Makalah TPM Kelompok 3
Makalah TPM Kelompok 3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan atau maintenance adalah merupakan salah satu fungsi utama usaha,
dimana fungsi - fungsi lainnnya seperti pemasaran, produksi, keuangan dan
sumber daya manusia. Fungsi perawatan perlu dijalankan secara baik, karena
dengan dijalankannya fungsi tersebut fasilitas - fasilitas produksi akan terjaga
kondisinya dan memberikan pengaruh yang besar bagi kesinambungan operasi
suatu industri.Dari beberapa uraian dan difinisi diatas, maka dapatlah dijelaskan
bahwa pengertian dari manajemen perawatan adalah pengelolaan pekerjaan
perawatan dengan melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasian serta
pengendalian operasi perawatan untuk memberikan performasi mengenai fasilitas
industri. Dalam perkembangan Manajemen Perawatan tersebut, timbul suatu
konsep ataupun metode yang bertujuan menjaga optimasi produktifitas yang
dikenal sebagai Total Productive Maintenance (TPM).
TPM bisa diartikan sebagai ilmu perawatan terhadap mesin. Total Productive
Maintenance (TPM) adalah sebuah program perawatan yang termasuk didalamnya
definisi konsep terbaru untuk merawat peralatan dan perlengkapan. Tujuan dari
program TPM adalah untuk menaikkan nilai produksi yang dimana pada saatyang
bersamaan, menaikkan moral para pekerja dan kepuasan pekerjaan. TPM
membawa perawatan kedalam focus sebagai kebutuhan dan bagian kepentingan
utama dalam bisnis. Kemudian tidak lama disetujui sebagai aktivitas non-profit.
Seiring berjalannya waktu kemudian dijadwalkan sebagai bagian dari perawatan
harian dan dalam beberapa kasus, bagian intergral dari proses manufaktur.
Tujuannya adalah untuk mengontrol kedaan gawat darurat dan perawatan yang
tidak terjadwal menjadi minimum. Untuk mengetahui berbagai aplikasi TPM
maka dibuatlah makalah ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan sistem maintenance yang ada pada perusahaan
2. Mengimplementasi dari Total Produktivity maintenance
II. ISI
Kata “Total” dalam Total Productive Maintenance mengandung tiga arti, yaitu :
1. Total Effectiveness, menunjukkan bahwa TPM bertujuan untuk efisiensi
ekonomi atau mencapai keuntungan.
2. Total Maintenance System, meliputi maintenance prevention,
maintainability improvement dan preventive maintenance.
3. Total Participation of All Employees,meliputi Autonomous Maintenance
operator melalui kegiatan suatu grup kecil (Seiichi Nakajima,1988:10).
Tujuan utama dari TPM menurut Seiichi Nakajima & Benjamin S. B, 1988
adalah:
1. Mengurangi waktu (delay) saat operasi.
2. Meningkatkan avaibility (ketersediaan), menambah waktu yang produktif.
3. Meningkatkan umur peralatan.
4. Melibatkan pemakai peralatan dalam perawatan, dibantu oleh personil
maintenance.
5. Melaksanakan preventive maintenance (regular dan condition based).
6. Meningkatkan kemampuan merawat peralatan, dengan menggunakan expert
system untuk mendiagnosis serta mempertimbangkan langkah-langkah
perancangannya (Indiraani, 2013).
Kegiatan TPM mencakup :
1. Operator mesin ikut bertanggung jawab terhadap kondisi mesinnya dan sebisa
mungkin harus dapat ikut ambil bagian dalam kegiatan maintenance awal
seperti misalnya memberikan pelumasan, membersihkan mesin dan daerah
sekitar serta berperan serta aktif dalam inspeksi karena yang pertama kali
mengetahui kondisi mesin tersebut adalah operator.
2. Teknisi-teknisi maintenance hanya akan bertugas pada masalah-masalah
serius seperti misalnya apabila ada trouble dan repair.
3. Dibentuknya staff teknik khusus untuk menganalisa siklus kualitas dari
masalah yang timbul, memberikan ide pengembangan yang menguntungkan
serta dapat memberikan pandangan tentang maintenance yang berkualitas.
1. Sebuah keputusan pada level tertinggi, sebisa mungkin harus melalui hasil
perundingan dengan staffnya.
2. Pendidikan dan latihan teknis dilakukan melalui seminar atau pertemuan rutin.
3. Semua kegiatan atau gagasan harus tertuju pada peningkatan TPM.
4. Melakukan survey dan analisa secara umum pada semua perlengkapan secara
seksama.
5. Memberikan sebuah rencana kerja.
6. Menetapkan rencana kerja tersebut sebagai sebuah langkah kerja yang harus
dilaksanakan.
7. Meningkatkan kesiapan tim termasuk masing-masing mesin yang ada.
8. Mangoptimalkan, dari masalah ekonomis sampai dengan sebuah pelayanan
maintenance yang baru yang akan dikembangkan.
9. Pengembangan pada sistem maintenance itu sendiri.
10. Memberikan pelatihan-pelatihan pada operator untuk membuka pandangan
dan wawasan baru pada pola kerjanya.
11. Membiasakan untuk selalu merancang sebuah sistem management yang
handal.
12. Setelah melewati periode tertentu, taksir perubahan yang dihasilkan, tentukan
maksud dan tujuan baru yang akan dilaksanakan kemudian pada program
berikutnya.
Pada dasarnya kunci keberhasilan dari TPM adalah motivasi dan pelatihan-
pelatihan pada staffnya secara berkesinambungan. Obyek utama dalam TPM
adalah :
Bila pekerjaan seperti membersihkan dan inspeksi serta perbaikan ringan sudah
dikerjakan secara rutin oleh bagian-bagian lain di luar bagian maintenance
khususnya oleh operator-operator bagian produksi maka beban atau tugas yang
dikerjakan oleh bagian maintenance sudah berkurang sehingga bagian
maintenance dapat mengkonsentrasikan kegiatannya pada masalah-masalah
corrective agar diperoleh hasil yang lebih andal.
Tahap ketiga, bila kesadaran yang ditanamkan pada tahap 1 dan 2 sudah tercapai
maka tahap berikutnya adalah menugaskan secara rinci dan terjadwal pekerjaan-
pekerjaan maintenance yang nanti menjadi tugas rutinnya. Para karyawan/operator
dibiasakan mempelajari dan mengerjakan instruksiinstruksi yang terdapat dalam
manual instruction book secara disiplin. Misalnya operator diwajibkan tiap hari 10
menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada
peralatan -peralatan produksi sebelum dan sesudah operasi. Tiap akhir minggu
disediakan waktu 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak
pelumas pada peralatan peralatan produksi sebelum atau sesudah operasi. Tiap
akhir minggu disediakan waktu 30 menit dan tiap akhir bulan disediakan waktu 60
menit khusus untuk membersihkan dan memeriksa system pelumasan pada
peralatan produksi iperalatan produksi yang bersangkutan.
Tahap keempat, para karyawan /operator diwajibkan mengikutitraining/latihan
yang berkaitan dengan kegiatan maintenance khususnya dalam bidang inspeksi
peralatan produksi secara umum. Kegiatan tahap keempat ini memakan waktu
agak lama karena setiap karyawan/operator dituntut mengembangkan
kemampuannya untuk dapat mengamati adanya ketidakberesan pada suatu
peralatan produksi yang menjadi tanggung jawabnya.
Tahap kelima, karyawan/operator dilatih untuk membuat Check List Form atau
tabel-tabel untuk keperluan inspeksi bagian-bagian peralatan produksi. Untuk
keperluan ini dari para karyawan/operator dituntut wawasan pengetahuan yang
lebih tinggi mengenai beberapa peralatan produksinya.
Kemudian tabel-tabel ini bila telah disepakati bersama akan menjadi tabel yang
baku.
B. Study Kasus
a. Latar Belakang
P.T. X merasa perlu untuk mempertahankan keunggulannya sebagai produsen
kemasan plastik yang bermutu dan harganya bersaing. Namun hal ini tidak mudah
tercapai. Kondisi yang saat ini perlu diperbaiki adalah sering terjadinya gangguan
pada proses produksi. Pada umumya, penyebab gangguan proses produksi dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu faktor manusia, mesin, dan lingkungan. Faktor
terpenting dari kondisi di atas adalah performance mesin produksi yang
digunakan. Mesin blow molding di P.T. X sering mengalami perbaikan karena
kerusakan maupun untuk preventive mantenance. Jika mesin sampai mengalami
kerusakan mendadak karena keadaan mesin yang kurang terpelihara dengan baik,
maka kualitas produk akan terganggu dan prodtiktifitas akan menurun. Hal di atas
dapat dilihat dari nilai OEE (overall equipment effectiveness) yang masih rendah.
Untuk tahun 2005 nilai OEE mesin-mesin yang ada di divisi BM I adalah 67.76%.
Untuk itu, P.T. X ingin meningkatkan overall equipment effectiveness perlatannya
melalui implementasi total productive maintenance (TPM) yang melibatkan
semua operator dalam proses pemeliharaan.
b. Metode
TPM merupakan suatu sistem perawatan mesin yang melibatkan operator
produksi dan semua departemen termasuk produksi, pengembangan produk,
pemasaran, dan administrasi. Operator tidak hanya bertugas menjalankan mesin,
tetapi juga merawat mesin sebelum dan sesudah pemakaian. Implementasi TPM
dapat diklasifikasikan menjadi 2 tahap, yaitu tahap implementasi awal dan tahap
implementasi penuh. Pada tahap implementasi awal, perusahaan
mengimplementasikan TPM pada salah satu mesin untuk proyek percontohan.
OEE dari mesin tersebut dihitung sebelum dan dibandingkan dengan OEE
sesudah implementasi TPM.
Six big losses dihitung untuk mengetahui overall equipment effectiveness (OEE)
dari suatu peralatan agar dapat diambil langkah-langkah untuk perbaikan mesin
tersebut. Six big losses dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu availability
rate, performance rate, dan total yield. Availabilty rate dipengaruhi 2 komponen,
yaitu breakdown losses dan set up and adjustment losses serta dihitung dengan
rumus berikut (Stephens, 2004):
1.availibility Rate
2. Performance Rate
3. Total Yield
a. Availability rate
Lalu dilakukan analisa six big losses pada mesin yang menjadi obyek utama
penelitian, yaitu 500 S, 500 DS 1, dan 1500 DS 7. Berikut adalah analisa six big
losses pada mesin 500 S, 500 DS 1, dan 1500 DS 7 selama bulan Januari sampai
Desember 2005, kemudian dianalisa peluang perbaikannya melalui implementasi
TPM. Analisa six big losses untuk ketiga mesin tersebut adalah sebagai berikut:
a. Availabilty rate
Breakdown losses. Pada semua objek mesin didapati beberapa hari yang tidak
berproduksi sama sekali karena mesin mengalami kerusakan, spare part tidak
tersedia, spare part sudah tidak standar, kondisi mesin menurun dikarenakan
usia mesin. Sedangkan faktor tenaga kerja juga berperan karena skill operator
yang kurang memahami kondisi dan karakteristik mesin. Selain itu, perbaikan
untuk kerusakan sederhana terpaksa menunggu personil pemeliharaan
(production engineering section).
Solusi TPM
Solusi TPM
Solusi TPM
Hasil performance rate (Tabel 4) pada mesin obyek untuk bulan Januari sampai
Desember 2005 adalah :
c. Total yield
Quality defects and rework losses.Angka reject sudah cukup rendah. Oleh
sebab itu, faktor-faktor penunjang harus tetap dijaga, bahkan dtingkatkan.
Yield losses.Jumlah waste cukup rendah. Meskipun dalam jumlah sedikit,
namun tetap ada produk reject yang dibuang karena kotor atau tidak
memenuhi syarat. Mesin yang berhenti produksi dalam waktu lama
menyebabkan terjadinya waste karena bahan baku yang sudah menjadi dingin
harus dibuang dan didaur ulang.
Hasil total yield (Tabel 5) pada objek mesin untuk bulan Januari sampai
Desember 2005 adalah :
Nilai OEE (Tabel 6.) masing-masing mesin dapat dianalisa sebagai berikut:
Dari tabel di atas, mesin 500 S mengalami peningkatan OEE sebesar 41.37%,
mesin 500 DS 1 sebesar 37%, dan mesin 1500 DS 7 sebesar 5.64%. Sedangkan
Tabel 7 memberikan hasil perhitungan OEE sebelum dan sesudah implementasi
TPM pada semua mesin.
d. Kesimpulan
Dari kasus pertama pada suatu P.T. X didapatkat kesimpulan bahwa nilai OEE
tahun 2005 untuk semua mesin meningkat dari 67.76% menjadi 81.88% setelah
mengimplementasikan TPM.
a. Latar Belakang
b. Metode Penelitian
Rate of quality pada tahun 2012 masih di bawah standar JIPM (99%) dengan nilai
rata-rata sebesar 91,848%.Mesin Rotary KTH-8 masih dibawah standar dalam
kemampuan peralatan untuk menghasilkan produk yang sesuai standar quality
control.
3.4 Perhitungan OEE
Setelah didapatkan nilai avaibility rate, performance rate dan rate of quality maka
dapat dihitung besar nilai OEE setiap bulan selama tahun 2012.OEE pada tahun
2012 masih dibawah standart JIPM (85%) dengan nilai rata-rata sebesar
73,456%.Dibawah standarnya nilai OEE dipengaruhi oleh dibawah standarnya
faktor performance rate dan rate of quality. Gambar 1 menampilkan grafik TMP
indeks Mesin Rotary KTH-8.
3.5 Pilarof TPM
Delapan pilar yang mendukung keberhasilan TPM dalam meningkatkan
poduktivitas sebagai rekomendasi perbaikan.Rekomendasi melalui delapan pilar
TPM dijelaskan sebagai berikut:
1. 5S
Dalam 5S lebih ditekankan pada kondisi kebersihan pada mesin produksi
dan sekitar mesin, karena debu atau kotoran yang terdapat di sekitar mesin
akan memperhambat pergerakan ulir sehingga berdampak pada kecepatan
dalam memotong tembakau. Kebersihan pada lingkungan warehouse atau
tempat penyimpanan bahan baku juga sangat penting. Hal ini diketahui
pada bahan baku terdapat campuran kotoran berupa kayu, logam seperti
mur baut dan lain sebagainya yang ketika masuk kedalam mesin akan
mengakibatkan pisau pada mesin mudah rompal, sehingga menimbulkan
dampak kerusakan-kerusakan pada komponen lain.
2. Autonomous Maintenance
Pada konsep autonomous maintenance terjadi proses ilmu pengetahuan
mengenai mesin dari pihak teknisi maupun yang ahli dalam mesin rotary
KTH-8 kepada operator produksi. Operator akan mendapatkan materi
mengenai pemahaman dasar tentang mesin, operasional mesin, sistem
safety mesin, perawatan dasar mesin, sampai ke tahap yang lebih advance
lagi tentang mesin. Dalam autonomous maintenance ini diharapkan
operator dalam melakukan kegiatan dasar tentang mesin, diantaranya
yaitu:
a. Mampu menjalankan mesin secara benar
b. Membersihkan mesin secara teratur
c. Mengetahui apa saja inspeksi yang harus diperiksa pada mesin
d. Mampu memberi pelumasan pada bagian tertentu dari mesin
e. Memeriksa bagian yang rawan terhadap kendor dan mampu melakukan
pengencangan sendiri
f. Melakukan startup mesin dan shutdown mesin dengan benar
g. Mampu melakukan pengukuran sendiri terhadap kinerja mesin dan hal-hal lain
yang bersifat pencegahan terhadap kerusakan mesin.
3. Kaizen
Kaizen merupakan tanggung jawab semua personil dari tingkat operator
hingga top management.Dengan mengawali kegiatan pada kelompok-
kelompok operator yang berfungsi menanggulangi masalah-masalah yang
ada dilingkungan mesin Rotary KTH-8.Kegiatan kelompok ini untuk
menandai masalah, mencari penyebab, melaksanakan penanggulangan dan
membuat standar bagi penanggulangan yang berhasil pada mesin Rotary
KTH-8. Pada kelompok-kelompok operator tersebut nantinya akan
menghasilkan one point lesson yaitu laporan ataupun pembelajaran terhadap
masalah yang dihadapi dan mendapatkan cara penyelesaian masalah tersebut
dalam hal ini mengenai kerusakan mesin
4. Planned Maintenance
Planned maintenance bertujuan untuk mengontrol kerusakan dari setiap
komponen mesin agar terhindar dari kerusakan yang lebih parah.
5. Quality Maintenance
Pada pilar quality maintenance kegiatan yang dilakukan yaitu mengontrol proses
pemotongan tembakau untuk mencapai zero defect. Mulai dari kualitas bahan
baku yaitu lembar daun tembakau hingga proses yang dilalui sebelum menjadi
produk akhir. Untuk mencapai zero defect diharapkan adanya evaluasi proses
kontrol yang dilakukan dengan menggunakan maintainability dan reliability.
Pada kegiatan untuk mengontrol proses pemotongan tembakau dapat dilakukan
menggunakan quality maintenance matrix.Perancangan model quality
maintenance atau Maintenance Quality Function Deployment (MQFD) terdiri
atas dua tahapan.Tahapan pertama adalah perancangan House of Quality (HOQ).
Proses peracangan HOQ pada MQFD sama seperti perancangan HOQ yang
terdapat dalam QFD, namun HOQ tersebut harus memiliki bahasa teknis yang
didasarkan atas delapan pilar TPM. Dari hasil perancangan dan analisis HOQ
tersebut nantinya akan dihasilkan suatu keputusan strategis. Pada tahap pertama
MQFD disusun berdasarkantiga tahapan dengan masing-masing tahapan terbagi
atas beberapa langkah yaitu voice of customer, mambuat matriks informasi
pelanggan dan membuat matriks kebutuhan teknis.Tahapan kedua adalah
penerapan keputusan strategis, yang penerapannya harus diukur dan difokuskan
kepada peningkatan parameter-parameter kualitas pemeliharaan yang terdapat
pada TPM, yaitu availability, Mean Time To Repair (MTTR), Mean Time
Between Failure (MTBF), Mean Down Time (MDT) dan Overall Equipment
Effectiveness (OEE).
6. Training
Training bertujuan dalam peningkatan kemampuan karyawan. Dalam training
terdapat dua komponen yaitu soft skill training dan technical training. Soft skill
training meliputi bagaimana cara bekerja secara tim dan cara komunikasi,
sedangkan technical training meliputi kemampuan memecahkan masalah dan
kemampuan menguasai peralatan atau mesin. Training dilaksanakan secara rutin
dan bertahap oleh perusahaan.Bukan hanya melaksanakan training saja namun
juga adanya pengontrolan terhadap teknisi tentang peningkatan ketrampilan dan
kemampuan yang dimiliki.Adanya pengontrolan kemajuan ketrampilan dan
kemampuan pada teknisi maka dapat menilaiseberapa efektif ketika perusahaan
mengadakan training.
7. Office Total Productive Maintenance
TPM dilakukan pada sistem administrasi perkantoran sehingga dapat berjalan
secara sinergis dengan di lapangan. Penerapan 5S dalam kantor seperti penataan
peralatan tulis dan penataan dokumentasi kerusakan dan perbaikan mesin dalam
hardcopy dan softcopy dalam komputer admin kantor. Dalam office TPM
dilakukan meningkatkan pengertian dan kepedulian akan prinsip-prinsip kerja
yang benar. Pemetaan pemborosan terhadap productivity, quality, cost, delivery,
safety dan moral.Penyimpanan data losses yang pernah terjadi selama satu tahun
terakhir dan membuat tindakan perbaikan dan pencegahan.
8. Safety, Health and Environment
Setiap karyawan harus memiliki pengetahuan dalam keselamatan dan kesehatan
kerja pada lingkungan agar dapat menunjang produktivitas.Penerapkan peraturan
pada saat memasuki lingkungan produksi seperti menggunakan masker, penutup
kepala dan sarung tangan.Adanya evaluasi ataupun sanksi yang diberlakukan
ketika terdapat operator maupun karyawan yang tidak menggunakan
perlengkapan lengkap pada saat memasuki lingkungan produksi.
d. Kesimpulan
a. Latar Belakang
Inti atau elemen dasar dari sistem TPM sebenamya adalah kegiatan Pemeliharaan
Mandiri dan kegiatan Peningkatan Per Bagian. Pemeliharaan Mandiri
dimaksudkan untuk mencegah kerusakan dan mempertahankan kondisi sistem
agar tetap berjalan dengan baik seperti semula, sedangkan Peningkatan per Bagian
dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kemampuan sistem
secara keseluruhan.
b. Tata Laksana
Pengambilan Sampel
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara dengan pakar, sedangkan data
sekunder didapatkan dari perusahaan dan telaah pustaka.
Pengolahan Data
Pengukuran Kinerja
Untuk mengatasi permasalahan pada mesin, salah satu cara yang dapat dilakukan
perusahaan adalah dengan menerapkan TPM. Penerapan TPM dalam aktivitas
perusahaan terutama pabrik diawali dengan keterlibatan semua pihak baik dan
manajemen puncak sampai pada karyawan yang menjalankan mesin (operator).
Penerapan TPM antara lain diwujudkan dengan usaha untuk terus-menerus
mempertahankan dan meningkatkan kondisi atau kinerja produksi. Kegiatan-
kegiatan TPM dilakukan berdasarkan jadwal yang disusun dengan perencanaan
matang. Setiap tahap kemajuan yang telah dicapai dan setiap hasil yang diperoleh
selalu didokumentasikan dengan baik sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk
pengembangan lebih lanjut dalam mencapai pelaksanaan TPM yang baik maka
kunjungan ke pabrik yang memiliki mesin yang sama dan telah menerapkan TPM
merupakan suatu langkah maju untuk menemukan solusi dari permasalahan yang
ada di perusahaan. Kunjungan ini dilakukan sebagai upaya perbandingan untuk
dapat mengamati pelaksanaan TPM dan manfaatnya secara langsung. Berdasarkan
hasil analisis kepuasan pelanggan, perusahaan harus mengadakan perbaikan,
terutama untuk memperbaiki kekuatan ban yang belum sesuai keinginan
pelanggan. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
otomatisasi mesin pada proses pemasakan, menerapkan TPM dan memperbaiki
metode pengujian kekuatan.
Langkah-Iangkah dalam penerapan TPM adalah sebagai berikut:
a) Menunjuk seorang koordinator TPM
b) Membentuk tim yang terdiri dari operator, mekanik, supervisor tiap shift,
pembuat jadwal serta manajemen lingkat atas
c) Melakukan survei pada perusahaan /pabrik yang telah menerapkan TPM
d) Menyusun jadwal pemeliharaan peralatan
e) Mendokumentasikan hasil pemeliharaan peralatan
f) Mengikutsertakan operator dalam kegiatan pemeliharaan.
KESIMPULAN
1.