Disusun oleh :
NIKEN ARINA PRATIWI NRP. 2414100069
ASISTEN :
Disusun oleh :
NIKEN ARINA PRATIWI NRP. 2414100069
ASISTEN :
i
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
ii
ABSTRAK
iii
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
iv
ABSTRACT
v
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
vi
KATA PENGANTAR
Penulis
vii
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
viii
DAFTAR ISI
x
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
xi
DAFTAR TABEL
xii
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana cara mengukur Tingkat Tekanan Bunyi
(TTB) pada suatu titik menggunakan instrumen
pengukur TTB?
b) Bagaimana cara membuat peta persebaran Tingkat
Tekanan Bunyi (TTB) atau noise mapping di suatu
area?
c) Apakah benar bahwa Tingkat Tekanan Bunyi akan
berkurang sebesar 6 dB apabila jarak ditambah menjadi
dua kali lipat jarak awal?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:
a) Memahami cara mengukur Tingkat Tekanan Bunyi
(TTB) pada suatu titik menggunakan instrumen
pengukur TTB.
b) Memahami cara melakukan noise mapping atau
pembuatan peta persebaran Tingkat Tekanan Bunyi
(TTB) di suatu area.
c) Membuktikan bahwa Tingkat Tekanan Bunyi akan
berkurang sebanyak 6 dB apabila jarak ditambah
menjadi dua kali lipat jarak awal.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
W = dayabunyi (Watt)
d = jarak (meter)
4 𝞹d = luas bola denganjari-jari d (m2)
2
5
jumlah total energy yang mencapai telinga dalam. Sehingga
perlu dilakukan pengukuran semua elemen akustik yang
dapat mengakibatkan kebisingan.
d. Sifat
Sifat ini mengacu pada distribusi energi bunyi terhadap
waktu (stabil, berfluktuasi, intermiten). Berdasarkan sifat ini,
bising yang paling berbahaya adalah bising impulsive, yang
terdiri dari satu atau lebih lonjakan energi dengan durasi
kurang dari satu detik.
e. Transmission Loss
Kebisingan juga dipengaruhi dengan berkurangnya jumlah
decibel energi bunyi datang pada partisi bila melewati suatu
struktur.
6
Bising ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB
dalam waktu yang sangat cepat dan mengejutkan
pendengarannya.Contohnya daalah ledakan bom dan suara
tembakan.
e. Bising impulsive berulang
Bising ini sama dengan bising impulsif, namun terjadi
berulang-ulang.Misalnya adalah mesin tempa.
7
Gambar 2.1 Sumber Bunyi dengan jarak R dan r
Karena,
dan maka
Sehingga
LpR = Lpr – 6 dB
8
2.5. Medan Bunyi
Berikut ini adalah pembagian medan bunyi menurut ISO
12001 :
a. Near Field
Adalah daerah yang dekat dengan sumber dimana
tekanan suara dan kecepatan partikel akustik tidak dalam
satu fasa. Pada daerah ini bidang suara tidak berkurang
sebesar 6 dB setiap kali jarak dari sumber meningkat
(seperti halnya pada far field).
b. Far Field
Adalah Far field dimulai dimana daerah terakhir pada
near field dan meluas sampai tak terbatas. Transisi dari
near field ke far field adalah bertahap di daerah transisi.
c. Free Field
Adalah daerah dimana suara dapat merambat bebas dari
segala bentuk halangan. Daerah ini dapat dicirikan
dengan mudah dimana nilai SPL akan berkurang 6 dB
setiap kelipatan jarak SLM dari sumber bunyi.
Pengukuran bising sangat direkomendasikan pada daerah
ini.
d. Direct Field
Direct field dari sumber suara didefinisikan sebagai
bagian dari bidang suara yang tidak mengalami refleksi
apapun dari setiap permukaan ruang ataupun hambatan.
e. Reverberant field
Bagian dari bidang suara yang dipancarkan oleh sumber
yang telah mengalami setidaknya satu refleksi dari batas
ruang ataupun dari sumber sendiri.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
10
c. Sumber bunyi berupa sinyal generator disiapkan pada
laptop/PC.
d. Sumber bunyi dimainkan dengan mode looping dan
diletakkan pada bagian tengah atau pusat area pengukuran
seperti pada gambar berikut.
1 meter
11
c. Tingkat Tekanan Bunyi diukur pada jarak 75 cm, 150 cm,
300 cm, dan 600 cm sebanyak 3 kali tiap titik dengan Sound
Level Meter.
d. Datayang diperoleh dicatat untuk dilakukan perhitungan
tingkat tekanan bunyi.
12
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
13
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
14
Gambar 4.1. Hasil noise mapping menggunakan software
Surfer
15
Tabel 4.2 Tingkat Tekanan Bunyi fungsi jarak pada frekuensi
250 Hz
Tingkat Tekanan Bunyi (TTB)
Jarak
1 2 3 Rata-rata
75 cm 90.7 dB 91.3 dB 90.6 dB 90.9 dB
150 cm 88.3 dB 89.2 dB 89.4 dB 89.0 dB
300 cm 83.1 dB 83.1 dB 82.8 dB 83.0 dB
600 cm 76.5 dB 76.9 dB 76.7 dB 76.7 dB
16
Tabel 4.5Selisih Tingkat Tekanan Bunyi pada penambagan dua
kali jarak
250 Hz 1000 Hz 4000 Hz
Selisih 1 1.9 dB 5.8 dB 8.7 dB
Selisih 2 6.0 dB 5.4 dB 0.1 dB
Selisih 3 6.3 dB 4.2 dB 0.3 dB
4.2. PEMBAHASAN
1. Noise mapping
Praktikum Akustik P-1 bagian pertama adalah tentang noise
mapping atau pemetaan kebisingan. Praktikum ini bertujuan
untuk memahami cara menggunakan instrumen pengukur Tingkat
Tekanan Bunyi (TTB) dan memahami cara membuat peta
persebaran kebisingan (noise mapping) di suatu area.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur Tingkat Tekanan
Bunyi pada praktikum ini adalah Sound Level Meter (SLM).
Data-data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam
software Surfer yang nantinya akan digunakan untuk membuat
noise mapping.
Pada data yang diperoleh dari hasil percobaan ini, terlihat
persebaran Tingkat Tekanan Bunyi yang tidak merata antara
bagian barat dan timur. Pada gambar terlihat bahwa Tingkat
Tekanan Bunyi (TTB) cenderung lebih tinggi pada daerah bagian
timur. Hal ini dikarenakan sumber bunyi menghadap ke arah
timur sehingga persebaran TTB-nya pun lebih tinggi dibanding
daerah yang dibelakangi oleh sumber bunyi.
17
menjauhi sumber bunyi, Tingkat Tekanan Bunyi akan berkurang
sebesar 6 dB.
Berdasarkan angka-angka pada Tabel 4.3, terdapat beberapa
anomali yang terlihat pada data hasil pengukuran. Dari hasil
pengukuran yang diperoleh, hanya satu data yang menunjukkan
selisih 6 dB yaitu selisih antara jarak 150 cm dan 300 cm dengan
frekuensi bunyi 250 Hz. Sementara, data-data lain yang diperoleh
beberapa hanya mendekati 6 dB sementara lainnya jauh dari
angka 6 dB. Data-data yang diambil pada frekuensi bunyi 4000
Hz tidak menunjukkan perbedaan TTB 6 dB saat jarak
pengukuran ditambah sebesar dua kali lipat. Hal ini dikarenakan
frekuensi 4000 Hz sudah tidak termasuk dalam rentang frekuensi
yang dapat memenuhi teori tersebut. Sementara data-data lain
tidak diperoleh tepat 6 dB dikarenakan beberapa faktor, yaitu
faktor bising dari luar yaitu kendaraan yang lalu lalang dan bunyi
lain pada saat praktikum berlangsung dan ketidaktelitian
praktikan dalam membaca SLM.
18
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
19
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini
antara lain:
a. Pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) dilakukan
menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) dengan
cara menempatkan SLM pada titik dengan jarak
tertentu di mana Tingkat Tekanan Bunyi ingin
diketahui.
b. Pembuatan noise mappingdilakukan dengan
memasukkan data pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi
berupa tabel dan mengolahnya menjadi peta
persebaran Tingkat Tekanan Bunyi menggunakan
software Surfer 9.
c. Tebukti bahwa setiap penambahan jarak dua kali lipat
menjauhi sumber bunyi, Tingkat Tekanan Bunyi
(TTB) berkurang sebesar 6 dB.
5.2. SARAN
Saran-saran yang dapat digunakan untuk melakukan
percobaan ini ke depannya adalah:
a. Pengukuran Tingkat Tekanan Bunyi sebaiknya
dilakukan pada ketinggian yang tetap di setiap titik
pengukuran agar diperoleh hasil yang akurat.
b. Praktikum sebaiknya dilakukan di tempat yang
memiliki background noise seminimal mungkin agar
hasil yang diperoleh lebih akurat.
20
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
21
DAFTAR PUSTAKA
22
“ halaman ini sengaja dikosongkan “
23
LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Di Indonesia, pusat perbelanjaan seperti Mall menjadi
salah satu sumber kebisingan. Di kota Makassar,
perkembangan Mall yang pesat menyebabkan meningkatnya
jumlah pengunjung dan secara otomatis meningkatkan
jumlah kendaraan yang datang ke Mall itu sendiri. Penelitian
ini dilakukan untuk menganalisis kondisi tingkat kebisingan
terhadap nilai baku kebisingan, memetakan persebaran
kebisingan, dan mengetahui persepsi pengunjung terhadap
kebisingan di area Mall Panakkukang Makassar.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Bising adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Instrumen yang paling umum digunakan untuk
mengukur kebisingan yaitu SLM (Sound Level Meter).
Pengukuran dengan system angka penunjuk yang paling
banyak digunakan adalah angka penunjuk ekuivalen
(equivalent index (Leq)). Angka penunjuk ekuivalen adalah
tingkat kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) yang
diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan
tingkat kebisingan tetap yang diukur pada selang waktu yang
sama.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengambil data
Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) di 45 titik yang tersebar di
24
seluruh area Mall Panakkukang dan menyebarkan kuisioner
kepada para pengunjung Mall. Sound Level Meter dipasang
menggunakan tripod setinggi 120 cm dan diletakkan selama
10 menit di titik-titik yang ditentukan untuk merekam TTB
di titik tersebut. Data kemudian dimasukkan ke dalam
komputer untuk diolah lebih lanjut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tingkat Kebisingan di Area Mall Panakkukang
Data yang diperoleh pada tiap titik pengukuran dibuat
grafik untuk mengetahui fluktuasi Tingkat Tekanan Bunyi
selama 10 menit di tempat tersebut. Dari nilai-nilai tersebut
kemudian diperoleh nilai L10(nilai yang mewakili kebisingan
minoritas di lapangan), L90(mewakili kebisingan mayoritas di
suatu area), dan L50(mewakili nilai tengah kebisingan di
suatu area) di tiap-tiap titik. Nilai rata-rata L10 di semua titik
adalah 76,3 dB, L90 sebesar 67,2 dB dan L50 sebesar 71,1 dB.
Berdasarkan nilai L10, L50, dan L90 maka dapat ditentukan
nilai Leq pada semua titik pengamatan.
4.2. Pemetaan Sebaran Tingkat Kebisingan di Area Mall
Panakkukang
Hasil pemetaan sebaran tingkat kebisingan di area Mall
Panakkukang dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
25
Gambar di atas menggambarkan tentang kondisi tingkat
kebisingan di area Mall Panakkukang yang memiliki
perbedaan kerapatan kontur. Semakin rapat garis kontur
maka daerah tersebut memiliki tingkat kebisingan yang
semakin tinggi dan sebaliknya.
5. KESIMPULAN
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan:
a. Nilai kebisingan (Leq) yang didapatkan beberapa titik
yang melebihi baku mutu kebisingan (63 – 81 dB).
b. Berdasarkan grafik noise mapping yang telah dibuat,
area yang memiliki tingkat kebisingan relatif tinggi
yaitu titik-titik pengukuran yang berada di pinggir jalan.
26