Anda di halaman 1dari 6

Perbedaan SAK dengan SAP

Perbandingan definisi Aktiva, Kewajiban dan Ekuitasmenurut PSAK dan SAP:

SAK SAP
Aktiva sumber daya yang dikuasai sumber daya ekonomi yang
oleh perusahaan sebagai dikuasai dan/atau dimiliki oleh
akibat dari peristiwa masa pemerintah sebagai akibat dari
lalu dan dari mana manfaat peristiwa masa lalu dan dari
ekonomi di masa depan mana manfaat ekonomi dan
diharapkan akan diperoleh atau sosial di masa depan
perusahaan. diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk
sumber daya non-keuangan
yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan
sumber- sumber daya yang
dipelihara karena balasan
sejarah dan budaya.
Kewajiban hutang perusahaan masa kini hutang yang timbul dari
yang timbul dari peristiwa peristiwa masa lalu yang
masa lalu, penyelesaiannya penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan mengakibatkan aliran keluar
arus keluar dari sumber daya sumber daya ekonomi
perusahaan yang pemerintah.
mengandung manfaat
ekonomi.
Ekuitas hak residual atas aktiva dikenal dengan ekuitas dana
perusahaan setelah dikurangi adalah kekayaan bersih
semua kewajiban. hak pemerintah yang merupakan
residualatas aktiva selisih antara aset dan
perusahaan setelah kewajiban pemerintah.
dikurangi semua kewajiban.

Bila dalam PSAK dengan tegas memakai istilah laporan keuangan, maka karena masih
adaptasi, PSAP menggunakan istilah pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan tidak mengacu
secara tegas pada fisik laporan keuangan, melainkan pada proses penyusunannya.
Terdapat perbedaan yang lain antara Standar Akuntansi Pemerintah dan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai berikut:
1. SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa untuk
rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab mencari laba untuk
pemilik/pemegang saham.
2. SAK menggunakan basis akrual sedangkan SAP menggunakan basis kas menuju akrual.
Contohnya :
a) Pengakuan pendapatan, dalam laporan keuangan BLU (Badan Layanan Umum) versi
SAK seluruh pendapatan yang secara akrual telah terjadi pasti akan dilaporkan, namun
dalam laporan keuangan versi SAP hanya pendapatan yang telah diterima kasnya saja
yang akan dilaporkan.
b) Penyusutan aset tetap, SAK mewajibkan dilakukan perhitungan penyusutan akan tetapi
SAP justru tidak menghitung penyusutan tersebut.
3. Perbedaaan antara SAP dan SAK juga terletak pada komponen laporan keuangannya, yang
berbeda dari SAP adalah tidak adanya laporan rugi/laba dalam Pemerintahan dikenal dengan
laporan kinerja keuangan (surplus/defisit). Laporan ini mengukur keberhasilan operasi
entitas selama periode tertentu. Keberhasilan digambarkan dari kemampuan entitas dalam
menciptakan surplus. Surplus terjadi bila total pendapatan lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan dan defisit bila total pendapatan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan.
Informasi dari laporan surplus/defisit sangat penting bagi pengguna laporan keuangan untuk
mengambil keputusan mengenai profitabilitas, nilai investasi dan kelayakan kredit.
4. SAP digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab menyediakan barang dan jasa untuk
rakyat, sementara SAK digunakan oleh entitas yang bertanggung jawab mencari laba untuk
pemilik/pemegang saham. Namun, setidaknya, kita dapat melihat sejauh mana kedua standar
tersebut memenuhi pertanggungjawabannya masing-masing penggunanya.
5. Analisis Komparasi Kerangka Konseptual SAK (Standar Akuntansi Keuangan) dan SAP
(Standar Akuntansi Pemerintah). Dalam SAK, pengertian dan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan perusahaan. Sedangkan,
dalam SAP, prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah.
6. Tujuan SAK dan SAP. SAK bertujuansebagai acuan bagi: Komite penyusun standar
akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya, penyusun laporan keuangan, untuk
menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan,
auditor, dalam memberikan pendapat mengenaiapakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yangberlaku umum, serta para pemakai laporan keuangan, dalam
menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan. SAP bertujuan sebagai acuan bagi: Penyusun standar, penyusun
laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam
standar, pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar, serta para pengguna laporan keuangan.
7. Ruang Lingkup SAK dan SAP. SAK membahas tentang kerangka konseptual: Tujuan
laporan keuangan, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaatin formasi dalam
laporan keuangan, definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk
laporan keuangan, dan konsep modal serta pemeliharaan modal.Kerangka dasar ini
membahas laporan keuangan untuk tujuan umum. Laporan keuangan disusun dan disajikan
sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai.
Beberapa diantara pemakai ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi
tambahan di samping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian banyak
pemakai sangat bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi
keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan
dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.SAP membahas tentang Kerangka
konseptual:Tujuan kerangka konseptual, lingkungan akuntansi pemerintahan, pengguna dan
kebutuhan informasi parapengguna, entitas akuntansi danentitas pelaporan, peranan dan
tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar hukum, asumsi dasar
karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan,
prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi, dan unsur-unsur yang membentuk
laporan keuangan, pengakuan, dan pengukurannya. Kerangka konseptual berlaku bagi
pelaporan keuangan pemerintah pusat dan daerah.
8. Pengguna Laporan Keuangan SAK dan SAP. Pengguna laporan keuangan SAK: Investor,
Karyawan, Pemberi pinjaman, Pemasok dam kreditur usaha lainnya, Pelanggan, Pemerintah
serta Masyarakat. Pengguna Laporan Keuangan SAP: Masyarakat, Para wakil rakyat,
lembaga pemeriksa, dan lembaga pengawas, Pihak yangberperan dalam proses
donasi,investasi, dan pinjaman, serta pemerintah.
9. Tujuan Laporan Keuangan SAK dan SAP. Tujuan Laporan Keuangan SAK: Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Tujuan Laporan Keuangan SAP: Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial maupun
politik.
10. Komponen Laporan Keuangan SAK dan SAP.Komponen Laporan Keuangan SAK:Neraca
Laporan Arus Kas, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas,serta Catatan atas
Laporan Keuangan.Komponen Laporan Keuangan SAP :Neraca Laporan Arus Kas (hanya
disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan: Bendahara
UmumNegara/Daerah), Realisasi APBN/APBD, Catatan atas Laporan Keuangan, serta
Laporan tambahan: Laporan Kinerja Keuangan (Berbasis Akrual), Laporan perubahan
ekuitas.
11. Asumsi Dasar SAK dan SAP. Asumsi dasar SAK: Dasar Aktual dan Kelangsungan
Usaha.Asumsi Dasar SAP: Asumsi Kemandirian Entitas, Asumsi Kesinambungan Entitas,
dan Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary Measurement).

2.3Isu-isu yang Terkait dalam SAP

Pada tahun 2015, seluruh instansi pemerintah baik yang ada di pusat maupun di daerah
harus sudah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual (accrual basis).
“Setelah aturan SAP berbasis akrual ditandatangani maka pemerintah pusat dan daerah harus
sudah menerapkan SAP per 1 Januari 2015,” kata Dirjen Keuangan Daerah, Yuswandi A.
Temenggung, saat menjadi pembicara dalam acara Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Tahun 2013, di Jakarta. Dasar hukum penerapan SAP berbasis akrual adalah PP No.
71/2010 tentang SAP, sebagai amanat dari UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara. UU
No.17/2013 mengamanatkan instansi pemerintah baik dipusat maupun di daerah diminta untuk
menerapkan SAP berbasis akrual. Sedangkan dalam PP No. 71/2010 disebutkan SAP berbasis
akrual dilaksanakan empat tahun setelah tahun 2010, yang artinya dilaksanakan pada 2015.
Penerapan accrual basis di daerah akan cukup kompleks. Bisa dibayangkan, saat ini terdapat 491
daerah provinsi dan kab/kota di seluruh Indonesia. Dengan segala keragaman yang ada, tentu
akan lebih sulit penerapannya dibanding di pusat. Sementara itu, beberapa hal yang harus
disiapkan terkait dengan penerapan SAP berbasis akrual di daerah, yakni ketersediaan Sumber
Daya Manusia (SDM) dan Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) dari Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Ketika SAP berbasis akrual
diterapkan secara penuh maka fungsi akuntansi dari masing-masing PPKD dan SKPD harus
muncul – siapa mengerjakan apa.

Kondisi yang perlu diperhatikan sebelum SAP berbasis akrual diterapkan pada 2015
adalah terkait dengan LKPD 2012 yang diaudit BPK, dimana baru sekitar 16 provinsi dan 115
kab/kota yang mendapatkan opini WTP, dengan sistem akuntansi yang diterapkan saat ini. Tentu
patut diantisipasi, jangan sampai tak satupun LKPD dari 539 daerah provinsi dan kab/kota di
Indonesia tidak memperoleh WTP setelah accrual basis diterapkan. Jelas, ini satu kemunduran
terkait dengan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Tentu kita memahami, setiap daerah
memiliki pemahaman yang sangat beragam terkait dengan sistem yang akan diterapkan.
Penggunaan sistem aplikasi juga harus digalakkan, termasuk di dalamnya ketika terdapat sistem
yang berbeda, bagaimana mengkonsolidasinya, sehingga bisa compatible antara satu sistem
dengan sistem lainnya. Sementara itu, bagi daerah yang terlambat menyampaikan LKPD 2012,
Kementerian Keuangan sudah mengingatkan bagi daerah yang terlambat menyampaikan LKPD
2012 dan LRA semester 1-2013 akan dilakukan penundaan transfer DAU. Ini gambaran kondisi
saat ini yang tentu harus dicermati dan ditangani sehingga penerapan SAP berbasis akrual
ditahun 2015 tidak akan menemui kendala. Terkait dengan kesiapan Kemendagri dalam konteks
penerapan SAP berbasis akrual, saat ini penyusunan pedoman penerapan SAP berbasis akrual
oleh Kemendagri sudah dalam tahap finalisasi, Diharapkan, akhir tahun 2013, pedoman tersebut
sudah bisa diterima pemda. Untuk keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual, komunikasi
Kemendagri dengan Kemenkeu juga terus dilakukan. Demikian pula komunikasi dengan Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) intensif dilakukan agar penerapan SAP berbasis akrual
di daerah bisa tepat waktu. Yang menjadi landasan bagi daerah untuk penerapan SAP berbasis
akrual di tingkat daerah yaitu Peraturan Kepala Daerah tentang kebijakan akuntansi dan sistem
akuntansi pemerintah daerah. Saat ini, Kemendagri terus melakukan upaya-upaya capacity
building baik di internal Kemendagri maupun di Pemda. Kita berharap tahun 2014 dapat
melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual di beberapa daerah. Dengan adanya program
uji coba, kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul dari daerah. Kita juga
mendorong daerah lain untuk melakukan uji coba penerapan SAP berbasis akrual.

Tahun 2015, SAP berbasis akrual di seluruh daerah provinsi dan kab/kota akan diselenggarakan. Dengan
harapan, financial statistic di daerah sudah bisa compatible dengan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(LKPP), yang pada gilirannya Indonesia punya satu kesatuan pengelolaan keuangan negara. Untuk itu,
kesiapan pemda perlu diperketat, kita mencoba memfasilitasi dari aspek elembagaan (SOTK) bahwa
core tatalaksana di dalam penerapan SAP berbasis akrual adalah LO. Pendapatan dan belanja sudah
harus diakui pada waktu terjadinya transaksi, bukan waktu terjadinya arus kas masuk/keluar. Pekerjaaan
ini tidak terlalu sulit, hanya perlu komitmen dari para pemangku kepentingan. Dengan adanya SOTK
SKPD dan PPKD di setiap daerah,m SAP berbasis akrual diharapkan sudah masuk dalam sistem
tatalaksana. Keberadaan SDM baik dalam konteks akuntansi maupun teknologi informasi perlu
ditingkatkan. Demikian pula kompetensi personil perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, para pengambil
keputusan di daerah (kepala daerah) seharusnya sudah sangat aware akan komitmennya untuk
menerapkan fully accrual basis pada tahun 2015. Teknisnya bisa dilakukan oleh staf, tapi staf tentu perlu
keteladanan dari pimpinan (kepala daerah). Sementara itu, terkait dengan kelengkapan teknologi
informasi, pemda bisa melakukan upgrading dari sistem yang telah ada agar kecepatan bisa maksimal.
Ini salah satu agenda Kemendagri untuk mewujudkan penerapan SAP berbasis akrual pada tahun
2015.(Sumber artikel: Keuda-Kemendagri, 2014)

Anda mungkin juga menyukai