merupakan hal yang sangat esensial guna penentuan arah landas pacu. • Rekomendasi ICAO, arah landas pacu sedapat mungkin harus searah dengan arah angin yang dominan.(pesawat udara dapat mendarat dan lepas landas paling sedikit 95% dari seluruh komponen angin yang bertiup crosswind • Angin yang bertiup tegak lurus dengan bergeraknya pesawat udara. • (crosswind) yang diijinkan 10 knot (19 km/jam) untuk bandar udara dengan panjang landas pacu kurang dari 1200 m, panjang landas pacu kurang dari 1200 m, 13 knot (24 km/jam) untuk bandara dengan panjang landas pacu 1200 –1500 m, 20 knot (37 km/jam) untuk bandara dengan panjang landas pacu lebih dari atau sama dengan 1500 m Prosedur pengolahan data analisis windrose • Melakukan evaluasi terhadap kualitas data dan berkonsultasi dengan institusi sumber data (di Indonesia dilakukan oleh BMKGBadanMeteorologi Klimatologi dan Geofisika) dalam hal tata cara pencatatan atau pendataannya, untuk mengetahui perilaku dan karakteristik data yang akan diolah. • Melakukan pemilihan data yang akan dipakai untuk data terpakai • Membagi masing-masing data ke dalam beberapa kecepatan sehingga menjadi enam kelompok sesuai ketentuan ICAO, yaitu: Kecepatan kurang dari 4 knot Kecepatan antara 4 hingga 10 knot Kecepatan antara 10 hingga 13 knot Kecepatan antara 13 hingga 20 knot Kecepatan antara 20 hingga 40 knot, dan Kecepatan lebih dari 40 knot. • Langkah selanjutnya setelah pembagian data dalam kelompok kecepatan angin tersebut adalah sebagai berikut: Membagi masing-masing data dalam setiap kelompok ke dalam arah angin per 10 derajat untuk mengelompokkan data terhadap arah angin. Membuat matrikarah angin terhadap kecepatan angin, sehingga didapatkan sejumlah data untuk masing-masing arah Membuat matrikarah angin terhadap kecepatan angin, sehingga didapatkan sejumlah data untuk masing-masing arah dan kelompok kecepatan tertentu. Membuat windrosetype-1, terkait dengan prosentasejumlah data terhadap arah angin yang dominan Membuat windrosetype-2, terkait dengan prosentasejumlah data terhadap arah dan kecepatan angin sesuai matrik. Tinjauan U – S (0-180 Total = 0,89 + ( 2,1 + 0,5) + (1,5 + 2,8) + (1 + 1,5 + 2,5) + (1,7 + 0,5 + 0,2) + (1,7 + 1,7 + 1,8) + (2,5 + 3 + 1,8) + (2 + 2,7 + 5,51) + (2,8 + 9) + (0.5 + 3) + (2 + 0,2) + (1,2 + 0,2 + 4) + (2 + 3 + 1) + (2,9 + 1 + 1) + (2,9 + 0,5 +0,9) + (1,5 +2,9 + 3,2) + (0,2 + 0,1) = 83.90 Hasil perhitungan analisa angin • Orientasi runway (R/W) selalu berorientasi terhadap arah angin (prevailing wind). Dimana pada saat pesawat take-off dan landing harus bebas dari komponen angin yang arahnya tegak lurus arah pesawat seminimal mungkin (cross wind kecil). Pada desain ini, arah angin dominan adalah dari arah Timur – Barat, maka Runway mengarah ke arah Timur – Barat (sesuai dengan arah angin dominan). Posisi arah runway yaitu : • Timur pada 900 - Barat pada 2700 Maka akan didesain runway satu arah dengan penomoran pada landasan (runway designator) yang mengarah dari Timur ke Barat adalah dengan angka 9.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dan perancangan bandar udara adalah penentuan arah landas pacu yang memungkinkan di lokasi rencana pembangunan berdasarkan hasil analisis arah dan kecepatan angin.docx