Anda di halaman 1dari 6

A.

Anatomi, Histologi, Fisiologi, dan Embriologi Organa Genitalia Maskulina

Anatomi

1. Testis

Testis adalah organ genitalia pria yang pada orang normal jumlahnya ada 2 yang
masing-masing terletak di dalam skrotum kanan dan kiri. Kedua buah testis terbungkus
oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan visceralis dan parietalis, serta tunika
dartos. Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat
digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar
tetap stabil. Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu (1) arteri
spermatika interna (cabang dari aorta), (2) arteri deferensialis (cabang dari arteri
vesikalis inferior), dan (3) arteri kremasterika (cabang dari arteri epigastrika). Pembuluh
vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus pampiniformis. Pleksus
ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel. (Purnomo,
2012)

2. Epididimis
Epididimis adalah organ yang berbentuk seperti sosis, terdiri atas kaput, korpus,
dan kauda epididimis. Korpus epididimis dihubungkan dengan testis melalui duktuli
eferentes. Vaskularisasi epididimis berasal dari arteri testikularis dan arteri deferensialis.
Di sebelah kaudal, epididimis berhubungan dengan vas deferens. (Purnomo, 2012)

3. Vas deferens

Vas deferens adalah organ berbentuk tabung kecil dan panjangnya 30-35 cm,
bermula dari kauda epididimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior.
Duktus deferens dibagi dalam beberapa bagian, yaitu (1) pars tunika vaginalis, (2) pars
skrotalis, (3) pars inguinalis, (4) pars pelvikum, dan (5) pars ampularis. Pars skrotalis ini
merupakan bagian yang dipotong dan diligasi saat vasektomi. Duktus ini terdiri atas otot
polos yang mendapatkan persarafan dari sistem simpatetik sehingga dapat berkontraksi
untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke uretra posterior. (Purnomo, 2012)

4. Vesikula seminalis

Vesikula seminalis terletak di dasar buli-buli dan di sebelah kranial dari kelenjar
prostat. Vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan bagian dari semen.
Cairan ini diantaranya adalah fruktosa, berfungsi dalam memberi nutrisi pada sperma.
Bersama-sama dengan vas deferens, vesikula seminalis bermuara di dalam duktus
ejakulatorius. (Purnomo, 2012)

5. Kelenjar prostat

Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Prostat mendapatkan inervasi otonomik
simpatetik dan parasimpatetik dari pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang
menerima masukan serabut parasimpatetik dari korda spinalis S2-4 dan simpatetik dari
nervus hipogastrikus (T10-L2). Rangsangan parasimpatetik meningkatkan sekresi kelenjar
pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatetik menyebabkan pengeluaran cairan
prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatetik
memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli-buli.
(Purnomo, 2012)

6. Penis
Penis terdiri atas 3 buah korpora berbentuk silindris, yaitu 2 buah korpora
kavernosa yang saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di
sebelah ventralnya. Korpora kavernosa dibungkus oleh tunika albuginea sehingga
merupakan satu kesatuan, sedangkan di sebelah proksimal terpisah menjadi 2 sebagai
krura penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot ischiocavernosus yang kemudian
menempel pada rami ossis ischii. Korpus spongiosum membungkus uretra mulai dari
diafragma urogenitalis hingga muara uretra eksterna. Sebelah proksimal korpus
spongiosum dilapisi oleh otot bulbocavernosus. Korpus spongiosum ini berakhir pada
sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga korpora, yakni 2 buah korpora kavernosa dan
sebuah korpus kavernosum dibungkus oleh fascia Buck dan lebih superficial lagi oleh
fascia Colles atau fascia Dartos yang merupakan lanjutan dari fascia Scarpa. (Purnomo,
2012)

7. Scrotum
Lapisan scrotum dari superficial ke profunda antara lain:
a. Kulit
b. Tunika dartos, terdiri atas muskulus dartos yang akan berkontraksi ketika
suhu dingin sehingga akan menyebabkan testis terangkat ke atas,
mendekati temperatur tubuh sehingga suhunya naik. Sedangkan saat panas
akan relaksasi sehingga menjauhkan testis dari tubuh, sehingga suhu testis
turun.
c. Fascia spermatica eksterna
d. Musculus cremasterica
e. Fascia spermatica interna

8. Funikulus spermaticus

Funikulus spermaticus merupakan penggantung dari testis. Funikulus spermaticus


sinister lebih panjang daripada dexter, oleh karenanya testis sinister lebih turun daripada
testis dexter. Struktur yang terdapat pada funikulus spermaticus yaitu A. Testicularis, A.
Deferentialis, A. Spermatica externa, V. Testicularis, plexus spermaticus, R. Genitalis N.
Genitofemoralis, dan duktus deferens.
B. Proses spermatogenesis

Hipotalamus mangeluarkan FSH/LH


releasing hormon dan akan merangsang
hipofisis anterior untuk melapaskan FSH,
LH, dan inhibin.

LH akan merangsang sel leydig untuk


menghasilkan testosterone sedangkan
FSH dibantu testosterone akan
merangsang sel sertoli untuk
menstimulasi androgen binding protein
(ABP), membantu spermatogenesis, dan
menghasilkan inhibin untuk umpan balik
negatif ke hipotalamus. ABP akan
mengikat androgen dalam lumen tubulus
kontortus seminiferus sehingga konsentrasi testosterone tetap tinggi guna memproduksi
sperma (Sherwood, 2011).

Spermatogenesis

Spermiogenesis

Fase golgi Fase topi Fase akrosom Fase maturasi


C. Faktor yang mempengaruhi kesuburan pria dan wanita

a. Alkohol : dapat menurunkan jumlah sperma


b. Suhu : mempengaruhi keadaan sperma, dingin-meningkat, panas-tidak tepat untuk
spermatogenesis.
c. Kecakupan Gizi : yang baik untuk sperma (ZINC, selenium dan asam folat)
d. Faktor fisik : kelelahan fisik berpengaruh pada kualitas sperma.
e. Faktor lingkungan
f. Olahraga, menurut penelitian America Society of Reproductive Medicine, olahraga 5
kali seminggu paling sedikit 45 menit ditambah dengan pola makan yang sehat, dapat
meningkatkan kesehatan serta menghilangkan stress dan kecemasan.
g. Riwayat penyakit iskemik.

E. Faktor yang menyebabkan terjadinya infertilitas pada pria


Infertilitas Dengan Rendahnya Infertilitas Dengan Virilisasi
Androgenisasi Normal

Hipotalamus-Hipofisis:
panhipohipofissisme defisiensi FSH
defisiensi gonadotropin hiperplasia adrenal kongenital
sindroma cushing penggunaan androgen
hiperprolaktinemia hiperprolaktinemia
hemokromatosis

Testis:
defek perkembangan dan struktural aplasia sel benih
sindroma klinefelter* kriptorkidisme
laki-laki XX varikokel
sindroma silia imotil
defek didapat
Orkitis virus* infeksi mycoplasma
trauma
radiasi radiasi
obat (spinorolakton, alkohol, obat (siklofosfamid)
ketokonasol,
siklofosfamid)
toksin lingkungan toksin lingkungan
autoimunitas autoimunitas
penyakit granulomatosa
disertai penyakit sistemik
penyakit hati penyakit demam
gagal ginjal penyakit seliaka
penyakit sel sabit
penyakit neurologis (distrofi,
paraplegia) penyakit neurologis (paraplegia)
resistensi androgen resistensi androgen

Transpor sperma:
sumbatan epididimis/vas
deferens

* penyebab testikuler yang lazim pada rendahnya androgenisasi dan infertilitas


dewasa, testis kecil
(Isselbacher, 2000)

Anda mungkin juga menyukai