Anda di halaman 1dari 38

Unit 7

SASTRA ANAK-ANAK

Abd. Halik

P engertian, tingkatan, manfaat jenis, ciri, dan contoh sastra anak-anak ini
merupakan unit VII mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini
terdiri atas 2 sub unit yaitu: (1) Pengertian, tingkatan, dan manfaat apresiasi
sastra anak-anak, (2) Jenis, contoh dan ciri-ciri sastra anak-anak memahami
materi ini, diharapkan Anda mampu menjelaskan pengertian, tingkatan, manfaat
apresasi sastra, jenis , ciri-ciri , dan contoh- contoh sastra anak.. Dengan
demikian, secara lebih khusus setelah mempelajari unit ini diharapkan Anda
dapat:
1. Menjelaskan pengertian apresiasi sastra anak-anak,
2. Menjelaskan tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak-anak
3. Mengemukakan jenis dan contoh sastra anak-anak,
4. Menjelaskan ciri-ciri sastra anak-anak.
Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar
bahasa Indonesia yang baik di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda
telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam
membimbing anak didiknya seingga semakin semakin mahir mengapresiasi
sastra anak-anak. Selain itu, Anda akan semakin luas wawasannya tentang nilai-
nilai pengalaman kemanusiannya dan semakin tumbuh sikap positifnya
terhadap bahasa Indonesia dan sastra anak-anak.
Setelah memahami tujuan mempelajari unit ini, ikutilah bagian-bagian
bahan ajar ini secara bertahap-berkelanjutan. Pelajari setiap bagian secara
cermat dan seksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan contoh-
contoh yang terdapat di dalamnya. Untuk menambah pemahaman dan wawasan
Anda, materi unit ini juga terdapat di internet, yaitu berupa materi Tutorial on-
line. Bukalah internet. Masih ingat kan, caranya? Jangan lupa mengerjakan

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 1


latihan/tugas. Setiap latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau
jawaban latihan. Rambu-rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan
gambaran kepada Anda tentang bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa
hasil pengerjaan latihan yang dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru
membuka rambu-rambu atau kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan,
Anda akan terbiasa tidak akan pernah belajar.
Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan
baik. Bila Anda mendapat kesulitan dalam memahami kata atau istilah yang
terdapat pada unit ini, lihatlah glosarium dalam unit ini atau manfaatkanlah
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Setelah melakukan kegiatan secara bertahap-berkelanjutan seperti
disebutkan di atas, dan merasa telah menguasai materi unit ini, sekarang
kerjakan soal-soal tes formatif. Setelah itu, cocokkan jawaban tes formati Anda
dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir unit ini sehingga dapat mengetahui
kemampuan Anda yang sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah
Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk
materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh-
contoh, dan rangkuman yang ada.
Selamat belajar sastra anak-anak! Semoga Anda semakin mahir dalam
mengapresiasi sastra anak-anak!

7 - 2 Unit 7
Subunit 1
Pengertian, Tingkatan, Dan Manfaat Apresiasi
Sastra Anak-Ana

I stilah apresiasi dan sastra anak-anak tentu bukan merupakan hal yang baru
bagi Anda, bukan? Istilah tersebut setiap saat selalu kita dengar, baca, atau
bahkan menggunakan istilah tersebut dalam berkomunikasi baik lisan maupun
tulisan. Bukan hanya itu, hampir setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, kita
menggunakan apresiasi dan sastra anak-anak. Begitu seringnya kita
menggunakan istilah sastra anak-anak dan apresiasinya maka terkadang kita
lupa untuk memahami apa sesungguhnya hakikat apresiasi dan sasatra anak-
anak, tingkatan dan manfaat apresiasi sastra anak . Untuk memperoleh
pemahaman tentang pengertian, tingkatan, dan manfaat apresiasi dan sastra
anak-anak, baca baik-baik uraian berikut.

Pengertian Apresiasi Sastra Anak-anak


Untuk mehamai apresiasi sastra anak-anak perlu dipahamai dengan baik
kata apresiasi dan sastra anak-anak. Apresiasi berasal dari bahasa Latin
apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau menghargai”. Berarti secara
harpiah apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya
penghargaan (yang positif) terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari
adanya pengetahuan tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan
penajaman kognitif di bidang sastra, serta pengalaman keterampilan bersastra,
baik secara reseptif maupun secara produktif . Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Disick yang menyatakan bahwa “aspek apresiasi yang berkaitan
dengan sikap penghargaan atau nilai berada pada domain afektif merupakan
tingkatan terakhir yang dapat dicapai...pencapaiannya memerlukan waktu yang
sangat panjang serta prosesnya berlangsung terus setelah pendidikan formal
berakhir” (dalam Wardani, 1981:1)
Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa
memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat
memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak. Pramuki (2000)
mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi,
drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 3


sifat, dan perkembangan anak-anak. Sedang manurut Solchan dkk (1994:225)
membagi pengertian sastra anak-anak atas dua bagian, yakni sebagai berikut.
“Pertama sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang
yang usianya remaja atau dewasa yangisi dan bahasanya
mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak. Kedua, sastra
anak anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan
corak kehidupan dan kepribadian anak.

Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya


sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak,
baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu
sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan
prosa, melainkan juga bentuk drama.
Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut lebih dahulu kita pahami pengertian
apresasi sastra menurut S.Effendi (1980:24) bahwa apresiasi sastra adalah
“suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh
pengertian, pengehargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap cipta sastra.” Definisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

PENGERTIAN

PENGHARGA
B
AN
A
Meng-
I
gauli KEPEKAAN
K CIPTA
Sastra PIKIRAN

KEPEKAAN
PERASAAN

Pendapat S.Effendi tersebut sejalan dengan Squire dan Taba (dalam


Aminuddin, 1987:34) yang menyatakan bahwa “apresiasi sastra mengandung
tiga unsur inti: (a) aspek kognitif, (b) aspek emotif, (c) aspek evaluatif”. Aspek
kognitif sejalan pengertian , aspek emotif sejalan dengan kepekaan perasaan,

7 - 4 Unit 7
(c) aspek evaluatif berkaitan dengan kepekaan pikiran perasaan dan
penghargaan yang positif.
Lalu apa yang dimaksud dengan pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan? Pertama, pengertian berkaitan dengan
pemahaman tentang teori-teori dasar sastra, seperti pengertian puisi, unsur-
unsur instrinsik prosa, dan lain-lain. Kedua, penghargaan berkaitan dengan
sikap pandang positif terhadap sastra bahwa sastra memiliki nilai-nilai positif
yang bermanfaat bagi penjernihan batin, peningkatan harkat kehidupan
individual-sosial. Ketiga, kepekaan pikiran kritis berkaitan dengan kemampuan
memahami dan mengungkapkan sinstesis tentang makna atau nilai-nilai yang
dikandung suatu karya sastra setelah mengadakan analisis yang teliti, saksama
dan menyeluruh. Adapun kepekaan perasaan berkaitan dengan kemampuan
menikmati dan menampilkan nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya
sastra, seperti rasa senang tidak senang, berkenaan dengan cerita dan tokoh,
perasaan terharu dan gembira berkenaan dengan nasib tokoh, persaan takut,
kecewa, dan kagum berkenaan dengan gambaran peristiwa dalam cerita yang
tergambar pada ekspresi wajah, gestur tubuh dan atau intonasi pada saat
pembacaan karya sastra tertentu.
Berdasar pengertian yang dikemukakan oleh S. Effendi, dapatlah kita
mengatakan bahwa apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan
bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, kepekaan persaan yang baik bagi anak terhadap karya sastra anak-
anak.

Tingkatan Apresiasi Sastra


Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan
apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.
(1) Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-
buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak
melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi
pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
(2) Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai
tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi
anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau
menonton drama anak-anak.
(3) Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat
tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 5


berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini
juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
sastra.
(4) Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai
media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang
tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
Berbeda dengan P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan
apresiasi sastra atas lima tingkatan, yakni sebagai berikut:
(1) Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,
menonton drama, mendengarkan cerita.
(2) Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita,
mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam
jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau
yang dideklamasikan.
(3) Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang
terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur
instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
(4) Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya
sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya
mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk
drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumen-
tasinya secara tepat.
(5) Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil
apresiasi sasatra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan,
Tingkatan apresiasi yang dipaparkan dia atas mendorong kita untuk tidak
sekedar menghasilkan karya sastra tetapi yang lebih penting adalah untuk
dihayati dan diamalkan oleh peserta didik dalam kehidupannya.

Manfaat Apresiasi Sastra


Apresiasi sastra memiliki berbagai manfaat. Moody dan Leslie S. (dalam
Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a) melatih keempat
keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup
manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb, (c) membantu
mengembangkan pribadi, (d) membantu pembentukan watak, (e) memberi
kenyamanan, (f) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru. Hal
tersebut sejalan dengan Huck (1987) yang mengemukakan dua manfaat
apresiasi sastra, yakni:

7 - 6 Unit 7
(1) nilai personal: memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi,
memberi pengalaman yang dapat terhayati, mengembangkan
pandangan ke arah persoalan kemanusiaan, menyajikan pengalaman
yang bersifat emosional;
(2) Nilai pendidikan: membantu perkembangan bahasa, meningkatkan
kelancaran-kemahiran membaca, meningkatkan keterampilan
menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra.
Manfaat apresiasi sastra yang dikemukakan tersebut, hanya manfaat (1)
mengembangkan imajinasi, (2) mengembangkan pandangan ke arah persoalan
kemanusiaan, (3) meningkatkan keterampilan membaca-menulis yang akan
diuraikan secara singkat.

a. Mengembangkan Imajinasi
Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa/sastra adalah
terbentuknya kemampuan siswa yang kreatif. Untuk menjdi kreatif, salah satu
aspek mutlak yang harus dimiliki adalah daya imajinasi yang memadai.
Akhadiah (1992:3) menyatakan bahwa “sesuangguhnya hanya dapat menjadi
kreatif jika siswa memiliki daya imajinasi.” Sebagaimana yang dikemukakan
Huck (1987) bahwa mengapresiasi sastra dapat mengembangkan imajinasi
siswa. Imajinasi yang dimaksud adalah daya pikir untuk membayangkan
(dalam angan) atau menciptakan sesuatu (gambar, karangan,dan sejenisnya)
berdasarkan kenyataan atau pengalaman sesorang (dalam KBBI, 1994:372).
Mengapa apresiasi sastra dapat meningkatkan imajinasi siswa?
Sebagai jawaban yang bersifat tentatif atas pertanyaan ini adalah dalam
bersastra daya pikir didorong untuk mengalami kebebasan berkhayal tanpa
kekangan aturan yang kaku “licentie puetica”. Kebebasan itu bukan berarti
sebebas-bebasnya tanpa batas dan tidak berakar pda dunia nyata yang bersifat
logis, luwes, dan dinamis. Dengan batas yang demikian orang yang bergelut
dalam dunia sastra dapat menciptakan kreasi yang di dalamnya selalu ada
unsur kebaruan, baik dari segi isi maupun dari segi bentuk. Misalnya, karya
Sutan Takdir Alisyahbana, Nur Sutan Iskandar, dan seniman lainnya.

c. Meluaskan pandangan tentang kemanusiaan


Melalu pergaulan dengan karya sastra berbagai pengalaman dapat
diperoleh yang kelak bisa berfungsi untuk meluaskan pandangan tentang
kemanusian sekaligus berkaitan dengan pembentukan watak dan pribadi yang
baik dalam mengarungi kehidupan masyarakat. Misalnya dalam puisi POT

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 7


oleh Sutarji Kalsum Bachri, memberi perluasan wawasan dan pengalaman
kejiwaan bahwa kita harus menjadi ibu, ibu yang mampu melahirkan generasi
yang berkualitas, generasi dapat mengharumkan bangsa di tingkat
internasional. Puisi Chairil “Sekali berarti/ Sudah itu mati” jika kita cermati
dengan sedalam-dalamnya, akan mendorong kita untuk memperbanyak amal
saleh, agar kita dapat memperoleh derajat yang tinggi di sisi-Nya, tidak
sederajat binatang atau lebih rendah lagi.

d. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa


Tujuan utama pembelajaran BI di SD adalah untuk meningkatkan
keterampilan berbahasa. Kaitannya dengan apresiasi sastra yang dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, berbagai hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemanfaatan karya sastra dalam pembelajaran dapat
meningkatkan keterampilan berbahasa. Misalnya, Lehman menemukan
bahwa siswa yang menggunakan karya sastra dalam membaca memperoleh
nilai yang lebih tinggi dalam hal kosa kata dan pemahaman isi bacaan
dibandingkan siswa yang bukan menggunakan karya sastra sebagai bahan
bacaan ( dalam Rofi’uddin,1997).
Adapun hubungannya dengan peningkatan keterampilan menulis
dengan memanfaatkan karya sastra sebagai bahan pembelajaran. Agustina
(1997) menemukan dalam penelitiannya bahwa anak kelas tiga SD yang
diajar menulis cerita melalui jurnal pribadi menunjukkan peningkatan
kelancaran dan keterampilan menulis. Oleh karena itu, Gani (1988:3)
mengungkapkan bahwa di negara-negara maju pembelajaran apresiasi
sastra tidak dipisahkan dengan pengajaran membaca dan menulis. Hal ini
sejalan dengan pendekatan terpadu bahwa pembelajaran kiranya komponen
bahasa disajikan secara terpadu seperti dalam pembelajaran sastra dipadukan
antara membaca, dan menulis .
Bagaimana? Apakah sudah mempelajari dengan baik materi di atas?
Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi
subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.
1. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-
anak?
2. Bentuk sastra anak yang menekankan penampakan karakter melalui
dialog adalah sastra anak yang bentuk prosa? Setujukah Anda dengan
pernyataan tersebut? Jika tidak bagaimana pendapat Anda?

7 - 8 Unit 7
Rambu-rambu pengerjaan latihan.
1. Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek
yang berkaitan dengan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setelah itu,
rumuskan jawaban ke tiga aspek itu dalam satu kalimat.
2. Untuk latihan nomor dua, jika Anda menjawab setuju tentu Anda belum
membaca dengan baik materi. Coba perhatikan, apakah yang paling
menonjol pada setiap jenis sastra anak tersebut?

Rangkuman

Pengertian apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan


bermain dengan sastra anak-anak sehingga muncul pengertian, kemampuan
pemahaman, kepekaan perasaan dan pengharhaan yang baik dalam diri anak
terhadap sastra anak-anak.
Apresiasi sastra anak dapat dikelompokkan atas beberapa tigkata:
penikmatan, penghargan, pemahaman, penghayatan, dan implikasi. Sedangkan
manfaat apresiasi sastra yakni dapat meningkatkan imajinasi, meluaskan
wawasan tentang nilai kemausiaan, dapat meningkatkan keterampilan berbahasa
anak, khususnya membaca dan menulis.

Tes Formatif Subunit 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!

1. Secara etimologis, kata apresiasi berarti...


a. mengutamakan
b. menghargai
c. menilai
d. memahami
2. Berikut ini adalah tingkatan apresiasi sastra ...kecuali:
a. menikmati
b. mengomentari
c. menggemari
d. mereaksi

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 9


3. Edy selalu mengikuti setiap pertemuan sastra, dirumahnya banyak koleksi
sastra, yang pertama dibaca di perpustakaan adalah buku sastra. Tingkah
laku Edy tersebut mencerminkan apresiasi sastra yang berkaitan dengan...
A. Tumbuhnya pengertian yang baik terhadap karya sastra anak-anak
B. Kemampuan pemahaman yang teliti terhadap sastra anak-anak
C. Penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra anak-anak
D. Penghargaan yang positif terhadap karya sastra anak.
4. Jika anak telah sering memasukkan tulisannya berupa puisi-prosa di majalah
dinding sekolah, berarti anak tersebut telah berada pada tingkatan...
a. menggemari
b. menghasilkan
c. penghargaan
d. pemahaman
5. Dia mampu menjelaskan unsur instrinsik puisi, prosa, dan drama dengan
tepat. Kemampuan tersebut merupakan bagian dari apresiasi sastra yang
berkaitan...
a. Peghargaan yang positif terhadap karya sastra anak
b. Kemampuan pemahaman yang teliti terhadap sastra anak-anak
c. Penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra anak-anak
d. Tumbuhnya pengertan yang baik terhadap karya sastra anak-anak
6. Jika anak telah menunjukkan kesenangan membaca dan mengumpulkan
koleksi sastra, anak tersebut berada pada tingkatan...
a. mereaksi
b. menghayati
c. menggemari
d. menikmati
7. Mengapresiasi sastra dapat memberikan manfaat...KECUALI
A. Meningkatkan kesadaran berbahasa yang benar
B. Meluaskan wawasan tentang nilai kemanusiaan
C. Mengembangkan imajinasi
D. Meningkatkan keterampilan berbahasa anak

7 - 10 Unit 7
8. Setelah membaca dua kali prosa itu, Tuty dapat mengungkapkan tema, alur,
penokohan, amanat yang tepat dan jelas prosa tersebut. Aprsiasi sastra Tuty
tersebut berkaitan erat dengan ....
A. Kemampuan pemahaman yang teliti terhadap sastra anak-anak.
B. Penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra anak-anak.
C. Tumbuhnya pengertan yang baik terhadap karya sastra anak-anak
D. Peghargaan yang positif terhadap karya sastra anak.
9. “Intonasi sedih, gembira, marah yang ditampilkan Yuni saat baca puisi
sangat sesuai dengan mimik dan gestur tubuhnya.” Pernyataan tersebut
menunjukan bahwa Yuni memiliki apresiasi sastra yang berkaitan dengan....
A. Kemampuan pemahaman yang teliti terhadap sastra anak-anak.
B. Penguasaaan aspek emotif terhadap karya sastra anak-anak.
C. Tumbuhnya pengertan yang baik terhadap karya sastra anak-anak.
D. Peghargaan yang positif terhadap karya sastra anak.
10. Setelah anak membaca sebeuah prosa, ia dapat menunjukkan pesan-pesan
dalam cerita tersebut berarti anak tersebut berada pada...
3 Tingkatan pemahaman
4 Tingkatan penghargaan
5 Tingkatan penikmatan
6 Tingkatan peghayatan

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 11


Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Sudah merasa berhasil menjawab seluruh soal dengan benar? Tentu,
karena Anda pembaca efektif sehingga bagian demi bagian telah dibaca secara
saksama dan sunguh-sungguh! Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban
Anda dengan kunci jawaban tes formatif subunit 1 ini yang terdapat pada bagian
akhir Unit 1 ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi
subunit 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, syukurlah dan
saya ucapkan selamat dan sukses selalu! Hhal itu berarti Anda dapat terus
mempelajari subunit berikutnya. Namun demikian, manakala tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa!. Ulangilah
mempelajari subunit 1 dengan sungguh-sungguh , terutama bagian-bagian yang
Anda anggap belum kuasai dengan baik.

7 - 12 Unit 7
Subunit 2
Jenis, Contoh, Dan Ciri-Ciri Sastra Anak-Anak

B agaimana pemahaman Anda terhadap materi subunit pertama? Cukup


sempurna bukan! Materi yang akan Anda pelajari pada subunit 2 ini adalah
bagian integral dari materi yang telah Anda pelajari pada subunit 1 yakni jenis,
ciri-ciri, dan contoh sastra ana-anak. Pemahaman tentang hal tersebut
mendukung tugas tugas Anda kelak di Sekolah Dasar. Hal ini di Sekolah dasar,
sejulah kompetensi yang harus diajarkan berkaian dengan dengan sastra anak
karena sastra anak-anak dinilai fungsional dalam pembentukan keprbadian anak
sekaligus peningkatan keterampilan berbahasa anak itu sendiri. Untuk
memperoleh pemahaman yang berkaitan dengan ciri, jenis dan contoh sastra
anak-anak ikuti uraian berikut dengan saksama.

Jenis dan Contoh Karya Sastra Anak

Sastra anak-anak (kompas, 2005) membagi sastra anak-anak ke dalam


beberapa jenis, yakni: fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisonal, dan komik.
Pembagian tersebut sejalan dengan Framuki (2000) bahwa sastra anak-anak
yang bersifat imajinatif dapat dibagi atas tiga macam yakni puisi, prosa, dan
drama. Berdasarkan pendapat tersebut sastra anak-anak dapat dibagi atas tiga
macam sebagai berikut

1. Puisi
Apa yang dimaksud dengan puisi? Sudjiman (dalam Nadeak:1985:7)
menyatakan bawa “puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Pengertian tersebut relatif sejalan
dengan pengertian puisi yang dikemukakan oleh Ralph Waldo Emmerson
bahwa “puisi adalah mengajarkan sebanyak-banyaknya dengan kata-kata yang
sesedikit-dikitnya”. Berbeda dengan pendapat Mattew Arnold yang melihat dari
segi keindahan pendendangannya bahwa bahwa “puisi adalah satu-satunya cara
yang paling indah, impresif dan paling efektif mendendangkan sesuatu” (dalam
Situmorang: 1981:9). Berdasarkan pengertian tersebut dapatlha dikatakan
bahwa puisi merupakan karya sastra yang berbentuk untaian bait demi bait
yang relatif memperhatikan irama dan rima sehingga sungguh indah dan efektif

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 13


didendangkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan bentuk karya
sastra lainnya.
Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam. Waluyo
(1987) mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi
atau gagasan yang hendak disampaikan , terbagi atas: puisi naratif, puisi lirik,
dan puisi deskriptif, yakni sebagai berikut.

a. Puisi naratif
Puisi naratif adalah puisi isinya berupa cerita. Penyair menyampaikan
gagasanya dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalamnya tergambar
ada pelaku yang berkisah, misalnya:

DESAKU
Nurfikri
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Untuk tidak jauh
Dari sisimu
Di pagi dan siang
Kuberangkat dan pulang dari sekolah
Bersama teman-temanku
lewat jalan berbelok
Dinaungi pepohonan rindang
Karena itu aku bertekad
Akan selalu memeliharamu
Akan selalu mengingatmu
Sampai akhir hayat
( Dikutip dalam Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)

7 - 14 Unit 7
b. Puisi lirk
Adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan cara
tidak bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan terhadap
seseorang, misalnya puisi berikut.

R.A. Kartini
Engkau pendekar bangsa
Pahlawan wanita Indonesia
Egkau korbankan jiwa an raga
Engkau lahir di Istana
Tiada kurang satu apa pun
Tapi kau tak terlena
Melihhat kaummu menderita
Raden Ajeng Kartini
Engkau laksana obor
Oikireanmu menerang hati
Engkalah pelopor
(Herni Maya Sari, klas V SD O42 Balikpapan)

c. Puisi deskriptif
Adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya dengan cara
melukis-kan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa, pengalaman
menarik yang pernah dialaminya. Misalnya puisi yang menggambarkan
keindahan alam berikut:

ALAM YANG INDAH


Lenny Ch.M.
Sungguh indah alam
Ciptaan Tuhan
Hewan, Burung, ikan
Tumbuh-tumbuhan
Bintang dan bulan
Segenap tata surya
Memuji Tuhan
Tuhanku menjaga
Sejagad raya

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 15


Burung Margasatwa
Cukup makannya
Ajar aku, Tuhan
Buka mataku
Belajar dari alam Melihatmu

2. Prosa
Apakah prosa sama dengan puisi? Tentu prosa dengan puisi jauh berbeda
bentuknya! Surana (1984:105) mengemukakan pengertian prosa sebagai
berikut.
Bentuk karangan sastra dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri
atas kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya,
biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-
kelompok yang merupakan alinea-alinea.

Pengertian prosa yang dikemukakan oleh Surana di atas saling


melengkapi dengan pengertian prosa fiksi atau narasi yang digambarkan oleh
Aminuddin (2004:66) sebagai berikut:
Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-
pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan
rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi
pengarangnya sehingga menjalin suatu ceita.

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapatlah kita mengatakan bawa


prosa fiksi anak-anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas ragkaian bait
demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan
merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur
pristiwa, pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara
imajinatif.
Cullinan (1989) menyebutkan beberapa jenis prosa fiksi, antara lain:
(1) prosa fiksi sains, (2) prosa fiksi realistik, (3) prosa fiksi imajinatif

(a) Prosa fiksi sains


Prosa fiksi sains adalah cerita fiksi yang disusun dengan
menekanan pada isi yang ingin disampaikan. Isi yang disampaikan berupa
ilmu pengetahuan (sains) atau bersifat faktual . Namun demikian isi yang
bersifat faktual tersebut disusun dalam bentuk cerita fiksi dengan cara

7 - 16 Unit 7
menentukan pelaku, latar, dan alur. Tujuannya untuk menarik minat dan
perhatian siswa sehingga mereka merasa tidak sulit memahami isi dan
pesan yang ingin disampaikan pengarang. Contohnya sebagai berikut:

Mendengarkan Penyuluhan tentang


Penyakit Demam Berdarah

Pada siang hari itu pendopo balai Desa Makmur dipenuhi oleh
warga. Mereka diundang untuk mendengarkan penyuluhan tentang
penanggulangan penyakit demam berdaarah dari Dinas Kesehatan Rakyat
Kabupaten. Penyuluhan in diberikan karena beberapa hari yang lalu di
Desa Makmur Jaya terkena wabah penyakit demam berdarah.
Tepat pada pukul 13.00 Dokter Surya yang diberi tugas penyuluhan
oleh Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten telah datang. Beliau daang
bersama beberapa petugas yang lain. Setelah beristirahat sebentar, Dokter
Surya pun segera memberikan penyuluhannya.
Menurut Dokter Surya, penyakit demam berdarah itu disebabkan
oleh virus yang ditularkan leh nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk itu hidup
dan berkembang biak di dalam rumah dan di sekitarnya. Tidak jarang,
nyamuk ini dijumpai pula di sekolah. Nyamuk ini mencari mangsa pada
pagi sampai siang hari.
Terdapat beberapa tanda yang dapat kita kenali dari orang yang
terkena penyakit mematikan ini. Pertama, selama 2-7 hari panas badan
pen-derita meninggi. Kedua, nyeri perut terutama di bagian uluhati.
Ketiga, pendarahan berupa bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi
berdarah, muntah darah, bahkan berak darah.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada orang yang
terkena penyakit demam berdarah adalah dengan memberikan minuman
sebanyak-banyaknya. Minuman itu dapat berupa air masak, susu, atau air
teh. Untuk menurunkan panas badan, penderita dapat diberi obat penurun
panas, selain itu, penderita dapat dibantu dengan kompres dengan
menggunakan kain basah yang telah direndam di air es. Setelah itu itu
barulah penderita dibawa ke puskesmas/RSU.
Penyakit demam berdarah dapat dicegah dapat dicegah dengan dua
cara. Cara pertama adalah melenyapkan tempat berkembang biaknya
nyamuk Aedes Aegypti. Naymuk ini biasanya berkembang biak di dalam
maupun di luar rumah. Di dalam rumah, misalnya di bak mandi, tempayan,

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 17


vas bunga, atau di tempat minuman burung. Di luar rumah naymuk ini
berkembang biak di tangki penampungan air, kaleng potongan bambu, dan
sebagainya
Cara kedua adalah dengan menghambat masuknya nyamuk ke
rumah. Cara ini dapat dilakukan dengan memasang kawat kasa pada
lubang ventilasi. Dengan cara ini, nyamuk tidak akan dapat masuk ke
rumah. Nyamuk ini dapat dicegah agar tidak masuk ke rumah dengan cara
mem-berikan penerangan yang cukup di dalam kamar kita. Nyamuk
biasanya senang tinggal di tempat gelap.
Para warga tanpak tertarik akan semua penjelasan yang diberikan
Dokter Surya. Setelah mendengarkan penyuluhan itu mereka berjanji akan
selalu berusaha hidup lebih bersih lagi. Mereka ingin hidup sehat. Mereka
ingin terbebas dari penyakit demam berdarah.
(Anonim Dalam Aku Cinta Bahasa Indonesia,V, 1997)

(b) Prosa fiksi realistik


Adalah cerita yang disusun dengan tujuan menyampaikan sesuatu
yang mengandung nilai-nilai kehidupan yang logis, baik berkaitan
dengan etika, moral, relegius, dan nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut
diungkap melalui prosedur “bercerita” dengan menentukan tema, latar,
alur, penokohan, sudat pandang, dan amanat yang ingin disampaikan.
Peristiwa demi peristiwa yang disampaikan bukan merupakan fakta
atau kejadian yang sesungguhnya melainkan peristiwa yang bersifat fiktif
(seolah-olah pernah terjadi). Dikatakan realistik karena isi atau tema
cerita tersebut diangkat dari kehidupan sehari-hari; ada kemungkinan hal
tersebut terjadi dalam kenyataan sehari meskipun pelaku tempat, dan
waktu kejadian berbeda. Misalnya, cerita berikut.

Musim Layang Membawa Berkah


Ni Wayan Margiani
Kupercepat lariku begitu melihat begitu kulihat layang-layangku
putus. Tak perduli kakiku penuh lumpur. Aku terus berlari di pematang
sawah, sambil melihat ke atas. Semua semak tidak luput dari
perhatianku, tetapi layang-layangku tidak kutemukan juga. Dengan
lemas aku berjalan menuju rumahku.
Sebagian besar anak di kampungku lebih suka membeli layang-
layang di pasar/walaupun ada juga yang membuat sendiri. Wah…

7 - 18 Unit 7
sekarang saya harus membuat layang-layang sendiri, aku tidak mau
merepotkan ibu lagi.
Panggilan ibu itu menandakan harus segera menyabit rumput
untuk sapiku. Aku menganggukkan kepala. Sambil menyabit rumput aku
memikirkan cara membuat layang-layang.
Setelah memberi makan sapi, aku sibuk dengan bambu, plastik,
dan benang. Ya aku akan buat layang-layang ssendiri. Uangnya dari sisa
jajanku kemarin.
“Bill, banyak sekali layang-layangnya?” Minta satu buat aku, ya?”
adikku yang paling kecil, wayan datang mendekat. “Ya nanti Bill
buatkan satu untukmu,” jawabku pada adikku.
Begitu layang-layang telah siap aku langsung pergi ke sawah.
Disitu tempanku biasa main layang-layangan. Melihat aku, Made
langsung mendekati, “Tut, layang-layang itu mau kamu jual, ya? Aku
beli satu, ya?”
Aku juga, Tut. Aku beli dua buat aku dan adikku,” kata Bagus
tidak mau kalahh. Teman-teman yang lain juga mengerumuniku..
“Layng-layang ini masing- asing kujual seribu rupiah. Kalian boleh
pilih sendiri.”, kataku. Wow, luar biasa! Layang-layangmku laris manis.
Setelah itu, aku terima banyak pesanan. Jadi, aku bisa membeli
buku-0buku sendiri. Sisanya aku tabung. Ini berarti menghemat
pengeluaran ibu dan bapak. Musim layang-layang kali ini benar-benar
membawa berkah buatku.

(Dalam Aku Mampu Berbahasa Indonesia, V, Kastam Syamsi, dkk 2004)

(c) Prosa fiksi imajinatif (folkrole)


Adalah cerita yang di dalamnya menyajikan rangkaian perstiwa
yang pelaku-pelakunya hanya ada dunia dalam dunia imajinasi pengarang;
tidak ada dalam kehidupan sehari-hari, misalnya raksasa pemakan
manusia dan burung garuda raksasa, dalam cerita Bugis diistilahkan
dengan nenepakande dan kuajang. Cerita seperti ini hanya dimanfaatkan
untuk kepentingan pendidikan bagi anak-anak yang suka dongeng dengan
pelaku raksasa atau binatang (fabel), misalnya dongeng Tanah Sang
Raksasa, Kepel Iwe-Iwel, Kancil yang Cerdik, dan sebagainya.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 19


Tanah Sang Raksasa
Raksasa Bargawa menerima sahabatnya di dalam guanya.
Sahabat raksasa Bargawa adalah seorang manusia , laki-laki muda
bernama Arya. Pemuda Arya dan raksasa Bargawa sudah lama
bersahabat. Mereka saling menyukai satu dengan yang lain.
“Aku sengaja mengundangmu hari ini, Arya,” kata Raksasa
Bargawa.
Matanya yang lebar berkejap-kejap, giginya yang tajam dan
runcing tampak mengkilap ketika ia ketawa.
“Untuk berbicara tentang tanah milikmu ini, bukan?” tanya Arya.
“Benar!” Raksasa Bargawa mengangguk. Rambutnya yang
keriting panjang beriap-riap pada waktu itu menggerakkan kepalanya…
(Dikutip Dalam Aku Cinta bahasa Indonsia, IV A. 2004)

3. Drama
Bagaiamana dengan drama? Samakah dengan prosa atau berbeda ?
Surana (1984) memberikan jawaban bahwa “drama adalah karangan prosa atau
puisi berupa dialog dan keterangan laku untuk dipertunjukkan di atas pentas.”
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian drama yang disampaikan oleh
Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita konflik manusia dalam
bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan
percakapan dan action di hadapan penonton.”
Jadi, drama merupakan salah satu karya sastra yang dipakai sebagai
medium pengungkapan gagasan atau perasaan melalui serangkain dialog
antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk dibacakan secara
estetis melainkan untuk dipertunjukkan . Misalnya

TAS SEKOLAH RARA


Tokoh : Rara,
Yayang,
Alisia, dan
Ibu
Di halaman rumah Yayang terlihat Rara, Yayang, Alisia mengenakan seragam
Sekolahh, mengendong tas masing-masing
Yayang : “Ra, terima kasi ya! (memberikan buku), Nanti kalau ada yang baru
kita tukar baca lagi
Rara : (memasukan buku ke tasnya) Iya, Aku pulang dulu ya!

7 - 20 Unit 7
Alisia : “Ra, kamu tak punya tas lagi, ya! Yang sudah robek begini masih
kamu pakai (menepuk tas rara). (Rara dan Yayang terkejut)
Yayang : “Lis!”
Rara : “Yo saya pulang duluan ya! (tak meladeni pertanyaan Alisia)
Alisia : “Aku juga pulang, yu. Sampai besok!
Yayang : “Ya dadaa!
(Rara dan Alisia meninggalkan pentas, ibu masuk).
Ibu : “Eh, mamam sudah pulang.
Yayang : “Iya, Ma! (mencium tangan ibunya)
............................................
(Dikutip dari Karya Mien Rumini dalam Pend. KeterampilanBerbahasa oleh
Djago Tarigan dkk, 2001)

Ciri-ciri Puisi Anak-anak


Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi di SD, menurut
Rusyana (Dalam Nadeak, 1985:62) adalah: (a) isi sajak harus merupakan
pengalaman dari dunia anak sesuai umur dan taraf perkembangan jiwa anak, (b)
sajak itu memiliki daya tarik terhadap anak, (c) sajak itu harus memiliki
keindahan lahiriah bahasa, misalnya irama yang hidup, tekanan kata yang nyata,
permainan bunyi, dan lain-lain, (d) perbendaharaan kata yang sesuai dengan
dunia anak.
Sedangkan menurut Sutawijaya, dkk (1992) pusi yang diberikan kepada
anak sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra puisi di SD hendaknya
memiliki ciri sebagai berikut:
(1) Ciri keterbacaan
(a) Bahasa yang digunakan dapat dipahami anak, artinya kosa kata yang
digunakan dikenal oleh anak, susunan kalimatnya sederhana sehingga
dapat dipahami oleh anak.
(b) Pesan yang dikandung puisi dapat dibaca dan dipahami anak karena
tidak bersifat diapan (tersembunyi) melainkan bersifat transparan
atau eksplisit.
(2) Ciri kesesuaian
(c) Kesesuaian dengan kelompok usia anak, pada usia anak Sekolah Dasar
menyukai puisi yang membicarakan kehidupan sehari-hari ,
petualangan, kehidupan keluarga yang nyata.
(d) Kesesuaian dengan lingkungan sekitar tempat anak berada. Artinya,
anak yang berada di lingkungan sekitar pantai akan bersemangat jika

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 21


puisi yang diberikan untuk dipelajari adalah puisi yang berbicara
tentang pantai. Atau pada musim kemarau, puisi yang diajadikan
bahan ajar adalah puisi yang berbicara tentang kemarau. Untuk lebih
jelasnya mari kita perhatikan puisi anak-anak yang berjudul “Desaku”
berikut ini.

DESAKU YANG INDAH


Nur A’dill Y.U.
Desaku yang sangat indah
Ada rerumputan hijau
Bunga-bunga brmekaran
Bunga-bunga berterbangan
Udara pagi yang segar
Aku senang tinggal di desa
Aku bangga tinggal di desa
Aku bangga bisa memelihara
Keindahan desa.
(Bobo, No 50 XXXXI/2004)

Ciri-ciri Cerita Anak-anak


Bagaimana dengan ciri prosa anak-anak dan contohnya? Cerita yang
diberikan kepada anak sebagai bahan ajar di SD hendaknya cerita memiliki ciri-
ciri: bahasa yang sederhana, pilihan kata yang dapat dipahami, sesuai dengan
kegemaran dan perkembangan usia anak, dan lingkungan yang relevan dengan
dunia anak misalnya pada musim panen dipilih cerita yang berkaitan dengan
kehidupan petani.
Hasyim (1981) mengemukakan bahwa cerita yang diberikan kepada
anak sebagai bahan belajar di Sekolah Dasar hendaknya memiliki ciri sebagai
berikut.
(a) Bahasa yang digunakan haruslah sesuai dengan tingkat perkembangan
bahasa anak.
(b) Isi ceritanya haruslah sesuai dengan tingkat umur dan perhatian anak. Pada
tahap pertama (kelas 1-3 SD) , bacaan untuk anak laki-laki dan wanita
dapat disamakan. Untuk selanjutnya ( kelas 4-6 SD) secara berangsur-
angsur akan kelihatan bahwa anak laki-laki lebih menyenangi cerita
petualangan, olahraga, dan teknik, sedangkan anak wanita lebih
menyenangi cerita yang bersifat kekeluargaan dan sosial.

7 - 22 Unit 7
(c) Hendaknya jangan diberikan cerita yang bersendikan politik tetapi
mengutamakan pendidikan moral dan pembentukan watak.
Apa yang dikemukakan oleh Hasyim sejalan dengan Pramuki (2000)
bahwa hendaknya cerita yang diberikan kepada anak adalah cerita yang sesua
dengan tingkat perkembangan usia anak-anak, yakni: usia 6-9 tahun lebih
menyenangi cerita yang bertema kehidupan sehari-hari sampai termasuk
dongeng hewan dan cerita lucu, usia 9-12 tahun menyukai cerita yang bertema
tentang kehidupan keluarga yang dilukiskan secara realistis, cerita fantastis, dan
cerita petualangan.
Adapun ciri-ciri yang lebih spesifik dikemukakan oleh Cullinan (1987)
bahwa bahan cerita yang diberikan kepada anak SD hendaknya memiliki ciri-
ciri: (1) latar cerita dikenal oleh anak, yakni cerita yang dipelajari berlatarkan
lingkungan yang mereka temui dalam permainan sehari-hari, (2) alurnya
bersifat tunggal dan maju karena mudah dipahami anak, bukan plot majemuk
dan beralur maju-mundur atau sorot balik (3) pelaku utama cerita adalah dari
kalangan anak-anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang dan karakter pelaku
dilukiskan secara konkret sehingga mudah dipahami oleh anak dan sesuai
perkembangan moral anak, (4) tema cerita sederhana dan sesuia tingkat
perkembangan individua-sosial anak seperti kejujuran, patuh pada orangtua,
benci pada kebohongan dan sebagainya, (5) amanat atau pesan cerita dapat
membantu siswa memahami dan menyadari perbedaan sikap yang baik dan tidak
baik serta nilai-nilai positif yang dapat membentuk kepribadian dirinya (6)
bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh anak; kosa katanya dipahami dan
struktur kalimatnya sederhana.
Apakah semua kosa kata dalam cerita harus dipahami anak? Pertanyaan
itu mungkin Anda ajukan setelah mencermati uraian di atas. Kosa kata dalam
cerita tidak mutlak harus dipahami semua oleh anak. Boleh saja cerita itu di
dalamnya ada satu atau dua kata yang kurang diketahui artinya oleh anak.
Fungsinya adalah menjadi sarana penambah perbendaharaan kosa kata anak.
Agar lebih jelas pemahaman Anda tentang ciri-ciri prosa anak-anak,
berikut ini diberikan contoh cerita anak-anak untuk dicermati dengan baik.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 23


Mandi Mandi di Sungai
Oleh Tuti Rahayu
Sungai Kelapa mengalir di perbatasan kampung Kelapa.
Sekelompok anak-anak suka sekali berenang di Sungai Kelapa. Padahal air
sungai itu kotor. Sampah sampah mengambang dan bertumpuk di tepian
sungai.
Udin senang bermain di sungai Kelapa bersama temannya. Suatu
sore, seperti biasanya Udin mengajak Slamet, Opi, Buki, dan Eko bermain
di sungai. “Teman-teman , panas sekali, Ya? Yuk, kita mandi-mandi dan
bermain ke sungai.”
Empat sekawan itu berkejar-kejaran menuju Sungai Kelapa. “Ho-ree
... Buki kena! Dia yang terjun le-bih dahulu” Kelima anak itu satu per satu
terjun ke sungai. Mereka bere-nang dan bersimburan air. “Lihat, banyak
ikan kecil,” Ujar slamet. “Ups, kena! Horee....Dapat ikan!” teriak Udin
kegirangan
Matahari mulai terbenam. Ibu Udin gelisah sebab anaknya belum ju-
ga pulang. “Tumi, lihat adikmu, nggak?” Tanya Ibu kepada Tumi, kakak
Udin. “Ah, Ibu seperti tak kenal Udin saja. Kalau dia sudah di Sungai ,
mana ingat pulang?” jawab Tumi. Ibu Udin mendatangi anaknya ke sungai.
“Udin Udin!” Pulang, Nak...!”
Dari kejauhan Udin berlari. “Ibu! Ibu! Lihat, Udin dapat ikan
kecil!” teriak Udin sambil berlari menghampiri ibunya. “Duh. kotor sekali!
Mana bau lagi!” teriak ibu..
Sesampai di rumah, ibu berkata, “Lekas, mandi sana!” “Ibu
bagaimana sih?” Kan Udin sudah mandi di sungai bersama teman-teman?.
Masa di suruh mandi lagi?!” bantah Udin sengit. “Ya, sudahlah, Bu. Ganti
baju saja Din,” sahut ayah. “Ayah ini bagaimana , sih? Udin baru mandi di
sungai itu, tetapi airnya kotor sekali Banyak sekali sampah di situ. Itu kan
sama saja belum mandi, Yah?” gerutu ibu.
***
Waktu makan malam, Udin sibuk menggaruk tangannya. “Ih, gatal
sekali”, keluhnya. Suasana makan malamnya jadi terganmggu. “Lho, kok
garuk terus?” tanya ayah keheranan. “Coba, mari ibu lihat tanganmu,
Din.”
Astaga, kok di kulit tanganmu ada bercak-bercak putih?” Ibu mulai
cemas. Ia mulai memperhatikan kulit anaknya. “Tuh, di kaki Udin juga ada
luka-lukanya...” kata ayah keheranan. “Bu, jangan-jangan Udin kena sihir

7 - 24 Unit 7
penunggu sungai, “ gumam Tumi. Udin mulai terisak-isak menahan tangis.
“Duh, Tum, Udin sakit, kamu malah bercanda. Ibu antar dulu Udin ke Pak
Mantri, Yah,” kata ibu.
Tetapi, Bu, ini kan sudah tengah malam. Malah mengganggu, lho,”
ujar ayah. Udin menangis. “Kita sendiri tak mampu mengobati. Kasihan
dia,” sahut ibu. “Baiklah, ayah ambil senter dulu. Kita pergi bersama saja.
Tum, bantu memakai mantel adikmu.”
Mereka pergi ke rumah Pak Mantri Bu mantri mengintip dari balik
jendela. “Oh, keluarga Pak Udin rupanya. Mari, mari silakan masuk.”
“Maaf , kedatangan kami mungkin mengganggu,” kata ayah.
“Ah, tidak kok. Ada apa, Bu?” Apa yang saya bisa bantu?” Tanya
Pak Mantri
“Begini, Pak Mantri. Udin menggaruk terus. Katanya kulitnya terasa
gatal dan perih,” ungkap, Ibu.
“Betul ,Pak mantri” Habis gatal sekali, huk.....,” Udin terisak-isak.
Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Bu, mantri membukakan pintu,
“Lho mengapa berbondong-bondong datang ke mari Bapak dan Ibu-ibu?”
“Maaf, Pak dan Bu Mantri. Ini masalahnya. Anak-anak semua
mengeluh gatal-gatal.” kata Pak Bakri, “Lho, kok sama dengan Udin?”
Ayah dan ibu Udin heran.
“Nah, saya ingin tahu. Bapak dan ibu sekalian. Di mana anak-anak
sering bermain?” tanya Pak Mantri.
“Tentu saja di Sungai Kelapa” jawab ayah Slamet. “Ya, Slamet dan
anak-anak lain juga main di sana,” sahut Pak Bakri.Semuanya mengiyakan.
“Setelah anak-anak mandi di sungai, apakah mereka mandi lagi di
rumah?” sambung Pak Mantri.
“Ah, Pak Mantri, tentu saja tidak,” ayah Udin menukas cepat. “Kan
sama saja mandi di sungai dan di rumah,” sahut Pak Eko.
Pak Mantri mengangguk. “Nah, coba saya periksa dulu kulitnya.” Ia
melihat bercak putih dan luka yang bernanah pada kulit anak-anak.
“Wah, rupanya anak-anak ini men-derita penyakit kulit,” kata
PakMantri.
“Masa rajin mandi masak bisa kena penyakit kulit, Pak Mantri?”
seru ayah Opi keheranan.
“Bapak dan ibu tahu persis Sungasi Kelapa, kan?” Airnya jernih
atau kotor?” tanya Pak Mantri.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 25


“Wah air sungai itu kotor sekali karena banyak sampah di situ,”
jawab ibu Udin.
“Nah, air sungai yang kotor itulah sarangnya bibit penyakit kulit. Bibit
penyakit lain pun banyak di situ, seperti bibit penyakit muntaber, cacing, dan
sebagainya. Nah anak-anak mandi di sungai, bibit penyakit menempel di kulit,”
ungkap Pak Mantri.
“Di tambah lagi, sesudah mandi di sungai, anak-anak tidak mandi lagi,
“sahut Bu Mantri.
“Ya, Udin cuma ganti baju saja, Pak Mantri,” sahut Udin cepat.
”Itu makanya kena penyakit kulit. Mandi dengan air kotor yang ada
bibit penyakitnya. Kulit digerogoti kuman penyakit kulit,”kata Pak Mantri.
“Ini salep untuk mengobati penyakit kuliat kalian, kata Pak Mantri
sambil membagikan salep obat kulit.
“Jadi berbeda lho, mandi di sungai kotor dengan mandi air bersih di
ru-mah, “ujar Bu Mantri . “Benar ,Bu. Mandi di sungai bukannya kulit jadi
bersih, malah kena penyakit kulit,” sambung ibu Udin. ****

Ciri Drama Anak-anak

Pembelajaran sastra yang berkaitan dengan drama di sekolah dasar


hendaknya menggunakan bacaan drama anak-anak. Bagaimana ciri drama anak-
anak? Drama anak-anak tidak jauh beda dengan cerita anak-anak, baik dari segi
bahasanya, tema, pesannya. Yang berbeda adalah dari segi dialog yang
sederhana dan jumlah adegan yang tidak terlalu panjang dan berbelit.
Agar pemahaman Anda tentang ciri drama anak-anak silakah baca dengan
seksama dan sungguh-sungguh contoh penggalan drama berikut. ?

TEMAN SEKOLAHKU
Pelaku : Dita, Ega, Ibu Ega, Esky, Sefi, Pak Darmawan

Babak I
Suasana kantin ibu Ega nampa sepi. Ega dan Ibunya asyik berbincang-bincang
sambil membersihkan warungnya. Tiba-tiba Ibu Ega ada perlu.
Ibu : “Nak… jjaga warung dulu sebentar ya…!”
Ega : “Lho, … Ibu mau ke mana ? Sebentar lagi kan banyak langganan kita
akan datang.”

7 - 26 Unit 7
Ibu : “Ibu ada urusan dengan Pamanmu, tak lama, paling lama hanya
setengah jam! “
Ega : “ Iya dech…. Bu!”

Pada saat itu suasana tampak sunyi dan sepi, tak seperti biasanya hanya
terlihat seorang gadis yang duduk di kantin. Tak lama kemudian seorang
anak datang menghampiri.
Dita : “Selamat pagi Ega (mengagetkan Ega)
Ega : (Dengan rasa gkaget menyapa Dita) “Eh…. Kamu Dit, pagi-pagi
sudah ngagetin aku…. Nggak ada kerjaan lagi apa?”
Dita : “Habis gue senang banget hari ini.”
Ega : “Kalau gitu bagi-bagi dong senangnya.”
Tiba-tiba Ibu Ega muncul datang menghampiri Ega dan Dita yang lagi
asyik ngobrol.
Ibu : “Eh …. Nak…. Dita sudah lama yach datanganya?”
Dita : “Tidak Bu… baru saja!”
Ega : “Bu! Aku sudah mau ke sekolah .”
Ibu : “Iya… hati-hati yah Nak dan jangan lupa belajar sungguh-sungguh
dan rajin di sekolah .”

Babak II
Ega dan Dita meninggalkan kantin dan menuju ke sekolah yang tidak
jauh dari rumahnya sambil ngobrol tentang temannya yang jatuh kemarin di
depan kelas V SD.
………………………………………………………………………………….

Bagaimana? Apakah sudah mempelajari dengan baik materi di atas? Saya


yakin sudah karena Anda adalah pebelajar yang tangguh dan kreatif. Kalau
sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 2
ini cobalah kerjakan latihan berikut.

1. Sastra anak terdiri atas puisi, prosa, dan drama. Khusus puisi dan prosa
terbagi lagi atas beberapa ragam. Jelaskan perbedaan jenis sastra anak
tersebut!
2. Kalau Anda mengajarkan cerita di Sekolah Dasar, cerita yang bagaimana
ciri-cirinya yang Anda berikan kepada Anak untuk dipelajari atau
diapresiasi? Jelaskan!

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 27


3. Dapatkah Anda menjelaskan ciri-ciri drama yang dapat dijadikan bahan
ajar dalam pembelajaran drama di SD?
4. Kedua puisi berikut, manakah menurut Anda yang memenuhi ciri-ciri sastra
anak-anak atau cocok dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran puisi di
SD? Tentukan dan Jelaskan !

LAYANG-LAYANG MILIKKU
S. Sukirnanto
Layang-layang milikku, kumanjakan kau
Membumbung di langit biru
Di alam raya bersama burung-burung yang bebas
Lihatlah dari sana, negeri-negeri yang angkuh?
Satu pesan yang kusampaikan dari bumi ini
Janganlah meninggalkan daku, kemudian kau pergi
Sebab jarak antara kita akan semakin jauh
Di kota ini aku sendiri dengan pijar nasib
Layang-layang milikkku, kumanjakan kau
Membumbung di langit biru
Sampaikan salam: hidup teguh di sini
Nyanyian bumi dalam ujud puisi

LAYANG-LAYANG KESAYANGANKU
Haksan
Layang-layang kesayanganku
Bagian atasnya hijau
Bagian tengahnya kuning
Bagian bawahnya putih
Ekornya berwarna merah
Angkah indah kupandang
Pada hari Sabtu
Sesudah salat ashar
Saya dan kawan-kawanku
Pergi bermain laying-layang
Di tanah lapang

7 - 28 Unit 7
Rambu-rambu pengerjaan latihan.
1. Sebelum Anda menjawab bagian nomor pertama, baca secara saksama
materi yang mengupas jenis sastra anak.
2. Untuk mengerjakan latihan nomor dua Anda perlu mengingat unsur-
unsur yang membangun terwujudnya cerita dan dikaitkan dengan
eksistensi anak sebagai makhluk individu dan sosial dan
ketergantungannya pada lingkungan tertentu.
3. Untuk menjawab latihan nomor 3, Anda perlu mengingat secara cermat
unsur yang membangun suatu karya drama secara menyeluruh lalu
memberikan jawaban secara sistematik
4. Untuk menjawab latihan nomor empat, perlu Anda memperhatikan
sarana penyampaian gagasan, makna inti yang dikemukakan,
individualitas dan sosialitas peserta didik dan keberadaannya pada
tempat tertentu.

Rangkuman

Bentuk karya sastra yang dijadikan bahan ajar di SD hendaknya


memenuhi ciri-ciri sastra anak-anak yang meliputi puisi, prosa, dan drama. Puisi
anak-anak memiliki ciri-ciri :bahasanya dapat dipahami anak, pesan yan
dikandungnya dapat dimengerti, memiliki irama dan keindahan , isinya sesuai
dengan tingkat perkembangan anak Cerita anak-anak memiliki ciri: latarnya
dikenal anak, alurnya berbentuk maju dan tunggal, penokohannya dari kalangan
anak dengan jumlah sekitar 3-4 orang, temanya tentang kehidupan sehari-hari,
petualangan, olahraga, dan keluarga. Drama ana-anak memiliki ciri-ciri yang
relatif sama dengan prosa yang berbeda dari segi dalog yang relatif sederhana
dan adegan yang tidak panjang.
Sastra anak-anak terdiri atas: (1) puisi merupakan pengungkapan gagasan
dan perasaan dalam bentuk rangkaian bait, (2) prosa merupakan pemaparan
pemikiran dan perasaan melalui bentuk paragraf demi paragraf, (3) drama
merupakan pengemukaan gagasan dan perasan melalui bentuk dialog antara
berbagai tokoh.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 29


Tes Formatif 2

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
...................................................
Saat angin semilir berembus, Pogi pergi berburu di hutan belantara yang
pepohonannya lebat dan rindang. Di hutan ia bertemu dengan seorang
pengembara dengan pakaian yang lusu dan kumal sedang membawa 3
pundi-pundi yang sarat dengan isi .
………………………………..

1. Penggalan cerita di atas tidak sesuai dengan ciri cerita anak-anak,


khususnya dari segi:
A. Plot
B. Bahasa
C. Pesan
D. alur
2. ..............
Kartini, kau bagaikan bintang kejora
Kau menyinari langit kelabu udara beku
Cahaya juangmu membimbing bangsa
Melangkah maju
Meski jauh jalan berliku penuh sandungan
........................................

Puisi di atas tidak cocok dijadikan bahan pembelajaran di SD karena tidak


sesuai ciri puisi anak-anak dari segi....
A. Keterbacaan bahasa
B. Keterbacaan isi
C. Kesesuaian lingkungan
D. Bagian a dan b
3. ...........................
Adikku yang kusayangi
Aku menjagamu tiap hari
Kumandikan kau tiap pagi
Adikku, tidurlah sayang
Hari sudah larut malam

7 - 30 Unit 7
Besok kita main lagi
...................................
Puisi yang berjudul “Adikku” cocok dijadikan bahan dalam pembelajaran
apresiasi sastra di SD karena memenuhi ciri-ciri puisi anak-anak, khususnya
dari segi.......
A. Keterbacaan bahasa
B. Keterbacaan isi
C. Kesesuaian perkembangan usia
D. Bagian a, b, dan c
4. “Cerita itu mengarahkan anak pada petualangan, mengajari anak patuh pada
orang tua, benci pada ketidakjujuran.” Pernyataan tersebut menunjukkan
ciri yang berkaitan dengan..
A. latar
B. alur
C. tema
D. penokohan
5. “Kata-kata puisi dapat dipahami anak, tidak menggunakan kosa kata yang
bermakna kias dan konotatif, susunan kalimatnya sederhana” pernyataan
tersebut menggambarkan ciri......
A. keterbacaan bahasa
B. kterbacaan pesan
C. Kesesuaian perkembangan usia
D. kesesuaian lingkungan
6. Cerita yang bertemakan kehidupan keluarga yang dilukiskan secara
realistis,
dan cerita petualangan digemari oleh anak ....
A. Usia 6- 9 tahun
B. Usia 8 – 10 tahu
C. Usia 9 – 11 tahun
D. Usia 10 - 12 tahun
7. ...........................
Simin hanya tersenyum. “Min, katanya penyebab sakitmu itu karena
lewat pohon angker itu?” tanya Mamat.
“Ya, ibuku juga bilang begitu, tapi aku tak percaya,” jawab Simin.
“Huss, jangan ngomong gitu Min, kalau penunggu pohon itu
mendengar nanti marah lho,” kata Mamat dengan pelan.
....................

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 31


Penggalan karya sastra di atas adalah contoh...
A. Prosa fiksi imajinatif
B. prosa fiksi realistis
C. prosa fiksi sains
D. prosa fiksi sosial
8. Cerita yang bertemakan tentang petualangan, olahraga, dan teknik lebih
digemari oleh anak....
A. Anak laki-laki usia 10 – 12 tahun
B. Anak laki-laku usia 7 – 9 tahun
C. Anak laki-laki usia 6- 8 tahun
D. Anak laki-laki usia 9 – 11 tahun
9. Anda mengajarkan puisi di SD tentang perlunya hormat pada guru dan
patuh pada orang tua, maka ciri yang digunakan adalah…
A. kesesuaian perkembangan usia
B. keterbacaan isi
C. keterbacaan bahasa
D. kesesuaian lingkungan
10. ....................................
Susan : “Kak, ada buku pelajaran IPA?”
Penjual : “Ada, Nak! Buku apa lagi yang kamu cari?”
Susan : “Bahasa Indonesia kelas IV SD1 terbitan Erlangga”
Penjual : “Oh, maaf baru-baru habis, kalau terbitan Balai Pustaka ada!”
..................
Penggalan karya sastra di atas adalah contoh...
A. puisi
B. esai
C. drama
D. prosa

7 - 32 Unit 7
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Sudah dikerjakan semua soal di atas dengan baik, bukan? Bagus Sekali!.
Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes
formatif subunit 2 yang terdapat pada bagian akhir Unit 2 ini. Hitunglah
jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:


90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat atas
kesuksesannya! Jika Anda sukses, Anda dapat terus mempelajari unit VIII
berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, ulangi lagi
membaca uraian subunit 2 ini dengan sungguh-sungguh secermat-cermatnya,
utamanya bagian yang belum dikuasai. Insya Allah Anda akan sukses.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 33


Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1. C Secara etimologi apresiasi berarti menilai
2. D Tingkatan apresiasi tidak ada yang berkaitan dengan mengo-
mentari, yang ada hanya mereaksi, menikmati, dan
menggemari
3. B Bila seseorang menunjukkan kegiatan bermakna tentang isi
cerita yang dibaca berarti berkaitan dengan pemahaman.
4. B Memasukkan secara berulang-ulang di majalah dinding
sekolah berarti telah berada pada tingkatan menghasilkan
5. B Jika mampu menunjukkan nilai keindahan puisi, prosa, drama
berati berkaitan dengan penguasaan aspek emotif
6. D Jika anak mampu menunjukan nilai keindahan puisi dan prosa
berkaitan tingkatan menikati.
7. A Apresiasi sastra secara langsung dapat meningkatkan wawasan
kemanusiaan, mengembangkan imajinasi, dan secara tak
langsung meningkatkan kesadaran berbahasa
8. A Berkaitan dengan kemampuan dan ketelitian terhadap
/pemahaman isi karya sastra
9. B Sesorang yang mampu menunjukkan berbagai suasana hati
seperti marah, sedih berarti memiliki kemampuan berkaitan
dengan aspek emotif
10. D Jika siswa mampu memahami isi suatu karya yang diiringi
dengan pemahaman mendalam berkaitan dengan tingkatan
penghayatan.

Tes Formatif 2

1. B Segi dapat tidaknya memahami isi bacaan karena ada beberapa


kata yang tidak dimengerti oleh siswa, misalnya semilir, dsb.
2. B Keterbacaan isi karena puisi tersebut kurang cocok untuk anak
usia SD
3. D Puisi di atas cocok untuk anak SD karena menemui aspek
bahasa dan isi dan keseuaian lingkungan Jadi agian D

7 - 34 Unit 7
4. C Puisi yang berkaitan dengan masalah petualangan dan patuh
pada orang tua adalah berhubungan dengan tema
11. A Puisi yang yang di dalamnya tidak ada kata-kata yang bersifat
konotatif dan kias adalah berkaitan dengan aspek bahasa.
12. D Pada usia 9 – 12 anak lebih menyenangi cerita realistik dan
petualangan
13. B Cerita tersebut bisa saja terjadi dalamkehidupa keseharian
anak, berarti termasuk fiksi realistik.
14. C Anak laki-laki usia 6 -8 cenderung menguasai cerita bertema
petualangan
15. B Berkaitan dengan keterbacaan isi karena menyangkut sikap
hormat pada guru atau orang tua
10.C Bentuk karya sastra tersebut menggunakan cara dialog yang
dilakonkan berarti karya sastra drama.

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 35


Glosarium

apresiasi : penilaian atau penghargaan terhadap sesuatu


sastra : suatu karya yang mengandung nilai keindahan dan nilai
kegunaan
puisi : karya sastra yang berbentuk untaian bait demi bait
prosa : karya sastra yang bentuk rangkaian paragraf dalam
mengungkapkan gagasan atau perasaan kepada orang lain
drama : karya sastra yang menggunkan dialog antar pelaku dalam
menyampaikan gagasan atau perasaan kepada orang lain.
plot : rangkain peristiwa demi peristiwa yang saling
berhubungan dalam suatu cerita
amanat : hal-hal yang baik untuk dilakukan atau hal yang negatif untuk tidak dilaksanakan
yan terdapat dalam karya sastra

segenap lingkungan sekeliling dan lalar belakang suatu cerita seperti waktu, tempat,
latar : dan suasana kejadian

gagasan pokok yang melndasi cerita mulai awal hingga akhir


tema :
makna yang berkaitan dengan nilai rasa (negatif-positif)
sehingga pengertian bersifat ketaksaan-subjektif
makna :
makna yang muncul sebagai pengembangan dari makna
konotatif :
dasar seperti kata kursi yang bermakna ’jabatan’
makna kias
bagian dari suatu babak dan merupakan situasi tunggal di
:
dalam drama
adegan
Kebebasan penyair untuk memilih kata untuk
:
menciptakan keindahan dalam karya sastra
licentia Poetica

7 - 36 Unit 7
Daftar Pustaka

Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Cullinan, Bernice. 1989. Literature and The Child. New York: Harcourt Brace
Jovanovich.

Effendi. 1989. Bimbingan Apresasi Puisi. Bandung: Tangga Mustika

Rizanur, Gani. 1980: Pengajaran Sastra Indonesia, Respon dan Analisis.


Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Hasyim. 1981. Pengajaran Sastra . Jakarta: Depdikbud

Huch, C. S. 1987. Children Literature in Elementary School. New York: Hol


Renehart

Kastam, S. dkk. 2004. Aku Mampu Berbahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit


SIC
Kompas 17 Desember 2005. Buku Baru. http://www.kompas.com. Diakses 8
Maret 2007.

Pramuki. Esti .2000. Apresiasi Karya sastra Anak-Anak secara Reseptif.


Jakarta: Dikti Depdikbud

Sarumpaet. Riris K. Toha. 1976. Bacaan Sastra Anak-anak. Jakarta: Pustaka


Jaya

Situmorang..B.P. 1980. Sistem Pengajaran Puisi. Flores: Nusa Endeh

Sutawijaya. 1992. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbu

Solchan dkk. 1994. Kecenderungan Perkembangan Sastra Anak-anak. Dalam


Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Penerapannya. Thn 22. No. 2. Juli
hal. 224-231

Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 37


Sugiastuti. 2002, Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wardani. 1980. Pengajaran Sastra. Jakarta: Depdikbud

7 - 38 Unit 7

Anda mungkin juga menyukai