Charles Sanders Peirce (pengucapan bahasa Inggris: [ˈpɜrs] purse[1]) (September 10, 1839 –
April 19, 1914) adalah seorang filsuf, ahli logika, semiotika, matematika, dan ilmuwan
Amerika Serikat, yang lahir di Cambridge, Massachusetts.
Peirce dididik sebagai seorang kimiawan dan bekerja sebagai ilmuwan selama 30 tahun. Tapi,
sebagian besar sumbangan pemikirannya berada di ranah logika, matematika, filsafat, dan
semiotika (atau semiologi) dan penemuannya soal pragmatisme yang dihormati hingga kini.
Pada 1934, filsuf Paul Weiss menyebut Peirce sebagai "filsuf Amerika paling orisinal dan
berwarna dan logikawan terbesar Amerika".[2]
Daftar isi
1 Bibliografi
2 Catatan
3 Lihat pula
Bibliografi
Artikel dan kuliah utama
Roland Barthes
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Roland Barthes adalah filsuf, kritikus sastra, dan semolog Prancis yang paling eksplisit
mempraktikkan semiologi Ferdinand de Saussure, bahkan mengembangkan semiologi itu
menjadi metode untuk menganalisa kebudayaan.
Daftar isi
1 Hidup
2 Pokok Pikiran
3 Daftar Karya
5 Pranala Eksternal
6 Lihat pula
Hidup
Roland Barthes (baca: rolang bart) lahir pada 12 November 1915 dan meninggal pada 25
Maret 1980.
Pokok Pikiran
Barthes adalah filsuf, kritikus sastra, dan semolog Prancis yang paling eksplisit
mempraktikkan semiologi Ferdinand de Saussure, bahkan mengembangkan semiologi itu
menjadi metode untuk menganalisa kebudayaan.
Barthes menerbitkan tiga buku, S/Z, Mythologies, dan The Fashion System, sebagai tiga
dokumen yang menunjukkan usaha pengembangannya.
Dalam S/Z, dia membagi-bagi novel Balzac, Sarassine, menjadi 561 lexia (satuan bacaan).
Pembongkaran itu dilakukan untuk kemudian direkonstruksi kembali.
Di mata Barthes, suatu teks merupakan sebentuk konstruksi belaka. Bila hendak menemukan
maknanya, maka perlu dilakukan rekonstruksi dari teks itu sendiri.
Sementara, dalam The Fashion System, Barthes mengkaji fashion sebagai sebuah sistem
tanda seperti model linguistik Saussure. Mythologies merupakan kumpulan esainya mengenai
berbagai aspek kebudayaan Prancis, dari balap sepeda Tour de France, tarian telanjang,
mainan anak-anak, wrestling, dan sebagainya. Semiotik, secara etimologis istilah semiotik
berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-
peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda.(Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 95)
Daftar Karya
A Barthes Reader
Camera Lucida
Critical Essays
Elements of Semiology
Image-Music-Text
Incidents
A Lover's Discourse
Michelet
Mythologies
On Racine
Roland Barthes
Sade/Fourier/Loyola
S/Z
MURAD MAULANA
Seorang Pustakawan Blogger
SITEMAP
PRIVACY
DISCLAIMER
KONTAK
PUBLIKASI
TENTANG SAYA
BERANDA
Beranda » Dokumentasi
Dokumentasi kuliah kali ini adalah tentang Semiotika lagi. Jika sebelumnya di
blog ini saya mendokumentasikan tentang analisis film dengan
menggunakan Roland Barthes, maka kali ini dengan teorinya Charles Sanders
Peirce. Namun, akan saya bagi menjadi dua pembahasan. Pertama, mengenal
terlebih dahulu dari pemikiran Peirce tentang semiotika dan kedua, contoh iklan
surat kabar yang dianalisis dari teori Peirce. Untuk posting kali ini dikhususkan
untuk yang pertama. Sedangkan yang kedua akan diposting selanjutnya. Berikut
uraian singkatnya:
Berbicara mengenai semiotics, maka kita bisa melihat pengertiannya baik secara
etimologis maupun terminologis. Secara etimologis semiotik berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai
sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbagun sebelumnya, dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain. Sedangkan secara
terminologis, semiotics dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan
objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan tanda (Eco, 1979:6 &16,
dalam Alex Sobur, 2002). Tidak berbeda jauh dengan Charles Sanders Peirce
yang mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu
yang berhubungan dengannya, yakni cara berfungsinya, hubungannya dengan
tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaanya oleh mereka yang
mempergunakannya (Van Zoest, 1978, dalam Rusmana, 2005 dalam Nawiroh,
2014).
Model gambar diatas seringkali disebut juga sebagai teori segitiga makna
(triangle meaning semiotics). Menurut Nawiroh Vera (2014), dalam pandangan
Pierce, fungsi tanda merupakan proses konseptual yang akan terus berlangsung
dan tak terbatas. Kondisi tersebut dinamakan “semiosis tak terbatas”, yaitu
rantai makna-keputusan oleh tanda-tanda baru menafsirkan tanda sebelumnya
atau seperangkat tanda-tanda).
Proses tersebut tidak ada awal dan tidak ada akhir karena semuanya saling
berhubungan. Selanjutnya salah satu bentuk tanda (sign) adalah kata.
Sedangkan sesuatu dapat disebut representamen (tanda) apabila memenuhi dua
syarat diantaranya adalah pertama, bisa dipersepsi, baik dengan panca-indera
maupun dengan pikiran atau perasan. Kedua, berfungsi sebagai tanda (mewakili
sesuatu yang lain). Disisi lain Interpretant bukanlah penginterpretasi atau
penafsir (walaupun keduanya kadang jala tumpang tindih dalam teori
Pierce). Interpretant adalah apa yang memastikan dan menjamin validitas tanda,
walaupun penginterpretasi tidak ada. Interpretant adalah apa yang diproduksi
tanda di dalam kuasa pikiranlah yang jadi penginterpretasi; namun dia juga
dapat dipahami representamen. Menurut Umberto Eco (2011) hipotesis yang
paling baik adalah yang memandang interpretant sebagai representasi yang lain
yang dirujukan kepada objek yang sama. Dengan kata lain, untuk menentukan
apakah yang jadi interpretant sebuah tanda, yang harus dilakukan adalah
menamai interpretant itu dengan tanda lain yang juga memiliki interpretan lain
yang harus dinamai dengan tanda lain dan begitu seterusnya (Umberto Eco,
2011:29).
Masih pada gambar diatas, bahwa objek merupakan sesuatu yang dirujuk
oleh representament (tanda). Hal tersebut bisa berupa materi yang tertangkap
panca-indera atau juga bersfat mental dan imajiner.
Sedangkan interpretant merupakan sebuah tanda yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk tanda (X=Y). Apabila ketiga elemen
makna itu berinteraksi dalam benak sesorang, maka muncullah makna tentang
sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut (Nawiroh, 2014).
Dua hal yang perlu diperhatikan ketika akan menganalisis dengan menggunakan
teori Charles Sanders Peirce adalah pertama, hendaknya penggunaan teori harus
disesuaikan dengan pemahamannya masing-masing. Kedua, jika hanya
menganalisis tanda-tanda yang tersebar dalam pesan komunikasi maka, dengan
tiga jenis dari Pierce, yakni representamen, obyek dan interpretant sudah bisa
diketahui hasilnya. Namun, apabila melakukan analisis yang lebih mendalam,
maka harus menggunakan semua tingkatan tanda dari trikonomi pertama hingga
ketiga. Lantas seperti apa trikonomi dari teori semiotika Pierce ini? Karena
sejatinya titik sentral dari teori pemikiran Pierce tersebut adalah pada trikonomi
dengan tiga tingkat dan sembilan sub-tipe tanda. Berikut tabelnya:
Referensi
Barker, Chris.2004.Cultural Studies: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Danesi, Marcel.2010. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar
Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.
Eco, Umberto.2011.Teori Semiotika: Signifikasi Komunikasi, Teori Kode,
serta Teori Produksi-Tanda.Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Sobur, Alex.2002.Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana , Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Salam,
Pustakawan Blogger
Advertisement
murad maulana
Artikel terkait:
Mengenal Pemikiran Charles Sanders Peirce Tentang Semiotika
Contoh Essay Pendek Beasiswa S2 Kemenristekdikti
Representasi Perpustakaan Dalam Film Ketika Tuhan Jatuh Cinta (Analisis
Semiotika Roland Barthes )
Akhir Tahun 2017: Workshop Menulis Kreatif Zaman Now di Perpustakaan
Umum Indramayu
Ini Dia Lukisan Presiden Indonesia Dari Masa ke Masa di Perpustakaan
Nasional
Ini Dia Tips Helvy Tiana Rosa Untuk Para Orang Tua Kepada Anak-Anaknya
Terhadap Pemanfaatan Media Elektronik
Analisis Semiotika Peirce Pada Iklan Surat Kabar Tribun Jogja: AC Sharp
Sayonara Panas Versi Doraemon dan Nobita
Smart City Dalam Bingkai Dinamika Masyarakat Informasi
Motivasi Ngeblog ala Lebah
Pentingnya Memahami State of the Art dan Gap Teoritik Dalam Penelitian
Ilmiah
Ditulis murad maulana — 9/28/2016 — Add Comment — Dokumentasi
Posting Komentar
← Posting Lebih BaruPosting Lama →Beranda
SERING DIBACA
25 Hobi Yang Bisa Anda Jadikan Bisnis
Tips Mutasi PNS: Sebuah Pengalaman Pribadi
Contoh Surat Pernyataan Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman Disiplin PNS
Kolam Renang Plastik Anak-Anak Anda Bocor? Tambal Dengan Lem Vinyl
Daftar Sinonim Yang Sering dipakai Untuk Soal TPA OTO BAPPENAS
Contoh Nota Dinas dan Formatnya
Makna Konsensus dan Contohnya
11 Pertanyaan Umum Tentang Mutasi PNS
Pengertian, Fungsi, Macam dan Contoh Surat Kuasa
Contoh Redaksi Surat Mutasi PNS (Lolos Butuh)
GOOGLE+ FOLLOWERS
Copyright © 2013 Murad Maulana
HEADLINE
18 May,2017
HOME
DASAR KOMUNIKASI
JENIS-JENIS KOMUNIKASI
TEORI KOMUNIKASI
MANAJEMEN KOMUNIKASI
Go to...
Sponsors Link
Home » Teori Komunikasi » Teori Semiotika Charles Sander Peirce – Sign – Object
– Interpretant
Keberadaan teori dalam sebuah ilmu pengetahuan memang suatu hal yang mutlak
adanya. Teori merupakan hasil kajian dari pada ilmu pengetahuan itu sendiri
dalam rangka memperkaya aspek keilmuan dari sutu ilmu pengetahuan. Teori
menjadi sebuah kerangka dalam berbagai aspek terutama berkaitan dengan
penelitian dan juga dalam tataran praktis implementasi dari suatu ilmu
pengetahuan.
ads
Tak terkecuali dalam ilmu komunikasi, keberadaan teori-teori dalam ilmu
komunikasi merupakan kekayaan dari keilmuan komunikasi itu sendiri yang
tentunya menyangkut banyak aspek. Kali ini kita akan membahas sebuah teori
yang tentu saja sudah tidak asing bagi para pembelajar imu komunikasi yakni
teori Semiotika Charles Sanders Peirce.
Baca juga : Teori Komunikasi Menurut Para Ahli
A. Berdasarkan Ground
Yakni berkaitan dengan sesuatu yang membuat suatu tanda dapat berfungsi.
Dalam hal ini Peirce mengklasifikasikan Ground kedalam tiga hal yakni :
Qualisign
Qualisign yaitu kualitas dari suatu tanda. Misalnya kualitas kata-kiata yang
digunakan dalam menyertai tanda tersebut seperti kata-kata yang keras, kasar
ataupun lembut. Tak hanya kata-kata yang menetukan kuwalitas dari pada suatu
tanda, dapat pula berupa warna yang digunakan bahkan gambar yang
menyertainya.
Sinsign
Sinsign adalah eksistensi dan aktualitas atas suatu benda atau peristiwa
terhadap suatu tanda. Misalkan kata banjir dalam kalimat “terjadi bencana banjir”
adalah suatu peristiwa yang meneranggkan bahwa banjir diakibatkan oleh adanya
hujan. (baca: Teori Difusi Inovasi)
Legisign
Lesigsign adalah norma yang terkandung dalam suatu tanda. Hal ini berkaitan
dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Misalkan tanda dilarang
merokok menunjukan bahwa kita dilarang merokok pada lingkungan dimana tanda
itu berada. Yang lebih umum lagi tentu saja adalah rambu lalu lintas, yang
menunjukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh kita lakukan saat berkendara.
(baca: Teori Konstruksi Sosial)
ads
B. Berdasarkan Objeknya
Ikon
ikon adalah tanda yang menyerupai bentuk objek aslinya aslinya. Dapat diartikan
pula sebagai hubungan atara tanda dan objek yang bersifat kemiripan. Bahwa
maksud dari ikon adalah memberikan pesan akan bentuk aslinya. Contoh yang
paling sederhana dan banyak kita jumpai namun tidak kita sadari adalah peta.
Indeks
Indeks adalah tanda yang berkaitan dengan hal yang bersifat kausal, atau sebab
akibat. Dalam hal ini tanda memiliki hubungan dengan objeknya secara sebab
akibat. Tanda tersebut berarti akibat dari suatu pesan. Contoh yang umum
misalkan asap sebagai tanda dari api. (baca: Teori Semiotika Ferdinand De
Saussure)
Simbol
Simbol adalah tanda yang berkaitan dengan penandanya dan juga petandanya.
Bahwa sesuatu disimbolkan melalui tanda yang disepakati oleh para penandanya
sebagai acuan umum. Misalkan saja lampu merah yang berarti berhenti, semua
orang tahu dan sepakat bahwa lampu merah menandakan berhenti.
Dicent sign atau dicisign adalah tanda yang sesuai dengan fakta dan kenyataanya.
Misalnya, saja disuatu jalan kampung banyak terdapat anak-anak maka di jalan
tersebut dipasang rambu lalu lintas hati-hati banyak anak-anak. Contoh lain
misalnya jalan yang rawan kecelakaan, maka dipasang rambu hati-hati rawan
kecelakaan.
Argument
Argument adalah tanda yang berisi alasan tentang sesuatu hal. Misalnya tanda
larangan merokok di SPBU, hal tersebut dikarenakan SPBu merupakan tempat
yang mudah terbakar. (baca: Teori Pers)
1. Qualisign, dapat diartikan kualitas dari suatu tanda. Misalnya orang yang
berbicara keras maka ia sedang marah, orang yang tertawa maka ia sedang
bahagia. Misalnya juga warna merah yang menunjukan keberanian ataupun putih
yang meunjukan kesucian, serta hitam yang menunjukan kejahatan.
4. Dicent Sinsign, yakni tanda yang menunjukan informasi tentang suatu hal.
Misalnya rambu bergambar masjid atau SPBU yang menandakan bahwa tidak jauh
lagi terdapat masjid maupun SPBU.
5. Iconic Legisign, yakni tanda yang berupa perintah dan larangan yang erat
kaitanya dengan norma atau hukum. Misalnya rambu lalu lintas yang memberikan
kita perintah dan juga larangan guna menertibkan saat berkendara. (baca: Teori
Efek Media Massa)
7. Dicent Indexical Legisign, yakni tanda yang merujuk pada subjeknya atas
suatu informasi tertentu. Misalnya saat ada sebuah mobil yang menyalakan lamu
hazard menunjukan bahwa mobil tersebut sedang mengalami masalah.
(baca: Teori Fenomenologi)
10. Argument, yakni tanda yang merupakan pendapat hasil berfikir seseorang
atas suatu pertimbangan dan alasan tertentu. Misalkan seseorang mengatakan
bahwa sebuah ruangan yang ia masuki memiliki nuansa yang terang. Maka terang
disini telah dipertimbangkan olehnya atas berbagai pertimbangan, baik cahaya
dan lain sebagainya yang menurutnya ruangan itu memang terang.
Baca juga :
Sponsors Link
Sponsors Link
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
charles peirce, makna tanda, semiotika komunikasi, Teori Komunikasi, teori semiotika
RELATED POSTS
Previous
Next
Oleh : Herman
RECENT POSTS
RECENT
09 March, 2018
09 March, 2018
08 March, 2018
08 March, 2018
TO TOP ↑
HEADLINE
8 June,2017
HOME
DASAR KOMUNIKASI
JENIS-JENIS KOMUNIKASI
TEORI KOMUNIKASI
MANAJEMEN KOMUNIKASI
Go to...
Sponsors Link
Semiotika adalah salah satu dari tujuh tradisi dalam teori komunikasi yang
diungkapkan oleh Robert T. Craig. Sebagai sebuah teori
komunikasi, teori semiotika komunikasi memandang komunikasi sebagai sebuah
proses yang berdasarkan pada sistem tanda termasuk didalamnya adalah bahasa
dan semua hal yang terkait dengan kode-kode nonverbal untuk berbagi makna
yang melintasi kesenjangan yang terjadi antara sudut pandang subyektif. Hal ini
dikarenakan kita tidak pernah dapat mengetahui secara langsung apa yang
menjadi pikiran subyektif ataupun perasaan orang lain maka seluruh komunikasi
dilakukan berdasarkan penggunaan tanda-tanda.
ads
Sejarah
Sebagai sebuah studi tentang tanda dan sistem tanda, teori semiotika modern
pertama kali muncul pada abad 17 yang ditandai dengan tulisan John Locke yang
menyatakan bahwa ketika berkomunikasi perlu menyertakan berbagai ide yang
jelas ke dalam kata-kata. Pada kisaran tahun 1950an – 1960an, berkembang
sebuah gerakan intelektual yang disebut dengan strukturalisme dengan semiologi
sebagai salah satu model. Tokoh-tokoh yang menjadi bagian dari gerakan ini
adalah Ferdinand de Saussure, Roman Jakobson, C. Levi-Strauss, Julia Kristeva,
Umberto Uco, Thomas Sebeok, dan Roland Barthes.
Baca : Komunikasi Dua Arah
Kemudian, semiotika tumbuh dan berkembang ke dalam dua tradisi yang berbeda,
yaitu semiologi yang dikenalkan oleh Ferdinand de Saussure dan semiotika yang
dikenalkan oleh Charles Sanders Peirce. Dalam teori semiotika Charles Sanders
Peirce, yang menjadi kajian adalah analisa terhadap fungsi-fungsi kognitif tanda
dan membedakan berbagai jenis tanda seperti ikon, indeks, dan simbol.
Sementara itu, dalam teori semiotika Ferdinand de Saussure, yang menjadi kajian
adalah analisa terhadap sistematika struktur bahasa dan sistem tanda lainnya
sebagai sebuah fenomena sosial. Salah seorang ahli yang mengikuti serta
mengimplentasikan teori semiotika Ferdinand de Saussure secara eksplisit
adalah Roland Barthes.
Konsep Semiotika Roland Barthes
Menurut Roland Barthes, semiotika memiliki beberapa konsep inti,
yaitu signification, denotation dan connotation, dan metalanguage atau myth (Yan
dan Ming, 2014).
ads
1. Signification
Menurut Barthes, signification dapat dipahami sebagai sebuah proses yang
berupa tindakan, yang mengikat signifier dan signified, dan yang menghasilkan
sebuah tanda. Dalam proses tersebut, dua bagian dari sebuah tanda tergantung
satu sama lain dalam arti bahwa signified diungkapkan
melalui signifier, dan signifier diungkapkan dengan signified. Misalnya, kata
“kucing”. Ketika kita mengintegrasikan signifier “kucing” dengan signified “hewan
berkaki empat yang mengeong”, maka bahasa tanda “kucing” pun muncul. Proses
ini disebut sebagai signification atau sebuah sistem signifikasi. (Baca : Filsafat
Komunikasi)
Denotation adalah order of signification yang pertama. Pada tingkatan ini terdapat
sebuah tanda yang terdiri atas sebuah signifier dan sebuah signified. Dalam
artian, denotation merupakan apa yang kita pikirkan sebagai sebuah literal,
bersifat tetap, dan memiliki makna kamus sebuah kata yang secara ideal telah
disepakati secara universal. Sedangkan, connotation adalah order of
signification yang kedua yang berisi perubahan makna kata secara asosiatif.
Menurut Barthes, hal ini hanya berlaku pada tataran teoritis. Pada tataran praktis,
membatasi makna ke dalam sebuah denotative akan sangat sulit karena tanda
selalu meninggalkan jejak makna dari konteks sebelumnya.
Analisis Semiologi
Sebuah analisis semiologi secara khusus meneliti bagaimana beberapa bagian
teks (kata, gambar, film, iklan majalah, lagu, dan lain-lain) digunakan untuk
membentuk makna. Teks dapat dibentuk oleh seorang produser untuk satu orang
atau khalayak umum. Teks juga dapat dibentuk secara bersama-sama oleh para
partisipan namun dalam banyak kasus makna akan sangat bervariasi bagi
partisipan. Oleh karena itu, semiotika dapat menjadi sebuah metode untuk
membentuk serta menganalisa bagaimana komunikasi bekerja. Sebagai sebuah
hasil adalah teori semiotika bermanfaat sebagai alat untuk meneliti atau
menyelidiki berbagai kesalahpahaman dalam komunikasi antarbudaya (Hurwitz,
2009).
Menurut Barthes, analisis semiologis melibatkan dua kegiatan yatu diseksi dan
artikulasi.
Baca :
Sponsors Link
Baca :
Fotografi Jurnalistik
Kita belajar dari semiotika bahwa kita hidup di dunia tanda dan tidak
memiliki jalan lain untuk memahaminya kecuali melalui berbagai tanda dan kode
yang telah dibentuk.
Sponsors Link
FBTwitterWALinePinterestG+LinkedIn
RELATED POSTS
Previous
Next
Oleh : Ambar
RECENT POSTS
RECENT
09 March, 2018
09 March, 2018
09 March, 2018
08 March, 2018
08 March, 2018