Anda di halaman 1dari 10

Penelitian

STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK


MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL SUKU BATAK TOBA
Ivo Yani
e-mail: ivo.yani@kemdikbud.go.id
Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat Sumatera Utara
Abstrak: Permainan tradisional merupakan warisan leluhur yang perlu dijaga dan dilestarikan. Permainan
tradisional jarang sekali dilakukan di PAUD karena sudah tergantikan dengan permainan modern, padahal
di setiap daerah terdapat berbagai permainan tradisional. Permainan tradisional suku Batak Toba dapat
menstimulasi perkembangan fisik motorik dan sosial emosional anak usia dini. Jenis permainan yang diteliti
adalah permainan Marsibahe, Marsitekka, dan Marampera. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hasil
stimulasi perkembangan motorik dan sosial-emosional anak usia dini melalui permainan tradisional suku
Batak Toba. Penelitian ini dilakukan terhadap 18 anak usia 5 – 6 tahun di PAUD Anugerah di Desa Tomok,
Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir pada bulan Juli – Oktober 2015. Instrumen pengumpulan data
disusun berdasarkan butir-butir tingkat pencapaian perkembangan motorik dan sosial emosional anak
usia 5 – 6 tahun yang mengacu pada Permendikbud No. 137 tahun 2014 sebanyak 16 butir pengamatan.
Untuk mengetahui validasi lapangan digunakan metode quasi eksperimen design dengan pretes dan
post-test, sedangkan signifikansi program diuji dengan t-test berkorelasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai t > t (10,34 > 2,11) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan nilai
yang diperoleh peserta didik sebelum dengan sesudah melaksanakan permainan tradisional suku Batak
Toba pada taraf signifikansi 5%.

Kata-kata kunci: stimulasi, permainan tradisional, suku Batak Toba

STIMULATION OF CHILDREN DEVELOPMENT THROUGH


BATAK TOBA TRADITIONAL GAMES
Abstract: Traditional games are ancestral estates that need to be maintained and preserved. Rarely are
they played in PAUD due to the fact that they have been replaced by modern games, whereas there are
a lot of traditional games in every region. The Batak Toba traditional games can stimulate both motor
skills and social-emotional development in early childhood. Types of games researched are Marsibahe,
Marsitekka, and Marampera. This research aims to find out results on motor skills and social-emotional
stimulation in early childhood through Batak Toba traditional games. The research was conducted to 18
children in a range of 5-6 years old in PAUD Anugerah in Tomok Village, Simanindo District, Samosir
District in July-October 2015. The data collection instrument is arranged based on their achievement
levels of motor skills and social-emotional development referring to Permendikbud No. 137 in 2014 as
many as 16 points of observation. A quasi-experiment design method with pretest and posttest is used
to recognize field validation, meanwhile the significant of the program is examined by using a correlated
t-test. The results show t > t (10.34 > 2.11) so that it can be inferred that there are significant changes on
score acquired by the learners before and after playing Batak Toba traditional games at 5% significant level.

Keywords: stimulation, traditional game, Batak Toba

PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
upaya pembinaan anak sejak lahir sampai usia 6 perkembangan jasmani dan rohani agar anak
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017 89
Stimulasi Perkembangan Anak...

lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1). perkembangan anak.
Masa usia dini merupakan time for play, sebagai Permainan tradisional saat ini sudah jarang
sarana pertumbuhan dalam lingkungan, budaya, ditemukan karena sudah tergantikan dengan
dan kesiapannya dalam belajar formal. Pada masa permainan modern, padahal permainan tradisional
ini, pertumbuhan anak sangat menentukan dalam merupakan warisan leluhur dan mudah untuk
pembentukan karakter dan kecerdasannya. Masa- dilakukan. Selain itu, permainan tradisional banyak
masa ini terpenting bagi pengembangan inteligensi manfaatnya dan sangat baik dalam menstimulasi
permanen diri anak karena memiliki kemampuan perkembangan anak. Di tanah Batak terdapat
tinggi untuk menyerap informasi. Orang tua dan guru berbagai permainan tradisional, seperti marsibahe
PAUD harus memahami potensi besar yang dimiliki (lempar batu sambil gendong teman di belakang),
anak pada usia dini dan dapat menggunakan teknik margala/marcabor (galasin/gobak sodor), marsitekka
yang tepat dalam menghadapinya. (engklek), angker (pecah piring), petor-petor (tembak-
Bermain merupakan aktivitas yang spontan tembakan) dari pelepah pisang, marjalengkat
dan melibatkan motivasi serta prestasi dalam diri (engrang), marsabur (kucing-tikus), marcendong
anak yang mendalam. Stimulasi perkembangan (alip cendong), marpukkul (kelereng), marsapele-
anak harus selalu dilakukan agar anak dapat sapele (cublak suweng), marsukke/lukkir (patok
mencapai tumbuh kembang sesuai harapan. Melalui lele), marlubang (congklak), marsiadu (serimbang),
bermain, anak belajar untuk mengekspresikan pat ni gajah (lomba terompa), danggur suri (lempar
emosi, proses emosi, memodulasi dan mengatur sisir), cabur (sambar elang), permainan alat musik
emosi, serta menggunakan emosi dengan cara yang dari bambu/kayu, dan sebagainya. Sebagian besar
adaptif. Pandangan bermain dan emosi konsisten permainan tersebut juga terdapat di daerah lain
dengan sejumlah konseptualisasi terbaru dari dengan sebutan yang berbeda.
emosi dan kesehatan mental. Konstruk regulasi Permainan tradisional selalu dilakukan secara
emosi sangat penting di daerah perkembangan bersama-sama atau berkelompok sehingga dapat
anak. Mennin dalam Russ (2004) menyimpulkan menstimulasi kemampuan sosial-emosional anak
bahwa perspektif regulasi emosi bertujuan sebagai dan memupuk kerja sama. Anak menjadi lebih
pengobatan, yakni untuk membantu individu realistis, dan siap menerima kekalahan atau memiliki
menjadi (a) lebih nyaman dengan membangkitkan daya juang tinggi untuk meraih kemenangan. Selain
pengalaman emosional, (b) lebih mampu mengakses itu, permainan tradisional dapat menstimulasi
dan memanfaatkan informasi emosional dalam motorik kasar pada anak melalui gerakan-gerakan
pemecahan masalah adaptif, dan (c) lebih mampu yang dilakukan sehingga anak lebih tangkas.
memodulasi pengalaman emosional dan ekspresi. Permainan tradisional melibatkan seluruh aspek
Latar belakang masalah dalam penelitian ini perkembangan seperti motorik, kognitif, bahasa,
adalah munculnya berbagai permainan modern yang dan sosial-emosional anak.
sangat menarik minat anak, seperti gadget dan fun Perkembangan fisik-motorik dan sosial-
game lainnya. Anak terlihat asyik bermain di dunia emosional sangat perlu distimulasi sejak usia dini
maya secara individual, sehingga tidak memberi karena berdampak pada perkembangan lain, seperti
kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi. Hal ini perkembangan nilai agama dan moral, kognitif,
akan menyebabkan sikap pasif, apatis, dan tidak bahasa, maupun seni. Stimulasi tersebut tentunya
cekatan menghadapi realitas kehidupan. Jika hal dilakukan melalui kegiatan bermain. Russ (2004)
tersebut dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan dapat mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa kualitas
menghambat perkembangan motorik kasar pada fantasi bermain secara signifikan berhubungan
anak, dan memicu obesitas karena kurang gerak. dengan kemampuan untuk menggambarkan
Selain itu, kemampuan sosial emosional anak tidak pengalaman emosional dan pemahaman tentang
berkembang secara optimal karena suka menyendiri. emosi orang lain. Kemampuan untuk memahami
Sebagai pewaris budaya bangsa, sudah selayaknya emosi yang dialami sendiri dan pengalaman orang
anak diperkenalkan dengan berbagai permainan lain memberikan dasar untuk empati. Kemampuan
tradisional. Kenyataannya, permainan tradisional ini sangat signifikan dengan kemampuan untuk
jarang diterapkan pada pembelajaran PAUD padahal mengendalikan kemampuan verbal.
permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai M o d e l P e m b e l a j a r a n PA U D d a l a m

90 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017
Stimulasi Perkembangan Anak...

menstimulasi perkembangan anak melalui permainan kegiatan yang mengandung prinsip bermain. Mayke
tradisional Suku Batak Toba adalah seperangkat dalam Sudono (2000) menyatakan bahwa belajar
kegiatan yang dirancang dalam suatu kegiatan dengan bermain memberi kesempatan kepada
bermain bagi kelompok usia 5-6 tahun dalam anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang,
mengeksplorasi berbagai permainan tradisional menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan,
Suku Batak Toba. Program ini bermanfaat untuk dan mendapatkan bermacam-macam konsep
menstimulasi kemampuan motorik dan sosial serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
emosional anak, terutama usia 5–6 tahun. Pada Melalui hal tersebut, terjadilah proses pembelajaran
usia ini, anak telah mencapai tumbuh kembang yang anak dapat mengambil keputusan, memilih,
optimal sesuai perkembangan anak usia dini, baik menentukan, mencipta, memasang, membongkar,
fisik, sosial-emosional, maupun mentalnya. Anak mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat,
sudah bisa bekerja sama, mengerti pembicaraan memecahkan masalah, mengerjakan secara tuntas,
yang menggunakan tujuh kata atau lebih, mengikuti bekerjasama dengan teman, dan mengelola berbagai
aturan permainan, dan mampu mengelola emosinya. macam perasaan. Oleh karena itu, satuan PAUD
Karena berbagai keterbatasan, maka rumusan harus mampu memfasilitasi kebutuhan bermain anak
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana agar stimulasi perkembangannya optimal.
program pembelajaran PAUD melalui permainan Mulyani, dkk (2005) menyatakan bahwa
tradisional Suku Batak Toba dalam menstimulasi perkembangan anak adalah tahapan-tahapan
perkembangan anak? sedangkan jenis permainan penting yang dicapai anak akibat pertumbuhan
yang diteliti ada sebanyak tiga jenis, yaitu marsibahe, dan proses belajar dalam hidupnya, yang antara
marsitekka, dan marampera. Pemilihan jenis lain meliputi perkembangan fisik, kognitif (mental),
permainan ini berdasarkan kemampuan anak usia bahasa, serta sosial dan emosional. PAUD
5-6 tahun dalam melakukan permainan. merupakan salah satu jenjang pendidikan yang
Tujuan penelitian ini adalah (1) menggali dan memiliki peran strategis dalam proses pendidikan
memperkenalkan permainan tradisional kepada secara keseluruhan karena merupakan landasan dan
anak sejak dini; (2) mengumpulkan data, fakta, atau wahana penyiapan anak untuk memasuki pendidikan
informasi mengenai stimulasi perkembangan anak dasar, oleh karena itu, PAUD harus memperoleh
melalui permainan tradisional Suku Batak Toba; serta perhatian yang memadai. PAUD berfungsi membina,
(3) mengetahui seberapa besar permainan tradisional menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh
Suku Batak Toba dapat menstimulasi pencapaian potensi anak usia dini secara optimal yang dilakukan
perkembangan anak sedangkan manfaat penelitian melalui kegiatan bermain, sehingga terbentuk
ini adalah (1) memupuk rasa cinta tanah air dan perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
kebudayaan daerah; (2) melatih kemampuan fisik, perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk
memupuk kerja sama, meningkatkan kepercayaan memasuki pendidikan selanjutnya.
diri memahami konsep sportivitas, belajar mengelola Dalam Lampiran IV Peraturan Menteri
emosi, menggali kreativitas, dan bersosialisasi; Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
serta (3) memperluas wawasan guru PAUD dalam Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
menstimulasi perkembangan fisik motorik dan sosial PAUD dinyatakan bahwa pembelajaran adalah
emosional anak usia dini. proses interaksi antara pendidik dengan anak melalui
Untuk mendukung dan memperkuat kegiatan bermain pada lingkungan belajar yang aman
pembahasan pada penelitian ini, terdapat beberapa dan menyenangkan dengan menggunakan berbagai
teori yang digunakan sebagai rujukan penelitian. sumber belajar. Dalam bermain, anak membuat
Pengertian Pembelajaran pada Pendidikan Anak pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi, dan
Usia Dini bernegosiasi. Anak menciptakan peristiwa khayalan,
Usia dini adalah masa ketika anak melatih keterampilan fisik, sosial, dan kognitif. Ketika
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain, anak dapat mengekspresikan dan melatih
bermain. Oleh sebab itu, pembelajaran anak usia dini emosi dari pengalaman dan kejadian yang ditemui
harus berpusat pada anak dengan menggunakan setiap hari. Melalui kegiatan bermain bersama dan
prinsip belajar melalui bermain. Pembelajaran pada mengambil peran berbeda, anak mengembangkan
PAUD dilaksanakan melalui bermain dan kegiatan- kemampuan melihat sesuatu dari sudut pandang

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017 91
Stimulasi Perkembangan Anak...

orang lain dan terlibat dalam perilaku pemimpin atau menggunakan alat yang menghasilkan pengertian
pengikut. Perilaku ini sangat diperlukan saat bergaul atau memberikan informasi, memberi kesenangan,
ketika dewasa. maupun mengembangkan imajinasi anak.
Menurut teori kelebihan energi yang Lingkup perkembangan sesuai tingkat usia
diungkapkan oleh Herbert Spencer dalam Montolalu anak meliputi aspek nilai agama dan moral, fisik-
(2010), bermain dipandang sebagai penutup atau motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni.
klep keselamatan pada mesin uap. Energi atau Dalam pengembangan ini, lingkup perkembangan
tenaga yang berlebih pada anak perlu dibuang atau dibatasi perkembangan fisik-motorik dan sosial-
dilepaskan melalui bermain. Bermain merupakan emosional. Perkembangan fisik-motorik meliputi
bentuk pelepasan energi yang berlebih pada anak motorik kasar dan halus. Motorik kasar mencakup
sehingga perlu dibuang agar anak lebih memiliki kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi,
kesiapan menerima materi pembelajaran. Melalui lentur, seimbang, lincah, lokomotor, non-lokomotor,
bermain, energi yang berlebih pada anak tidak dan mengikuti aturan. Motorik halus mencakup
digunakan untuk hal-hal yang bersifat destruktif, kemampuan dan kelenturan menggunakan jari dan
misalnya merusak alat dan bahan main. Bentuk alat untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan
bermain yang penting untuk tetap dipertahankan diri dalam berbagai bentuk. Perkembangan sosial-
adalah permainan tradisional karena mengandung emosional meliputi (a) kesadaran diri yang terdiri
unsur edukasi dan berakar dari budaya bangsa. dari memperlihatkan kemampuan diri, mengenal
Montessori dalam Sudono (2000), perasaan sendiri dan mengendalikan diri, serta
menekankan bahwa ketika anak bermain, akan mampu menyesuaian diri dengan orang lain; (b) rasa
mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang tanggung jawab untuk diri dan orang lain, mencakup
terjadi di lingkungan sekitarnya. Dalam pendidikan kemampuan mengetahui hak-haknya, mentaati
anak usia dini, bermain identik dengan belajar, aturan, mengatur diri sendiri, serta bertanggung
karena melalui bermain, anak memahami pengertian jawab atas perilakunya untuk kebaikan sesama; dan
atau konsep-konsep melalui benda-benda konkret. (c) perilaku prososial yang mencakup kemampuan
Belajar melalui bermain memberi kesempatan bermain dengan teman sebaya, memahami
kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, perasaan, merespon, berbagi, serta menghargai
menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktikkan, hak dan pendapat orang lain, bersikap kooperatif,
dan memperoleh bermacam-macam konsep serta toleran, dan berperilaku sopan.
pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Berdasarkan uraian di atas, stimulasi
Pengertian pembelajaran pada penelitian ini perkembangan anak pada penelitian ini adalah
adalah kegiatan bermain yang dilakukan melalui rangsangan yang diberikan pada anak melalui
permainan tradisional Suku Batak Toba dengan permainan tradisional Suku Batak Toba untuk
sasaran anak usia 5–6 tahun. Sebagaimana mencapai perkembangan fisik-motorik dan sosial-
diungkapkan Sudono (2000), ciri-ciri anak usia emosional anak usia 5–6 tahun.
5–6 tahun antara lain (a) gerakan lebih tangkas, Permainan Tradisional Suku Batak Toba
(b) berjalan dan melangkah lebih tegap, (c) berdiri Anak adalah pewaris budaya bangsa yang
dengan satu kaki lebih dari 8 detik, (d) lari berjingkat kreatif, karenanya pendidik harus mampu memberi
dengan dua kaki bergantian, (e) dapat mengatur rangsangan pendidikan atau stimulasi sesuai
keseimbangan tubuh, (f) bermain dengan kelompok kebutuhan anak dengan cara mengembangkan
dua sampai lima orang teman, (g) bekerjanya kemampuan sebagai pewaris budaya bangsa
terpacu oleh kompetisi dengan anak lain, dan (h) yang kreatif dan peduli terhadap permasalahan
dapat mendengarkan instruksi. masyarakat dan bangsa. Salah satu stimulasi
Stimulasi Perkembangan Anak yang dapat dilakukan adalah melalui permainan
Upaya menciptakan lingkungan yang tradisional. Pada hakikatnya, bermain bagi anak
mendukung tercapainya prestasi perkembangan anak usia dini merupakan proses pembelajaran, untuk
dapat dilakukan melalui kegiatan bermain, karena itu dibutuhkan media yang mampu menstimulasi
dunia anak adalah dunia bermain. Sebagaimana perkembangan anak melalui berbagai permainan
diungkapkan Sudono (2000), bermain adalah tradisional.
suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa Menurut Wikipedia bahasa Indonesia,

92 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017
Stimulasi Perkembangan Anak...

permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi Dalam penelitian ini, manfaat utama yang akan dikaji
dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu dari permainan tradisional yang akan diteliti adalah
luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya untuk menstimulasi kemampuan motorik dan sosial-
dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok) emosional anak usia 5–6 tahun.
sedangkan tradisional adalah segala sesuatu yang Permainan tradisional umumnya dilakukan
dituturkan atau diwariskan secara turun temurun secara berkelompok, sehingga permainan ini
dari orang tua atau nenek moyang. Jadi, permainan otomatis mengajarkan kebersamaan. Dalam
tradisional bisa diartikan sebagai perbuatan (baik permainan kelompok, anak membutuhkan teman
menggunakan alat atau tidak) yang diwariskan kelompok yang berarti memberi kesempatan pada
secara turun temurun dari nenek moyang, sebagai anak untuk bersosialisasi. Selain kebersamaan,
sarana hiburan atau untuk menyenangkan hati. anak diajarkan untuk berempati, bergiliran, menaati
Permainan tradisional memiliki fungsi rekreatif, peraturan, juga solidaritas. Selain itu, anak akan
kompetitif, dan edukatif. Permainan tradisional yang dilatih kekompakannya dalam menyusun strategi
bersifat rekreatif dilakukan untuk mengisi waktu luang. agar dapat memenangkan permainan. Aktivitas
Permainan tradisional yang bersifat kompetitif (untuk fisik yang dilakukan anak ketika bermain secara
bertanding) memiliki aturan tertentu (terorganisir) langsung merangsang gerakan motorik anak, baik
sebagai kriteria pemenang, dimainkan secara motorik halus seperti menggambar, meremas,
beregu (minimal 2 orang per regu), dan mempunyai menggenggam, maupun motorik kasar seperti
kriteria yang menentukan siapa yang menang dan melompat, berlari, berjongkok, dan meloncat.
kalah. Permainan tradisional yang bersifat edukatif, Selain itu, bermain juga berfungsi untuk melatih
mengandung unsur-unsur pendidikan di dalamnya. dan mengembangkan gerakan otot pada anak,
Anak-anak diperkenalkan dengan berbagai macam contohnya dalam permainan marsitekka, permainan
keterampilan dan kecakapan yang nantinya akan ini mendukung pertumbuhan anak terutama
diperlukan dalam menghadapi kehidupan sebagai kecerdasan kinetiknya. Ketika bermain, anak
anggota masyarakat. Permainan jenis ini menjadi melompat dengan satu kaki sehingga akan berusaha
alat sosialisasi untuk anak-anak agar dapat untuk menyeimbangkan tubuhnya dan lompatan
menyesuaikan diri sebagai anggota kelompok yang dilakukan juga baik bagi metabolisme tubuh.
sosialnya. Hampir semua permainan tradisional dilakukan
Permainan tradisional memang terkesan secara berkelompok. Melalui kegiatan berkelompok
sederhana, namun di balik itu sebenarnya permainan anak akan merasa nyaman dan terbiasa dalam
tradisional memiliki manfaat yang baik untuk kelompok, dapat memupuk rasa setia kawan,
perkembangan pertumbuhan anak. Banyak hal mengatur emosinya sehingga timbul toleransi dan
yang diperoleh anak dari sebuah permainan empati terhadap orang lain, mengembangkan sikap
tradisional melalui proses bermain, karena anak bekerjasama dengan kawan, serta memupuk sikap
terlibat secara langsung baik fisik maupun emosi sportif sejak dini.
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhannya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PAUD Anugerah Keterangan : O1 : Pre-test
Desa Tomok Kecamatan Simanindo Kabupaten X : Perlakuan
Samosir pada minggu ke-4 Juli sampai dengan O2 : Post-test
minggu ke-5 Oktober 2015. Dilihat dari tujuannya, Untuk mengetahui tingkat efektivitas program
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan dilakukan dengan analisis kuantitatif. Data yang
menggunakan perhitungan statistik sederhana untuk dikumpul dianalisis dengan menggunakan statistik
mengetahui capaian perkembangan fisik-motorik sederhana dengan menentukan rata-rata kelas
dan sosial-emosional anak pada saat sebelum dan sebagai daya serap klasikal. Untuk mengetahui
sesudah penelitian. Penelitian ini menggunakan signifikansi program di uji dengan t-test berkorelasi.
metode quasi eksperimen design dengan pre-test Populasi dalam penelitian ini adalah anak
dan post-test: O1 X O2. usia dini 3-6 tahun berjumlah 33 orang sedangkan

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017 93
Stimulasi Perkembangan Anak...

sampelnya adalah anak usia 5-6 tahun berjumlah observasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk
18 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan mengumpulkan data dari sumber noninsani yang
dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dalam berupa dokumen-dokumen administrasi, gambar/
pendekatan kualitatif, data dikumpulkan dengan foto atau catatan-catatan lain yang berhubungan
cara observasi/mengunjungi langsung ke lokasi dengan fokus penelitian. Selain itu, data dan
dan mencatat temuan-temuan lapangan. Kemudian informasi digali melalui studi dokumen di berbagai
melakukan diskusi terfokus. Data/informasi yang perpustakaan dan lembaga/instansi yang memiliki
diperlukan diperoleh dengan menggunakan beberapa data dan informasi terkait dengan pengembangan
instrumen, yaitu instrumen monitoring untuk program.
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan Berbagai data/informasi yang ditemukan
program, instrumen penelitian untuk memperoleh dianalisis dengan metode induktif, artinya berbagai
informasi tentang kondisi objektif yang terjadi data/informasi mula-mula dianalis dari yang khusus
pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan menuju ke yang umum. Analisis ini dapat diartikan
instrumen observasi untuk memperoleh informasi pula menganalisis data/informasi dari yang kecil
tentang interaksi dalam pembelajaran. menuju ke yang besar. Setiap temuan akan dimaknai
Selain itu, dilakukan juga teknik dokumentasi sehingga benar-benar berarti.
yang dimaksudkan untuk melengkapi data dari

PEMBAHASAN
Hasil No. Komponen Indikator Hasil
Hasil penelitian diperoleh melalui 3. Pengelola a. Kesesuaian Pengelola berpendidikan S1 kependi-
persyaratan dikan, selalu memberikan dukungan
pengamatan selama perlakuan program yang pengelola positif dalam pelaksanaan program
meliputi penyelenggaraan program dan pencapaian b. Kehadiran serta selalu mau bekerjasama dengan
c. Aktvitas tim pengembangan dan pendidik
perkembangan fisik-motorik dan sosial-emosional pengelola dalam menyiapkan sarana prasarana

anak yang dilakukan selama kurang lebih 3 bulan. pendukung. Aktivitas pengelola juga
aktif membantu pendidik di lapangan.
Setiap datang ke lokasi penelitian, temuan-temuan 4. Admin- Daftar hadir: Administrasi kelompok belajar ma-
dicatat sesuai dengan instrumen yang telah disiapkan, istrasi
Kelompok
a. anak
b. pendidik
sih butuh perbaikan dan dukungan
dalam hal jadwal kegiatan dan bahan
terdiri dari instrumen monitoring dan evaluasi serta Belajar c. Jadwal kegiatan ajar. Untuk administrasi daftar hadir
d. Bahan ajar
instrumen pengamatan perkembangan fisik-motorik peserta didik dan pendidik sudah baik.

5. Tempat a. Kenyamanan Untuk tempat belajar sudah memenuhi


dan sosial-emosional anak usia 5–6 tahun. Belajar b.Penerangan dan kriteria tempat belajar yang nya-
Pengamatan terhadap penyelenggaraan program fasilitas air bersih man dan memiliki penerangan dan
fasilitas air bersih yang cukup baik.
Pengamatan terhadap penyelenggaraan
6. Sarana a. Perbandingan Perbandingan sarana dengan peser-
program seperti terlihat pada Tabel 1. Belajar sarana dengan ta didik masih belum sebanding.
peserta didik Sarana masih perlu ditambah, un-
Tabel 1 b. Kesesuaian tuk itu pengembangan memberikan
sarana
Hasil Penyelenggaraan Program bantuan sarana agar dapat mem-
bantu pengelola melengkapi sara-
No. Komponen Indikator Hasil
na yang dibutuhkan peserta didik.
1. Peserta a. Ketepatan Dari segi peserta didik dapat di-
7. Program a. Kesesuaian: Untuk program belajar sudah sesuai
didik jumlah katakan sesuai dengan persyaratan Belajar jadwal dan metode yang digunakan juga
b. Kesesuain yang diharapkan dimana jumlah b. Kesesuaian sudah sesuai yaitu belajar melalui
persyaratan peserta didik khususnya yang dike- metode bermain. Dalam hal instrumen penilaian
c. Persentase nakan perlakuan (usia 5-6) tahun c. Instrumen
masih butuh penguatan karena secara
penilaian
kehadiran peserta yang berjumlah 18 orang memenuhi umum lembaga belum memilikinya
persyaratan dan persentase ke-
8. Ragi Lomba antar regu Ragi belajar diberikan dalam bentuk
hadiran mencapai lebih dari 90%. Belajar pujian dan lomba antar regu. Sesekali
2. Pendidik a. Kesesuaian per- Pendidik yang melaksanakan keg- diberikan hadiah berupa makanan.
syaratan pendidik iatan permainan tradisional ini sudah 9. Dana a. Sumber dana Sumber dana kegiatan berasal dari uang
b. Kehadiran memenuhi persyaratan dengan kuali- Belajar b. Alokasi dana iuran peserta didik dan bantuan dari pi-
c. Aktvitas pendidik fikasi: 2 orang S1 PAUD dan 1 orang hak lain yang tidak mengikat. Alokasi
SMA. Aktivitas pendidik juga sangat dana ditujukan untuk insentif pendidik,
baik, mereka hadir setiap hari (100%) pengelola dan biaya insidental lainnya
serta aktif membimbing anak agar 10. Hasil a. Program terse- Hasi belajar sangat baik dimana
mampu melakukan permainan sesuai Belajar lenggara semua stakeholder memberikan du-
dengan aturan yang ditetapkan meski- b. 80% peserta kungan dan peserta sangat aktif
pun awalnya mengalami kesulitan. aktif
hinga lebih dari 90% partisipasi aktif

94 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017
Stimulasi Perkembangan Anak...

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada komponen No. Capaian Perkembangan

peserta didik terdapat kesesuaian jumlah peserta 4. Memperlihatkan kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi

didik yakni 18 orang, kesesuaian persyaratan peserta 5. Mengenal perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar (mengendal-
ikan diri secara wajar)
didik yakni usia 5–6 tahun, dan tingkat kehadiran
6. Tahu akan haknya
peserta didik yakni 90%. Hal ini sangat penting 7. Menaati aturan kelas (kegiatan, aturan)
untuk melihat konsistensi peserta didik dari segi 8. Mengatur diri sendiri

jumlah, usia, dan kehadiran. Komponen pendidik 9. Bertanggung jawab atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri

menunjukkan adanya kesesuaian persyaratan 10. Bermain dengan teman sebaya

pendidik yakni minimal 1 orang pendidik berkualifikasi 11. Mengetahui perasaan temannya dan merespon secara wajar

12. Berbagi dengan orang lain


S1 PAUD, kehadiran minimal 90%, dan aktif dalam
13. Menghargai hak/pendapat/karya orang lain
melakukan stimulasi pada peserta didik. Komponen
14. Bersikap kooperatif dengan teman
pengelola memiliki kesesuaian persyaratan yakni 15. Menunjukkan sikap toleran
minimal berkualifikasi SLTA, hadir setiap hari dan 16. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-
mendukung terlaksananya stimulasi. sedih-antusias dsb)

Untuk komponen administrasi, tersedia


daftar hadir peserta didik, guru, dan pengelola Pengamatan dilakukan sebelum (pre-test)
namun jadwal stimulasi tidak dilakukan setiap hari. dan sesudah (post-test) melakukan permainan
Panduan-panduan untuk permainan tradisional juga tradisional dengan rentang skor berikut (1) skor
masih minim. Komponen tempat belajar sangat 1: Belum Berkembang (BB); (2) skor 2: Mulai
mendukung terselenggaranya permainan tradisional. Berkembang (MB); (3) Skor 3: Berkembang Sesuai
Sementara sarana permainan tidak mencukupi Harapan (BSH); dan (4) Skor 4: Berkembang Sangat
untuk semua anak, sehingga ada yang bergantian Baik (BSB).
melakukan permainan. Jika semua anak bisa Stimulasi melalui permainan tradisional
setiap hari melakukan permainan tradisional dan Marsibahe dapat dilihat bahwa skor pre-test terendah
peralatan main lengkap, tentu hasilnya akan lebih adalah 1,9 dan tertinggi adalah 3,3, sedangkan skor
maksimal. Komponen program belajar menunjukkan post-test terendah adalah 2,1 dan tertinggi 3,4.
kesesuaian jadwal dan metode belajar namun Hasil analisis terhadap pencapaian perkembangan
instrumen penilaian belum lengkap. fisik-motorik dan sosial-emosional anak usia 5–6
Pada komponen ragi belajar, dilakukan lomba tahun sebanyak 18 orang yang distimulasi melalui
antarregu. Komponen dana belajar menunjukkan permainan tradisional Marsibahe terlihat adanya
bahwa penggunaan dana masih berkisar pada peningkatan skor rata-rata pre-test dan post-test dari
kebutuhan pokok yaitu gaji guru dan pengelola, untuk 2,4 menjadi 2,7 atau 12,5%.
memenuhi kebutuhan akan permainan tradisional Untuk stimulasi melalui permainan tradisional
belum semuanya terpenuhi. Komponen hasil belajar Marsitekka dapat dilihat bahwa skor pre-test terendah
menunjukkan hasil yang sangat baik karena > 90% adalah 2,0 dan tertinggi adalah 3,3, sedangkan skor
anak mau dan berhasil melakukan permainan post-test terendah adalah 2,3 dan tertinggi 3,4.
tradisional. Hasil analisis terhadap pencapaian perkembangan
Hasil pengamatan terhadap perkembangan anak fisik-motorik dan sosial-emosional anak usia 5–6
Pengumpulan data pengamatan tahun sebanyak 18 orang yang distimulasi melalui
perkembangan fisik-motorik dan sosial-emosional permainan tradisional Marsitekka terlihat adanya
untuk setiap anak menggunakan instrumen yang peningkatan skor rata-rata pre-test dan post-test
mengacu pada Permendikbud No. 137 tahun 2014 dari 2,4 menjadi 2,7 atau 12,5%.
sebanyak 16 butir pengamatan yang memuat Untuk stimulasi melalui permainan tradisional
capaian perkembangan seperti terlihat pada Tabel 2. Marampera dapat dilihat bahwa skor pre-test
Tabel 2 terendah adalah 1,9 dan tertinggi adalah 3,3,
Capaian Perkembangan Anak sedangkan skor post-test terendah adalah 2,2 dan
No. Capaian Perkembangan tertinggi 3,4. Hasil analisis terhadap pencapaian
1. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, perkembangan fisik motorik dan sosial emosional
keseimbangan, dan kelincahan
anak usia 5–6 tahun sebanyak 18 orang yang
2. Melakukan permainan fisik dengan aturan

3. Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri


distimulasi melalui permainan tradisional Marsibahe

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017 95
Stimulasi Perkembangan Anak...

terlihat adanya peningkatan skor rata-rata pre-test juga memberi alternatif pilihan dalam menggendong
dan post-test dari 2,4 menjadi 2,7 atau 12,5%. atau memikul benda yang berat.
Data di atas menunjukkan bahwa capaian Sebelum melakukan permainan, pendidik
perkembangan setiap anak berbeda-beda namun dan peserta didik membuat aturan main sehingga
secara umum untuk ketiga jenis permainan hampir anak terbiasa melakukan permainan fisik dengan
sama bahkan memiliki rata-rata sama, baik nilai pre- aturan. Ketika melempar kayu (gacok), anak
test (2,4) maupun post-test (2,7). Berdasarkan data dapat menggunakan tangan kanan atau kiri
pencapaian perkembangan fisik-motorik dan sosial- secara bergantian yang bertujuan agar anak
emosional anak di atas, dapat diketahui signifikansi terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.
program dengan melakukan uji t-test berkorelasi Hal ini memperlihatkan kemampuan diri untuk
(dependent sample). menyesuaikan dengan situasi.
Derajat kebebasan (dk) adalah = n–1= Melalui permainan marsibahe, anak mengenal
18–1 = 17. Nilai ini dikonfirmasi ke dalam daftar perasaan sendiri dan mengelolanya secara wajar
Distribusi t dengan taraf signifikansi 5% dan terlihat (mengendalikan diri secara wajar), hal ini terjadi
t = 2,11. Pada taraf signifikansi 0,05 terlihat nilai ketika anak mendapat giliran untuk menggendong
t > t (10,34 > 2,11) sehingga dapat disimpulkan temannya. Anak menjadi tahu akan haknya sehingga
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan nilai yang terstimulasi untuk menaati aturan main dan hal ini
diperoleh peserta didik sebelum dengan sesudah membiasakan anak untuk menaati aturan kelas,
melaksanakan permainan tradisional suku Batak dengan demikian, anak akan bertanggung jawab
Toba pada taraf signifikansi 5%. atas perilakunya untuk kebaikan diri sendiri dan
Pembahasan bermain dengan teman sebayanya. Hal ini sesuai
Hasil penelitian ini telah membuktikan secara dengan pernyataan Montessori dalam Sudono
signifikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (2000) yang menekankan bahwa ketika anak
nilai yang diperoleh peserta didik sebelum dengan bermain, akan mempelajari dan menyerap segala
sesudah melaksanakan permainan tradisional suku sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Batak Toba pada taraf signifikansi 5%, terlihat dari Permainan marsibahe juga dapat menstimulasi
nilai t > t (10,34 > 2,11). perilaku anak untuk menghargai hak/pendapat orang
Hasil capaian perkembangan anak setelah lain dan bersikap kooperatif dengan teman sehingga
mendapat stimulasi dengan permainan tradisional dapat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan
suku Batak Toba lebih tinggi dari sebelum stimulasi. kondisi yang ada (senang, sedih, antusias, dan
Hal ini sesuai dengan pernyataan Montessori dalam sebagainya).
Sudono (2000) yang menekankan bahwa ketika Permainan marsitekka merupakan
anak bermain, akan mempelajari dan menyerap permainan yang dilakukan secara perorangan
segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya dengan melompati kotak-kotak pola secara berurutan
sehingga mampu melakukan permainan tradisional menggunakan satu kaki (engklek). Hal ini sesuai
dengan baik. Berikut akan dideskripsikan stimulasi dengan ungkapan Sudono (2000), bahwa ciri-ciri
perkembangan anak melalui permainan tradisional anak usia 5–6 tahun antara lain (a) gerakan lebih
suku Batak Toba. tangkas, (b) berjalan dan melangkah lebih tegap, (c)
Permainan marsibahe dilakukan secara berdiri dengan satu kaki lebih dari 8 detik, (d) dapat
beregu dengan menggendong teman di punggung mengatur keseimbangan tubuh, (e) bermain dengan
secara bergantian. Kegiatan ini melatih otot kaki dan kelompok dua sampai lima orang teman, serta (f)
tulang punggung anak sehingga dapat melakukan bekerjanya terpacu oleh kompetisi.
gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih Sebelum melakukan permainan, pendidik
kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Hal ini dan peserta didik membuat aturan main sehingga
sesuai dengan ungkapan Sudono (2000), bahwa ciri- anak terbiasa melakukan permainan fisik dengan
ciri anak usia 5–6 tahun antara lain (a) gerakan lebih aturan. Kegiatan ini menggunakan satu kaki,
tangkas, (b) berjalan dan melangkah lebih tegap, (c) sehingga dapat melatih anak untuk melakukan
dapat mengatur keseimbangan tubuh, (d) bermain gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih
berkelompok dengan dua sampai lima orang teman, kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan. Anak
serta (e) bekerjanya terpacu oleh kompetisi, selain itu dapat menggunakan tangan kanan atau kiri ketika

96 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017
Stimulasi Perkembangan Anak...

melempar dan mengambil ucak (gacok), hal ini dua kaki bergantian, (d) bermain dengan kelompok
melatih anak untuk terampil menggunakan tangan dua sampai lima orang teman, serta (e) bekerjanya
kanan dan kiri. terpacu oleh kompetisi. Ketika melompati tali karet,
Selain kemampuan-kemampuan fisik-motorik anak melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi
di atas, permainan marsitekka dapat menstimulasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan
sosial-emosional anak. Hal ini terlihat ketika kelincahan. Permainan ini memiliki aturan-aturan
anak menunjukkan kemampuan dirinya untuk yang mesti dipahami anak sehingga terstimulasi
menyesuaikan dengan situasi pada saat menunggu melakukan permainan fisik dengan aturan. Melalui
giliran bermain. Apabila anak melanggar aturan aturan-aturan dalam bermain, anak memperlihatkan
main, misalnya ketika menginjak garis, anak harus kemampuan diri untuk menyesuaikan dengan situasi
berganti dengan lawannya disertai rasa kecewa. Hal dan tahu akan haknya.
ini membuat anak terlatih mengenal perasaan sendiri Permainan marampera membantu anak
dan mengelolanya secara wajar (mengendalikan terstimulasi untuk senantiasa mentaati aturan dalam
diri secara wajar). Sebagaimana ungkapan Carolyn bermain yang pada gilirannya anak akan memahami
Triyon dan J.W Liliental dalam Moeslichatun aturan kelas. Hal ini merangsang anak untuk bisa
(2004) bahwa tugas-tugas perkembangan masa mengatur diri sendiri dan bertanggung jawab atas
kanak-kanak awal yang harus dijalani anak usia perilakunya untuk kebaikan diri sendiri, dengan
dini di antaranya mengembangkan pengendalian demikian, anak mampu bermain dengan teman
diri untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan sebayanya, menghargai hak/pendapat orang lain,
masyarakatnya. dan bersikap kooperatif dengan teman, serta dapat
Anak belajar untuk memahami bahwa setiap mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi
perbuatan memiliki konsekuensi atau akibat. Anak yang ada (senang, sedih, antusias, dan sebagainya).
yang mendapat giliran main mengetahui akan Hal ini sejalan dengan pendapat Carolyn Triyon dan
haknya untuk melakukan giliran main, dengan J. W. Lilienthal dalam Moeslichatun (2004), bahwa
demikian, anak mentaati aturan dalam kegiatan tugas perkembangan masa kanak awal di antaranya
main dan bertanggung jawab atas perilakunya belajar bergaul dengan anak lain yang dapat
untuk kebaikan diri sendiri dalam bermain dengan menghasilkan dampak tanggapan positif dari anak
teman sebaya. Hal ini dapat menstimulasi anak lain. Selain itu, dapat mengembangkan perasaan
untuk menghargai hak/pendapat orang lain, dan positif dalam berhubungan dengan lingkungan,
mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi seperti mengembangkan rasa kasih sayang terhadap
yang ada (senang, sedih, antusias, dan sebagainya). orang dan benda di sekitar.
Permainan marampera menggunakan karet Dari capaian perkembangan anak terhadap
gelang yang disambung-sambung hingga panjang permainan tradisional Suku Batak Toba, terlihat
seperti tali. Permainan ini dapat dilakukan beregu dan capaian perkembangan anak memiliki rata-rata sama
dapat pula perorangan. Sebagaimana diungkapkan untuk ketiga jenis permainan, baik nilai pre-test (2,4)
Sudono (2000), ciri-ciri anak usia 5–6 tahun antara maupun post-test (2,7), meskipun capaian setiap
lain (a) gerakan lebih tangkas, (b) berjalan dan anak berbeda-beda.
melangkah lebih tegap, (c) lari berjingkat dengan

PENUTUP
Kesimpulan Toba pada taraf signifikansi 5% terlihat dari nilai
Dari hasil analisis terhadap penelitian dapat t > t (10,34 > 2,11). Permainan tradisional Suku
disimpulkan bahwa capaian perkembangan anak Batak Toba dapat menstimulasi perkembangan fisik-
memiliki rata-rata sama untuk ketiga jenis permainan, motorik dan sosial-emosional anak usia 5–6 tahun.
baik nilai pre-test (2,4) maupun post-test (2,7), Pertama, melatih otot kaki dan tulang
meskipun capaian setiap anak berbeda-beda. punggung anak sehingga dapat melakukan gerakan
Terdapat perbedaan yang signifikan nilai yang tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan,
diperoleh peserta didik sebelum dengan sesudah keseimbangan, dan kelincahan.
melaksanakan permainan tradisional Suku Batak Kedua, memberi alternatif pilihan dalam

Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017 97
Stimulasi Perkembangan Anak...

menggendong atau memikul benda yang Keempat, menstimulasi perilaku anak untuk
berat, menggunakan tangan kanan atau kiri menghargai hak/pendapat orang lain dan bersikap
secara bergantian yang bertujuan agar anak kooperatif dengan teman sehingga anak mengenal
terampil menggunakan tangan kanan dan kiri. perasaan sendiri dan dapat mengekspresikan emosi
Hal ini memperlihatkan kemampuan diri untuk yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-
menyesuaikan dengan situasi. sedih-antusias dsb), serta mengelolanya secara
Ketiga, anak terbiasa melakukan permainan wajar (mengendalikan diri secara wajar).
fisik dengan aturan. Melalui aturan-aturan dalam Kelima, anak belajar untuk memahami bahwa
bermain, anak memperlihatkan kemampuan diri setiap perbuatan memiliki konsekuensi atau akibat.
untuk menyesuaikan dengan situasi dan tahu akan Anak yang mendapat giliran main mengetahui akan
haknya sehingga terstimulasi untuk menaati aturan haknya untuk melakukan giliran main.
main dan hal ini membiasakan anak untuk menaati Saran
aturan kelas. Anak akan bertanggung jawab atas Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
perilakunya untuk kebaikan diri sendiri dan bermain mengenai stimulasi perkembangan anak melalui
dengan teman sebayanya. Anak menunjukkan permainan tradisional suku Batak Toba yang
kemampuan dirinya untuk menyesuaikan dengan difokuskan pada aspek perkembangan lainnya
situasi pada saat menunggu giliran bermain dan seperti nilai agama dan moral, kognitif, bahasa,
kesalahan dalam aturan main. serta seni.

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Moeslichatoen. (2004). Metode pengajaran di taman
Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014 tentang kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
Standar nasional pendidikan anak usia dini. Montolalu, B.E.F. (2010). Bermain dan permainan
Jakarta. anaka. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Mulyani, Y., & Gracinia, J. (2005). Belajar di
Permendikbud RI No. 146 Tahun 2014 tentang rumah untuk anak usia pra sekolah. Jakarta:
Kurikulum pendidikan anak usia dini tahun Gramedia.
2013. Jakarta. Russ S.W. (2004). Play in child development and
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang- psychotherapy. New Jersey: Lawrence
Undang Republik Indonesia No. 20 tentang Erlbaum Associates, Publisher.
Sistem pendidikan nasional. Jakarta : Madya Sudono, A. (2000). Sumber belajar dan alat
Duta. permainan. Jakarta: Gramedia.

98 Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS - Vol. 12, No. 2, Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai