Anda di halaman 1dari 6

9 Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi

Terpimpin di Indonesia
Demokrasi, seperti telah kita ketahui berasal dari bahas Yunani, yaitu demos dan kratos. Demos
artinya rakyat dan kratos artinya pemerintahan. Jadi, secara bahasa demokrasi berarti sistem
pemerintahan yang kekuasaannya berada di tangan rakyat. Sedangkan secara istilah, dari definisi
para ahli, termasuk Abraham Lincoln menyebutkan demokrasi adalah penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Berdasarkan hal tersebut, posisi rakyat sangat penting dalam demokrasi. Rakyat mempunyai
kesempatan menjadi pemimpin dan atau memilih pemimpinnya. Rakyat mempunyai kesempatan
menyampaikan aspirasinya secara penuh. Dan rakyat pula yang akan menerima hasil
penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan pilihan dan aspirasinya.
Adapun prinsip-prinsip demokrasi adalah:

 Pemerintahan yang diselenggarakan berdasarkan UUD atau konstitusi negara


 Adanya pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
 Dalam negara rakyat menjamin dipenuhinya hak asasi manusia
 Persamaan kedudukan setiap warga negara atas perlindungan hukum, sehingga
terselenggaranya sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak kelompok atau
perorangan mana pun.
 Kebebasan warga negara untuk berserikat / berorganisasi / berkumpul dan menyampaikan
pendapat secara lisan dan atau tulisan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Dibuktikan dengan
adanya semua prinsip demokrasi dari mulai adanya UUD, terjaminnya hak asasi manusia,
persamaan kedudukan dalam hukum, dan kebebasan mengeluarkan pendapat dan
berserikat. Namun, dalam rentang waktu kemerdekaan, sudah beberapa sistem demokrasi yang
pernah dipakai. Demokrasi-demokrasi tersebut, yaitu:

1. Demokrasi Pancasila

Demokrasi ini sesuai dengan yang tercantum dalam konstitusi Indonesia, yaitu UUD
1945. Asas-asas demokrasi Pancasila yang sesuai dengan nilai luhur Pancasila dan menjadi ciri
khas. Pada pelaksanaannya, demokrasi ini belum sepenuhnya dilaksanakan, dan dibagi menjadi
tiga periode’

 Demokrasi Pancasila era kemerdekaan (17 Agustus 1945 sampai Desember 1949)
 Demokrasi Pancasila yang pernah dilaksanakan pada masa orde baru (1965 – 1999)
 Demokrasi Pancasila yang dilaksanakan sejak pemerintahan orde baru selesai sampai kini
(1999 sampai sekarang)

2. Demokrasi Liberal
Sistem demokrasi liberal diterapkan di Indonesia saat Indonesia kembali menjadi negara
kesatuan tahun 1950 dan menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara yang kemudian
dikenal dengan sebutan UUDS 1950. Ciri-ciri demokrasi liberal ini terjadi dalam masa
pemerintahan yang saat ini disebut demokrasi orde lama. Ciri khasnya adalah dengan
dibentuknya parlemen pada penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. di mana parlemen
kemudian berganti-ganti. Demokrasi ini berlangsung 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli
1959. Berakhir saat Presiden Sukarno mengeluarkan dekrit yang berisi pernyataan untuk
kembali kepada UUD 1945.

3. Demokrasi Terpimpin

Ciri demokrasi terpimpin agak unik, karena pada saat ini UUD 1945 digunakan sebagai
konstitusi namun tidak sepenuhnya dilaksanakan. Di mulai ketika Presiden memutuskan
kembali kepada UUD 1945 di tahun 1949 dan berakhir saat pemberontakan G30SPKI dan
dikeluarkannya Supersemar tahun 1966. Demokrasi terpimpin inilah yang akan kita bahas dalam
artikel kali ini secara lebih detil, termasuk kelebihan dan kekurangannya.

Demokrasi Terpimpin

Presiden Sukarno pertama kali mengumumkan tentang ide dan konsep tentang kelebihan dan
kekurangan demokrasi terpimpin pada pembukaan sidang Dewan Konstitunte, 10 November
1956. Dan sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1957, ketika Ali Sastroamijoyo mengundurkan
diri sebagai perdana menteri, di maka masa demokrasi liberal / parlementer berakhir. Namun,
terkadang orang lebih menandai awal mula demokrasi terpimpin pada saat dikeluarkannya Dekrit
Presiden, 5 Juli 1959. Dan menurut ketetapan MPRS No. XVIII/MPRS/1965, yang dimaksud
demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Demokrasi yang dipimpin atau sesuai dengan sila keempat
Pancasila. Bila ingin mengetahui lebih lanjut tentang demokrasi terpimpin dapat dibaca artikel
tentang tujuan demokrasi terpimpin.

Isi Dekrit Presiden tersebut tentang:

 Dibubarkannya dewan konstitante karena dianggap telah gagal membuat undang-undang


dasar yang baru.
 Berlakunya kembali UUD 1945
 Dibentuknya dengan segera MPRS dan DPAS

Ciri pelaksanaan demokrasi terpimpin adalah:

 Terjadi penyimpangan ideologi, dimana Pancasila sebagai ideologi nasional diganti


dengan ideologi nasionalis, agama, dan komunis (nasakom)
 Pemusatan kekuasaan kepada presiden, dipertegas dengan adanya ketetapan MPRS
Nomor III/MPRS/1963 yang mengangkat Presiden Sukarno menjadi presiden seumur
hidup.
 Terbatasnya peran dan fungsi partai politik.
 Meluasnya peran ABRI menjadi dwifungsi berperan sebagai lembaga pertahanan negara
sekaligus berperan dalam bidang politik.
 Sistem pemerintahan presidensil, di mana presiden merupakan kepala negara dan kepala
pemerintahan.
 Pembentukan MPRS dan DPAS yang anggotanya tidak dipilih berdasarkan pemilihan
umum, tetapi dipilih langsung oleh presiden. Pemilihan berdasarkan kesediaan untuk
kembali kepada UUD 1945, kesetiaan kepada NKRI, dan setuju dengan manifesto plitik.
 Penyederhanaan ekonomi dan partai politik, serta penataan pertahanan dan keamanan.

Keuntungan dari Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin dilaksanakan setelah Dekrit Presiden yang dilatarbelakangi kegagalan


Dewan Konstituante dalam membuat UUD yang baru dan pelaksanaan demokrasi liberal /
parlementer yang juga mengalami kegagalan. Setelah sebelumnya presiden hanya memiliki
kekuasaan sebagai kepala negara, kali ini presiden bertindak sebagai kepala pemerintahan.
Akibatnya, semua penyelenggaraan pemerintahan berpusat pada presiden dan kekuasaannya
sangat besar. Namun demikian, kelebihan dan kekurangan demokrasi terpimpin mempunyai
beberapa kelebihan dan berhasil menyelenggarakan beberapa hal yang sebelumnya sulit
terlaksana. Kelebihan demokrasi terpimpin, antara lain :

1. Mampu membangun integritas nasional

Demokrasi terpimpin yang dipimpin Presiden Sukarno berhasil membangun integrtas nasional di
mana sebelumnya terpecah belah menjadi berbagai kelompok dan golongan. Kelompok dan
golongan yang sebelumnya bersaing dalam memiliki pengaruh dalam pemerintahan perlahan
mulai tidak ada, karena untuk mereka tidak ada lagi manfaatnya. Semua harus tunduk dengan
aturan presiden dan manifesto politiknya yang terkenal dan ideologi baru, yaitu nasakom.

2. Kembalinya Irian Barat

Pada saat kemerdekaan Indonesia dan terakhir Konfrensi Meja Bundar, telah ditegaskan bahwa
wilayah Indonesia adalah seluruh bekas jajahan / kolonialisme Belanda. Artinya, Papua
termasuk wilayah Indonesia. Namun kenyataannya, Papua masih dikuasai Belanda. Bahkan
sampai Kabinet Ali Sastroamijoyo berakhir, mereka menemui kegagalan mengembalikan Papua
ke Indonesia. Pada tanggal 1 Desember 1961, Belanda mengumumkan terbentuknya Dewan
Nasional Papua sebagai satu negara.
Pada akhirnya, bulan Desember 1961 itu pula, Presiden Sukarno mengumumkan Aksi Trikora,
yaitu perang merebut kembali Papua, yang saat itu dikenal sebagai Irian Barat. Tidak hanya
sampai di situ, Presiden Sukarno juga memperjuangkan Irian Barat secara diplomatik di PBB
sepanjang tahun 1962. Dan melalui referendum, 1 Mei 1963, Irian Barat resmi menjadi wilayah
Indonesia.

3. Pelopor Non Blok dan Pemimpin Asia Afrika


Setelah sebelumnya Presiden Sukarno berhasil menyelenggarakan Konfrensi Asia Afrika yang
menghasilkan dasasila Bandung, Indonesia kemudian menjadi pelopor peran Indonesia dalam
gerakan non blok. Yaitu organisasi atau gerakan negara-negara yang berusaha tidak memihak
mana pun dalam penyelenggaraannya. Tidak berpihak pada Amerika yang mewakili negara-
negara Barat dan tidak memihak pada Uni Sovyet (Rusia saat ini) yang mewakili negara-negara
berpaham sosialis komunis. Selama kepemimpinan demokrasi terpimpin juga Indonesia menjadi
negara yang disegani. Saat itu, Indonesia dianggap sebagai pemimpin Asia Afrika.

4. Dibentuknya Lembaga-Lembaga Negara

Pemerintahan demokrasi terpimpin berusaha menyelenggragrakan pemerintahan yang sesuai


UUD 1945, meskipun di sana sini terjadi banyak penyimpangan. Salah satu yang berhasil
dilakukan di dalam negeri adalah terbentuknya berbagai tugas lembaga negara yang sebelumnya
tidak ada. Lembaga-lembaga negara tersebut antara lain MPRS, DPAS, DPRGR, dan Front
Nasional.

5. Penataan di Berbagai Bidang

Pada saat itu, Indonesia sebenarnya sudah dalam keadaan di ujung tanduk. Ekonomi tidak stabil,
politik, dan berbagai bidang lain mengalami kekacauan. Dan kelebihan dan kekurangan
demokrasi terpimpin berusaha memperbaiki berbagai keadaan tersebut. Dilaksanakannya
penataan ekonomi sederhana, menjadikan ABRI lembaga dwifungsi di bidang sosial politik,
mengenalkan ideologi nasakom dianggap hal yang paling dilakukan oleh Presiden Sukarno.

6. Adanya Rasa Gotong royong

Meskipun tidak dialami seluruh rakyat Indonesia, demokrasi terpimpin pada sebagian orang
membangkitkan rasa nasionalisme dan rasa gotong royong dalam pembangunan menguat
kembali. Ini ditandai dengan bersatunya berbagai kelompok dan golongan yang sebelumnya
berseberangan dalam kabinet parlementer.

Kerugian Dalam Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin sebenarnya merupakan penyimpangan terhadap UUD 1945 dan Pancasila,
meskipun ada berbagai bidang yang berhasil dilaksanakan. Beberapa penyimpangan dan
kekurangan demokrasi terpimpin adalah:

1. Penataan Kehidupan Konstitusi Tidak berjalan

Melalui Dekrit Prsesiden, awalnya disampaikan akan adanya pelaksanaan konstitusi UUD
1945. UUD 1945 akan dilaksanakan dalam berbagai bidang. Pada pelaksanaannya, kehidupan
konstitusi tidak berjalan baik. Banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan
tersebut di antaranya :
 Pengangkatan anggota MPRS yang tidak berdasarkan hasil pemilihan umum. Anggota
MPRS ditentukan oleh presiden.
 Presiden menjadi kepala negara sekaligus ketua DPAS. Dan hal ini berhubungan dengan
dukungan seluruh anggota DPAS yang menjadikan pidato presiden, 17 Agustus 1959,
mengenai manifesto politik sebagai fungsi GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara /
pedoman pelaksanaan pembangunan).
 Demokrasi terpimpin membuat kekuasaan presiden menjadi tak terbatas. Hal ini
membuat kemungkinan kediktatoran semakin besar.
 Tidak menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara dan menggantinya dengan
nasionalis, agama, dan komunis.
 Pemimpin lembaga-lembaga negara sekaligus juga sebagai menteri presiden. Hal ini
secara tidak langsung menyiratkan bahwa lembaga-lembaga tinggi negara berada di
bawah kekuasaan presiden.
 Presiden diangkat menjadi presiden seumur hidup
 Dibubarkannya DPR yang dibentuk berdasarkan hasil pemilu 1955 dan diganti dengan
DPRDGR. Pembubaran ini terjadi tahun 1960, ketika DPR menolak RAPBN yang
diajukan pemerintah.

2. Terjadinya Pertentangan Ideologi

Pada masa demokrasi terpimpin, presiden mengeluarkan ide nasakom, yang dianggap akan
mempersatukan seluruh Bangsa Indonesia. Namun sebaliknya, ide tersebut membuat terjadinya
pertentangan ideologi yang sangat tajam antara ketiganya, nasionalis, agama, dan
komunis, Pertentangan yang membuat banyak rakyat gelisah. Apalagi ditambah berbagai
kebijakan presiden di bidang lain tidak berjalan baik. Seperti misalnya, kebijakan
ekonomi. Kesenjangan sosial semakin tinggi dan harga-harga melambung disertai dengan
penurunan nilai uang rupiah.

3. Kehidupan Politis Tidak Demokratis

Dengan adanya kekuasaan presiden yang semakin besar, berarti kehidupan demokratis itu sendiri
tidak tercapai. Rakyat tidak diberi kekuasaan berpendapat. Kebebasan pers dikekang dengan
berbagai pembredelan dan pembubaran Masyumi sebagai puncaknya. Pemilihan umum
ditiadakan. Bahkan, siapa saja yang bertentangan dan tidak menyetujui nasakom Presiden
Sukarno, maka dianggap menentang negara.

Keadaan negara masa ini semakin kacau. Beberapa hal di awal yang sepertinya mengalami
perbaikan ketika sistem demokrasi parlementer berakhir, ternyata tidak demikian. Kekuasaan
ABRI terutama Angkatan Darat yang semakin besar membuat terjadi persaingan di antara
sesama anggota. Di lain pihak, dengan ideologi nasakom, PKI dianggap partai yang berdiri
paling depan membelanya. Kekuasaan komunis menjadi semakin besar. Puncaknya,
pemberontakan G30SPKI. Demokrasi terpimpin dianggap gagal. Tidak sampai setahun
sesudahnya, Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret yang dikenal dengan
Supersemar. Supersemar menandai berakhirnya masa demokrasi terpimpin.
Sejarah bukan dimaksudkan untuk dikenang. Dengan belajar sejarah kita mengetahui apa yang
sudah terjadi dan diharapkan tidak mengulangi semua kesalahan yang sudah terjadi. Akhir kata,
semoga artikel ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai