 2x0,21 m  0,42 m = 2x0,23 m  0,46 m
v1 = f x λ v2 = f x λ
= 288 x 0,42 m = 288 x 0,46 m
= 120,96 m/s = 132,58 m/s

𝒗𝟏+𝒗𝟐 𝟏𝟐𝟎,𝟗𝟔+𝟏𝟑𝟐,𝟓𝟖
̅=
𝒗 
𝟐 𝟐
 126,72 m/s

G. KESIMPULAN
Bunyi adalah salah satu bentuk gelombang mekanik karena
memerlukan medium dalam perambatannya. Dalam praktik ini, bunyi jelas
merambat melalui udara. Cepat rambat bunyi berbanding lurus dengan
frekuensi dan panjang gelombang. Sehingga, jika panjang gelombangnya
besar, maka cepat rambat juga semakin besar nilainya.

2
PRAKTIKUM PEMBIASAN CAHAYA PADA PRISMA

A. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip terjadinya pembiasan cahaya pada prisma.
2. Mengetahui terjadinya sudut deviasi minimum pada prisma.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Prisma segitiga (45° , 45°, 45°)
2. Jarum pentul
3. Busur derajat
4. Penggaris
5. Kertas folio
6. Papan stereofoam
7. Alat tulis

C. LANGKAH KERJA
1. Letakan prisma pada kertas dan gambarlah prisma sesuai sudut sudut
pembentuknya.
2. Buat garis normal pada gambar prisma tersebut.
3. Tancapkan jarum pentul (P1) di salah satu sisi.
4. Intailah dan lihat bayangan jarum pentul P1 pada sisi lainnya dan
tancapkan jarum pentul (P2) dan P3.
5. Angkat perlahan prisma tadi dan hubungkan titik pada jarum pentul P1,
P2 dan P3 menjadi segaris.
6. Cabut semua jarum pentul dan lengkapi gambar dengan membuat garis
perpanjangan dari sudut datang dari P1.
7. Ukur dan catalah sudut antara garis pantul P2 dan sudut yang tegak
lurus dengan P3.
8. Ulangi langkah 1-7 sebanyak 4 kali dengan menggunakan sudut datang
yang berbeda.
9. Catat sudut datang pembentuknya dan sudut deviasi yang terbentuk.

D. LANDASAN TEORI
Prisma banyak digunakan untuk menguraikan cahaya atas komponen-
komponen panjang gelombangnya. Sehingga diperoleh spektrum dari
berkas cahaya yang digunakan.
Sudut deviasi (D) adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar
datang (i1) dengan sinar bias (r2) yang keluar dari prisma.

3
E. DATA PERCOBAAN
Percobaan i1 r2 D = (i1 + r2) - β
1 𝟐𝟓° 𝟒𝟒° 24°
2 𝟑𝟎° 𝟑𝟑, 𝟓° 28,5°
3 𝟒𝟓° 𝟐𝟔, 𝟓° 26,5°
4 𝟓𝟎° 𝟐𝟐° 27°
β = 𝟒𝟓° (Sudut pada prisma)

F. ANALISIS DATA
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh :
1. Percobaan pertama
a. Sudut datang = 25°
b. Sudut deviasi D = (i1 + r2) – β
= (𝟐𝟓° + 𝟒𝟒°) - 45°
= 24°
2. Percobaan kedua
a. Sudut datang = 30°
b. Sudut deviasi D = (i1 + r2) – β
= (𝟑𝟎° + 𝟑𝟑, 𝟓°) - 45°
= 28,5°
3. Percobaan ketiga
a. Sudut datang = 45°
b. Sudut deviasi D = (i1 + r2) – β
= (𝟒𝟓° + 𝟐𝟔, 𝟓°) - 45°
= 26,5°
4. Percobaan keempat
a. Sudut datang = 25°
b. Sudut deviasi D = (i1 + r2) – β
= (𝟓𝟎° + 𝟐𝟐°) - 45°
= 27°

G. KESIMPULAN
Cahaya yang melewati prisma akan mengalami pembiasan sehingga
terjadi pembelokan cahaya yang masuk dan keluar prisma. Dengan
memperpanjang sinar yang masuk dan keluar prisma akan diperoleh
perpotongan yang disebut sudut deviasi. Sudut deviasi berharga minimum
jika sudut datang pertama sama dengan sudut bias kedua.

4
PRAKTIKUM HUKUM OHM

A. TUJUAN
1. Menyelidiki hubungan antara kuat arus ( I ) dengan tegangan ( V ).
2. Menentukan besar hambatan.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Voltmeter
2. Ampermeter
3. Baterai
4. Alat tulis

C. LANGKAH KERJA
1. Pasang baterai sebagai sumber arus pada rangkaian.
2. Pastikan jarum pada Voltmeter dan Ampermeter berada pada skala 0.
3. Geser DC Generator sedikit demi sedikit dan amati perubahan skala
pada Ampermeter dan Voltmeter.
4. Catat dan hasil pengukuran.
5. Lakukan langkah 1-4 sebanyak 5 kali.

D. LANDASAN TEORI
Hukum Ohm berbunyi “Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui
sebuah penghantar atau konduktor akan berbanding lurus dengan beda
potensial / tegangan (v) yang diterapkan kepadanya dan berbanding
terbalik dengan hambatannya (R).”
Alat untuk mengukur kuat arus adalah Ampermeter. Sedangkan alat untuk
mengukur besarnya tegangan adalah Voltmeter.

E. DATA PERCOBAAN
No I (Amp) V (Volt)
1 0,1 0,1
2 0,15 0,2
3 0,2 0,35
4 0,3 0,6
5 0,5 1

5
F. ANALISIS DATA
Hambatan pada perangkat adalah 1,8 ohm.
Perhitungan besarnya Hambatan (R)
𝐕
R=
𝐈

𝐕𝟏 𝐨,𝟏
R1 =  =1Ω
𝐈𝟏 𝟎,𝟏

𝐕𝟐 𝐨,𝟐
R2 =  = 1,33 Ω
𝐈𝟐 𝟎,𝟏𝟓

𝐕𝟑 𝐨,𝟑𝟓
R3 =  = 1,75 Ω
𝐈𝟑 𝟎,𝟐

𝐕𝟒 𝐨,𝟔
R4 =  =2Ω
𝐈𝟒 𝟎,𝟑

𝐕𝟓 𝟏
R5 =  =2Ω
𝐈𝟓 𝟎,𝟓

𝑅1+𝑅2+𝑅3+𝑅4+𝑅5
Rrata-rata =
5
1+1,33+1,75+2+2
=
5
Rrata-rata = 1,616 Ω

G. KESIMPULAN
Dalam penerapannya, kami dapat menggunakan teori Hukum Ohm
dalam rangkaian elektro untuk memperkecil tegangan dan memperkecil
arus listrik serta dapat memperoleh nilai hambatan (R) yang diinginkan.
Hal itu terjadi karena : Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui
sebuah penghantar atau konduktor akan berbanding lurus dengan beda
potensial / tegangan (v) yang diterapkan kepadanya dan berbanding
terbalik dengan hambatannya (R).

6
LAMPIRAN

Praktikum Pembiasan Pada Prisma

7
8
9

Anda mungkin juga menyukai