Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH TENTANG K3 BEJANA TEKAN DAN PESWAT UAP

DOSEN :
Lukman Arhami, S.Pd, MT

DISUSUN OLEH :
Annisa Nurul Hidayah
5315120394

Universitas Negeri Jakarta


Fakultas Teknik
2014

1
BAB 1
PENDAHULUAN

Pemanfaatan Ketel Uap demikian luas di Indonesia antara lain di sektor industri, pariwisata dan
pelayanan kesehatan, namun pada pemakaiannya mengandung potensi bahaya ( high risk )
apabila tidak memenuhi standar atau syarat-syarat safety yang berlaku.

Dengan tekanan dan temperatur uap yang demikian tinggi didalam Ketel Uap, maka berarti pada
setiap pengoperasian Ketel Uap terdapat potensi bahaya yang apabila Ketel Uap tersebut pecah
akan dapat mengakibatkan kerusakan bangunan perusahaan dan korban jiwa.

Peristiwa meledaknya suatu Ketel Uap telah terjadi beberapa kali di Indonesia, antara lain Ketel
Uap bertekanan kerja 3 Kg/Cm2 pada salah satu pabrik tahu di wilayah Binjai - Sumatera Utara
yang mengakibatkan seorang tewas ditempat dan beberapa orang lainnya luka-luka serta
bangunan pabrik runtuh, Ketel Uap bertekanan kerja 3 Kg/Cm2 pada salah satu Pabrik Mihuen
di Deli Serdang - Sumatera Utara yang mengakibatkan seorang pekerja luka-luka, beberapa
rumah penduduk sekitarnya rusak serta bangunan pabrik runtuh. Kedua unit Ketel Uap tersebut
diatas dioperasikan dengan tanpa memiliki Akte Izin dari Pemerintah, pekerja yang
mengoperasikannya belum terlatih terbukti belum memiliki Sertifkat operator Pesawat Uap dari
Pemerintah, yang berarti pemakaiannya tidak mematuhi Peraturan Perundang-undangan di
bidang K3 yang berlaku.
Ketel atau pesawat uap dan bejana tekan merupakan peralatan yang mempunya resiko sangat
tinggi, apabila tidak dilakukan pemeliharaan dan pemeriksaan secara teratur sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Pemerintah telah menetapkan syarat-syarat keselamatan kerja terhadap pengunaan ketel uap dan
pesawat uap serta bejana tekan. Oleh sebab itu perusahaan harus mentaati peraturan/persyaratan
yang sudah ditetapkan dan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dalam penggunaan
ketel uap dan bejana tekan tersebut.
Dengan ditetapkan dan dilaksanakannya peraturan K3 dalam perusahaan diharapkan dapat
mengurangi resiko kecelakaan yang akan terjadi.

2
BAB 2
PENGAWASAN K3 PESAWAT UAP DAN BEJANA TEKAN

2.1 PENGERTIAN DAN KOMPONEN


2.1.1 Pengertian Ketel Uap
Menurut Stoom Ordonantie ( Undang-undang Uap 1930 ) pasal 1 ayat (2) dinyatakan
bahwa :
“ Ketel Uap ialah suatu Pesawat dibuat guna menghasilkan uap atau stoom yang dipergunakan
diluar pesawatnya “. Pada prinsipnya, semua Ketel Uap didalamnya terdapat air yang
dipanaskan oleh pelat dan atau pipa Ketel Uap dimana pelat dan atau pipa tersebut dipanaskan
oleh gas panas hasil pembakaran bahan bakar sehingga air tersebut mendidih dan berubah
menjadi uap ( steam ) yang tekanannya melebihi tekanan udara atmosfer.

2.1.2 Komponen Utama Ketel Uap dan Bejana Tekan


 Dapur pembakar (furnance)  Pemanas Lanjut (Super Heater)
 Steam drum  Pipa air (Header)
 Water drum  Air heater

2.2 SUMBER BAHAYA DAN AKIBAT YANG DAPAT DITIMBULKAN OLEH


BEJANA

Sumber-sumber bahaya dan akibatnya yang dapat ditimbulkan antara lain :


 Mamometer tidak berfungsi dengan baik akan mengakibatkan ledakan.
 Safety valve tidak berfungsi mengakibatkan tertahannya tekana yang berlebihan.
 Gelas duga tidak berfungsi mengakibatkan jumlah air tidak terkontrol.
 Air pengisi ketel tidak berfungsi mengakibatkan terjadinya pembengkaan bejana
karena tidak adanya transfer panas.
 Boiler tidak dilakukan blow down dapat menimbulkan scall
 Terjadi pemanasan lebih Karena kekelebihan produksi uap.
 Tidak berfungsinga pompa air pengisi ketel.

3
 Karena perubahan tidak sempurna.
 Karena boilernya sudah tua sehingga sudah tidak memenuhi syarat.
 Tidak teraturnya tekanan inspeksi sesuai peraturan yang berlaku.

Sumber Bahaya dan Akibat yang Dapat Ditimbulkan oleh Bejana Tekan antara lain
sebagai berikut :
 Kebakaran. Gas yang mudah terbakar yang dikemas dalam bejana tekan, bila tercampur
dengan udara serta sumber panas dapat menimbulkan kebakaran atau ledakan.
 Keracunan dan iritasi. Beberapa jenis gas tertentu mempunyai sifat-sifat beracun yang
sangat membahayakan bagi makluk hidup karena dapat meracuni darah dalam tubuh melalui
sistem pernapasan maupun jaringan tubuh lainya.
 Pernapasan tercekik (Aspisia). Sejumlah gas tertentu yang tampaknya tidak berbahaya
karena tidak beracun dan tidak dapat terbakar. tetapi dapat mengakibatkan kematian apabila gas
tersebut telah memenuhi ruangan tertutup sehingga oksigen dalam ruangan tersebut tidak cukup
lagi memenuhi kebutuhan pernapasan.
 Peledakan. Semua jenis gas betekanan yang tersimpan di dalam botol baja maupun tangki
gas mempunyai bahaya meledak karena ketidakmampuan kemasan dalam menahan tekanan gas
yang ada didalamnya.
 Terkena cairan sangat dingin (Crygenic). Apabila terkena cairan yang sangat dingin,
maka cairan tersebur seketika akan menyerap panas tubuh yang terkena sehingga mengakibatkan
luka seperti terkena luka bakar dan merusak jaringan tubuh, dan luka yang parah dapat
menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan segera.

2.3 BOTOL BAJA ATAU TABUNG GAS

2.3.1 Identitas dengan pewarnaan


 Kelompok gas penyebab tercekik berwarna Abu-abu
 Kelompok gas mudah terbakar atau meledak berwarna Merah kecuali LPG dicat
warna biru
 Kelompok gas beracun berwarna Kuning Tua

4
 Kelompok gas yang dapat menyengat berwarna Kuning Muda
 Kelompok gas untuk keperluan kesehatan berwarna Putih
 Kelompok gas campuran diberiwarna sesuai dengan jenis campuran
 Zat asam dan gas-gas lain yang termasuk kelompok gas pengoksidasian berwarna
Biru Muda

2.3.2 Identitas dengan huruf


Pada bagin botol baja diberi tulisan nama gas yang diisikan, dibuat huruf balok warna
hitam

2.3.3 Identitas dengan label


Ukuran dan tulisan label disesuaikan dengan jenis, sifat, dan potensi bahaya serta
kapasitas botol baja.

2.3.4 Identitas dengan plat nama atau tanda slagletter


Slagletter harus memberikan keterangan tentang:
 Nama pemilk
 Mana penbuat, nomor seri pembatan dan tahun pembeatan
 Nama gas yang diisikan bukan symbol kimia
 Berat botol baja tanta gas dan valve
 Tekanan isis yang diijinkan
 Berat maksimum gas yang diisikan jenis gas cair
 Kapasitas tampung air
 Tanda bahan pengisi bila jenis gas yang diisikan asetylene
 Bulan dan tahun pada waktu uji tekan yang pertama

2.4 INSTALASI PIPA


Instalansi pipa diberi warna yang berbeda menurut jenis fluida/gas yang mengalir
di dalamnya. Instalansi pipa juga diberi identitas dengan tanda-tanda sebagai berikut:

5
 Nama fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis lengkap, bila memungkinkan
ditulis pada rumus kimianya
 Besarnya tekanan pada fluida/gas yang mengalir di dalam pipa ditulis dengan angka
dan satuan tekanan
 Arah aliran fluida/gas di dalam pipa ditulis dengan tanda panah dengan warna yang
menyolok

2.5 DASAR HUKUM

Berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, bahwa penggunaan mesin uap di bidang
industri dan jasa, dapat mengakibatkan kerugiaan baik harta dan jiwa akibat kecelakaan atau
peledakan mesin uap yang salah satunya adalah dikarenakan kurang pahamnya operator akan
cara pemakaian mesin uap, pengamanan, dan perlengkapan yang kurang baik. Untuk itu kepada
operator mesin uap yang mengoperasikan perlu diberikan pelatihan yang memadai untuk
mengatur tentang kualifikasi dan syarat-syarat operator mesin uap.
o UU Uap tahun 1930
o Peraturan Uap tahun 1930
o UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
o Permen No. 01/Men/1982 tentang Bejana Tekan
o Permen No. 02/Men/1982 tentang Klasifikasi Juru Las
o Permen No. 01/Men/1988 tentang Klasifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap

2.6 RUANG LINGKUP

2.6.1 Pertimbangan-pertimbangan Desain


 Gambar konstruksi harus memenuhi syarat mempunyai skala yang cukup dan dapat
dibaca dengan jelas
 Data ukuran-ukuran pesawat serta bagian-bagiannya harus dituliskan secara jelas
 Gambar bagian (detail) konstruksi penyambungan antara satu bagian ke bagian lain
harus dicantumkan, sehingga bentuk sambungan dapat diketahui secara jelas

6
 Pelaksanaan pembuatan pesawat uap harus memenuhi prosedur sesuai dengan standar
yang jelas
 Pelaksanaan pengujian pesawat uap harus memenuhi prosedur yang berlaku

Penempatan ketel uap


 Ruang ketel uap adalah bukan suatu tempat khusus dimana di dalamnya tidak
pasti untuk bekerja
 Ketel uap harus ditempatkan dalam suatu ruangan atau bangunan tersendiri yang
terpisah dari ruangan kerja bagian lainnya

2.6.2 Penggolongan Bejana & pesawat Uap

Perbedaan antara ketel uap dan bejana uap adalah pada fungsi dan operasinya. Ketel uap adalah
sebagai penghasil uap sedangkan bejana uap adalah sebagai penerima uap dalam kelangsungan
suatu proses yang menggunakan instalansi uap.

2.6.3 Pemasangan & Pengoperasian Pesawat uap


Agar pemeliharaan ketel uap dapat terlaksana dengan baik, maka perlu diadakan
pendidikan dan latihan terhadap operator ketel uap, juru las untuk pesawat uap, yaitu :
• Pendidikan operator ketel uap
• Pendidikan dan latihan juru las Pemeriksaan dan Pengujian
Pedoman Pelaksanaan dan Pengujian serta Penerbitan Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan:
1. Pemeriksaan dan pengujian dilakukan oleh ahli K3 spesialis pesawat uap dan bejana tekan
2. Persyaratan keselamatan kerja harus dipatuhi bagi suatu bejana tekan dan ketentuan teknis
pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dan pengujian serta penertiban pengesahan
pemakaian bejana tekan, harus mentaati undang-undang dan pertauran yang berlaku.
Tujuan dan Manfaat
Pelatihan Ahli K3 Boiler bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam
tehnik pengoperasian pesawat uap secara aman, benar dan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dibidang Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3) yang berlaku.

7
2.7 PEMERIKSAAN DAN PENHUJIAN

Penujian uap dari ketel uap sangat penting karena Tugas setiap ketel uap untuk memberikan
jumlah yang benar uap berkualitas tinggi: aman, efisien, dan pada tekanan yang benar.
Oleh karena itu uap yang dihasilkan harus benar-benar sempurna dan aman.
Uap yang dihasilkan oleh panas dari pembakaran bahan bakar dalam tungku, atau dengan limbah
panas dari proses. Panas ditransfer ke air di shell boiler, yang kemudian menguap untuk
menghasilkan uap di bawah tekanan.
Sebuah wilayah tertentu permukaan air diperlukan dalam boiler yang untuk melepaskan uap.
Sebuah ketinggian tertentu juga harus diperbolehkan di atas level kerja normal, untuk
memungkinkan tingkat air naik dengan meningkatnya beban, tapi masih memungkinkan luas
yang cukup untuk melepaskan uap tanpa akumulasi air terjadi.

Dalam boiler shell horisontal, tingkat air meningkat dengan meningkatnya beban (karena adanya
lebih banyak uap yang berada di bawah permukaan air di boiler). Seperti tidak demikian, luas
permukaan air (area pelepasan uap) akan berkurang karena, sebagai tingkat air di atas garis
tengah boiler, sisi shell mengandung menyatu.

Boilermaker akan telah merancang boiler untuk memastikan bahwa daerah tingkat air normal
(NWL) adalah sedemikian rupa sehingga uap akan dirilis pada kecepatan dapat diterima.
Desainnya juga akan memungkinkan ketinggian minimum tertentu uap off-take di atas NWL
tersebut.

Jelas, karena uap yang dihasilkan, air di boiler menguap, dan boiler harus menerima pasokan air
untuk mempertahankan tingkat. Karena faktor-faktor yang diuraikan di atas, air harus
dipertahankan pada tingkat yang benar.

Keselamatan juga sangat penting. Jika boiler beroperasi kurang air, kerusakan parah bisa terjadi
dan ada akhirnya risiko ledakan.

Untuk alasan ini, kontrol yang diperlukan yang akan:

8
 Memantau dan mengontrol tingkat air.
 Mendeteksi jika titik ketinggian air rendah tercapai, dan mengambil tindakan yang tepat.
Tindakan ini mungkin termasuk:
Membunyikan alarm, mematikan pasokan air umpan dan mematikan kompor (s). Hal ini juga
penting untuk memberikan indikasi eksternal permukaan air.

2.8 PENERAPAN K3 BIDANG BEJANA TEKAN DAN PESAWAT UAP

2.8.1 Dalam hal pengadaan

Bagi Pengusaha yang akan membeli Ketel Uap yang akan dipakai di perusahaannya, pilihlah
Ketel Uap yang pembuatannya memenuhi prosedur yang berlaku. Sebagai contoh, misalkan
akan membeli Ketel Uap pipa api ( Fire Tube Boiler ) baru buatan dalam negeri, maka sangat
perlu diperhatikan, apakah Boiler tersebut memiliki dokumen meliputi ; 1) Gambar konstruksi,
2) Gambar detail sambungan, 3) Sertifikat bahan, 4) Perhitungan kekuatan konstruksi, 5) Surat
keterangan hasil Radiography Test dan atau Ultrasonic Test sambungan las dan 6) Laporan
pengawasan pembuatan pesawat uap yang ditandatangani engineer perusahaan pembuat boiler
yang bersangkutan dan Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap.

2.8.2 Dalam hal pengoperasian

a. Pemakai jangan mulai memakainya sebelum dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama
oleh Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( AK3) spesialis Pesawat Uap dari Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) yang memiliki Surat Keputusan Penunjukan (SKP)
dari Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans R.I atau Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap yang kemudian dinyatakan telah memenuhi syarat K3
olehnya yang dibuktikan dengan diterbitkannya Akte Izin Ketel Uap tersebut dari Dinas Tenaga
Kerja / Instansi yang berwenang di daerah yang bersangkutan. Menurut peraturan yang berlaku,
khusus untuk Ketel Uap yang direntalkan, Akte Izinnya diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans R.I.

9
b. Air umpan Ketel Uap ( Feed Water Boiler ) yang digunakan harus selalu memenuhi
standar dengan melalui proses water treatment. Untuk mengetahui kepastian memenuhi standar
atau tidaknya air umpan tersebut maka pemakai perlu mengujikannya ke Laboratotium penguji
air yang dinilai mampu dan hasil ujinya akurat. Selanjutnya hasil uji air umpan bandingkan
dengan standar yang berlaku antara lain mengenai ; pH, kesadahan total, oksigen dan lain-lain
dari feed water boiler yang akan digunakan.

c. Pekerja yang mengoperasikannya harus yang sudah terlatih dan berpengalaman yang
dibuktikan dengan Sertifikat operator Ketel Uap yang diterbitkan oleh Dirjen Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans R.I. Untuk Ketel Uap berkapasitas 10 Ton/jam
atau lebih, pekerja yang mengoperasikannya harus bersertifikat operator Pesawat Uap kelas I,
sedangkan untuk Boiler berkapasitas kurang dari 10 Ton/jam , pekerja yang mengoperasikannya
harus bersertifkikat operator Pesawat Uap kelas II.

d. Ketel Uap yang sedang operasi tidak boleh ditinggalkan oleh operator yang bertugas
melayaninya. Artinya Ketel Uap yang sedang beroperasi harus selalu ada operator Pesawat Uap
yang melayani di ruang Ketel Uap yang bersangkutan.

e. Setelah beroperasi beberapa lama, maka pemakai wajib memeriksakan Ketel Uapnya secara
berkala kepada AK3 spesialis Pesawat Uap dari PJK3 yang memiliki SKP dari Dirjen Pembinaan
Pengawasan Kemenakertrans R.I atau kepada Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat
Uap. Untuk Ketel uap yang dipakai di kapal laut perusahaan pelayaran pemeriksaan berkalanya
minimal sekal tiap tahun, untuk Ketel Uap yang dipakai di darat pemeriksaan berkalanya
minimal sekali tiap 2 tahun, untuk Ketel Lokomotif pemeriksaan berkalanya minimal sekali tiap
3 tahun.

f. Untuk melakukan perbaikan, penggantian atau perobahan kostruksi dan atau perlengkapan
Ketel Uap, pemakai wajib melaporkan terlebih dahulu ke Dinas Tenaga Kerja setempat,
sehingga pemeriksaan khusus dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dan pemakai

10
memperoleh petunjuk-petunjuk antara lain teknik pengerjaannya, standar bahan, pengelasan dan
sebagainya yang harus dipenuhi.

g. Agar kerak ketel ( scale ) yang terjadi di dalam Ketel Uap tidak semakin tebal dan keras
yang dapat mengakibatkan over heating ( pemanasan lebih ), maka sebaiknya Ketel Uap secara
teratur dilakukan cleaning dengan cara manual, mekanis maupun chemis oleh orang yang
ahlinya. Jika di dalam Ketel Uap bebas scale maka akan berdampak positip terhadap efisienci
dan life time Ketel Uap yang bersangkutan.

11
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari semua materi,untuk menjaga keselamat dalam
oprasional ketel uap, perlu diadakan perawatan yang semestinya dan di adakan pengujian
pengujian yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa ketel uap yang akan digunakan
bisa berjalan dengan normal dan aman.
Dan semua ketel uap sebelum dipakai atau dikeluarkan dari meker, wajib memiliki
sertifikat yang telah di tentukan. dari dilaksanakanya pengujian tekan dari ketel uap adalah
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam tehnik pengoperasian pesawat
uap secara aman, benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang Kesehatan
Keselamatan Kerja ( K3) yang berlaku.
Dan tujuan agar Semua persyaratan yang sudah ditetapkan dalam undang-undang dan
peraturan harus ditaati, mulai dari tahapan perencanaan, pengoperasian dan
pengujian/pemeriksaan.

3.2 SARAN

Saran yang bisa penulis sampaikan bahwa pesawat ketel uap adalah pesawat bantu yang
cukup berbahaya bila tidak hati-hati dalam pengoprasiannya. Oleh karena itu penulis berpesan
sebelum menggunakan ketel uap, mesti dilihat terlebih dahulu manual book, dan sertifikat yang
ada dalam ketel uap tersebut, dan dalam penggunaan mesti berhati-hati dan harus sesuai prosebur
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

12
http://diklatwasnaker73.blogspot.com/2013/04/pemakaian-ketel-uap-secara-aman.html
http://infotrainingcigma.wordpress.com/tag/pesawat-uap-bejana-tekan/
http://jamaengineering.wordpress.com/2013/04/24/pressure-vessel/
http://stip52.blogspot.com/2013_06_01_archive.html
http://dodiiee.blogspot.com/2013/03/penerapan-k3-bidang-pesawat-uap-bejana.html
http://akbarmachfud.blogspot.com/2013/09/k3-dibidang-las-dan-bejana-ledak.html

13

Anda mungkin juga menyukai