Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN HASIL SGD 6

LBM 6 BLOK 10
“ LESI CANCER ”

Ketua : Y. Aditya Yoga Prasetya (112090101)


Scribber : Rizal Prakoso Setyo Utomo (31101200293)
1. Febrianto Dwilaksono (112080018)
2. Hanna J. Mahardika (112090079)
3. Hanik Elyana (31101200259)
4. Lela Setyorini (31101200264)
5. Syafrudin Aulia Azhar (31101200274)
6. Annisa Primasari (31101200287)
7. Henantika Rizki Pravitasari (31101200304)
8. Rifka Fitria Wulandari (31101200311)
9. Selvia Rachmawati (31101200312)
10. Vicki Betsi Dyah Hapsari (31101200317)
11. Whina Andini (31101200318)
12. Kiky Reski Lestari Panto (31101200324)

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
Tahun Ajaran 2013/2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD 6
LBM 6 BLOK 10 mengenai “Lesi Cancer”. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas SGD yang telah dilaksanakan.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan laporan ini
ini.
Untuk itu semoga laporan yang kami buat ini dapat menjadi acuan agar kita
menjadi lebih mendalami mengenai pembelajaran ini. Amin.

Jazakumullhahi khoiro jaza’

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 07 Desember 2013

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................. 3
PENJABARAN PEMBELAJARAN ............................................................................... 4
BAB I ........................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Kata Kunci ......................................................................................................... 6
2.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
CONSEP MAPPING .................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

3
PENJABARAN PEMBELAJARAN

Unit belajar 6 : Kelainan Rongga Mulut Yang Berhubungan Dengan Lesi Cancer
Judul : “Borok di lidahku kok gak sembuh-sembuh”

Skenario

Pasien laki-laki umur 35 tahun, perokok berat datang dengan


keluhan terdapat sariawan besar pada lidah kanan yang tidak hilang-hilang
sejak 3 bulan yang lalu. Pada awalnya sariawan muncul berukuran kecil
dan semakin lama semakin membesar. Sariawan tidak terlalu sakit kecuali
makan-makanan yang pedas dan asam. Sudah diperiksakan ke drg di
puskesmas diberikan obat tetapi belum sembuh.
Gambaran klinis
Ekstra oral : terdapat benjolan pada kelenjar limfe sebelah kanan tidak
sakit.
Intra oral : pada lidah sebelah kanan terdapat ulkus besar,pinggiran
eritema, terdapat indurasi, palpasi lebih keras dari jaringan sekitar.
Oleh drg. Anang dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lesi Kanker adalah lesi dengan pertumbuhan sel tidak beraturan yang muncul dari
satu sel. Lesi Kanker merupakan pertumbuhan jaringan secara otonom dan tidak
mengikuti aturan dan regulasi sel yang tumbuh normal. Tumor adalah istilah umum yang
menunjukkan massa dari pertumbuhan jaringan abnormal.

Lesi Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau


kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga
terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut disebabkan
adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gen-gen yang mengatur
pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor. Sel-sel yang mengalami
transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel normal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu lesi kanker ?


2. Diagnosa kasus skenario ?
3. DD dari karsinoma sel squamosa?
4. Tanda dan Gejala klinis karsinoma sel squamosa?
5. Etiologi dan predisposisi karsinoma sel squamosa?
6. Patofisiologi karsinoma sel squamosa?
7. Pemeriksaan penunjang karsinoma sel squamosa?
8. Prognosis karsinoma sel squamosa?
9. Penatalaksanaan karsinoma sel squamosa?
10. Pada skenario, Sariawan yang tadinya kecil semakin lama bisa membesar dan
tidak sembuh padahal sudah dikasih obat selama 3 bulan ?
11. Pada skenario, Hubungan ulser yang dilidah dengan benjolan pada kelenjar limfe
?
12. Mengapa sariawan pada saat makan pedas dan asam terasa sakit ?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kata Kunci

 Indurasi
o Suatu penonjolan keras yang merupakan keadaan abnormal dalam suatu
jaringan disekitarnya sifatnya lebih keras saat dipalpasi.
 Kelenjar limfe
o Suatu jaringan di dalam tubuh sebagai penghasil dan penyaring cairan
disebut cairan getah bening mengeluarkan sel mati dan pertahanan dari
infeksi, terbungkus oleh kapsul fibrosa berisi sel-sel untuk pertahanan tubuh
yang merupakan penyaringan antigen/protein asing, terdapat sel-sel
limfosit.
 Sariawan / stomatitis aphtosa
o Sebuah gejala pembengkakan terjadi pada daerah mulut yaitu lapisan
mukosa berbentuk ulser berwarna putih.
 Eritema
o Kemerahan pada area jaringan pada suatu kulit / mukosa, disebabkan
pembesaran pembuluh darah dapat terjadi karena radiasi yang tinggi
seperti paparan sinar ultra violet.

2.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu lesi kanker ?


Lesi Kanker adalah lesi dengan pertumbuhan sel tidak beraturan yang muncul
dari satu sel. Lesi Kanker merupakan pertumbuhan jaringan secara otonom dan
tidak mengikuti aturan dan regulasi sel yang tumbuh normal. Tumor adalah istilah
umum yang menunjukkan massa dari pertumbuhan jaringan abnormal.
o Istilah yang digunakan untuk menentukan sel adalah kanker, yaitu :
1. Hipertrofia : Pembesaran suatu organ atau jaringan yang disebabkan
bertambahnya volume sel pembentuknya
2. Hiperlasia : Pembesaran suatu organ atau jaringan yang disebabkan
peningkatan jumlah sel pembentuknya
3. Displasia : Pembesaran suatu organ atau jaringan akibat pertambahan
bertambah jumlah dan volume sel yang disertai dengan disertai dengan
susunan sel yang berbeda (tidak normal)
4. Anaplastia : Suatu keadaan dimana sel neoplastik tersebut kehilangan
bentuk morphologis normal dalam proses diffrensiasi (back to ward).
5. Metastasis : Metastasi menunjukkan adanya penyebaran sel tumor atau
implan sekunder dari tumor primer ke jaringan yang jauh.

6
2. Diagnosa kasus skenario ?
Diagnosanya karsinoma sel squamosa adalah tumor ganas yang berasal dari
jaringan epithelium dengan struktur sel yang berkelompok, mampu berinfiltrasi
melalui aliran limfatik dan menyebar keseluruh tubuh. Karsinoma sel skuamosa
merupakan kanker yang paling sering terjadi pada rongga mulut biasanya secara
klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, kemerahan,
dan dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.
 Gejala Klinis dari skenario
1. Pasien laki-laki umur 35 tahun
2. Terdapat sariawan besar pada lidah kanan tidak hilang sejak 3 bulan lalu
3. Awalnya sariawan muncul berukuran kecil dan semakin lama semakin
membesar.
4. Sariawan tidak terlalu sakit kecuali makan-makanan yang pedas dan asam
5. EO : terdapat benjolan pada kelenjar limfe sebelah kanan tidak sakit
6. IO : Pada lidah sebelah kanan terdapat ulkus besar, pinggiran eritema,
terdapat indurasi, palpasi lebih keras dari jaringan sekitar.

3. DD dari karsinoma sel squamosa?


o Verrucous karsinoma : muncul berupa massa putih-merah yang eksofitik
dan seperti kutil, yang jika diraba terasa keras. Beberapa menyebutnya
seperti bunga kol atau tumor papulonodular. Lesi ini merupakan varian
karsinoma sel squamosa yang ganas,derajat rendah, tidak bermetastasis
dan 25 kali lebih jarang dibandingkan karsinoma sel squamosa. Paling
sering timbul dalam hubungannya dengan penggunaan tembakau jangka
panjang, terutama tembakau bukan dalam bentuk rokok. Sekitar 30%
kasus berhubungan infeksi human papilomavirus.
Mukosa bukal, vestibulum, ginggiva mandibula, dan palatum adalah
daerah mulut yang paling sering terkena karsinoma verukosa. Ciri khas dari
karsinoma verukosa adalah permukaan keratotik bergelombang dan
berwarna abu-abu putih dengan papula yang lembek berwarna merah
muda-merah.
o Ulser traumaticus : ulserasi rongga mulut rekuren merupakan kondisi
umum yang disebabkan oleh beberapa faktor, terutama trauma. Ulser
dapat muncul pada semua usia dan pada pria maupun wanita. Lokasi ulser
traumatikus adalah dimukosa labial atau bukal, palatum, dan tepi lidah.
Ulser traumaticus dapat berasal dari bahan kimia, panas, atau gaya
mekanis dan sering kali diklasifikasikan sesuai dengan sifat sesungguhnya
dari serangan tersebut. Tekanan basis gigi tiruan yang goyang atau sayap
atau dari rangka gigi tiruan sebagian adalah sumber dekubitus atau ulser
tekanan. Ulser tropik atau iskemik terjadi khususnya pada palatum
ditempat yang mendapat suntikan.
Gambaran ulser traumatikus yang disebabkan faktor mekanis bervariasi
sesuai dengan intensitas dan ukuran agen penyebabnya. Ulser biasanya
terlihat sedikit depresi dan oval. Zona eritema pada awalnya terlihat
dibagian tepi, zona ini semakin muda warnanya sejalan dengan
penyembuhan ulser. Bagian tengah ulser biasanya berwarna abu-abu
kuning. Mukosa yang mengalami kerusakan kimia, seperti terlihat pada
7
luka bakar akibat aspirin, kurang jelas batasnya dan mengandung
permukaan putih yang melekat longgar, dan mengalami koagulasi.

4. Tanda dan Gejala klinis karsinoma sel squamosa?

Pada pertemuan para peneliti WHO mengenai defenisi histologis lesi-lesi


prekanker, keadaan prekanker dibagi menjadi : lesi prekanker dan kondisi
prekanker. Lesi prekanker didefenisikan sebagai perubahan jaringan secara
morfologis dimana kanker kelihatannya lebih sering terjadi daripada bagian-
bagian yang normal.
 Lesi-lesi prekanker yang dapat berkembang menjadi KSS :
1. Eritroplasia (eritroplakia) merupakan lesi yang paling sering berkembang
menjadi displasia berat ataupun karsinoma
2. Leukoplakia yang terdiri dari proliferative verrucous leukoplakia,
leukoplakia sublingual, leukoplakia kandida, leukoplakia sipilitik.

 KSS mempunyai gambaran klinis yang bervariasi, yakni sebagai berikut


1. Lesi Eksofitik
Karsinoma eksofitik adalah suatu bentuk masa lesi yang berbentuk seperti
nodul, jamur, papilla dan verruciform. Warnanya bervariasi dari merah sampai
putih, tergantung pada jumlah keratinisasi permukaan epitel dan juga
berdasarkan fibrosis pada jaringan ikat dibawahnya sebagai respon invasi tumor.
Masa terasa keras (indurated), dan jika kanker telah menyebar ke jaringan otot
ataupun tulang, masa tumor terasa cekat kepada jaringan sekitar, gambaran ini
umumnya terjadi pada mukosa bukal dan tepi lateral lidah.

2. Lesi Endofitik
Karsinoma endofitik biasanya ulseratif.Hal ini berdasarkan pada
ketidakmampuan epitelium karsinomatosa untuk menciptakan suatu unit
struktural yang stabil dan utuh. Karsinoma tipe ini menunjukkan suatu penekanan,
bentuk yang tidak teratur, zona utama yang ulseratif dengan tepi bergerigi.
Tepian bergerigi terbentuk ketika tumor menyerang ke jaringan di bawah dan
sebelah lateralnya, dengan demikian penarikan tepi epitelial yang berdekatan
dengan ulser.

 Karsinoma sel skuamosa (squamous cell carcinoma, SCC) adalah sekitar 90-
95% dari semua tumor ganas rongga mulut. Kanker ini terletak terutama pada
lidah, khususnya pada batas posterior lateral lidah. Pada umumnya diderita oleh
laki-laki di atas usia 50 tahun, terutama mereka yang memiliki riwayat konsumsi
tembakau dan alkohol tinggi. Kanker ini jarang terjadi pada usia muda atau di
bawah usia 40 tahun.
Letak dan insidensi terjadinya karsinoma sel skuamosa berbeda pada
daerah anatomi rongga mulut. Terdapat daerah yang resisten namun juga ada
daerah rentan, seperti pada daerah lateral lidah, bibir bawah, ventral lidah,
daerah dasar mulut dan daerah posterior dasar mulut sering terjadi, sedangkan
pada daerah gingiva, palatum durum dan mukosa bukal jarang terjadi.
Bagian anterior pada lidah, terutama batas lateral, perbatasan ventral
lidah. Kurang lebih 60% atau lebih pasien penderita lesi lokal berdiameter kurang
8
dari 2 cm mampu bertahan hidup selama 5 tahun atau lebih setelah menjalani
pengobatan.
Hampir 80% karsinoma lidah terletak pada dua pertiga anterior lidah
(umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada
posterior lidah. Secara klinis kanker lidah menyerang dua pertiga anterior lidah
dan sepertiga posterior lidah serta dapat juga bermetastase ke daerah sekitar lidah
misalnya submaxillary,dan digastricus juga ke daerah leher dan servikal.

 Gejala awal yang timbul pada KSS

Awal dari keganasan biasanya ditandai oleh adanya ulkus. Apabila


terdapat ulkus yang tidak sembuh dalam waktu dua minggu, maka keadaan ini
sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda lain dari ulkus
proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung. Lebih tinggi dari
sekitarnya dan indurasi ( lebih keras ), dasarnya dapat berbintil bintil dan
mengelupas, pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai
pertumbuhan endofitik. Selaian itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai
pertumbuhan yang eksofitik ( lesi superfisial ) yang dapat berbentuk bunga
kolatau papiler, mudah berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali
keberadaannya dan memiliki prognosis lebih baik. Karsinoma sel skuamosa
merupakan kanker yang paling sering terjadi pada rongga mulut biasanya secara
klinis terlihat sebagai plak keratosis, ulserasi, tepi lesi yang indurasi, kemerahan, sel
skuamosa dapat terjadi pada seluruh permukaan rongga mulut.
Awal dari keganasan biasanya ditandai oleh adanya ulkus. Apabila
terdapat ulkus yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu, maka keadaan ini
sudah dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda lain dari
proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari
sekitarnya dan indurasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil-bintil dan
mengelupas. Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai
pertumbuhan endofitik.
Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker. Bila terletak pada
bagian dua pertiga anterior lidah, kadang-kadang hanya merupakan permukaan
yang kasar, keluhan utamanya adalah timbulnya suatu massa yang seringkali
terasa tidak sakit, ulkus superfisialis yang tidak sakit, lama kelamaan ulkus
melebar, tepinya bulat, berwarna abu-abu seperti nekrosis.
Bila timbul pada sepertiga posterior lidah, kanker tersebut selalu tidak
diketahui oleh penderita, sukar terlihat, cenderung berinfiltrasi ke bagian dalam,
dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan rasa sakit
tenggorokan. Bila lebih parah, lidah terfiksasi pada jaringan sekitar dan tidak
dapat digerakkan, dapat menyebabkan disfagia, pembengkakan leher. Kanker
yang terletak dua pertiga anterior lidah lebih dapat dideteksi dini daripada yang
terletak pada sepertiga posterior lidah. Kadang-kadang metastase limphonode
regional merupakan indikasi pertama dari karsinoma kecil pada lidah.
Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila
terletak pada bagian 2/3 anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya
suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior,
kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang dialami
biasanya dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan. Kanker yang terletak 2/3
anterior lidah lebih dapat dideteksi dini daripada yang terletak 1/3 posterior lidah.
Kadang-kadang metastasis limfonodi regional mungkin merupakan indikasi
pertama dari kanker kecil pada lidah
Aspek klinis karsinoma pada rongga mulut tidak menunjukkan
penampakan yang berbeda untuk rentang usia mana pun. Penampakan klasik
lesi ini adalah inflamasi yang terjadi secara terus-menerus dengan pengerasan dan
9
infiltrasi pada bagian pinggir, dengan atau tanpa vegetasi dengan warna merah
atau keputih-putihan. Lokasi paling sering ditemukan pada karsinoma lidah
adalah batas posterior dan lateral lidah dan dasar mulut.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam
berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan
eksofitik atau endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus.
Lama-kelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jaringan tepi yang
mengalami indurasi.

 Mengapa pada karsinoma sel squamosa pria lebih banyak terkena


dibanding wanita ?

Karsinoma ini jarang dijumpai pada wanita dibandingkan pada pria,


kecuali dinegara Skandinavia insiden karsinoma rongga mulut pada wanita tinggi
oleh karena tingginya insiden penyakit plumer vision syndrome sebelumnya. Dari
441 karsinoma sel skuamosa lidah yang dilaporkan oleh Ash dan Millar, 25 % terjadi
pada wanita dan 75 % terjadi pada pria dengan umur rata-rata 63 tahun.
Menurut statistic dari NCI’s SEER (National Cancer Institute Surveillance
Epidemiology and End Results) U.S. National Institues of Health Cancer
diperkirakan 9,800 pria dan wanita (6,930 pria dan 2,870 wanita) didiagnosis
terkena kanker lidah. Karsinoma sel skuamosa lidah umumnya mengenai pria di
atas 50 tahun, terutama dengan riwayat konsumsi tinggi terhadap tembakau dan
alkohol, jarang terjadi pada anak, yaitu sekitar 2-6% dari seluruh kasus, namun
literatur menunjukkan adanya peningkatan insidensi tiga hingga tujuh persen
selama 25 tahun terakhir. Perbandingannya antara pria dan wanita adalah 2:1

5. Etiologi dan predisposisi karsinoma sel squamosa?

 Penyebab KSS merupakan hal yang multifaktorial yaitu tidak ada agen
ataupun faktor (karsinogen) tunggal sebagai penyebab KSS yang telah ditegaskan
atau telah diterima secara jelas. Faktor ekstrinsik sebagai penyebab yakni
merupakan agen eksternal seperti tembakau, alkohol, penyakit sipilis, dan sinar
matahari. Faktor intrinsik merupakan kondisi umum atau sistemik pasien, seperti
malnutrisi ataupun anemia defisiensi besi. Walaupun faktor-faktor lain juga
signifikan, kemungkinan bahwa KSS dapat ditularkan secara herediter, akan
tetapi herediter sendiri tidak memainkan peranan utama. Faktor lain yang
berperan dalam terjadinya KSSRM meliputi kebiasaan menyirih, pajanan sinar UV,
faktor nutrisi, faktor genetic,infeksi Human Papilloma Virus, Herpes Simplex Virus
dan Candida. Kebanyakan KSS dihubungkan dengan lesi prekanker, khususnya
leukoplakia.

 Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di
Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu
termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol
dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki resiko yang lebih

10
tinggi daripada digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok
menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker
mulut dibandingkan dengan merokok kretek. Semua bentuk alkohol dapat
menyebabkan kanker mulut, termasuk alkohol yang terkandung di dalam
mouthwash. Dalam karsinogenesis, alkohol dapat berperan secara
independen dan bereaksi sinergis dengan tembakau dengan memberikan
efek dehidrasi pada mukosa sehingga meningkatkan permeabilitas mukosa.
Telah diperkirakan bahwa perokok menggunakan mouthwash lebih sering.

 Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan


terjadinya kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di
lingkungan antara lain, seperti cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons,
aromatic amines, nitrat, nitrit, dan nitrosamin.

 Infeksi : Beberapa mikroorganisme yang berhubungan dengan kanker


mulut adalah candida albicans. Hubungan antara candida albicans dengan
penyakit speckled leukoplakia pertama kali ditemukan oleh Jespen dan
Winter pada tahun 1965. Beberapa studi menunjukkan bahwa, sekitar 7-
39% dari leukoplakia dijumpai adanya candida hyphae. Penyakit ini
mempunyai kecenderungan berubah menjadi kanker.

 Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya


kanker. Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E, dan
Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker. Vitamin-
vitamin tersebut mempunyai efek antioksidan. Defisiensi zat besi yang
menyebabkan anemia. Radiasi sinar ultraviolet adalah suatu bahan yang
diketahui bersifat karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima dan Nagasaki
Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi kanker kelenjar
ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi bom atom pada
periode antara 1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih tinggi
dibandingkan yang tidak terkena radiasi.

 Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita


kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih besar
dari yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.

 Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi


kanker pada pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh,
seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan genetik.
Insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan sistem kekebalan
tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selain disebabkan
kerusakan genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-obatan, infeksi
virus.

 Secara histopatologis, lesi premalignan dapat memperlihatkan adanya


displasia dengan kategori dengan ringan, sedang dan berat.Berdasarkan kriteria
histomorfologis displasia ringan memiliki sel displastik yang terbatas pada lapisan
basal epitelium, sementara perubahan pada displasia sedang dan berat meliputi
perubahan morfologi seluler dan peningkatan ketebalan lapisan epitel sebanyak

11
2/3 sampai ¾ ketebalan lapisan epitel. Carcinoma in-situ adalah lesi di mana sel
abnormal meliputi seluruh epitel tanpa menginvasi membran dasar. Suatu KSSRM
didiagnosis ketika terdapat kerusakan membran dasar dan invasi sel epitel
displastik menuju jaringan ikat. keberadaan dan keparahan displasia diperkirakan
berhubungan dengan peningkatan resiko ke arah keganasan.Karsinoma sel
skuamosa rongga mulut dapat berkembang ditempat yang sebelumnya terdapat
leukoplakia dan eritroplakia atau dapat berkembang secara de novo. Secara
klinis, lesi memiliki tampilan lesi prakanker pada tahap awal karsinogenesis. Ketika
telah menginvasi submukosa, KSSRM tampak sebagai ulserasi kronis yang
ireguler,dengan tepian yang meninggi dan terdapat indurasi.

6. Patofisiologi karsinoma sel squamosa ?


KSS muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian molekular yang menyebabkan
kerusakan genetik yang mempengaruhi kromosom dan gen,yang akhirnya menuju
kepada perubahan DNA. Akumulasi perubahan-perubahan tersebut memicu
terjadinya disregulasi sel pada batas dimana terjadinya pertumbuhan otonom dan
perkembangan yang invasif. Proses neoplastik mula-mula bermanifestasi secara
intraepitel dekat membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian terjadi
pertumbuhan klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan,
menggantikan epitelium normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun,
terjadi invasi membran dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif.
o Proses patologis sel kanker :
Sel normal  mengalami kerusakan DNA  melakukan perbaikan pada
DNA yang rusak  apabila terjadi kegagalan dalam proses perbaikan
DNA tadi  terjadi 3 mutasi gen  pertama pengaktifan onkogen (
onkogen berfungsi sebagai pengatur pertumbuhan sel – sel ), kedua
perubahan gen yang mengendalikan pertumbuhan, ketiga penonaktifan
gen supresor tumor( gen p53 ) sebagai pengendalian pertumbuhan sel – sel
 terjadi progresi  terjadi neoplasma ganas atau sel kanker.

7. Pemeriksaan penunjang karsinoma sel squamosa?


Prosedur pemeriksaan dalam menegakkan diagnosa KSS antara lain :
1. Biopsi lesi  Gold standard, karena hasilnya cepat, akurat, dan tepat.
2. Fine Needle Aspiration pada kedua limfonodus servikal
3. Radiografi rahang (seringnya pantomografi putar), walaupun tidak adekuat
untuk mengetahui adanya invasi sampai ke tulang.
4. Radiografi toraks. Hal ini penting sebagai pemeriksaan pra-anastesi, khususnya
pasien yang diketahui mempunyai penyakit paru dan saluran pernapasan
serta untuk menunjukkan saluran lymph, tulang rusuk dan juga tulang
belakang.
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography (CT) kepala
dan leher serta tempat yang dicurigai metasatase jauh dan MRI leher untuk
menggambarkan luas metastase nodus servikal. Beberapa unit pemeriksaan

12
rutin dada dan abdomen. MRI khususnya berguna untuk menentukan
penyebaran tumor, keterlibatan tulang, metastase nodus
6. Elektrokardiografi
7. Pemeriksaan darah
8. Gambaran secara histopatologis
 Secara histologis karsinoma sel skuamosa diklasifikasikan oleh WHO
menjadi:
1. Well differentiated (Grade I): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana sel-sel
keratin basaloid masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin (keratin
pearl)
2. Moderate differentiated (Grade II): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana
sebagian sel-sel basaloid tersebut menunjukkan diferensiasi, membentuk
keratin.
3. Poorly differentiated (Grade III): yaitu proliferasi sel-sel tumor dimana seluruh
sel-sel basaloid tidak berdiferensiasi membentuk keratin, sehingga sulit dikenali
lagi.

8. Prognosis karsinoma sel squamosa?


Karsinoma sel skuamosa lidah mempunyai prognosis yang jelek,
sehingga diagnosa dini sangat diperlukan terlebih bila telah terjadi metastase
kedaerah lain (leher dan servikal). Karsinoma lidah sering dijumpai bersama-sama
dengan penyakit syphilis dan premalignant seperti: leukoplakia, erythroplasia.
 Seperti kanker di tempat lain, KSSRM dikelompokkan secara klinis sebagai
dasar pembuatan rencana perawatan. Sistem staging yang digunakan merupakan
klasifikasi tumor-nodemetastasis (TNM). Dimana T menunjukkan ukuran
tumor, N menggambarkan ada atau tidaknya lesi yang bermetastasis ke nodus
limfa dan M menunjukkan ada atau tidaknya metastasis yang jauh ke beberapa
organ atau lokasi, lokasi yang paling sering terkena adalah paru-paru.

9. Penatalaksanaan karsinoma sel squamosa ?


 Tujuan utama perawatan kanker mulut adalah kontrol dari kanker primer.
Pemilihan perawatan tegantung dari beberapa sebab yaitu tipe sel dan derajat
diferensiasi, bagian yang terlibat ukuran serta lokasi dari kanker primer,
keterlibatan jaringan getah bening, ada tidaknya keterlibatan tulang,
kemampuan tercapainya tepi kanker pada waktu operasi, kemampuan
mempertahankan fungsi komunikasi, kemampuan mempertahankan fungsi
menelan, status fisik dan mental pasien, komplikasi yang mungkin terjadi,
kerjasama pasien.
 Secara umum perawatan kanker mulut biasanya dilakukan dengan
pembedahan dan radioterapi. Lesi kecil seperti Karsinoma stadium I dan stadium II
dapat diobati dengan pembedahan saja, pengobatan dengan radiasi ditunda bila
terjadi kekambuhan. Lesi yang besar seperti lesi stadium III dan stadium IV
biasanya diobati dengan pembedahan dan diikuti dengan radiasi. Diseksi pada
leher yang efektif atau bersifat profilaksis yang sering dihubungkan dengan pilosofi
primer bedah. Stadium II dan lesi yang lebih besar sering dilakukan diseksi pada
leher. Dosis radiasi yang diperlukan untuk pengobatan karsinoma sel skuamosa
yang berhasil baik metode primer atau tambahan terentang antara 4000 sampai

13
7000 rads. Dosis radiasi yang dapat mematikan tumor memberikan efek samping
sementara termasuk ulserasi mukosa, nyeri, disgeusia, kandidiasis, dermatitis,
alopesia, dan eritema kulit. Sementara efek samping yang permanen adalah
xerostomia dengan karies servikal tipe radiasi, telangiektasia kulit, atrofi mukosa
mulut dan kulit, alopesia permanen, dan osteoradio nekrosis.

1. Pembedahan
Dalam pemilihan perawatan bedah, perlu diketahui indikasi serta tujuan
penanganan terhadap KSS. Adapun indikasi pembedahan antara lain:
1. Tumor yang telah melibatkan tulang
2. Efek samping pembedahan diharapkan lebih kecil daripada radiasi
3. Tumor yang kurang sensitif terhadap radiasi
4. Tumor rekuren pada daerah yang sebelumnya telah menerima terapi
radiasi.
5. Pada kasus paliatif untuk mengurangi ukuran tumor
Pada beberapa kasus dengan keterlibatan tulang alveolar yang minimal,
mandibulektomi parsial dapat membiarkan terpeliharanya kontinuitas mandibula.
Diseksi leher dapat digunakan pada sisa perawatan kanker yang rekuren di leher.
Eksisi lesi displastik dan malignan dapat disempurnakan dengan terapi laser. Terapi
laser untuk lesi ini ditolerir dengan baik dan biasanya menurunkan waktu
perawatan di rumah sakit tetapi memiliki kekurangan yaitu terbatasnya
perkiraan mengenai tepi pembedahan untuk konfirmasi secara histopatologis.
Manajemen lanjutan pembedahan meliputi pendekatan baru pembedahan dan
pembedahan baru untuk rekonstruksi, seperti vaskularisasi flap, rekonstruksi
mikrovaskular bebas dan anastomose neurologis dari cangkokan bebas.
Rekonstruksi dengan menggunakan implan ossenintegrasi bertujuanuntuk
memberikan prostesis yang stabil dan estetis yang lebih tinggi dan hasil fungsional.
Kemampuan untuk menempatkan implan pada tulang yang disinari merupakan
pilihan untuk rehabilitasi.

2. Radioterapi
KSS biasanya radiosensitif, dan mempunyai lesi awal dengan tingkat kesembuhan
yang tinggi. Pada umumnya, tumor yang lebih berdiferensiasi maka mempunyai
kecepatan daya respon yang lebih kecil terhadap radioterapi. Tumor eksofitik dan
yang teroksigenasi dengan baik lebih radiosensitif, sedangkan tumor besar yang
invasif dengan fraksi pertumbuhan yang kecil memunyai respon yang lebih sedikit.
KSS yang dibatasi oleh mukosa mempunyai daya sembuh lebih tinggi dengan
radioterapi, akan tetapi penyebaran tumor sampai ke tulang mengurangi
kemungkinan penyembuhan dengan radioterapi. Metastase servikal yang kecil
dapat dikendalikan hanya dengan radioterapi saja, walaupun keterlibatan
servikal nodus yang lebih lanjut lebih baik diatasi dengan terapi kombinasi.
Untuk mendapatkan efek terapetik, radioterapi diberikan dengan pembagian
harian. Hiperfraksionasi radiasi (biasanya dosis dua kali sehari) digunakan secara
luas untuk mengurangi komplikasi kronik yang timbul walaupun komplikasi akut
lebih parah. Efek biologis radioterapi tergantung pada jumlah dosis yang diberikan
perhari, total waktu perawatan, dan dosis total.

14
Radioterapi mempunyai keuntungan dalam perawatan karsinoma in situ karena
mencegah pembuangan jaringan, dan dapat digunakan sebagai pilihan
perawatan pada tumor T1 dan T2. Radiasi dapat diberikan pada lesi yang
terlokalisasi dengan menggunakan teknik implant (brakiterapi) atau pada regio
kepala dan leher dengan menggunakan eksternal beam radiation. Terapi external
beam dapat memberikan cara tertentu untuk melindungi jaringan normal yang
berbatasan dengan tumor yang tidak terlibat. Inovasi pada radioterapi meliputi
IMRT, menggunakan pancaran radiasi dengan berbagai intensitas, yang
memberikan kemampuan untuk menyesuaikan dengan dosis yang diresepkan
terhadap bentuk dan jaringan target dalam tiga dimensi, mengurangi dosis untuk
jaringan normal sekitarnya. IMRT idealnya cocok untuk malignansi pada kepala
dan leher yang dekat dengan struktur yang penting seperti batang otak, chiasm
optik, dan kelenjar ludah.
Concurrent Chemotherapy and Radiotherapy (CCRT) dan IMRT menjadi standard
perawatan pada KSS. CCRT meningkatkan laju penyembuhan tetapi
dihubungkan dengan peningkatan toksisitas yang menyertainya.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi
lokal,bersama dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah
perawatan lokal. Tujuan kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan
memberikan perawatan dini pada mikrometastaste. Efek toksik kemoterapi
meliputi mukositis, nausea, muntah, dan penekanan sumsum tulang. Obat-obatan
utama kemoterapi itu sendiri maupun untuk terapi kombinasi yaitu antara lain
methotrexate, bleomycin, Tasol dan turunannya, turunan platinum (cisplatin dan
carboplatin), dan 5-fluorouracil. Protokol kemoterapi dan radioterapi yang
dilakukan bersamaan, saat ini telah menjadi standard sebagai perawatan pada
stadium tiga dan empat dengan prognosis yang buruk apabila dirawat dengan
pembedahan.
Sebagai perawatan untuk keganasan yang lainnya, obat-obatan kemoterapi yang
baru telah dipelajari sebagai tambahan atau pengganti obat-obatan yang lama.
Obat-obatan kombinasi percobaan yang menargetkan jalur yang berbeda-beda,
seperti bevazicumb dan erlotinib, juga telah disempurnakan dengan hasil yang
menjanjikan. Obat-obatan seperti capecitabine menawarkan suatu cara lain pada
pasien yang secara jelas terkena efek samping dari kemoterapi standard. Interferon
alfa 2b efektif sebagai terapi pembantu terapi konvensional pasien imunosupresi.
4. Kombinasi Pembedahan dan Radioterapi
Keuntungan radioterapi seperti potensi untuk membasmi sel-sel tumor yang
teroksiogenasi dengan baik pada perifer tumor dan untuk mengatur penyakit
regional subklinis. Pembedahan lebih ditekankan pada pengaturan masa tumor
yang berproses secara relatif pada sel-sel hipoksik yang radio-resisten dan tumor
yang melibatkan tulang. Terapi kombinasi dapat menghasilkan keselamatan yang
baik pada kasus-kasus tumor tingkat lanjut dan pada tumor yang menunjukkan
tingkah laku biologis yang agresif. Keuntungan dari radioterapi preoperatif yaitu
destruksi sel-sel tumor perifer, potensi pengendalian penyakit subklinis, dan
kemungkinan mengubah lesi yang tidak dapat dioperasi menjadi dapat dioperasi.
Kerugiannya meliputi, penundaan pembedahan dan penundaan penyembuhan
pasca operasi. Kemoradioterapi pasca operasi dapat digunakan untuk merawat
15
sel-sel yang tersisa pada pembedahan dan untuk mengendalikan penyakit
subklinis.
5. Terapi Gen
Terapi gen didefenisikan sebagai transfer gen untuk tujuan mengobati penyakit
pada manusia, meliputi transfer materi genetik yang baru sebagai manipulasi
materi genetik yang ada. Hal ini bermanfaat khususnya untuk sel-sel kanker, yang
didominasi onkogen yang teraktivasi. Pengunaan terapi gen pada perawatan
kanker yakni untuk merawat penyakit yang rekuren dan terapi pembantu,
misalnya pada pembedahan. Berdasarkan pada persyaratannya yakni injeksi
secara langsung, KSS merupakan target yang cocok karena kebanyakan lesi
primer ataupun yang rekuren dapat dicapai dengan injeksi. Ada beberapa strategi
umum yang digunakan pada terapi gen untuk merawat KSS, yaitu:
1. penambahan gen supresor tumor (terapi gen tambahan)
2. penghilangan gen tumor yag tidak sempurna (terapi gen eksisi)
3. penurunan regulasi gen yang terlihat yang menstimulasi pertumbuhan
tumor (RNA antisense)
4. perbaikan penjagaan imun (imunoterapi)
5. aktivasi obat-obatan yang mempunyai efek kemoterapetik (terapi gen
”suicide”)
6. pengenalan virus yang menghancurkan sel-sel tumor sebagai bagian dari
siklus replikasi
7. pengiriman gen-gen yang resisten terhadap obat ke jaringan normal
sebagai perlindungan dari kemoterapi
8. pengenalan gen yang menghambat angiogenesis tumor

10. Pada skenario, Sariawan yang tadinya kecil semakin lama bisa
membesar dan tidak sembuh padahal sudah dikasih obat selama 3 bulan
?
o Karena Obat yang diberikan oleh drg. puskesmas tidak sesuai, sariawan
tadi yang asal mulanya kecil lama-lama menjadi besar dan tidak terkontrol
11. Pada skenario, Hubungan ulser yang dilidah dengan benjolan pada
kelenjar limfe ?
o Ada, karena pada kelenjar limfe menghasilkan limfosit T ( T8) terjadi
pertahanan tubuh karena ada pembentukan koloni baru dan
bermetastasis ke jaringan organ lain.
12. Mengapa sariawan pada saat makan pedas dan asam terasa sakit ?
o Karena Lapisan epitel terbuka menjadi mukosa mulut lebih sensitif
terutama pada lidah dikarenakan di lapisan epitel basal terjadi kerusakan
sehingga menyebabkan di lapisan epitel korneum tidak terjadi
pembentukan lapisan epitel baru dan akan terasa sakit saat makan pedas
dan asam.

16
CONSEP MAPPING

Pasien Laki-laki 35 tahun

Keluhan terdapat
sariawan besar pada
lidah kanan tidak hilang
sejak 3 bulan lalu

Pemeriksaan Klinis

IO : Lidah sebelah kanan


EO : terdapat benjolan
terdapat ulkus besar,
pada kelenjar limfe
pinggiran eritema, terdapat
sebelah kanan tidak
indurasi, palpasi lebih
sakit
keras dari jaringan sekitar

Terjadi
Metastasis

Diagnosa :
Karsinoma sel squamosa

DD :
Verrocous karsinoma,
Ulser traumatikus

Penatalaksanaan

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasibuan S., 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga
Mulut, Digitized by USU digital library. p.1-7

2. Shah J.P., Zelefsky M.J., Cancer of Oral Cavity. In: Harrison et al Head and
Neck Cancer. A Multidisciplinary Approach. 2nd ed. Lippincott Williams &
Wilkins. Philadelphia, 2004, . 266-80

3. Williams, H.K., 2000 Molecular Pathogenesis of Oral Squamosus Carsinoma,


J. Clin Pathol, Mol. Pathol., 53: 165-172

4. Syafriadi M. Patologi Mullut. Tumor Neoplastik dan Non Neoplastik Rongga


Mulut. Yogyakarta, ANDI, 2008: 74-7

5. Sapp J.P., Eversole, L.R., Wysocki, G.P. 2004. Contemporary Oral and
Maxillofacial Pathology. 2nd ed. Mosby. St Louis. 134-43

6. Sudiono J, Kurniadhi B, Hendrawan A, Djimantoro B. Ilmu Patologi. Jakarta,


EGC, 2003: 144-47

7. Usneius T, Urja J, Collan Y. Squamous cell carcinoma of the tongue in


children. Cancer 1987; 60: 263-9.

18

Anda mungkin juga menyukai