Anda di halaman 1dari 11

Bacillus Utilis

MENGENAL KARAKTERISTIK BACILLUS SUBTILIS

Bakteri yang berperan dalam pembusukan daging, salah satunya yaitu bakteri B. subtilis. Bakteri
ini memiliki karakter-karakter tertentu dan spesifik. Berikut adalah klasifikasi B. subtilis :
(Madigan, 2005)

Kingdom:Bacteria
Phylum:Firmicutes
Class:Bacilli
Order:Bacillales
Family:Bacillaceae
Genus:Bacillus
Species: B. subtilis

Karakteristik dari bakteri B. Subtilis dapat dilihat pada table berikut :

Karakter Bacillus Subtilis


Bentuk Batang (tebal maupun tipis), rantai maupun
tunggal
Gram Positif
Sumber tanah, air, udara dan materi tumbuhan yang
terdekomposisi
Berdasarkan spora Bakteri penghasil endospora
Respirasi Aerob obligat
Pergerakan Motil dengan adanya flagella
Suhu Optimum Pertumbuhan 25-350C
pH Optimum Pertumbuhan 7-8
Katalase Positif

Sumber : Graumann, 2007

Media Perantara

Media perantara pertumbuhan Bacillus subtilis antara lain adalah tanah, air, udara dan materi
tumbuhan yang terdekomposisi. Selain itu, B.subtilis juga ditemukan pada produk makanan
seperti produk susu, daging, nasi dan pasta. Bakteri ini dapat tumbuh pada produk makanan
karena produk-produk makanan tersebut menyediakan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan
B.subtilis.

Ciri-ciri Pembusukan

Ciri ciri kebusukan pada daging menurut Buckle dkk. (1985):


1.Perubahaan Warna

Beberapa mikroorganisme menghasilkan koloni koloni yang berwarna atau mempunyai pigmen
(zat warna) yang memberi warna pada daging yang tercemar.

2.Berlendir Kental

Suatu lendir kental yang berbentuk tali dalam bahan pangan disebabkan oleh berbagai spesies
mikroorganisme seperti Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc dextracium, Bacillus subtilis
dan Lactobacillus plantarum. Pada beberapa bahan pangan pembentukan lendir dikaitkan dengan
pembentukan bahan kapsul oleh mikroorganisme.sedang pada beberapa produk pangan yang lain
dapat disebabkan karena hidrolisa dari zat pati dan protein untuk menghasilkan bahan bersifat
lekat yang tidak berbentuk kapsul.Lendir tali ini dapat mencemari bahan bahan pangan seperti
minuman anggur, cuka, susu dan roti.

3.Kerusakan Fermentatif

Beberapa tipe organisme terutama khamir, spesies Bacillus dan Clostrodium serta bakteri asam
laktat mampu memfermentasikan karbohidrat.Bakteri dapat mengubah gula menjadi asam laktat
atau campuran asam asam laktat, asetat, propionat dan butirat,bersama sama dengan hidrogen
dan karbondioksida. Perubahan flavor dan pembentukan gas akhirnya terjadi dalam bahan
pangan.

4.Pembusukan bahan Bahan Berprotein

Dekomposisi anaerobik dari protein menjadi peptida atau asam asam amino mengakibatkan bau
busuk pada bahan pangan karena terbentuknya sulfida, amonia, methyl sulfida, amin dan
senyawa bau yang lainnya. Bahan pangan tercemar lainnya adalah bahan pangan yang diolah
kurang sempurna dan dikemas sehingga terbentuk kondisi anaerobik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan (Irianto, 2007):

Activity water (Aw)

Bahan pangan dengan kadar air tinggi(nilai Aw:0,95-0,99) pada umumnya kan ditumbuhi oleh
semua jenis mikrooganisme. Karena bakteri lebih cepat pertumbuhannya dibandingankan dengan
khamir ataupun kapang.

Perubahan nilai pH.

Beberapa mikroorganisme khususnya kapang ataupun khamir dapat memecah asam secara
alamiah ada dalam bahan pangan .Oleh karena itu dapat mengakibatkan kenaikna pH yang cukup
memungkinkan tumbuhnya spesies pembusuk yang sebelumnya terhambat pertumbuhannya.

Lemak
Adanya lemak akan memberi kesempatan bagi jenis lipolitik untuk tumbuh secra
dominan.Keadaan tersebut akan mengakibatkan kerusakan lemak oleh mikroorganisme dan
menghasilkan zat zat yang disebut asam asam lemak bebas dan keton yang memiliki bau dan
rasa yang khas. Seringkali disebut tengik.

Protein dan peptida

Kemampuan memecah molekul protein dalam bahan pangan terbatas hanya pada beberapa
spesies mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim proteolitik ekstraseluer.Pada umumnya
spesies proteolitik ini pertama tama berperan kemudian dikalahkan oleh spesies lain yang
tumbuh pada produk yang proteinnya terdegradasi.

Mekanisme Pembusukan

Pada pembusukan daging, mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik mampu


merombak protein-protein atau biasa disebut denaturasi protein. Dengan terjadinya proses
denaturasi, protein secara bertahap kehilangan kemampuannya untuk menahan cairan.
Akibatnya, cairan tubuh tersebut akan lepas dan mengalir keluar dari bahan pangan. Cairan ini
kaya akan nutrien sehingga akan digunakan oleh mikroba sebagai sumber makanan untuk
tumbuh dan berkembang. Mekanisme pembusukan ini sangat kompleks. Bakteri
tumbuh/berkembang pada daging dengan memanfaatkan komponen-komponen (dengan berat
molekul rendah) yang terlarut dalam daging. Konsentrasi komponen tersebut dalam daging dan
penggunaannya oleh jenis mikroba tertentu yang akan menentukan waktu terjadinya (onset) dan
jenis pembusukan (Pelczar dan Chan, 2005).

Selain itu proses pembusukan terjadi akibat adanya aktivitas enzim yang merombak komponen
bahan pangan hingga terbentuk senyawa yang aromanya tidak disukai. Aroma tersebut
merupakan gabungan dari sejumlah senyawa hasil proses pembusukan. Selama proses
pembusukan, enzim akan merombak karbohidrat secara bertahap menjadi alkohol dan akhirnya
membentuk asam butirat dan gas metan. Protein akan dirombak oleh protease hingga terbentuk
ammonia dan hidrogen sulfida; sedangkan lemak akan dirombak menjadi senyawa keton.
Keberadaan senyawa ini secara bersamaan akan menyebabkan terbentuknya aroma busuk. Proses
pembusukan makanan dapat dijelaskan pada persamaan berikut ini (Dwidjoseputro,2005):

ProteaseProtein ———————————–H2S dan amoniakKarbohidrase

Karbohidrat ———————— alkohol

Lipase

Lemak —————————— lemak

Jumlah mikroorganisme pada daging sapi saat baumuncul sebesar adalah 1,2 X 106 s/d 1,0 X 108
cfu/cm2 dan lendirakan muncul saat jumlah mikroorganisme sebesar 3,0 X 106 s/d 3,0 X 108
cfu/cm2. Pada daging unggas, bau akan muncul saat jumlah mikroorganismenya sebesar 2,5 X
106 s/d 1,0 X 108 cfu/cm2 dan muncul lendir saat jumlah mikroorganisme sebesar 1,0 x 107 s/d
6,0 X 107 cfu/cm2.

Lendir yang dihasilkan pada permukaan daging menurut Winarno (1985) disebabkan oleh
berbagai spesies mikroorganisme seperti Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc dextranicum,
Bacillus subtilis dan Lactobacillus plantarum. Pada beberapa bahan pangan pembentukan lendir
dikaitkan dengan pembentukan bahan kapsul oleh mikroorganisme sedang pada beberapa produk
pangan pembentukan lendir juga disebabkan oleh hidrolisa dari zat pati dan protein untuk
menghasilkan bahan yang bersifat lekat yang tidak berbentuk kapsul.

Pencegahan

Daging adalah salah satu dari produk pangan yang mudah rusak disebabkan daging kaya zat
yang mengandung nitrogen, mineral, karbohidrat, dan kadar air yang tinggi serta pH yang
dibutuhkan mikroorganisme perusak dan pembusuk untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan
mikroorganisme ini dapat mengakibatkan perubahan fisik maupun kimiawi yang tidak
diinginkan, sehingga daging tersebut rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi (Komariah dkk.,
2004).

Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas daging bisa dilakukan dengan proses pengawetan dan
peningkatan keempukan dengan penambahan enzim proteolitik. Pengawetan daging akan
memperpanjang masa simpan dan memperbaiki persediaan daging dengan mengurangi
kerusakan dan pembusukan oleh mikroorganisme. Penambahan enzim proteolitik akan
meningkatkan keempukan dan penerimaan daging oleh konsumen. Pengawetan pada prinsipnya
adalah penghambatan kerusakan oleh bakteri dan bisa dilakukan dengan penggunaan senyawa
antimikroba. Tujuan pengawetan tersebut ditentukan oleh waktu penyimpanan komoditi
(Komariah dkk., 2004).

B. subtilis dapat menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng yang juga dapat mengakibatkan
gastroenteritis pada manusia yang mengkonsumsinya. Oleh sebab itu makanan yang disimpan
dalam waktu lama perlu dilakukan pengawetan agar tidak membahayakan konsumen. Untuk
mencegah dan mengendalikan pertumbuhan bakteri pada bahan makanan umumnya digunakan
bahan kimia pengawet berupa zat kimia sintetik. Alternatif lain yang memungkinkan untuk
dikembangkan adalah pemanfaatan senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan. Salah satu
diantaranya adalah pemanfaatan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman Jahe
(Zingiber officinale Roxb.) (Nursal dkk., 2006).

Tanaman jahe termasuk Suku Zingiberaceae, merupakan salah satu tanaman rempah-rempahan
yang telah lama digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Kandungan senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada tanaman jahe terutama golongan flavonoid, fenol, terpenoid, dan
minyak atsiri (Benjelalai, 1984). Senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan Suku
Zingiberaceae umumnya dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen yang
merugikan kehidupan manusia. Ekstrak Lengkuas (Suku Zingiberaceae) dilaporkan dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, diantaranya bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp,Rhizopus sp dan Penicillium sp (Nursal dkk.,
2006).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa senyawa fenol, terpenoid dan
flavonoid merupakan senyawa produk metabolisme sekunder tumbuhan yang aktif menghambar
pertumbuhan bakteri. Ekstrak akar Acanthus ilicifolius dilaporkan dapat menghambat
pertumbuhan koloni bakteri Vibrio parahaemolyticus sp (Nursal, 1997) dan Vibrio sp (Nursal,
1998).Senyawa triterpenoid yang terdapat pada ekstrak daun Premna schimperi dilaporkan dapat
menghambat pertumbuhan koloni bakteri Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis pada
konsentrasi 20-25 μg/ml (Habtemariam dkk. , 1990).

Terjadinya penghambatan terhadap pertumbuhan koloni bakteri pada diduga disebabkan karena
kerusakanyang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Senyawa golongan
terpenoid dapat berikatan dengan protein dan lipid yang terdapatpada membran sel dan bahkan
dapat menimbulkan lisis pada sel. Volk dan Wheeler (1988) mengemukakan bahwa membran sel
yang tersusun atas protein dan lipid sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan
tegangan permukaan. Kerusakan membran sel menyebabkan terganggunya transport nutrisi
(senyawa dan ion) melalui membran sel sehingga sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang
diperlukan bagi pertumbuhannya.

Daging hewan yang sehat sebelum pemotongan pada dasarnya adalah steril atau hanya
mengandung tingkat mikroorganisme yang sangat sedikit, namun setelah pemotongan, jaringan-
jaringan tersebut mulai terkontaminasi oleh mikroba dari lingkungan sekitar. Pengaruh interaksi
antara konsentrasi penambahan jahe dan lama simpan terhadap total mikroba sangat nyata.
Faktor perlakuan penambahan jahe dan lama simpan juga berpengaruh sangat nyata terhadap
total mikroba. Syarat mutu daging sapi untuk jumlah mikroba maksimum adalah 5 x 10 5
kuman/gram (BSN, 1995), sedangkan tingkat maksimum total mikroba yang dapat diterima pada
daging yang menentukan akhir dari masa simpannya, menurut Ockerman (1984), adalah 3,39 x
106 cfu/g. Jumlah mikroba yang didapat pada daging untuk masing-masing konsentrasi
penambahan jahe menunjukkan, bahwa daging sudah tidak memenuhi syarat mutu. Hal ini
diduga disebabkan penanganan yang kurang higienis dan sanitasi yang kurang baik sejak sapi
dipotong sehingga menyebabkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada daging.

Pada daging yang ditambahkan jahe, selain suhu penyimpanan dan pH, pertumbuhan
mikroba tersebut dihambat oleh zat antimikroba yang terkandung dalam jahe.Selain menghambat
pertumbuhan mikroba, zat antimikroba pada jahe juga bersifat membunuh mikroba pada daging
yang terlihat dengan adanya penurunan jumlah mikroba pada 3 hari penyimpanan.Zat
antimikroba yangterkandung dalam jahe adalah zingeron dan gingerol yang merupakan senyawa
turunan metoksi fenol dalam oleoresin jahe (Al-Khayat & Blank, 1985).

Penambahan jahe juga berpengaruh terhadapkeempukan dan total mikroba pada daging.Daging
dengan pH akhir yang rendah sekitar5,1 sampai dengan 6,1, menurut Buckle dkk. (1986),
mempunyai struktur yang terbuka yang memudahkan penetrasi zat-zat tertentu ke dalam daging
seperti pada proses pengasinan daging.Struktur terbuka ini diduga akan memudahkan masuknya
enzim proteolitik dan zat antimikroba jahe ke dalam daging.

Mekanisme lain zat antimikroba adalah penghambatan sintesis di dinding sel,


penghambatan sintesis protein, sintesis asam nukleat dan penghambatan pertumbuhan analog
(Lay & Hastowo, 1992). Berdasarkan hasil pangamatan Jenie dkk. (1992), pada umumnya
bakteri Gram negatif lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba jahe dibandingkan dengan
bakteri Gram positif, hal ini mungkin disebabkan dinding sel bakteri Gram negatif mempunyai
lapisan lemak yang lebih tebal daripada bakteri Gram positif.

Penambahan jahe (Zingiber officinale Roscoe) hingga 8% pada daging sapi akan meningkatkan
daya simpan keempukan daging. Konsentrasi dan waktu penyimpanan terbaik dari hasil yang
didapat adalah konsentrasi penambahan jahe 8% dengan lama penyimpanan 6 hari.

Ekstrak jahe (Zingiber officinale) dapat menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia
coli mulai konsentrasi 6,0%. Bacillus subtilis mulai dapat dihambat pada konsentrasi 2,0%. Hal
ini membuktikan bahwa bakteri Gram negatif lebih tahan terhadap aktivitas antimikroba jahe
dibandingkan dengan bakteri Gram positif, hal ini mungkin disebabkan dinding sel bakteri Gram
negatif mempunyai lapisan lemak yang lebih tebal daripada bakteri Gram positif.

Alcaligenes

Alcaligenes faecalis adalah Gram negative berbentuk batang, motil, non nitrat, oksidase
positif, katalase positif, hemolitik beta, dan sitrat aerobobligat positif yang umum ditemukan
dilingkungan. Itu awalnya bernama untuk penemuan pertama dalam kotoran, tetapi kemudian
ditemukan jauh lebih umum di tempat lain juga. Pertumbuhan optimal terjadi pada suhu sekitar
37° C dengan pigmentasi sementara infeksi oportunistik terjadi. Bakteri umumnya dianggap
nonpatogen ketika infeksi oportunistik tidak terjadi. Biasanya diamati dalam bentuk infeksi
saluran kemih. Bakteri mendegradasi urea menciptakan ammonia yang meningkatkan pH
lingkungan. Meskipun bakteri alcaligenes faecalis dianggap basa toleran, ia mempertahankan pH
netral dalam sitosol untuk mencegah denaturasi merusak atau spesies yang diisi dan
makromolekul.

III. SIFAT PERTUMBUHAN

Alcaligenes merupakan bakteri psikrofil yang dapat bertahan pada kisaran temperatur
rendah, sehingga dapat bertahan dalam mengkontaminasi produk-produk pangan seperti ikan,
susu, daging,telur. Kontaminasi tersebut dapat menyebabkan terjadinya proses pembusukan pada
temperatur dingin, dan juga hmenimbulkan penyakit pada manusia. Cara penanganan dan
pencegahan terbaik dari bakteri ini adalah dengan sanitasi yang baik dan penanganan fisik
berdasar sifat bakteri tersebut, yaitu pemanasan (pasteurisasi/sterilisasi).
Alcaligenes ditemukan diberbagai lokasi termasuk lingkungan tanah dan air dimana satu
spesies alcaligenes denitrificans telah dikenal untuk menghambat pertumbuhan beberapa jenis
ganggang.
Alcaligenes juga dapat ditemukan di saluran pernapasan pasien fibrosis kistik dimana
mereka menyebabkan gejala klinis penyakit paru.

IV. UJI FISIOLOGO

PROSEDUR UJI FISIOLOGI :

Uji Katalase

Isolat bakteri yang telah diperoleh diinokulasikan 1 ose isolat bakteri pada
objek glass, kemudian ditetesi 2-3 tetes H2O2 3% selama kurang lebih 5
menit. Hasil positif jika terbentuk gelembung udara sekitar koloni setelah
penambahan reagen H2O2 3%, yang menandakan bahwa bakteri mempunyai
enzim katalase untuk menguraikan hidrogen peroksida dengan kata lain uji
katalase tersebut positif

Uji Sitrat

Isolat bakteri yang telah diperoleh diinokulasikan ke dalam media miring


SCA (Simmon’s Citrate Agar), dengan menggunakan metode cawan gores
dan tipe goresan sinambung di atas permukaan media miring tersebut. Lalu
inkubasi selama 2x24 jam pada suhu 370C. Diamati perubahan yang terjadi
hasil positif jika terdapat perubahan warna media dari hijau ke biru, yang
menandakan bahwa bakteri tersebut mamapu menngunakan sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon dan energi.

Uji Fermentasi Gula, H2S dan Gas dengan TSIA


Isolat bakteri yang telah diperoleh diinokulasikan ke dalam media miring
TSIA, dengan menggunakan metode cawan gores dan tipe goresan
sinambung di atas permukaan media miring pada bagian Slant, Lalu diambil
lagi isolat bakteri dengan menggunakan ose lurus dan ditusukkan ke dalam
media sampai ¾ bagian media pada bagian buut. Kemudian diinkubasi
selama 2x24 jam pada suhu 370C . Uji glukosa positif jika fenol merah
menjadi kuning pada bagian bawah tabung reaksi (buut), sedangkan pada
bagian atas permukaan miring media (Slant) berwarna merah. Uji laktosa atau
Sukrosa positif jika terjadi perubahan berwarna merah menjadi kuning pada
permukaan miring media dan pada bagian bawah medium juga berwarna
kuning. Indikator terbentuknya H2S dengan adanya warna hitam pada
medium dan terbentuknya gas ditandai dengan pecahnya medium di bagian
ujung bawah tabung reaksi.

HASIL UJI FISOLOGI BAKTERI ALCALIGENES :


Bentuk batang, koloni berwarna putih susu. Pada media NA dan TSA koloni muncul di
atas permukaan. Ciri-ciri fisiologis: Bakteri gram negatif, katalase positif, SIM positif, SCA
negative dan SA negatif.

V. UJIBIOKIMIA :

1. Blood agar plate : koloni kecil ( diameter kurang dari 1 mm ), jernih, tidak
berwarna, smooth atau rough.
2. Mac conkey agar plate : Koloni kecil, jernih,smooth/rough, merah muda, non
lactose fermented.
3. Nutrient agar : tumbuh smooth,tidak berwarna.
4. TSI agar : lereng, merah, dasar : merah
ISOLASI DAN DIAGNOSA
Hari I :
 Specimen ditanam pada Blood agar plate dan mac conkey agar plate
 Masuk incubator 37º C 24 jam.
Hari II :
 Koloni yang tersangka dari Blood agar plate dan Mac conkey agar plate, di subculture pada
Nutrien agar, TSI agar, SIM dan simmon’s agar
 Masuk incubator 37 º C 24 jam.
Hari III :
 Dari subculture ditanam pada media gula, media lain dan dilakukan test – test kimia yang
diperlukan
 Masuk incubator 37 º C 24 jam.
Hari IV :
 Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula dan media lain serta test – test kimia yang
dilakukan
 Dicocokkan dengan sifat – sifatnya untuk menentukan diagnosanya

Catatan :
Untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan specimen juga ditanam didalam enrichment
media BHI broth. Setelah diinkubasikan pada 37 ºC 24 jam kemudian ditanam pada Blood agar
plate dan mac conkey agar plate, untuk selanjutnya dikerjakan seperti tersebut diatas.
VI. HASIL UJI BIOKIMIA
Alcaligenes Alcaligenes Alcaligenes
KARAKTER HT-4c HT-5a HT-5b
KATAKASE + + +
LAKTOSA - - A
UREA - + +
MR + - -
VP - + -
OKSIDASE + + +
REDUKSI
NITRAT + + +
Keterangan: (+): Hasil uji positif A: Asam, (-): Hasil uji negatif G: Gas

Alcaligenes HT-4c, HT-5a, dan HT-5b mampu tumbuh pada pH 7 hingga 11, sehingga
keduanya tergolong dalam kelompok alkalifilik fakultatif. Alcaligenes HT-4c dan HT-5a
memiliki pertumbuhan optimum pada pH 9, sedangkan Alcaligenes HT-5b belum diketahui pH
optimumnya, karena pertumbuhan meningkat seiring dengan meningkatnya pH medium yang
diujikan. Pertumbuhan Alcaligenes HT-5b kemungkinan masih meningkat hingga pH 12,
kemudian terjadi penurunan pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Horikoshi
(1999) bahwa bakteri alkalifilik mampu tumbuh optimum pada pH 10 hingga 12.

DAFTAR PUSTAKA
Gupte S : Mikrobiologi dasar. Edisi ketiga, Binarupa aksara Jakarta, 1990.
Pelzar Michael: Dasar-dasar Mikrobiologi, jilid 2 UI-Press Jakarta 1988.
Jawetz. E , Melnick & Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20 EGC Jakarta
Adams, M. R, Moss, M.O. 2008. Food Microbiology. The Royal Society of Chemistry.
genus Lactococcus Bakteri yang mendekati genus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna
koloni putih susu atau agak krem, bentuk koloni bundar atau bulat besar, sel berbentuk bola yang berukuran
0,5-1,2 x0,5-1,5 µm, berpasangan dan membentuk rantai pendek dalam media cair, endosporatidak terbentuk,
Gram +, tidak motil. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakterig enus ini adalah 30-37¬oC dan dan tumbuh
baik pada 1-3% NaCl. bakteri initergolong bakteri Gram +, fakultatif anaerob, tidak motil, tanpa
kapsul,kemampuan memproduksi katalase dan oksidase negatif, tumbuh pada suhu 100C,optimum pada suhu
300C tapi tidak dapat tumbuh pada suhu 450C, tumbuh baikdengan 0,5% NaCl. Bakteri ini memanfaatkan
senyawa kimia dengan menguraikannya secara fermentasi. Salah satunya adalah memfermentasikan
karbohidrat dengan produk yang dihasilkan sebagian besar adalah L (+) asam laktat tapi tidak dalam bentuk
gas. Untuk pertumbuhannya, bakteri ini memerlukan syarat-syarat giziyang lengkap. Biasanya banyak terdapat
di pabrik pengolahan susu dan produk makanan dari tumbuh-tumbuhan. Pemanfaatan zat kimia dengan
penguraian secara fermentative, salah satunya karbohidrat yaitu memfermentasi dengan memproduksi
sebagian besar L (+) asam laktat tapi tidak dalam bentuk gas. Sifat lainnya adalah katalase negatif dan
oksidase negatif. Bakteri ini tumbuh pada suhu100C, optimum pada suhu 300C tapi tidak dapat tumbuh pada
suhu 450C, dan tumbuhbaik dengan 0,5% NaCl. Bakteri ini biasanya banyak terdapat pada pabrikpengolahan
susu dan produk makanan dari tumbuh-tumbuhan.

genus Carnobacterium Bakteri yang mendekati genus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: warna
koloni putih susu atau agak krem, bentukkoloni bulat, tepian berlekuk, sel lurus, batang ramping, berukuran
0,5-0,7 x1,02,0 µm, berbentuk tunggal atau dalam bentuk pasangan dan kadang-kadang dalam bentuk rantai
yang pendek, Gram + dan dapat bergerak atau motil. Carnobacteria adalah katalase negatif, oksidase positif,
metil red positif, tumbuh optimum pada suhu 300C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%. Bakteri ini Gram +,
dapat atautidak dapat bergerak dan tidak berspora, produksi kimia dengan heterofermentatif, memproduksi
sebagian besar L (+) laktat dari glukosa. Mereka tumbuh pada suhu 10C tapi tidak dapat tumbuh pada suhu
45C dan optimum pada suhu30C. Bakteri ini adalah katalase negatif dan oksidase positif dan tidak
menghasilkan nitrat. Sel terdapat dalam produk daging dan ikan. Salah satu spesiesnya, yaitu C. piscicola,
adalah patogen pada ikan salmon (Zulkifli2001).

Anda mungkin juga menyukai