Komplikasi adalah sebuah perubahan penyakit yang tak di inginkan timbul setelah penyakit
Diabetes Mellitus terbagi menjadi 2 yaitu Komplikasi akut dan Komplikasi kronis. Menirut
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut adalah komplikasi akut pada DM yang penting dan berhubungan
dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka waktu yang pendek.
a. Hipoglikemia, adalah kadar gula darah seseorang di bawah nilai normal (<50 mg/dl).
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM Tipe 1 yang dapat dialami 1-2
kali per minggu, kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
dapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi dan bahkan dapat mengalami
kerusakan.
b. Hiperglikemia, adalah apabila kadar glukosa darah meningkat secara tiba-tiba, dapat
diabetik, Koma Hiper Osmoler Non Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.
Sumber : PERKENI,2015
1) Ketoasidosis diabetik
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
pertumbuhan).
Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan gula darah lebih besar dari 600 mg,
tanpa ketosis yang berarti dan osmolaritas plasma melebihi 350 mosm. Keadaan ini
jarang mengenai anak-anak, usia muda atau diabetes tipe non insulin dependen karena
pada keadaan ini pasien akan jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM tipe 2
dimana kadar insulin darah nya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi tidak
Komplikasi kronis adalah dimana saat orang mengalami DM pada dasarnya terjadi
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif dan stroke.
Nefropati
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Dalam jangka waktu yang
cukup lama, kadar glukosa dalam darah akan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang
berhubungan langsung ke saraf. Akibatnya, saraf tidak dapat mengirimkan pesan secara
efektif. Keluhan yang timbul bervariasi,yaitu nyeri pada kaki dan tangan, gangguan
Manifestasi klinisnya dapat berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses
serabut saraf dengan gejala nyeri, yang sering terserang adalah saraf tungkai atau lengan
(UNPAD, 2009).
Retinopati Diabetes
terjadi pada ultrastruktur, biokimia, dan proses hemostatis. Termasuk ke dalamnya penipisan
lapisan membran kapiler. Beberapa studi menunjukkan bahwa hiperglikemia kronik memiliki
Retinopati diabetes adalah penyakit mata yang sering terjadi pada penderita DM. Retinopati
diabetes tipe I dan sejumlah penderita DM tipe II (Medicastore, 2008). Retinopati diabetes
merupakan penyebab kebutaan yang utama pada kelompok usia kerja di Inggris dan di
mendorong retinopati diabetes sebagai penyebab kebutaan terbesar (Steele, 2008). Retinopati
penderita yang tergolong ke dalam non insulin dependent jauh lebih banyak, yaitu mencapai
sembilan kali lebih banyak, maka jumlah non-insulin dependent yang mengalami retinopati
a. Retinopati Nonproliferatif
Retinopati nonprliferatif merupakan stadium awal dari proses penyakit ini. Selama menderita
DM, keadaan ini menyebabkan dinding pembuluh darah kecil pada mata melemah sehingga
dapat menimbulkan tonjolan kecil (mikroaneurisme). Tonjolan ini sangat mudah pecah dan
mengalirkan cairan dan sejumlah protein ke dalam retina sehingga menimbulkan bercak
berwarna abu-abu atau putih. Endapan lemak protein yang berawarna putih kekuningan juga
terbentuk pada retina. Perubahan ini mungkin tidak mempengaruhi penglihatan kecuali cairan
dan protein dari pembuluh darah yang rusak dapat menyebabkan pembengkakan pada pusat
retina (makula). Keadaan ini disebut edema makula, yang dapat memperparah penglihatan
seseorang. (Perkeni,2015)
b. Retinopati Praproliferatif
Keadaan ini merupakan lanjutan dari retinopati nonproliferatif dan merupakan pencetus
terjadinya retinopati proliferatif yang cukup serius. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa
waktu 1 tahun. Perubahan visual yang terjadi pada stadium ini juga disebabakan oleh edema
makula.
c. Retinopati Proliferatif
baru pada permukaan retina sebagai bentuk kompensasi iskemia yang terjadi pada retina.
Pembuluh darah yang abnormal ini mudah pecah sehingga dapat menyebabkan perdarahan
pada pertengahan bola mata, atau sering disebut dengan istilah perdarahan vitreus, yang dapat
menghalangi penglihatan (Steele, 2008). Konsekuensi lain dari perdarahan vitreus ini adalah
terbentuknya jaringan parut fibrosa yang disebabakan oleh reabsorpsi darah ke dalam korpus
vitreus. Jaringan parut ini dapat menarik retina sehingga terjadi pelepasan retina, atau disebut