“B.J. HABIBIE”
Dibuat untuk memenuh tugas pengganti UAS pada mata kuliah Kepemimpinan (KWU)
oleh dosen pengampu : Ir. Abdul Azis Hoesein, M.EngSc, Dipl.HE.
Oleh :
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
2017
1.1. Pengertian Pemimpin
Hamlin (2002) dalam Bolden et al,. 2003 mengajukan model generik untuk manajer
dan kepemimpinan yang efektif berdasarkan analisa meta dari perilaku kepemimpinan dan
manajemen di 4 organisasi sector publik di UK; yang dibedakan menjadi indikator-indikator
positif dan negatif:
Indikator Positif:
Indikator Negatif:
Tidak memperhatikan pendapat sekitar / gaya manajemen otokratik yang tidak efektif
Mentolerir kinerja yang buruk dan standar yang rendah / mengacuhkan dan menghindari
Menunjukkan perhatian terhadap orang lain, Tidak menunjukkan komitmen dan perhatian
merespon terhadap kebutuhan mereka terhadap orang lain atau menghargai sumbangsih
kerja mereka
Berkonsultasi dan melibatkan orang lain dalam Tidak melibatkan orang lain dalam pengambilan
pengambilan keputusan keputusan
Melakukan rapat regular yang efektif untuk Tidak bertanggung jawab, merasa memiliki atau
penentuan target, tujuan, pembagian tugas dan akuntabel
penilaian kinerja
Mendorong orang lain untuk bertindak atas Membatalkan atau mengatur ulang rapat pada
inisiatifnya masing-masing saat-saat terakhir
Mengakui kerja keras dan komitmen orang lain Bersikap emosional, irasional dan temperamental
Manajemen perencanaan proyek yang efektif Tidak berkomunikasi atau menguasai perubahan
secara efektif
Mencari cara peningkatan berkelanjutan diatas Gagal mencapai persetujuan atau mengklarifikasi
segala permasalahan/hambatan harapan
Selalu siap menghadapi permasalahan yang sulit Menunjukkan keengganan untuk berhadapan
atau sensitif dengan konflik
Menunjukkan semangat dan antusiasme yang Menunjukkan ketidakterbukaan dan fokus pada
tinggi halangan-halangan
Memberikan tanggung jawab terhadap anggota Membiarkan standar dan kinerja yang rendah
tetapi tetap akuntabel
Berikut ini adalah fakta menarik seorang BJ Habibie, dengan ini agar anak muda menjadi
lebih terinspirasi dalam bidang akademik dan menjunjung tinggi spiritual. Begitulah
menurut Habibie, kesuksesan adalah hal yang saling melengkapi.
Kekayaan bagi pemimpin hanyalah untuk beramal, dan bukan untuk mendapatkan
penghargaan. Setiap harinya seorang pemimpin senantiasa belajar dan melayani Tuhan dan
masyarakat serta cinta kepada sesama manusia. Dan dari akhir semua itu, kita dapat menilai
diri sendiri apakah kita termasuk seorang pemimpin berkualitas dari kacamata Habibie yang
ia menyebutkan “Kualitas Pemimpin Dilihat dari Orang yang Dipimpin” yaitu dengan
melihat bagaimana dan siapa bawahannya.
1.5. Sifat dan Keahlian Habibie
Habibie adalah ilmuwan yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak tahu, selalu
ingin mendalami segala sesuatu sampai ke akar-akarnya, dan selalu bingung menghadapi
omong kosong. Ia seorang pemimpin yang mampu membakar semangat ribuan orang muda
di dalam dan diluar badan organisasi yang dipimpinnya.
Bahwa BJ Habibie juga sorang pekerja keras, orang polos yang tidak tahan pada
keruwetan yang dibuat-buat, suka menolong orang lain, tahu membayar hutang budi, taat
pada agama, suami dan ayah penuh kasih sayang, dan nasionalis dalam arti cinta tanah air.
BJ Habibie seorang yang perfeksionis yang heran melihat orang yang tidak berusaha
mencapai yang sesempurna mungkin dan dengan tabiat yang details selalu memperhatikan
sampai yang kecil-kecil. Ia juga seorang manajer yang baik, yang tahu menentukan sasaran
strategis maupun menentukan untung rugi tindakan-tindakan operasional yang mendetail.
Gaya kepemimpinan seseorang juga dibentuk oleh watak dan lingkungan kita patut
heran kalau BJ Habibie sepenuhnya mengikuti gaya kepemimpinan raja-raja melayu dalam
melaksanakan pekerjaan, lebih masuk akal ia lebih menghayati dan menerapkan prinsip-
prinsip yang berlaku di dalam industri modern.
Mengetahui BJ Habibie details dan perfeksionis, kita tidak heran bahwa di dalam
bekerja ia menganut prinsip bahwa, “ Mutu keseluruhannya ditentukan oleh mutu setiap
detail, “ dan bahwa karena itu ia menghendaki ditekuninya segala sesuatu sampai ke detail-
detailnya yang paling kecil dan dilakukannya upaya mencapai kesempurnaan yang setinggi
mungkin. Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya. Kesempurnaan harus diupayakan.
Kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil pekerjaan harus selalu diawasi. Maka
lahirlah prinsip; “ Percaya itu baik tetapi mengecek lebih baik lagi.” Mengecek itu tidak ada
hubungannya dengan sikap terhadap perorangan. Mengecek menyangkut tanggung jawab atas
pekerjaan dan perbuatan semua anggota sistem kerja terhadap hasil kerja keseluruhan sistem.
Maka saling mengecek merupakan hal yang wajar.
Bagi BJ Habibie, mengecek dan meminta pertanggung jawaban juga tidak ada
hubungannya dengan status. BJ Habibie sendiri tidak berkeberatan dicek leh bawahan kalau
maksudnya murni mengamankan keseluruhan sistem Disiplin ilmu, teknologi dan industri
modern masih baru bagi kita dan masih perlu lebih dihayati dan diamalkan.
Menurut BJ Habibie, ketrampilan harus dicapai dengan dua cara; Pertama, para kader
perlu melaksanakan prinsip bahwa: “ belajar dan menguasai teori itu sangat perlu, namun itu
tidak cukup. Yang perlu dan cukup adalah menerapkan pengetahuan pada masalah-masalah
konkret.” Kedua, ketrampilan hanya dapat diperoleh dengan melakukan spesialisasi: dengan
semakin mendalami sesuatu, dengan semakin mendalam dengan mengkhususkan diri, tidak
dengan melebar menangani banyak topik yang berbeda-beda.
Kesemuanya ini konsisten dengan apa yang dikatakan: otonom yang diberikan akan
sebanding dengan kemampuan nyata. Itu yang namanya adil. Bagi seorang profesional seperti
Habibie, keterpercayaan adalah modal utama. Orang yang mencari penghasilan dengan
ktrampilam teknis tertentu, hanya nama baiknya yang dapat dijadikannya landasan untuk
berkembang, dengan mantap dan mandiri; bukan umur, bukan uang, bukan nama orang tua,
bukan dukungan kekuatan politik, bukan kepandaian berbicara, bukan gelar kesarjanaan.
Memang ada kalanya orang dapat memasuki suatu profesi dengan dukungan politik,
atau uang, atau orang tua dan sebagainya. Namun kesemuanya itu tidak menjamin ia akan
dapat bertahan apa lagi maju secara mandiri. Kecuali jika terpaksa, orang memberikan
pekerjaan kepada seseorang professional hanya sepanjang orang percaya dan kemampuannya
melaksanakan apa yang disepakati atau dikatakan sebelumnya.
Setiap orang berpikiran waras akan merasa dirinya lebih aman ditangani oleh orang
atau badan yang memang terbukti atau mendapat reputasi ini sebagai ahli. Ini berlaku untuk
semua professional pekerja gaji di pemerintah atau bisnis. Nama baik bukan kita sendiri yang
memberikan. Nama baik diberikan oleh rekan-rekan sekerja, oleh rekan-rekan seprofesi
nasional dan internasional.
Disamping itu, setiap professional harus menunjukkan sikap dan nilai-nilai sebagai
seorang ilmuwan umumnya kebenaran, kejujuran, ketelitian, ketekunan, kepolosan,
kesederhanaan, keterbukaan, tidak cepat percaya, percaya pada diri sendiri, tidak memihak,
tidak fanatik dan lain sebagainya, dan sikap nilai-nilai profesi dalam bidang keahlian masing-
masing. BJ Habibie, landasan pokok bagi hubungan kerjasama adalah saling percaya.
Gaya kepemimpinan BJ Habibie mengandung unsur-unsur kepemimpinan bisnis
modern: di situlah ia dibesarkan. Namun jelas terlihat juga unsur-unsur kepemimpinan
terkenal Indonesia. Tidak salah lagi, dengan segala kekuasaannya dalam dunia bisnis
internasional modern, ia tetap putera bangsa dan negaranya. Perpaduan antara ke-Islamannya,
nasionalismenya, kejawaannya, kesulawesiannya, ilmu dan teknologi serta internasionalnya,
dan lugasan bisnisnya, menjadikan BJ Habibie sebagai bagian dari Indonesia modern.
Banyak gagasan dan keputusan yang sangat fundamental lahir atas inisiatif BJ Habibie.
Sadar atau tidak, apa yang ditinggalkan BJ Habibie dalam masa singkat pemerintahannya,
telah membuka jalan bergulirnya reformasi dan pengaruh dalam sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Berdasarkan uraian diatas tipologi kepemimpinan BJ Habibie
identik dengan tipologi kepemimpinan yang demokratis. Dalam tipologi kepemimpinan yang
demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai
unsur dan komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.amaypk.ac.id/?wpfb_dl=14
http://mygreenworld.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/12/16/kepemimpinan-yang-efektif-studi-
kasus-sri-mulyani-indrawati/
http://tugasmakalahkuliah.blogspot.co.id/2015/03/gaya-kepemimpinan-presiden-bj-
habibie.html
https://news.detik.com/berita/2121703/-ini-kriteria-pemimpin-versi-bj-habibie
https://www.merdeka.com/peristiwa/habibie-sebut-kualitas-pemimpin-dilihat-dari-orang-
yang-dipimpin.html
https://charlesadewa7.wordpress.com/2013/06/02/fakta-menarik-tentang-bj-habibie/