Anda di halaman 1dari 13

2.

4 Konsep Gangguan Jiwa


2.4.1 Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderita pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
fungsi sosial (Depkes RI, 2007).
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan
menimbulkan hendaya pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia
(Keliat, 2011).

2.4.2 Penggolongan dan Klasifikasi Gangguan Jiwa


PPDGJ III tahun 1993, menggolongkan diagnosis gangguan jiwa ke
dalam 100 kategori diagnosis, mulai dari F00 – F98. Beberapa
gangguan jiwa memiliki berbagai tanda dan gejala yang sangat luas
sehingga dilakukan penyusunan urutan blok-blok diagnosis yang
berdasarkan suatu hierarki.

Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ III


yaitu sebagai berikut:

Blok Diagnosa Gangguan Kode Ciri Khas Etiologi


I Gangguan mental organik F00-F09
& simtomatik Organik/fisik
Gangguan mental dan F10-F19 jelas,
perilaku akibat zat primer/sekunder
psikoaktif
II Skizofrenia, gangguan F20-F29 Gejala psikotik Organik tidak
skizotifal dan gangguan jelas
waham
III Gangguan suasana F30-F39 Gejala gangguan
perasaan (mood/afektif) afek
IV Gangguan neurotik, F40-F49 Gejala non Non organik
gangguan somatoform, psikotik
gangguan stres
V Sindrom perilaku yang F50-F59 Gejala disfungsi Non organik
berhubungan dengan fisiologis
gangguan fisiologis dan
faktor fisik
VI Gangguan kepribadian dan F60-F69 Gejala perilaku Non organik
perilaku masa dewasa
VII Retardasi mental F70-F79 Gejala
perkembangan IQ
VIII Gangguan perkembangan F80-F89 Gejala
psikologis perkembangan
khusus
IX Gangguan perilaku dan F90-F98 Gejala
emosional dengan onset perilaku/emosional
masa kanak remaja
X Kondisi lain yang menjadi Z Tidak tergolong
fokus perhatian klinis gangguan jiwa
Tabel 1. Penggolongan Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III

2.4.3 Penyebab Umum Gangguan Jiwa


Menurut Yosep (2007), sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi
oleh faktor-faktor somatogenik,psikogenik dan sosiogenik yang terus
menerus saling mempengaruhi, yaitu:
2.4.3.1 Faktor keturunan
Pada mongolism atau Sindroma Down terdapat trisoma
pada pasangan kromosom no. 21. Sindroma Turner
berhubungan dengan jumlah kromosom seks yang
abnormal.
2.4.3.2 Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak, terlebih yang berat seperti
retardasi mental yang berat.
2.4.3.3 Perkembangan psikologik yang Salah
Ketidakmampuan atau fiksasi yaitu individu gagal
berkembang lebih lanjut ke fase berikutnya. Distorsi yaitu
bila individu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang
tidak sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian
yang normal.
2.4.3.4 Genetika
Individu yang memiliki hubungan sebagai ayah, ibu,
saudara atau anak memiliki kecenderungan 10%, keponakan
atau cucu kejadiannya 2-4%, kembar identik memiliki
kecenderungan 46-48%, kembar dyzigot memiliki
kecenderungan 14-17%.
2.4.3.5 Neurobiologikal
Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri
biologis yang khas terutama pada susunan dan struktur
syaraf pusat, biasanya klien mengalami pembesaran
ventrikel ke-3 sebelah kirinya, lobus frontalis yang lebih
kecil dari rata-rata orang yang normal.
2.4.3.6 Biokimiawi Tubuh
Serotonin terlibat dalam gangguan depresi dan ansietas dan
mungkin juga dalam gangguan makan. Dopamin terlibat
dalam gangguan skizofrenia. Perubahan kadar norepinefrin
dapat menyebabkan gangguan depresif, termasuk gangguan
bipolar. Perubahan kadar asetilkolin berkaitan dengan
penyakit alzheimer.
2.4.3.7 Sebab Biologik
Bentuk tubuh berhubungan dengan gangguan jiwa, orang
yang terlalu peka/sensitif biasanya mempunyai masalah
kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan
mengalami gangguan jiwa.
2.4.3.8 Sebab Psikologik
Mengalami frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya
dikemudian hari.

2.4.4 Proses Perjalanan Penyakit Gangguan Jiwa


Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal
sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase
(Yosep, 2007).
Fase-fase perjalanan penyakit gangguan jiwa tersebut, antara lain:
2.4.4.1 Fase Prodomal
Berlangsung antara 6 bulan – 1 tahun, gangguan dapat
berupa perawatan diri, gangguan pikiran, dan persepsi,
gangguan dalam pekerjaan akademik, serta gangguan fungsi
sosial.
2.4.4.2 Fase Aktif
Berlangsung kurang lebih 1 bulan, gangguan dapat berupa
gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, disorganisasi,
proses berpikir, gangguan bicara, gangguan perilaku disertai
kelainan neurokimiawi.
2.4.4.3 Fase Residual
Klien mengalami 2 gejala, yaitu gangguan afek dan
gangguan peran, serangan biasanya berulang.

2.4.5 Gejala Gangguan Jiwa


Manifestasi penyakit pada manusia pada mulanya diperlihatkan dalam
bentuk gejala atau simtom. Dalam bidang psikiatri simtom
didefinisikan sebagai tanda-tanda yang diperlihatkan oleh penderita
dapat diamati tetapi sering juga tidak dapat diamati sehingga hanya
merupakan keluhan penderita. Sebenarnya simtom yang timbul itu
merupakan pola reaksi dalam usaha melakukan penyesuaian (adaptasi)
terhadap keadaan (stressor) yang sedang dihadapinya (Soewadi,
2002).
2.4.5.1 Gangguan Kognisi
Kognisi adalah suatu proses mental dimana seseorang
menyadari dan mempertahankan hubungan dengan
lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan
luarnya (fungsi mengenal).

Proses kognisi tersebut adalah sebagai berikut:


a. Gangguan sensasi
Yaitu seseorang yang mengalami gangguan kesadaran
akan suatu rangsangan.
Yamg termasuk dalam gangguan sensasi adalah sebagai
berikut:
1) Hiperestesia: terjadi peningkatan abnormal dari
kepekaan dalam proses pengindraan.
2) Anestesia: keadaan yang sama sekali tidak dapat
merasakan sama sekali baik perasaan maupun
pengindraan.
3) Parastesia: keadaan dimana terjadi perubahan pada
perasaan yang normal (biasanya rasa raba),
misalnya kesemutan.
b. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah kesadaran akan suatau
rangsangan yang dimengerti, sensasi yang didapat dari
proses interaksi dan asosiasi macam-macam rangsangan
yang masuk.

Yang termasuk dalam persepsi adalah sebagai berikut:


1) Ilusi: suatu persepsi yang salah/palsu atau
interpretasi yang salah terhadap suatu benda.
2) Halusinasi: seseorang yang mempersepsikan
sesuatu dan kenyataannya sesuatu tersebut tidak ada
atau tidak berwujud.
3) Depersonalisasi: suatu perasaan aneh pada diri
sendiri dan tidak sesuai dengan kenyataan.
4) Derealisasi: perasaan aneh tentang lingkungan yang
tidak sesuai dengan kenyataan.

2.4.5.2 Gangguan Perhatian


Perasaan adalah suatu proses kognitif yaitu pemusatan atau
konsentrasi.
a. Inhibisi: semua rangsangan yang tidak termasuk objek
perhatian harus disingkirkan.
b. Apersepsi: hal-hal yang dikemukakan hnya hal yang
berhubungan erat dengan objek perhatian.
Dibawah ini adalah beberapa bentuk gangguan perhatian,
yaitu:
a. Distrakbiliti adalah perhatian yang mudah dialihkan
oleh rangsangan yang tidak berarti, misalnya suara
nyamuk.
b. Aproseksia adalah suatu keadaan dimana terdapat
ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun
terhadap situasi/keadaan.
c. Hiperproseksia adalah sutu keadaan dimana terjadi
pemusatan/konsentrasi, perhatian yang berlebih
sehingga sangat mempersempit persepsi yang ada.

2.4.5.3 Gangguan Ingatan


Ingatan adalah kesanggupan untuk mencatat, menyimpan
serta memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses
ingatan terdiri atas 3 unsur, yaitu pencatatan (registration),
penyimpanan (preservation) dan pemanggilan data
(recalling).

Beberapa bentuk ingatan adalah sebagai berikut:


a. Amnesia adalah ketidakmampuan mengingat kembali
pengalaman yang ada, dapat bersifat sebagian atau total
retrograd/antergrad.
b. Hipernemsia adalah suatu keadaan pemanggilan
kembali yang berlebihan sehingga seseorang dapat
menggambarkan kejadian-kejadian yang lalu dengan
sangat teliti.
c. Paramnesia (pemalsuan/penyimpangan ingatan) adalah
gangguan dimana terjadi penyimpangan ingatan lama
yang lama dikenal dengan baik.
Beberapa bentuk dari paramnesia adalah sebagai
berikut:
1) Konfabulasi adalah keadaan dimana secara sadar
seseorang mengisi lubang-lubang dalam ingatannya
dengan cerita yang tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Dejavu (ilusi ingatan) adalah suatu perasaan seakan-
akan pernah melihat sesuatu yang sebenarnya belum
pernah melihat.

2.4.5.4 Gangguan Asosiasi


Asosiasi adalah proses mental dimana perasaan, kesan atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau
gambaran ingatan respon/konsep lain, yang sebelumnya
berkaitan dengannya.

Beberapa bentuk gangguan asosiasi adalah sebagai berikut:


a. Retardasi yaitu proses asosiasi yang berlangsung lama.
b. Perserevasi yaitu suatu asosiasi diulang-ulang kembali
secara terus menerus dimana seakan-akan seseorang
tersebut tidak sanggup untuk melepaskan ide yang
diucapkan.
c. Flight of ideas yaitu pikiran yang meloncat-loncat.
d. Inkoherensi atau asosiasi longgar yaitu ide yang muncul
tidak ada hubungannya antara satu dengan yang
lainnya.
e. Blocking yaitu kegagalan untuk mengungkapkan
sesuatu atau tiba-tiba diam saat berbicara dan penderita
tidak dapat menjelaskan kenapa dia berhenti.
f. Aphasia yaitu keadaan kegagalan menggunakan atau
memahami bahasa.

2.4.5.5 Gangguan Pertimbangan


Pikiran adalah proses mental yang membandingkan/menilai
beberapa pilihan dalam suatu kerja atau tindakan dengan
memberikan nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan
dari tindakan tersebut.

2.4.5.6 Gangguan Pikiran


Pikiran adalah meletakan hubungan antara berbagai bagian
dari pengetahuan seseorang. Berpikir adalah proses
mempersatukan ide, menghubungkan ide, membentuk ide-
ide baru dan membentuk pengertian untuk menarik
kesimpulan. Proses pikir ini meliputi proses pertimbangan
pemahaman, ingatan serta penalaran. Proses pikir yang
normal adalah mengandung arus ide, simbol dan asosiasi
terarah tujuan atau koheren.
2.4.5.7 Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk
mengadakan hubungan dengan lingkungan serta dirinya
sendiri melalui pancaindera.

Bentuk-bentuk gangguan kesadaran adalah sebagai berikut:


a. Kesadaran kuantitatif
1) Apatis, mengantuk
2) Samnolen, kesadaran seperti mengantuk, bereaksi
bila dirangsang.
3) Sopor, hanya bereaksi dengan rangsangan yang
sangat kuat, ingatan dan orientasi serta
pertimbangan sudah hilang.
4) Subkoma dan koma.
b. Kesadaran kualitatif
1) Stupor: karena faktor psikogen didapatkan pada
keadaan katatonia, depresi, epilepsi, ketakutan dan
reaksi disosiasi.
2) Twilight state: kehilangan ingatan atas dasar
psikologik yang mana kesadaran terganggua dan
dalam keadaan sangat mengaburkan sehingga tidak
mengenali lingkungan.
3) Fuge: penurunan kesadaran dengan keadaan steres
berat, tetapi masih bisa mempertahankan kebiasaan
dan keterampilan.
4) Confusing/bingung: keadaan dimana didapatkan
kesulitan pengertian mengacu, disorientasi dang
gangguan fungsi asosiasi.
5) Tranco/trans: keadaa kesadaran tanpa reaksi ang
jelas terhadap ligkungan, dimulai secara mendadak
yaitu roman muka tampak seperti bengong,
kehilangan akal atau melamun. Dapat ditimbulkan
oleh hipnotis atau upacara kepercayaan.

2.4.5.8 Gangguan Orientasi


Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal
lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang
terhadap dirinya serta orang lain. Disorientasi atau
gangguan orientasi dapat timbul sebagai gangguan dari
kesadaran waktu, tempat, dan orang.

2.4.5.9 Gangguan Kemauan


Kemauan adalah proses dimana keinginan-keinginan
dipertimbangkan lalu diputuskan untuk dilaksanakan
sampai mencapai tujuan.

Bentuk-bentuk gangguan kemauan adalah sebagai berikut:


a. Abulia yaitu keadaan inaktivitas sebagai akibat
ketidaksanggupan membuat keputusan atau memulai
suatu tingkah laku.
b. Rigiditas/kekakuan yaitu ketidakmampuan memiliki
keleluasaan dalam memutuskan untuk mengubah
tingkah laku.
c. Komplusi yaitu keadaan dimana terasa didorong untuk
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional.

2.4.5.10 Gangguan Afek dan Emosi


Emosi adalah pengalam yang sadar dan memberikan
pengaruh pada aktivitas tubuh dan menghasilkan sensasi
organik. Afek adalah perasaan emosional seseorang yang
menyenangkan atau tidak yang menyertai suatu pikiran
yang berlangsung lama. Emosi merupakan manifestasi afek
yang keluar disertai oleh banyak komponen fisiologik yang
berlangsung singkat.

Bentuk-bentuk gangguan emosi dan afek adalah sebagai


berikut:
a. Euforia: emosi yang menyenangkan atau rasa gembira
yang berlebihan dan tidak sesuai dengan keadaannya.
b. Elasi: euforia yang berlebihan disertai dengan motorik
dan sering tersinggung.
c. Eksaltasi: elasi yang berlebihan yang disertai dengan
waham kebesaran.
d. Inappropiate afek (afek yang tidak sesuai): gejala
gangguan emosi imana perasaan emosi tersebut tidak
sesuai dengan kenyataan lingkungannya.
e. Emosi labil: gejala dimana terdapat ketidakstabilan
yang berlebihan dan bermacam emosional yang mudah
berubah.
f. Apatis: tidak ada sama sekali reaksi emosional dalam
keadaan yang seharusnya menimbulkan emosional.
g. Emosi datar
h. Emosi tumpul.

2.4.5.11 Gangguan Psikomotor


Psikomotor adalah gerakan badan yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa meliputi kondisi perilaku motorik atau aspek
motorik dari suatu perilaku.

Bentuk gangguan psikomotor adalah sebagai berikut:


a. Aktivitas yang meningkat
1) Hiperaktivitas, hiperkinensia: gerakan yang
berlebihan dengan intensitas respon yang
meningkat.
2) Hipertonisitas: peningkatan pegangan otot tubuh.
3) Gaduh gelisah katatonik: motorik yang berlebihan
dan tidak bertujuan serta tidak dipengaruhi oleh
rangsangan.
b. Aktivitas yang menurun
1) Hipoaktivitas, hipokinesia: pergerakan yang
menurun dengan dan respon juga menurun.
2) Stupor Katatonik: kelambanan motorik seluruh
aktivitas.
3) Atonisitas: kontraksi otot yang abnormal baik
menyeluruh maupun sebagian.
4) Paralisa: kehilangan fungsi otot secara keseluruhan
atau sebagian.
c. Aktivitas yang terganggu atau tidak sesuai
1) Ataksia: tidak dapat koordinasi gerakan tungkai dan
sikap berdiri.
2) Apraksia: tidak sanggup memanipulasi benda
dengan cara yang terarah.
3) Atetosis: gerakan yang terus menurus dan dirasakan
nyeri.
4) Khoreiform: gerakan yang terus menerus yang tidak
dikuasai oleh kemauan.
5) Tremor: kotraksi otot yang ringan dan ritmis yang
tidak dikuasai atau disadari.
6) Konvulsi: kejang terus menerus pada tubuh yang
luas dan diikuti oleh hilangnya kesadaran.
d. Aktivitas yang berulang-ulang
1) Katalepsi: mempertahankan secara kaku posisi
badan tertentu.
2) Fleksibilitas serea: bentuk katalepsi tetapi
mempertahankan posisi badan yang dibuat oleh
orang lain.
3) Streotipi: gerakan badan berulang-ulang dan tidak
bertujuan.
4) Manerisme: gerakan streotipi yang berbentuk ritual
dan selalu diulang.
e. Otomatisme perintah tanpa disadari
1) Otomatisme: perubahan otomatis dari aktivitas tanpa
disadari
2) Ekhopraksia: meniru gerakan orang lain yang dilihat
secara berlangsung.
3) Ekholalia: meniru atau mengulang secara langsung
apa yang dikatakan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai