Laporan SGD 6 LBM 6 Blok 10
Laporan SGD 6 LBM 6 Blok 10
LBM 6 BLOK 10
“ LESI CANCER ”
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 6
LBM 6 BLOK 10 mengenai “Lesi Cancer”. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas SGD yang telah dilaksanakan.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini
ini.
Untuk itu semoga laporan yang kami buat ini dapat menjadi acuan agar kita
menjadi lebih mendalami mengenai pembelajaran ini. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
PENJABARAN PEMBELAJARAN
Unit belajar 6 : Kelainan Rongga Mulut Yang Berhubungan Dengan Lesi Cancer
Judul : “Borok di lidahku kok gak sembuh-sembuh”
Skenario
4
BAB I
PENDAHULUAN
Lesi Kanker adalah lesi dengan pertumbuhan sel tidak beraturan yang muncul dari
satu sel. Lesi Kanker merupakan pertumbuhan jaringan secara otonom dan tidak
mengikuti aturan dan regulasi sel yang tumbuh normal. Tumor adalah istilah umum yang
menunjukkan massa dari pertumbuhan jaringan abnormal.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Indurasi
o Suatu penonjolan keras yang merupakan keadaan abnormal dalam suatu
jaringan disekitarnya sifatnya lebih keras saat dipalpasi.
Kelenjar limfe
o Suatu jaringan di dalam tubuh sebagai penghasil dan penyaring cairan
disebut cairan getah bening mengeluarkan sel mati dan pertahanan dari
infeksi, terbungkus oleh kapsul fibrosa berisi sel-sel untuk pertahanan tubuh
yang merupakan penyaringan antigen/protein asing, terdapat sel-sel
limfosit.
Sariawan / stomatitis aphtosa
o Sebuah gejala pembengkakan terjadi pada daerah mulut yaitu lapisan
mukosa berbentuk ulser berwarna putih.
Eritema
o Kemerahan pada area jaringan pada suatu kulit / mukosa, disebabkan
pembesaran pembuluh darah dapat terjadi karena radiasi yang tinggi
seperti paparan sinar ultra violet.
6
2. Diagnosa kasus skenario ?
Diagnosanya karsinoma sel squamosa adalah tumor ganas yang berasal dari
jaringan epithelium dengan struktur sel yang berkelompok, mampu berinfiltrasi
melalui aliran limfatik dan menyebar keseluruh tubuh. Karsinoma sel skuamosa
merupakan kanker yang paling sering terjadi pada rongga mulut biasanya secara
klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, kemerahan,
dan dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.
Gejala Klinis dari skenario
1. Pasien laki-laki umur 35 tahun
2. Terdapat sariawan besar pada lidah kanan tidak hilang sejak 3 bulan lalu
3. Awalnya sariawan muncul berukuran kecil dan semakin lama semakin
membesar.
4. Sariawan tidak terlalu sakit kecuali makan-makanan yang pedas dan asam
5. EO : terdapat benjolan pada kelenjar limfe sebelah kanan tidak sakit
6. IO : Pada lidah sebelah kanan terdapat ulkus besar, pinggiran eritema,
terdapat indurasi, palpasi lebih keras dari jaringan sekitar.
2. Lesi Endofitik
Karsinoma endofitik biasanya ulseratif.Hal ini berdasarkan pada
ketidakmampuan epitelium karsinomatosa untuk menciptakan suatu unit
struktural yang stabil dan utuh. Karsinoma tipe ini menunjukkan suatu penekanan,
bentuk yang tidak teratur, zona utama yang ulseratif dengan tepi bergerigi.
Tepian bergerigi terbentuk ketika tumor menyerang ke jaringan di bawah dan
sebelah lateralnya, dengan demikian penarikan tepi epitelial yang berdekatan
dengan ulser.
Karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma, SCC) adalah sekitar 90-
95% dari semua tumor ganas rongga mulut. Kanker ini terletak terutama pada
lidah, khususnya pada batas posterior lateral lidah. Pada umumnya diderita oleh
laki-laki di atas usia 50 tahun, terutama mereka yang memiliki riwayat konsumsi
tembakau dan alkohol tinggi. Kanker ini jarang terjadi pada usia muda atau di
bawah usia 40 tahun.
Letak dan insidensi terjadinya karsinoma sel skuamosa berbeda pada
daerah anatomi rongga mulut. Terdapat daerah yang resisten namun juga ada
daerah rentan, seperti pada daerah lateral lidah, bibir bawah, ventral lidah,
daerah dasar mulut dan daerah posterior dasar mulut sering terjadi, sedangkan
pada daerah gingiva, palatum durum dan mukosa bukal jarang terjadi.
Bagian anterior pada lidah, terutama batas lateral, perbatasan ventral
lidah. Kurang lebih 60% atau lebih pasien penderita lesi lokal berdiameter kurang
8
dari 2 cm mampu bertahan hidup selama 5 tahun atau lebih setelah menjalani
pengobatan.
Hampir 80% karsinoma lidah terletak pada dua pertiga anterior lidah
(umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada
posterior lidah. Secara klinis kanker lidah menyerang dua pertiga anterior lidah
dan sepertiga posterior lidah serta dapat juga bermetastase ke daerah sekitar lidah
misalnya submaxillary,dan digastricus juga ke daerah leher dan servikal.
Penyebab KSS merupakan hal yang multifaktorial yaitu tidak ada agen
ataupun faktor (karsinogen) tunggal sebagai penyebab KSS yang telah ditegaskan
atau telah diterima secara jelas. Faktor ekstrinsik sebagai penyebab yakni
merupakan agen eksternal seperti tembakau, alkohol, penyakit sipilis, dan sinar
matahari. Faktor intrinsik merupakan kondisi umum atau sistemik pasien, seperti
malnutrisi ataupun anemia defisiensi besi. Walaupun faktor-faktor lain juga
signifikan, kemungkinan bahwa KSS dapat ditularkan secara herediter, akan
tetapi herediter sendiri tidak memainkan peranan utama. Faktor lain yang
berperan dalam terjadinya KSSRM meliputi kebiasaan menyirih, pajanan sinar UV,
faktor nutrisi, faktor genetic,infeksi Human Papilloma Virus, Herpes Simplex Virus
dan Candida. Kebanyakan KSS dihubungkan dengan lesi prekanker, khususnya
leukoplakia.
Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di
Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu
termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol
dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki resiko yang lebih
10
tinggi daripada digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok
menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker
mulut dibandingkan dengan merokok kretek. Semua bentuk alkohol dapat
menyebabkan kanker mulut, termasuk alkohol yang terkandung di dalam
mouthwash. Dalam karsinogenesis, alkohol dapat berperan secara
independen dan bereaksi sinergis dengan tembakau dengan memberikan
efek dehidrasi pada mukosa sehingga meningkatkan permeabilitas mukosa.
Telah diperkirakan bahwa perokok menggunakan mouthwash lebih sering.
11
2/3 sampai ¾ ketebalan lapisan epitel. Carcinoma in-situ adalah lesi di mana sel
abnormal meliputi seluruh epitel tanpa menginvasi membran dasar. Suatu KSSRM
didiagnosis ketika terdapat kerusakan membran dasar dan invasi sel epitel
displastik menuju jaringan ikat. keberadaan dan keparahan displasia diperkirakan
berhubungan dengan peningkatan resiko ke arah keganasan.Karsinoma sel
skuamosa rongga mulut dapat berkembang ditempat yang sebelumnya terdapat
leukoplakia dan eritroplakia atau dapat berkembang secara de novo. Secara
klinis, lesi memiliki tampilan lesi prakanker pada tahap awal karsinogenesis. Ketika
telah menginvasi submukosa, KSSRM tampak sebagai ulserasi kronis yang
ireguler,dengan tepian yang meninggi dan terdapat indurasi.
12
rutin dada dan abdomen. MRI khususnya berguna untuk menentukan
penyebaran tumor, keterlibatan tulang, metastase nodus
6. Elektrokardiografi
7. Pemeriksaan darah
8. Gambaran secara histopatologis
Secara histologis karsinoma sel skuamosa diklasifikasikan oleh WHO
menjadi:
1. Well differentiated (Grade I): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel
keratin basaloid masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin
pearl)
2. Moderate differentiated (Grade II): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana
sebagian sel-sel basaloid tersebut menunjukkan diferensiasi, membentuk
keratin.
3. Poorly differentiated (Grade III): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana seluruh
sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sulit dikenali
lagi.
13
7000 rads. Dosis radiasi yang dapat mematikan tumor memberikan efek samping
sementara termasuk ulserasi mukosa, nyeri, disgeusia, kandidiasis, dermatitis,
alopesia, dan eritema kulit. Sementara efek samping yang permanen adalah
xerostomia dengan karies servikal tipe radiasi, telangiektasia kulit, atrofi mukosa
mulut dan kulit, alopesia permanen, dan osteoradio nekrosis.
1. Pembedahan
Dalam pemilihan perawatan bedah, perlu diketahui indikasi serta tujuan
penanganan terhadap KSS. Adapun indikasi pembedahan antara lain:
1. Tumor yang telah melibatkan tulang
2. Efek samping pembedahan diharapkan lebih kecil daripada radiasi
3. Tumor yang kurang sensitif terhadap radiasi
4. Tumor rekuren pada daerah yang sebelumnya telah menerima terapi
radiasi.
5. Pada kasus paliatif untuk mengurangi ukuran tumor
Pada beberapa kasus dengan keterlibatan tulang alveolar yang minimal,
mandibulektomi parsial dapat membiarkan terpeliharanya kontinuitas mandibula.
Diseksi leher dapat digunakan pada sisa perawatan kanker yang rekuren di leher.
Eksisi lesi displastik dan malignan dapat disempurnakan dengan terapi laser. Terapi
laser untuk lesi ini ditolerir dengan baik dan biasanya menurunkan waktu
perawatan di rumah sakit tetapi memiliki kekurangan yaitu terbatasnya
perkiraan mengenai tepi pembedahan untuk konfirmasi secara histopatologis.
Manajemen lanjutan pembedahan meliputi pendekatan baru pembedahan dan
pembedahan baru untuk rekonstruksi, seperti vaskularisasi flap, rekonstruksi
mikrovaskular bebas dan anastomose neurologis dari cangkokan bebas.
Rekonstruksi dengan menggunakan implan ossenintegrasi bertujuanuntuk
memberikan prostesis yang stabil dan estetis yang lebih tinggi dan hasil fungsional.
Kemampuan untuk menempatkan implan pada tulang yang disinari merupakan
pilihan untuk rehabilitasi.
2. Radioterapi
KSS biasanya radiosensitif, dan mempunyai lesi awal dengan tingkat kesembuhan
yang tinggi. Pada umumnya, tumor yang lebih berdiferensiasi maka mempunyai
kecepatan daya respon yang lebih kecil terhadap radioterapi. Tumor eksofitik dan
yang teroksigenasi dengan baik lebih radiosensitif, sedangkan tumor besar yang
invasif dengan fraksi pertumbuhan yang kecil memunyai respon yang lebih sedikit.
KSS yang dibatasi oleh mukosa mempunyai daya sembuh lebih tinggi dengan
radioterapi, akan tetapi penyebaran tumor sampai ke tulang mengurangi
kemungkinan penyembuhan dengan radioterapi. Metastase servikal yang kecil
dapat dikendalikan hanya dengan radioterapi saja, walaupun keterlibatan
servikal nodus yang lebih lanjut lebih baik diatasi dengan terapi kombinasi.
Untuk mendapatkan efek terapetik, radioterapi diberikan dengan pembagian
harian. Hiperfraksionasi radiasi (biasanya dosis dua kali sehari) digunakan secara
luas untuk mengurangi komplikasi kronik yang timbul walaupun komplikasi akut
lebih parah. Efek biologis radioterapi tergantung pada jumlah dosis yang diberikan
perhari, total waktu perawatan, dan dosis total.
14
Radioterapi mempunyai keuntungan dalam perawatan karsinoma in situ karena
mencegah pembuangan jaringan, dan dapat digunakan sebagai pilihan
perawatan pada tumor T1 dan T2. Radiasi dapat diberikan pada lesi yang
terlokalisasi dengan menggunakan teknik implant (brakiterapi) atau pada regio
kepala dan leher dengan menggunakan eksternal beam radiation. Terapi external
beam dapat memberikan cara tertentu untuk melindungi jaringan normal yang
berbatasan dengan tumor yang tidak terlibat. Inovasi pada radioterapi meliputi
IMRT, menggunakan pancaran radiasi dengan berbagai intensitas, yang
memberikan kemampuan untuk menyesuaikan dengan dosis yang diresepkan
terhadap bentuk dan jaringan target dalam tiga dimensi, mengurangi dosis untuk
jaringan normal sekitarnya. IMRT idealnya cocok untuk malignansi pada kepala
dan leher yang dekat dengan struktur yang penting seperti batang otak, chiasm
optik, dan kelenjar ludah.
Concurrent Chemotherapy and Radiotherapy (CCRT) dan IMRT menjadi standard
perawatan pada KSS. CCRT meningkatkan laju penyembuhan tetapi
dihubungkan dengan peningkatan toksisitas yang menyertainya.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi
lokal,bersama dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah
perawatan lokal. Tujuan kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan
memberikan perawatan dini pada mikrometastaste. Efek toksik kemoterapi
meliputi mukositis, nausea, muntah, dan penekanan sumsum tulang. Obat-obatan
utama kemoterapi itu sendiri maupun untuk terapi kombinasi yaitu antara lain
methotrexate, bleomycin, Tasol dan turunannya, turunan platinum (cisplatin dan
carboplatin), dan 5-fluorouracil. Protokol kemoterapi dan radioterapi yang
dilakukan bersamaan, saat ini telah menjadi standard sebagai perawatan pada
stadium tiga dan empat dengan prognosis yang buruk apabila dirawat dengan
pembedahan.
Sebagai perawatan untuk keganasan yang lainnya, obat-obatan kemoterapi yang
baru telah dipelajari sebagai tambahan atau pengganti obat-obatan yang lama.
Obat-obatan kombinasi percobaan yang menargetkan jalur yang berbeda-beda,
seperti bevazicumb dan erlotinib, juga telah disempurnakan dengan hasil yang
menjanjikan. Obat-obatan seperti capecitabine menawarkan suatu cara lain pada
pasien yang secara jelas terkena efek samping dari kemoterapi standard. Interferon
alfa 2b efektif sebagai terapi pembantu terapi konvensional pasien imunosupresi.
4. Kombinasi Pembedahan dan Radioterapi
Keuntungan radioterapi seperti potensi untuk membasmi sel-sel tumor yang
teroksiogenasi dengan baik pada perifer tumor dan untuk mengatur penyakit
regional subklinis. Pembedahan lebih ditekankan pada pengaturan masa tumor
yang berproses secara relatif pada sel-sel hipoksik yang radio-resisten dan tumor
yang melibatkan tulang. Terapi kombinasi dapat menghasilkan keselamatan yang
baik pada kasus-kasus tumor tingkat lanjut dan pada tumor yang menunjukkan
tingkah laku biologis yang agresif. Keuntungan dari radioterapi preoperatif yaitu
destruksi sel-sel tumor perifer, potensi pengendalian penyakit subklinis, dan
kemungkinan mengubah lesi yang tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi.
Kerugiannya meliputi, penundaan pembedahan dan penundaan penyembuhan
pasca operasi. Kemoradioterapi pasca operasi dapat digunakan untuk merawat
15
sel-sel yang tersisa pada pembedahan dan untuk mengendalikan penyakit
subklinis.
5. Terapi Gen
Terapi gen didefenisikan sebagai transfer gen untuk tujuan mengobati penyakit
pada manusia, meliputi transfer materi genetik yang baru sebagai manipulasi
materi genetik yang ada. Hal ini bermanfaat khususnya untuk sel-sel kanker, yang
didominasi onkogen yang teraktivasi. Pengunaan terapi gen pada perawatan
kanker yakni untuk merawat penyakit yang rekuren dan terapi pembantu,
misalnya pada pembedahan. Berdasarkan pada persyaratannya yakni injeksi
secara langsung, KSS merupakan target yang cocok karena kebanyakan lesi
primer ataupun yang rekuren dapat dicapai dengan injeksi. Ada beberapa strategi
umum yang digunakan pada terapi gen untuk merawat KSS, yaitu:
1. penambahan gen supresor tumor (terapi gen tambahan)
2. penghilangan gen tumor yag tidak sempurna (terapi gen eksisi)
3. penurunan regulasi gen yang terlihat yang menstimulasi pertumbuhan
tumor (RNA antisense)
4. perbaikan penjagaan imun (imunoterapi)
5. aktivasi obat-obatan yang mempunyai efek kemoterapetik (terapi gen
”suicide”)
6. pengenalan virus yang menghancurkan sel-sel tumor sebagai bagian dari
siklus replikasi
7. pengiriman gen-gen yang resisten terhadap obat ke jaringan normal
sebagai perlindungan dari kemoterapi
8. pengenalan gen yang menghambat angiogenesis tumor
10. Pada skenario, Sariawan yang tadinya kecil semakin lama bisa
membesar dan tidak sembuh padahal sudah dikasih obat selama 3 bulan
?
o Karena Obat yang diberikan oleh drg. puskesmas tidak sesuai, sariawan
tadi yang asal mulanya kecil lama-lama menjadi besar dan tidak terkontrol
11. Pada skenario, Hubungan ulser yang dilidah dengan benjolan pada
kelenjar limfe ?
o Ada, karena pada kelenjar limfe menghasilkan limfosit T ( T8) terjadi
pertahanan tubuh karena ada pembentukan koloni baru dan
bermetastasis ke jaringan organ lain.
12. Mengapa sariawan pada saat makan pedas dan asam terasa sakit ?
o Karena Lapisan epitel terbuka menjadi mukosa mulut lebih sensitif
terutama pada lidah dikarenakan di lapisan epitel basal terjadi kerusakan
sehingga menyebabkan di lapisan epitel korneum tidak terjadi
pembentukan lapisan epitel baru dan akan terasa sakit saat makan pedas
dan asam.
16
CONSEP MAPPING
Keluhan terdapat
sariawan besar pada
lidah kanan tidak hilang
sejak 3 bulan lalu
Pemeriksaan Klinis
Terjadi
Metastasis
Diagnosa :
Karsinoma sel squamosa
DD :
Verrocous karsinoma,
Ulser traumatikus
Penatalaksanaan
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasibuan S., 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga
Mulut, Digitized by USU digital library. p.1-7
2. Shah J.P., Zelefsky M.J., Cancer of Oral Cavity. In: Harrison et al Head and
Neck Cancer. A Multidisciplinary Approach. 2nd ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia, 2004, . 266-80
5. Sapp J.P., Eversole, L.R., Wysocki, G.P. 2004. Contemporary Oral and
Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Mosby. St Louis. 134-43
18