Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang merupakan getaran yang merambat. Didalam perambatannya
tidak diikuti oleh perpindahan partikel perantaranya. Pada hakekatnya gelombang
merupakan rambatan energi (energi getaran). Periode gelombang (T) adalah
waktu yang diperlukan gelombang untuk menempuh satu panjang gelombang
penuh. Panjang gelombang (λ) adalah jarak yang ditempuh dalam waktu satu
periode. Frekuensi gelombang (f) adalah banyak gelombang yang terjadi tiap
satuan waktu. Cepat rambat gelombang (v)adalah jarak yang ditempuh gelombang
tiap satuan waktu.
Apabila seutas tali dengan tegangan tertentu digetarkan secara terus menerus
maka akan terlihat. Suatu bentuk gelombang yang arah getarnya tegak lurus
dengan arah rambat gelombang, dinamakan gelombang transversal. Jika kedua
ujung tertutup, gelombang pada tali tersebut akan terpantul-pantul dan dapat
menghasilkan gelombang stasioner yang tampak berupa simpul dan perut.
Gelombang stasioner dapat terjadi karena interferensi (penggabungan) dua
gelombang yaitu gelombang datang dan pantul.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam percbaan mengenai
gelombang stasioner pada tali diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh panjang tali dan tetap variasi beban terhadap laju
gelombang?
2. Bagaimana dengan kecepatan massa tali (jenis tali) terhadap banyak
gelombang yang terbentuk?
3. Bagaimana pengaruh persambungan dua jenis yang berbeda terhadap
gelombang berdiri yang dihasilkan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka didapat tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh panjang tali dari setiap variasi beban terhadap laju
gelombang.
2. Mengetahui kecepatan massa tali (jenis tali) terhadap banyak gelombang yang
terbentuk.
3. Mengetahui pengaruh perrsambungan dua jenis tali yang berbeda terhadap
gelombang berdiri yang dihasilkan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dalam praktikum gelombang stasiner
pada tali, misalnya pada alat musik gitar. Pada alat musik gitar, senar yang
digunakan memiliki jenis atau massa yang berbeda. Semakin ketat senar tersebut
maka semakin nyaring suara yang dihasilkan. Sehingga variasi senar gitar dapat
menghasilkan nada-nada yang mermu. Hal ini terjadi juga pada alat musik petik
lainnya.
BAB 2. DASAR TEORI

Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium.
Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya bukan medium
perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak
antara lembah dan bukit (gelombang transversal) atau menghitung jarak antara
satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat
gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu
detik(Trippler, 1998).

Gelombang adalah getaran yang merambat. Di dalam perambatan tidak


diikuti oleh perpindahannya partikel-partikel perantaranya. Pada hakekatnya
gelombang merupakan rambatan energi atau enenrgi getaran(Sutrisno, 1989).

Gelombang dibedakan menjadi dua jenis menurut mediumnya, yaitu


gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa melalui medium atau perantara
seperti gelombang cahaya. Sedangkan gelombang yang merambat melalui suatu
medium atau melalui perantara yaitu gelombang mekanik (Lea, 1992).

Terdapat dua jenis gelombang mekanik, berdasarkan arah gerakan partikel


terdapat arah perambatan gelombang, yaitu :

 Gelombang Longitudinal
Gelombang longitutinal adalah gelombang yang arah perambatannya
searah dengan arah gerakan partikel. Contoh gelombang longitudinak
adalah gelombang pada pegas.
 Gelombang Transversal adalah gelombang yang arah perambatan tegak
lurus dengan arah gerakan patikelnya. Contoh gelombang pada tali
(Arkundarto, 2007).

Gelombang stasioner biasa juga disebut gelombang tegak, gelombanag


berdiri atau gelombang diam. Gelombang stasioner adalah gelombang yang
terbentuk dari perpaduan atau interferensi dua buah gelombang yang mempunyai
amplitudo dan frekuensinya sama, tapi arah rambatnya berlawanan. Amplitudo
pada gelombang stasioner tidak konstan, besarnya amplitudo pada tiap titik
sepanjang gelombang tidak sama. pada simpul amplitudo nol, dan pada perut
gelombang amplitudo maksimum. Periode gelombang (I) adalah waktu yang
diperlukan gelombang guna menempuh satu panjang gelombang untuk penuh.
Panjang gelombang (λ) adalah jarak yang ditempuh dalam waktu satu periode.
Frekuensi gelombang (f) adalah banyak gelombang yang terjadi pada tiap satuan
waktu. Cepat rambat (v) adalah jarak yang ditempuh gelombang tiap satuan waktu.
Secara umum, cepat rambat gelombang dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑇 𝐹.𝑙
𝑣 = √𝜇 = √𝑚

𝑣
𝑓=𝜆

Dimana :

𝑣 = cepat rambat gelombang (m/s)

𝜆 = panjang gelombang (m)

𝑓 = frekuensi (Hz)

𝜇 = rapat massa linier tali (kg/m)

T =periode getaran (s)

𝑙 = panjang tali (m)

𝑚 = massa tali (kg)

(Lea, 1992).

Gerak gelombang muncul hampir tiap-tiap cabang fisika. Gelombang


mekanik baearal dari dalam pergeseran dari suau bagian umum elastis dari
kedudukan normalnya. Sifat-sifat medium yang menentukan laju sebuah sebuah
gelombang melalui meddium tersebut adalah inersianya dan elastisitasnya. Kedua
faktor bersama-sama akan menentukan laju gelombang(Haliday, 1998).

Gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan energi momentum


dari suatu titik didalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi. Pada
glombang mekanik, seperti gelombang pada tali atau gelombang bunyi di udara,
dan momentum dipindahkan melalui gangguan dalam medium (Trippler, 1998).

Jika salah satu ujung tali digoyangkan dan ujung satunya tetap, suatu
gelombang yang kontinu akan merambat ke ujung yang tetap dan dipantulkan
kembali dengan kondisi terbalik. Sementara tali digetarkan, akan ada gelombang
yang merambat di kedua arah dan gelombang yang merambat ke ujung akan tetap
berinteferensi dengan gelombang pantulan yang kembali. Tetapi jika tali
digetarkan dengan frekueni tetap kedua gelombang akan berinteferensi sehingga
akan dihasilkan gelombang berdiri dengan amplitudo besar. Titik inteferensi
destruktif, dimana tali tetap diam disebut simpul. Titik inteferensi konstruktif,
dimana tali berisolasi dengan amplitudo maksimum disebut perut.

simpul perut

(Arkundarto, 2007)

Gelombang berdiri tidak hanya dihasilkan pada satu tali, tetapi pada
sembarang benda yang bergetar. Semua alat musik bergantung pada gelombang
berdiri untuk menghasilkan suara musik mereka, dari alat yang mempunyai senar
(dawai) sampai alat musik tiup (Giancoli, 2001).
BAB 3. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum gelombang stasioner
pada tali diantaranya sebagai berikut :
1. Katrol adalah alat yang berfungsi sebagai tempat digantungnya beban.
2. Beban berfungsi sebagai pemberat.
3. Neraca digital adalah alat yang berfungsi untuk menimbang/mengukur massa
tali.
4. Tali berbagai ukuran sebagai bahan uji.
5. Mistar untuk mengukur panjang tali.
6. Sumber getaran (mechanial vibrator) untuk menggetarkan tali supaya
terbentuk gelombang.

3.2 Desain Percobaan


Berikut adalah desain percobaan untuk mempermudah dalam menganalisis
percobaan gelombang stasiner pada tali :

Gambar 3.1 Gelombang Stasioner pada Tali


(Sumber : Purwandari, 2015)
3.3 Langkah Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam percobaan gelombang stasiner
pada tali kali ini diantaranya sebagai berikut :
1. Sejumlah tali disiapkan dengan 3 variasi panjang berbeda.
2. Sebuah tali dengan panjang L1 dihubungkan dengan beban m1, besarnya m1
dicatat.
3. Penggetar dinyalakan, sejumlah pertikel atau banyak gelombang yang diamati
diukur dan dicatat.
4. Langkah 2 dan 3 diulangi dengan menambahkan beban sehingga didapatkan
sedikitnya 3 variasi data.
5. Langkah 2-4 diulangi untuk panjang tali yang lain.
6. Langkah 1-5 diulangi untuk jenis tali yang lain.
7. 2 buah tali yang berbeda jenisnya dihubungkan , masing-masing panjang ½ L,
kemudian dihubungkan dengan beban m1. Diamati dan dicatat banyaknya
gelombang yang terjadi.

3.4 Analisis Data


Adapun analisis data yang digunakan pada percobaan ini untuk memudahkan
dalam melakukan perhitungan adalah :
𝑚
𝜇 = 𝐿
𝛿𝑁 𝛿𝜇
Δ𝜇 = |𝛿𝑚| |Δ𝑚| + | 𝛿𝐿 | |Δ𝐿|
1 𝑀
= |𝐿| |Δ𝑚| + |𝐿2 | |Δ𝐿|
Δ𝜇 Δ𝜇
𝐼 = × 100% , 𝐾 = 100% − 𝐼, 𝐴𝑃 = 1 − log
𝜇 𝜇
𝐿
𝜆 =𝑛
𝛿𝜆 1
Δ𝜆 = |𝛿𝐿 | |Δ𝐿| = |𝑛| |Δ𝐿|
Δ𝜆 Δ𝜆
𝐼 = × 100% , 𝐾 = 100% − 𝐼, 𝐴𝑃 = 1 − log
𝜆 𝜆
𝑇
𝑣 = √𝜇

𝛿𝑣 𝛿𝑣 1 Δ𝑚 Δ𝑚 Δ𝐿
Δ𝑣 = |𝛿𝑇| |Δ𝑇| + |𝛿𝜇| |Δ𝜇| = 2 𝑣 [ 𝑚𝑡 + 𝑚𝑘 + ]
𝐿

Δ𝑣 Δ𝑣
𝐼 = × 100% , 𝐾 = 100% − 𝐼, 𝐴𝑃 = 1 − log
𝑣 𝑣
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL
Adapun hasil yang didapatkan dari praktikum gelombang stasioner pada
tali sebagai berikut :
4.1.1 Gelombang stasioner pada tali
𝑚 𝑚
Jenis 𝐿 (𝑚) 𝑀 (𝑘𝑔) 𝑀 (𝑘𝑔) 𝑇 (𝑁) 𝜇 (𝑘𝑔⁄𝑚) 𝑉( ) ∆𝑉 ( )
𝑠 𝑠
0,7 0,00045 0,05 0,46 0,000643 27,61 0,78
0,7 0,00045 0,07 0,686 0,000643 32,67 0,92
0,7 0,0006 0,1 0,98 0,000857 33,81 0,72
0,8 0,0006 0,05 0,49 0,00075 25,56 0,54
Wol 0,8 0,0001 0,07 0,686 0,000125 74,08 9,28
0,8 0,0001 0,1 0,98 0,000125 88,54 11,1
1,2 0,0003 0,05 0,49 0,00025 44,27 1,85
1,2 0,0003 0,07 0,686 0,00025 52,38 2,19
1,2 0,00025 0,1 0,98 0,000208 68,59 3,44
0,7 0,00025 0,05 0,49 0,000357 37,04 1,87
0,7 0,00045 0,07 0,686 0,000643 32,67 0,92
0,7 0,00045 0,1 0,98 0,000643 39,04 1,1
0,8 0,00045 0,05 0,49 0,000563 29,51 0,83
Senar 0,8 0,00045 0,07 0,686 0,000563 34,92 0,98
0,8 0,00045 0,1 0,98 0,000563 41,74 1,17
1,2 0,00045 0,05 0,49 0,000375 36,15 1,01
1,2 0,00045 0,07 0,686 0,000375 42,77 1,2
1,2 0,00045 0,1 0,98 0,000375 51,12 1,43
0,84 0,00045 0,05 0,49 0,000536 30,24 0,85
Gabungan 0,84 0,00045 0,07 0,686 0,000536 35,78 1
0,84 0,00045 0,1 0,98 0,000536 42,77 1,2
𝐼 (%) 𝐾 (%) 𝐴𝑃 (𝑉 ± ∆𝑉) (𝑚⁄𝑠)
2,83 97,17 3 (27,6 ± 0,78)
2,82 97,18 3 (32,6 ± 0,92)
2,13 97,87 3 (33,8 ± 0,72)
2,11 97,89 3 (25,5 ± 0,54)
12,53 87,47 2 (74 ± 9,2)
12,54 87,46 2 (88 ± 11)
4,18 95,82 2 (44 ± 1,8)
4,18 95,82 2 (52 ± 2,1)
5,02 94,98 2 (68 ± 3,4)
5,05 94,95 2 (37 ± 1,8)
2,82 97,18 3 (32,6 ± 0,92)
2,82 97,2 3 (39,0 ± 1,1)
2,81 97,2 3 (29,5 ± 0,83)
2,81 97,2 3 (34,9 ± 0,98)
2,8 97,2 3 (41,7 ± 1,17)
2,79 97,2 3 (36,1 ± 1,01)
2,81 97,2 3 (42,7 ± 1,2)
2,8 97,2 3 (51,1 ± 1,43)
2,81 97,2 3 (30,2 ± 0,85)
2,79 97,2 3 (35,7 ± 1)
2,81 97,2 3 (42,7 ± 1,2)

4.1.2 Frekuensi gelombang stasioner pada tali


Jenis 𝐿 (𝑚) 𝑀 (𝑘𝑔) 𝑀 (𝑘𝑔) 𝑁 𝜇 (𝑘𝑔⁄𝑚) 𝑓 (𝐻𝑧) ∆𝑓 (𝐻𝑧)
0,7 0,00045 0,05 0,46 0,000643 19,31 5,54
Wol 0,7 0,00045 0,07 0,686 0,000643 32,03 6,87
0,7 0,0006 0,1 0,98 0,000857 47,62 7,05
0,8 0,0006 0,05 0,49 0,00075 15,68 4,37
0,8 0,0001 0,07 0,686 0,000125 63,32 19,3
0,8 0,0001 0,1 0,98 0,000125 107,98 28,02
1,2 0,0003 0,05 0,49 0,00025 18,07 5,4
1,2 0,0003 0,07 0,686 0,00025 29,93 6,77
1,2 0,00025 0,1 0,98 0,000208 56,22 10,19
0,7 0,00025 0,05 0,49 0,000357 25,9 8,01
0,7 0,00045 0,07 0,686 0,000643 32,03 6,87
0,7 0,00045 0,1 0,98 0,000643 54,99 8,52
0,8 0,00045 0,05 0,49 0,000563 56,34 7,89
Senar 0,8 0,00045 0,07 0,686 0,000563 65,12 8,67
0,8 0,00045 0,1 0,98 0,000563 45,76 6,78
1,2 0,00045 0,05 0,49 0,000375 44,56 6,67
1,2 0,00045 0,07 0,686 0,000375 57,81 7,88
1,2 0,00045 0,1 0,98 0,000375 57,99 7,91
0,84 0,00045 0,05 0,49 0,000536 67,99 8,78
Gabungan 0,84 0,00045 0,07 0,686 0,000536 71,69 7,98
0,84 0,00045 0,1 0,98 0,000536 78,45 7,45

𝐼 (%) 𝐾 (%) 𝐴𝑃 (𝑓 ± ∆𝑓) (𝐻𝑧)


28,69 71,31 2 (19 ± 5,5)
21,449 78,55 2 (32 ± 6,8)
14,805 85,2 2 (47 ± 7)
27,87 72,13 2 (15 ± 4,3)
30,48 69,52 2 (63 ± 19)
29,949 74,05 2 (107 ± 28)
29,884 70,12 2 (18 ± 9,4)
22,452 77,55 2 (29 ± 6,7)
18,125 81,87 2 (56 ± 10)
30,927 69,07 2 (25 ± 8,0)
21,449 78,55 2 (32 ± 6,8)
15,494 84,51 2 (54 ± 8,5)
14,004 86 2 (56 ± 7,9)
13,314 86,69 2 (65 ± 8,6)
14,816 85,18 2 (45 ± 6,7)
14,969 85,03 2 (44 ± 6,6)
13,631 86,37 2 (57 ± 7,8)
13,64 86,36 2 (58 ± 7,9)
12,914 87,09 2 (68 ± 8,7)
11,731 88,87 2 (71 ± 7,9)
9,496 90,5 2 (78 ± 7,4)

4.1.3 Panjang gelombang stasioner pada tali


Jenis 𝐿 (𝑚) 𝑀 (𝑘𝑔) 𝑀 (𝑘𝑔) 𝑁 𝜇 (𝑘𝑔⁄𝑚) 𝜆 (𝑚) ∆𝜆 (𝑚)
0,7 0,00045 0,05 0,49 0,000643 1,43 0,37
0,7 0,00045 0,07 0,686 0,000643 1,02 0,19
0,7 0,0006 0,1 0,98 0,000857 0,71 0,09
0,8 0,0006 0,05 0,49 0,00075 1,63 0,42
Wol 0,8 0,0001 0,07 0,686 0,000125 1,17 0,21
0,8 0,0001 0,1 0,98 0,000125 0,82 0,11
1,2 0,0003 0,05 0,49 0,00025 2,45 0,63
1,2 0,0003 0,07 0,686 0,00025 1,75 0,32
1,2 0,00025 0,1 0,98 0,000208 1,22 0,16
0,7 0,00025 0,05 0,49 0,000357 1,43 0,37
0,7 0,00045 0,07 0,686 0,000643 1,02 0,19
Senar 0,7 0,00045 0,1 0,98 0,000643 0,71 0,09
0,8 0,00045 0,05 0,49 0,000563 1,63 0,42
0,8 0,00045 0,07 0,686 0,000563 1,17 0,21
0,8 0,00045 0,1 0,98 0,000563 0,82 0,11
1,2 0,00045 0,05 0,49 0,000375 2,45 0,63
1,2 0,00045 0,07 0,686 0,000375 1,75 0,32
1,2 0,00045 0,1 0,98 0,000375 1,22 0,16
0,84 0,00045 0,05 0,49 0,000536 1,71 0,44
Gabungan 0,84 0,00045 0,07 0,686 0,000536 1,22 0,22
0,84 0,00045 0,1 0,98 0,000536 0,86 0,11

𝐼 (%) 𝐾 (%) 𝐴𝑃 (𝜆 ± ∆𝜆) (𝑚)


25,87 74,13 2 (1,4 ± 0,3)
18,63 81,37 2 (1,0 ± 0,1)
12,68 87,32 2 (0,7 ± 0,1)
25,77 74,23 2 (1,6 ± 0,4)
17,95 82,05 2 (1,1 ± 0,2)
13,41 86,59 2 (0,8 ± 0,1)
25,71 74,29 2 (2,4 ± 0,6)
18,29 81,71 2 (1,7 ± 0,3)
13,11 86,89 2 (1,2 ± 0,1)
25,87 74,13 2 (1,4 ± 0,3)
18,63 81,37 2 (1,0 ± 0,1)
12,68 87,32 2 (0,7 ± 0,1)
25,77 74,23 2 (1,6 ± 0,4)
17,95 82,05 2 (1,1 ± 0,2)
13,41 86,59 2 (0,8 ± 0,1)
25,71 74,29 2 (2,4 ± 0,6)
18,29 81,71 2 (1,7 ± 0,3)
13,11 86,89 2 (1,2 ± 0,1)
25,73 74,29 2 (1,7 ± 0,4)
18,03 81,97 2 (1,2 ± 0,2)
12,79 87,21 2 (0,8 ± 0,1)

4.1 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan mengenai gelombang stasioner
pada tali, praktikan melakukan percobaan dengan dua variasi yaitu variasi massa
beban dan jenis tali. Pada percobaan, terjadi perbedaan antara jenis tali yang sama
namun panjang tali berbeda yaitu ketidak sesuaian dengan rumus yang seharusnya
semakin pendek tali maka panjang gelombangnya akan semakin besar, namun
saat percobaan hasil tidak menunjukkan kesesuaian, panjang gelombang yang
dihasilkan nilainya sama walaupun panjang tali berbeda. Kesalahan ini dapat
terjadi karena kurang telitinya praktikan saat melakukan percobaan. Saat
mengamati gelombang yang terbentuk, praktikan mengalami kesulitan untuk
melihat getaran tali. Sehingga hasil pengamatan yang didapat hasilnya kurang
akurat.
Berdasarkan pada teori, semakin besar massa beban maka gaya tegangan tali
semakin besar. Dari data hasil percobaan dan perhitungan, didapatkan bahwa
semakin besar rapat massa linier tali maka semakin kecil cepat rambat gelombang.
Semakin besarnya rapat masa linier tali juga mempengaruhi panjang gelombang
yag erbebtuk yaitu semakin kecil. Hal ini telah sesuai dengan rumus yang ada.
Pada percobaan, semakin besar massa beban yang digantungkan, maka akan
terjadi panjang gelombang yang semakin besar juga.
Untuk mengamati pengaruh cepat rambat dengan tegangan tali, diperlukan
jenis tali yang berbeda yang kemudian mengamati jenis tali yang membentuk
gelombang paling banyak. Pada percobaan yang dilakukan variasi pada jenis tali
yang digunakan untuk mengamati massa per satuan panjang tali yang
mempengaruhi banyak gelombang yang terbentuk. Pengaruh persambungan dua
jennis tali yang berbeda terhadap gelombang yang dihasilkan, dapat diketahui
bahwa dengan adanya sambungan pada tali maka panjang gelombang maupun
beban yang dihasilkan akan semakin kecil dan gembang yang terbentuk sedikit.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan yang telah dilakukan, praktikan dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
1. Hubungan antara laju gelombang dengan tegangan tali adalah berbanding
lurus, semakin besar massa beban yang digantung dimana tegangan tali
semakin besar, maka akan menghasilkan panjang gelombang yang semakin
besar. Hal ini menyebabkan cepat rambat nilainya akan semakin besar juga.
2. Semakin besar rapat massa linier tali, semakin kecil cepat rambat gelombang.
Cepat rambat gelombang berbanding terbalik dengan akar kuadrat rapat
massa linier tali.
3. Persambungan dua jenis tali yang berbeda terhadap gelombang yang
dihasilkan menyebabkan panjang gelombang dan massa beban kecil,
gelombang yang terbentuk sedikit.

5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, praktikan diharuskan lebih teliti dalam
mencatat dan mengamati gelombang yang terbentuk pada tali agar hasil data yang
didapatkan akurat. Selain itu praktikan harus benar-benar teliti dalam mengamati
gelombang, sebaiknya bukan hanya satu praktikan saja yang mengamati
gelombang yang terbentuk melainkan sedikitnya 3 praktikan yang ikut mengamati
gelombang agar menghindari ketidak sesuaian data. Sebelum melakukan
praktikum, kuasai terlebih dahulu materi yang akan diujikan.
Daftar Pustaka

Arkundarto, A. 2007. Alat Ukur dan Metode Pengukuran. Jakarta : Universitas


Terbuka.

Giancolli, D. 2001. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Halliday. 1998. Fundamental of Physics. Jakarta : Erlangga.

Lea. 1992. Dasar-Dasar Fisika Jilid II. Yogyakarta : Bina Cipta Aksara

Purwandari, E. 2015. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan. Jember :


Universitas Jember.

Sutrisno. 1979. Fisika Dasar. Bandung : ITB

Trippler. 2007. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai