Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT SISTEM INTEGUMEN BERDASARKAN SKDI 2012

MORBILI

Tingkat Kemampuan 4a
Definisi Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles. Nama
lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan
penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas
bernafas, batuk, atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat
menimbulkan komplikasi yang fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis.
Epidemiologi Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia 5-9 tahun.
Pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan tingkat insiden
tertinggi ketiga di Asia Tenggara. World Health Organization melaporkan
sebanyak 6300 kasus terkonfirmasi Morbili di Indonesia sepanjang tahun
2013.
Patofisiologi Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring.

Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit


Hari Manifestasi
0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
kemungkinan konjungtiva

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus


1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
2-3 Viremia primer
3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi pertama, dan p
RES regional maupun daerah yang jauh
5-7 Viremia sekunder
7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran nafas
11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Anamnesis 1. Gejala prodromal berupa demam, malaise, gejala respirasi atas (pilek,
batuk), dan konjungtivitis.
2. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan papula
eritem, yang dimulai pada kepala daerah perbatasan dahi rambut, di
belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga
muka, badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga.
3. Masa inkubasi 10-15 hari.
4. Belum mendapat imunisasi campak
Lokasi Dimulai dari dahi dan belakang telinga
lalu menjalar ke leher, badan dan
ekstremitas.
Onset 4-7 hari
Kualitas Lesi terasa gatal
Kuantitas Lesi semakin menyebar ke seluruh
tubuh dimulai dari dahi dan belakang
telinga
Perjalanan Penyakit Penyebaran virus measles, genus virus
morbili, famili paramyxoviridae,
secara langsung atau melalui paparan
droplet di udara  masa inkubasi 8-12
hari 
Prodromal : 2-4 hari
Makulopapuler/erupsi: 4-7 hari
Vesikopustulosa/supurasi
Resolusi : 2 minggu
 Stadium prodormal
berlangsung kirakira 4-5 hari
dengan gejala demam,
malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza.
 Stadium erupsi yang
berlangsung 4-7 hari setelah
stadium prodormal ditandai
dengan timbulnya bercak
koplik dan ruam mulai
muncul dari belakang telinga
menyebar ke wajah, badan,
lengan dan kaki.
 Stadium konvalensi atau
stadium akhir ditandai dengan
erupsi yang mulai
menghilang.
Faktor Memperingan Diobati dengan antipiretik (demam)
Mempertberat Immunodefisiensi, malnutrisi
Gejala Penyerta Demam, malaise,
batuk,pilek,konjungtivitis (3C : Cough,
coryza, conjungtivitis), diare.
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Hasil Pemeriksaan Fisik
Penunjang 1. Demam, konjungtivitis, limfadenopati general.
2. Pada orofaring ditemukan koplik spot sebelum munculnya eksantem.
3. Gejala eksantem berupa lesi makula dan papula eritem, dimulai pada
kepala pada daerah perbatasan dahi rambut, di belakang telinga, dan
menyebar secara sentrifugal dan ke bawah hingga muka, badan,
ekstremitas, dan mencapai kaki
4. Pada hari ketiga, lesi ini perlahan-lahan menghilang dengan urutan
sesuai urutan muncul, dengan warna sisa coklat kekuningan atau
deskuamasi ringan. Eksantem hilang dalam 4-6 hari.
Hasil Penunjang Sederhana
Pada umumnya tidak diperlukan. Pada pemeriksaan sitologi dapat
ditemukan sel datia berinti banyak pada sekret. Pada kasus tertentu,
mungkin diperlukan pemeriksaan serologi IgM anti-Rubella untuk
mengkonfirmasi diagnosis.
Diagnosis banding a. Erupsi obat
b. Eksantem virus yang lain (rubella, eksantem subitum),
c. Scarlet fever
d. Mononukleosis infeksiosa
e. Infeksi Mycoplasma pneumoniae

keterangan:
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam
telah menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari
campak. Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum
ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di
abdomen. Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah
stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa

Penatalaksanaan 1. Terapi suportif diberikan dengan menjaga cairan tubuh dan mengganti
cairan yang hilang dari diare dan emesis.
2. Obat diberikan untuk gejala simptomatis, demam dengan antipiretik.
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, diberikan antibiotik.
3. Suplementasi vitamin A diberikan pada:
a. Bayi usia kurang dari 6 bulan 50.000 IU/hari PO diberi 2 dosis.
b. Usia 6-11 bulan 100.000 IU/hari PO 2 dosis.
c. Usia di atas 1 tahun 200.000 IU/hari PO 2 dosis.
d. Anak dengan tanda defisiensi vitamin A, 2 dosis pertama sesuai usia,
dilanjutkan dosis ketiga sesuai usia yang diberikan 2-4 minggu
kemudian.
IpMx Keadaan Umum
Gejala dan Klinis
Tanda Vital
Konseling dan Edukasi Edukasi keluarga dan pasien bahwa morbili merupakan penyakit yang
menular. Namun demikian, pada sebagian besar pasien infeksi dapat
sembuh sendiri, sehingga pengobatan bersifat suportif. Edukasi pentingnya
memperhatikan cairan yang hilang dari diare/emesis.
Untuk anggota keluarga/kontak yang rentan, dapat diberikan vaksin campak
atau human immunoglobulin untuk pencegahan. Vaksin efektif bila
diberikan dalam 3 hari terpapar dengan penderita. Imunoglobulin dapat
diberikan pada individu dengan gangguan imun, bayi usia 6 bulan -1 tahun,
bayi usia kurang dari 6 bulan yang lahir dari ibu tanpa imunitas campak, dan
wanita hamil.
Prognosis Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan penyakit self-
limiting disease.
Prognosis baik apabila pada
anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi menjadi buruk pada anak
dengan keadaan menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi
(malnutrisi, imunosupresi)
Referensi 1. Panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
primer . 2015
2. Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, 5th Ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. (Djuanda, et al.,
2007)
3. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the
Skin: Clinical Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada.
2000. (James, et al., 2000)
4. 3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman
Pelayanan Medik. 2011. (Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin, 2011)

Anda mungkin juga menyukai