Anda di halaman 1dari 16

Jenis Profesi dalam Bidang Pendidikan dan Spesifikasi Kompetensi Bidang

Pendidikan 1. Tenaga Pendidik Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan


yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas
khusus sebagai profesi pendidik. Tenaga pendidik kita biasa menyebutnya
pengajar. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu
guru, dosen, tutor, konselor, dan ustadz. Dibawah ini akan akan dijelaskan
lebih rinci berbagai macam tenaga pendidik, tapi sebelumnya kita harus
mengetahui arti kompetensi yang harus dimiliki seorang tenaga pendidik.
Kompetensi adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki
seseorang. Menurut Finch & Crunkilton mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Depdiknas merumuskan definisi
kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi kompetensi adalah
karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif
dan unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Macam-macam
tenaga pendidik: 1.1. Guru Guru merupakan sebutan bagi jabatan posisi dan
profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan
melalui interaksi edukatif secara terpola, formal dan sistematis. Menurut
Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi. 1. Kompetensi Pedagogik Dalam Undang-undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik
adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas
(2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan
pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan
program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau
mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. 2.
Kompetensi kepribadian Kompetensi atau kemampuan kepribadian adalah
kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan dan
berakhlak mulia. Guru adalah contoh bagi murid-murid. Apabila guru ingin
mencontohkan prilaku yang teladan dan disiplin, semua itu harus dimulai dari
seorang guru. Guru sebagai teladan akan mengubah perilaku siswa. Seorang
guru adalah panutan bagi siswanya. Seorang guru yang baik memahami
bahwa ia akan mendidik dan merubah dirinya sendiri dahulu sebelum
mendidik orang lain. Kepribadian yang dimiliki pendidik akan menentukan
suksesnya pendidikan bagi muridnya. 3. Kompetensi profesional Kompetensi
profesional adalah suatu kemampuan penguasaan materi pelajaran luas dan
mendalam, serta pemahaman terhadap metode dan teknik mengajar yang
sesuai yang di pahami oleh murid. 4. Kompetensi sosial Menurut Undang-
undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
1.2.Dosen Dosen merupakan tenaga pendidik dalam jenjang pendidikan
tinggi. Dosen menjadi tenaga pendidik di perguruan tinggi seperti universitas,
institut dan perguruan tinggi lainnya. 1.3.Tutor Tutor adalah guru yang
bertugas pada pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan, dan
pendidikan keaksaraan. 1.4.Ustadz Ustadz adalah tenaga pendidik biasanya
dilembaga formal maupun non formal. Dilembaga formal ustadz yakni
mengajar materi keagamaan yakni di madrasah atau sekolah yang berbau
keagamaan. Sedangkan kalau dilembaga non formal ustadz biasanya
mengajar di masjid atau mushola-mushola. 1.5.Konselor Konselor bertugas
dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik di satuan pendidikan. UU dan PP tentang profesi
pendidikan di antaranya sebagai berikut: menurut UU no 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen terdapat dalam pasal 1 dan 14 mengenai pengertian
guru dan dosen serta kewajiban dan hak guru dan dosen menurut UU no 2
tahun 1989 di dalam UU ini terdapat beberapa pasal di antaranya pasal 27
sampai pasal 32 tentang peraturan-peraturan yang terkait profesi
pendidikan,baik peraturan tentang tugas pendidik,penyelenggaraan
kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan kewajiban pendidik, serta
pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik menurut UU
no 20 tahun 2003 terdapat pasal-pasal yang terkait yaitu pasal 39 sampai
dengan pasal 44 tentang peraturan-peraturan yang terkait profesi
pendidikan,baik peraturan tentang tugas pendidik,penyelenggaraan
kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan kewajiban pendidik, serta
pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik Lahirnya
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan
reformasi pendidikan yang sekian lama terasa mandeg dan tidak mampu lagi
menjawab tuntutan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara di era
global. menurut PP no 17 tahun 2010 di dalam PP ini juga terdapat beberapa
pasal yasng terkait dengan profesi pendidikan yaitu antara lain terdapat pasal
170 sampai dengan pasal 181di mana di dalamnya terdapat tentang
pengertian berbgai macam tenaga pendidik,tugas pendidik,penyelenggaraan
kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan kewajiban pendidik, serta
pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik.
Jenis Profesi dalam Bidang Pendidikan dan
Spesifikasi Kompetensi Bidang Pendidikan
1. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Tenaga pendidik kita biasa
menyebutnya pengajar. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya yaitu guru, dosen,
tutor, konselor, dan ustadz. Dibawah ini akan akan dijelaskan lebih rinci berbagai macam tenaga
pendidik, tapi sebelumnya kita harus mengetahui arti kompetensi yang harus dimiliki seorang
tenaga pendidik.
Kompetensi adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang. Menurut Finch
& Crunkilton mengartikan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan,
sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Depdiknas merumuskan
definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang
yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi
tertentu.

Macam-macam tenaga pendidik:


1.1. Guru
Guru merupakan sebutan bagi jabatan posisi dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan
dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal dan sistematis.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9)
menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi atau kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang stabil, dewasa, arif,
berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Guru adalah contoh bagi murid-murid. Apabila
guru ingin mencontohkan prilaku yang teladan dan disiplin, semua itu harus dimulai dari seorang
guru. Guru sebagai teladan akan mengubah perilaku siswa. Seorang guru adalah panutan bagi
siswanya. Seorang guru yang baik memahami bahwa ia akan mendidik dan merubah dirinya
sendiri dahulu sebelum mendidik orang lain. Kepribadian yang dimiliki pendidik akan menentukan
suksesnya pendidikan bagi muridnya.

3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah suatu kemampuan penguasaan materi pelajaran luas dan
mendalam, serta pemahaman terhadap metode dan teknik mengajar yang sesuai yang di pahami
oleh murid.

4. Kompetensi sosial
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
1.2.Dosen
Dosen merupakan tenaga pendidik dalam jenjang pendidikan tinggi. Dosen menjadi tenaga
pendidik di perguruan tinggi seperti universitas, institut dan perguruan tinggi lainnya.
1.3.Tutor
Tutor adalah guru yang bertugas pada pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan,
dan pendidikan keaksaraan.
1.4.Ustadz
Ustadz adalah tenaga pendidik biasanya dilembaga formal maupun non formal.
Dilembaga formal ustadz yakni mengajar materi keagamaan yakni di madrasah atau sekolah yang
berbau keagamaan. Sedangkan kalau dilembaga non formal ustadz biasanya mengajar di masjid
atau mushola-mushola.

1.5.Konselor
Konselor bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.
UU dan PP tentang profesi pendidikan di antaranya sebagai berikut:
 menurut UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
terdapat dalam pasal 1 dan 14 mengenai pengertian guru dan dosen serta
kewajiban dan hak guru dan dosen
 menurut UU no 2 tahun 1989
di dalam UU ini terdapat beberapa pasal di antaranya pasal 27 sampai pasal 32
tentang peraturan-peraturan yang terkait profesi pendidikan,baik peraturan
tentang tugas pendidik,penyelenggaraan kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan
kewajiban pendidik, serta pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga
pendidik
 menurut UU no 20 tahun 2003
terdapat pasal-pasal yang terkait yaitu pasal 39 sampai dengan pasal 44
tentang peraturan-peraturan yang terkait profesi pendidikan,baik peraturan tentang tugas
pendidik,penyelenggaraan kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan kewajiban pendidik, serta
pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik

Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan yang sekian lama
terasa mandeg dan tidak mampu lagi menjawab tuntutan perkembangan masyarakat, bangsa dan
negara di era global.
 menurut PP no 17 tahun 2010
di dalam PP ini juga terdapat beberapa pasal yasng terkait dengan profesi
pendidikan yaitu antara lain terdapat pasal 170 sampai dengan pasal 181di mana
di dalamnya terdapat tentang pengertian berbgai macam tenaga pendidik,tugas
pendidik,penyelenggaraan kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan kewajiban
pendidik, serta pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik.

Perbedaan antara pendidik dengan tenaga kependidikan. Guru jelas adalah pendidik. Di dalam
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, Tahun2005 Pasal 139, Pasal 1 dinyatakan bahwa
pendidik mencakup guru, dosen, konselor, pamong belajar, pamong widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, pelatih, dan sebutan lain dari profesi yang berfungsi sebagai agen pembelajaran peserta didik.
Adapun, mengenai tenaga kependidikan dinyatakan di dalam Pasal 140 Ayat 1 (RPP, Bab XII/2005)
sebagai berikut. Tenaga kependidikan mencakup pimpinan satuan pendidikan, penilik satuan pendidikan
nonformal, pengawas satuan pendidikan formal, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi
sumber belajar, tenaga lapangan pendidikan, tenaga administrasi, psokolog, pekerja sosial, terapis,
tenaga kebersihan sekolah, dan sebutan lain untuk petugas sejenis yang bekerja pada satuan
pendidikan. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi hal-hal sebagai berikut.:

Syarat-Syarat Guru Profesional

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional meliputi:

1. Kompetensi Paedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan
pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru
harus menguasi manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan
kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan,
terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih
bermakna dan berhasil guna.

2. Kompetensi Personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya
guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa.
Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan
tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo,Ing Madya Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di
belakang memberikan dorongan/motivasi).

3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru harus memiliki
pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter yang akan diajarkan serta
penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih model,
strategi, dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun
harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan.

4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru,
dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.

Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut telah memiliki
hak professional karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggung
jawabnya.

2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya
dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.

3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam rangka
menjalankan tugas sehari-hari.

4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang inovatif
dalam bidang pengabdiannya.

5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual maupun secara


institusional.

Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, guru merupakan ujung tombak atau
pelaksana yang terdepan. Bila diumpamakan bidang kedoktera, teknik, politik, ekonomi, pertanian,
industri, dan lain-lain adalah untuk kepentingan manusia, maka guru bertugas untuk membangun
manusianya itu sendiri. Hal ini tentu memerlukan persyaratan khusus untuk dapat melaksanakan tugas
tersebut di atas, yaitu guru sebagai suatu profesi, sebagai perpaduan antara panggilan, ilmu, teknologi,
dan seni, yang bertumpu pada landasan pengabdian dan sikap kepribadian yang mulia.
Pada hakikatnya tugas guru tidak saja seharusnya diperlukan sebagai suatu tugas yang professional,
tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi utama, karena mengajar antara lain berarti
turut menyiapkan subjek didik ke arah berbagai jenis profesi. Dikaitkan dengan angkatan kerja, maka
implikasinya ialah guru merupakan angkatan kerja utama, oleh karena guru merupakan tenaga yang turut
menyiapkan tenaga pembangunan lainnya.

Berkenaan dengan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa di atas pundak gurulah
terdapat beban yang berat dan semakin menantang, karena memang tugas guru adalah sedemikian
kompleks dan akan semakin kompleks dengan majunya masyarakat serta berkembangnya IPTEK, maka
sudah sewajarnya apabila kepada setiap guru diberikan jaminan sepenuhnya agar ia menghayati haknya
sebagai seorang guru professional. Kepada para guru, sudah saatnya untuk meningkatkan kemampuannya,
sejalan dengan semakin meningkatnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Terutama setelah
adanya sertifikasi guru, baik melalui penilaian portofolio maupun jalur pendidikan profesi guru.

Pengertian Kode Etik Guru Dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru

Selamat datang para sahabat Perahu Jagad, sekarang kita akan belajar tentang apasih pengertian dari kode etik seorang
guru atau yang akrab ditelinga kita dengan istilah kode etik keguruan?

Pada dasarnya seorang guru dituntut memiliki pribadi yang profesional dan kompeten, dan tidak ada yang namanya
dalam dunia kerja atau dunia profesi itu yang terlepas dari istilah kode etik. Seperti halnya dalam kedokteran ada yang
namanya istilah kode etik Kedokteran, begitu juga pada pendidikan yang didalamnya memilik satu sosok yang
berperan penting di dalamnya, dialah guru. Seorang yang memiliki pofesi Guru juga tidak terlepas dari kode etik
profesi keguruannya.

baca juga:

Pengertian Kompetensi Guru

Jenis-jenis Kompetensi Yang Wajib Dimiliki Seorang Guru

Syarat Menjadi Guru Yang Kompeten

Pada Era ini, Peran guru dalam dunia pendidikan sangat begitu dperhitungkan akan kinerjanya. Seorang guru tidak
bisa hanya unggul dalam pengetahuan yang dibidanginya saja, melainkan seorang guru hendaklah betul-betul
memahami akan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan pendidikan. Seperti : kurikulum; Perangkat pembelajaran
yang diantaranya silabus, Rencana Program Pembelajaran atau RPP, Program Semester, Program Tahunan dll; Media
Pembelajaran; Metode Pembelajaran dan masih banyak yang lainnya yag harus dikuasai oleh para guru yang hendak
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang profesional dan kompeten. Baca Juga : Komponen-komponen dasar Dalam
Proses Belajar Mengajar , Pengertian Kurikulum Pendidikan

Adapun selain yang disebutkan di atas, Bilamana seorang guru hendak menjadikan dirinya menjadi guru yang
profesonal dan kompeten, maka guru tersebut seyogyanya mereka tahu, bahwasanya dalam profesi keguruan terdapat
kode etik.
Pengertian Kode Etik
Sahabat Perahu Jagad yang Terhormat, Berbicara mengenai kode etik, Kode etik itu sendiri diartikan sebagai aturan-
aturan yang sudah disepakati oleh sekelompok orang. Dan kode etik akan memilki perbedaan antara kode etik dari
satu kelompok dengan kelompok lainnya. Misalkan dalam dunia kerja yang bergerak dalam kesehatan, di sana akan
memiliki perbedaan dengan kode etik dari dunia kerja yang bergerak dalam dunia pendidikan. Begitu halnya dengan
kode etik yang membudaya dalam masyarakat Indonesia akan memiliki perbedaan pula dengan kode etik yang
tertanam dalam diri masyarakat yang bertempat tinggal di luar Indonesia.

Melanjut tentang pengertian kode etik, selain aturan, kode etik juga diartkan sebagai tata cara atau pedoman bagi
sekelompok manusia yang memiliki tujuan sama dalam rangka menjadikannya sebagai pedoman dalam berprilaku.
Tdak hanya sampai di sini saja, kode etik tersebut juga memiliki tujuan guna memberi dengan sebak mungkin atau
melayani para konsumernya. Hal ini ditujukan agar sekelompok orang tersebut memiliki profesionalitas diri yang
baik. Selain daripada itu, kode etik juga difungsikan sebagai cara agar sekelompok orang yang memiliki kode etik
tersebut dapat terhindar dari prilaku yang dapat menyebabkan diri mereka menjadi tidak profesional.

Pengetian Kode Etik Profesi


Di atas sudah dijelaskan mengenai pengertian kode etik, Lalu apa pengertian kode etik profesi? kode etik profesi
adalah aturan aturan yang sudah disepakati oleh pengurus dan juga anggota dari suatu kelompok tertentu. Pada
dasarnya kode etik tidak jauh berbeda dengan salah satu norma, yaitu norma sosial. Namun bilamana pelanggaran
yang dibuat oleh anggotanya ternyata memiliki point yang cukup berat, maka pelanggaran tersebut masuk ke dalam
norma yang lainnya, yakni norma hukum.

Pengertian Kode Etik Profesi Guru


Profesi Guru adalah kemampuan yang dimiliki seseorang berdasarkan latar belakang pendidikan keguruan yang
cukup dan memadai, memadai di sini diartikan bahwa, seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya hendaknya
benar-benar sudah terlatih dari semenjak guru tersebut belum menjadi seorang guru. Yakni mereka yang saat ini
sedang mengambil studi keguruan dalam sekolah maupun perguruan tinggi dan yang sejajarnya.

Jadi yang dinamakan kode etik Profesi keguruan adalah, aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
rangka mewujudkan pendidikan yang baik dengan cara memilih dan memilah perilaku atau tindakan yang harus
dijalani oleh seorang guru dalam pembelajarannya.

Hal di atas juga ditegaskan dalam Kode Etik Guru Indonesia menurut PGRI pada tahun 1973 yang menyebutkan,
Pengertian Kode Etik Guru adalah Landasan Moral dan Tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan
panggilan pengabdiannya dalam bekerja menjadi guru Indonesia.

Tujuan Kode Etik Profesi Guru


Kode etik memiliki tujuan guna menyelamatkan kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri. Adapun
pembagian dari tujuan-tujuan tersebut dapat kita lihat dari yang tersebutkan dibawah ini:

1. Menjunjung tinggi martaat profesi, khususnya profesi keguruan


2. Memelihara sekaligus mensejahterakan kesejahteraan para anggotanya
3. Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Meningkatkan mutu anggota profesi
5. Meningkatkan mutu Organisasi atau Instansi profesi yang bersangkutan.
Artikel yang berkaitan
Kalau di dalam pengamalan profesi yang diberikan ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang
diterimakan, hal itu semata hanya sekadar “tanda kehormatan” (honour) demi tegaknya kehormatan
profesi, yang jelas akan berbeda nilainya dengan pemberian upah yang hanya pantas diterimakan
bagi para pekerja upahan saja.
C. kode etik guru indonesia
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia seutuhnya berjiwa
Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kewjujuran professional
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar
5. guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
6. guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu da
martabat profesinya
7. guru memelihara hubungan profesi semangat kekeluargaan dan kesetiakawanana nasional
8. guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai sarana
perjuangan dan pengabdian
9. guru melaksanaakn segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

Rumah makalah
kumpulan tugas tugas makalah perkuliahan

Monday, June 20, 2016

PENERAPAN DAN SANGSI KODE ETIK PROFESI


KEGURUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun
sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat ini
masih sangat banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi.
Oleh karena itu, penulis akan membahas pengertian dari kode etik profesi dan sanksi atas
pelanggaran kode etik profesi.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian etika profesi, dan kode etik profesi?
2. Bagaimana penerapan kode etik profesi dalam suatu bidang pekerjaan?
3. Apa fungsi dan tujuan dari kode etik profesi?
4. Bagaimana pelanggaran kode etik, penyebab pelanggaran, dan sanksinya?
C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada materi kuliah
Profesi kependidikan. Pembahasan lebih dikhususkan pada penerapan dan pelanggaran kode
etik profesi.

D. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas
mata kuliah profesi kependidikan. Sedangkan tujuan dari penulisan tugas ini adalah:
1. Mengembangkan kreativitas dan wawasan penulis.
2. Memberikan uraian tentang penerapan dan pelanggaran kode etik profesi
secara lebih terperinci.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan mengetahui isi makalah ini, berikut
ini akan dijabarkan sistematika penulisan makalah ini, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah,
ruang lingkup, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bab utama makalah yang berisi tentang penerapan kode etik yaitu
meliputi pengertian etika, profesi, dan kode etik. Selain itu berisi fungsi kode etik, tujuan
kode etik, serta pelanggaran kode etik.
BAB III PENUTUP
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penerapan Kode Etik
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan
atau adat. Etika merupakan ilmu atau konsep yang dimiliki oleh individu atau masyarakat
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar dan
buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari kontrol diri karena segala sesuatunya dibuat dan
diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Kode etik adalah suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Salah satu contoh tertua
adalah “Sumpah Hipokrates” yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari ”Bapak Ilmu Kedokteran”.
Contoh penerapan kode etik pada bidang profesi guru :
“Guru memiliki kewajiban untuk membimbing anak didik seutuhnya dengan tujuan
membentuk manusia pembangunan yang Pancasila”. Inilah bunyi kode etik guru yang
pertama dengan istilah “berbakti membimbing” yang artinya mengabdi tanpa pamrih dan
tidak pandang bulu dengan membantu (tanpa paksaan, manusiawi). Istilah seutuhnya lahir
batin, secara fisik dan psikis. Jadi guru harus berupaya dalam membentuk manusia
pembangunan Pancasila harus seutuhnya tanpa pamrih.
Sedangkan di dalam undang undang kode etik yang berkaitan dengan profesi
keguruan sudah di bahas sedemikian rupa seperti di bawah ini ;

Pengertian, Tujuan, dan Fungsi

Pasal 1
(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-
guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.

(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pasa ayat (1) pasal ini adalah
nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak
boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.

Pasal 2

(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang.

(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan
pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.

BAGIAN EMPAT

Pelaksanaan, Pelanggaran, dan Sanksi

Pasal 7

(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru
Indonesia.

(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia
kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah.

Pasal 8

(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakana Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.

(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.

(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.

Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhdap Kode
Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar
organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.

(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru
yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.

(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat
yang berwenang.

(6) Setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi
profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan
dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Pasal 10

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia
wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-undangan.

Bagian Enam

Penutup

Pasal 11

(1) Setiap guru harus secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan, serta menjunjung
tinggi Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih organisasi
profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah secara
nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

B. Pelanggaran Kode Etik


Pelanggaran kode etik adalah terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anggota
kelompok profesi dari kode etik profesi di mata masyarakat.
Beberapa penyebab pelanggaran kode etik profesi adalah :
 Idealisme dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di sekitar para
profesional sehingga harapan terkadang sangat jauh dari kenyataan.
 Memungkinkan para profesional untuk berpaling kepada kenyataan dan mengabaikan
idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi bisa menjadi pajangan tulisan berbingkai.
 Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan sanksi
keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional.
 Memberi peluang kepada profesional untuk berbuat menyimpang dari kode etik profesinya.
pelanggaran kode etik yaitu sanksi moral dan sanksi dikeluarkan dari organisasi. Kasus
pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau komisi
khusus. Seringkali, kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan profesional, seperti
kewajiban melapor jika teman sejawat melanggar kode etik. Namun, dalam praktek sehari-
hari kontrol ini tidak berjalan mulus karena rasa solidaritas dalam anggota-anggota profesi.
Seorang profesional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan
pelanggaran.
Contoh Kasus Pelanggaran :
1. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan mengancam
murid apabila melanggar peraturan atau tidak mengikuti kehendak guru.
2. Guru tidak memahami sifat - sifat yang khas / karakteristik pada anak didiknya.
3. Guru memperlakukan peserta didiknya secara tidak tepat sehingga membentuk prilaku
yang menyimpang.
4. Tidak memahami peserta didiknya sesuai dengan proses perkembangan anak, sehingga
dalam melakukan bimbingan dan pembinaan sering menimbulkan kecelakaan pendidikan.
5. Guru tidak mampu mengembangkan strategi, metode, media yang tepat dalam
pembelajaran disebabkan tidak memahami tingkah laku peserta didiknya.
6. Guru tidak menunjukan kejujuran sehingga tidak pantas untuk ditiru. misalnya :
memanipulasi nilai. mencuri waktu mengajar, pilih kasih.
7. Tidak mengajar sesuai dengan bidangnya sehingga melakukan kesalahan secara keilmuan.
8. Guru tidak mengkomunikasikan perkembangan anak kepada orang tua sehingga orangtua
tidak tahu kemajuan belajar anak.
9. Guru tidak menumbuhkan rasa kepercayaan dan penghargaan atas diri peserta didiknya,
sehingga mematikan kreatifitas si anak.
10. Hubungan antar guru yang tidak harmonis. misal : saling menjatuhkan.
Adapun Sanksi - Sanksi yang di kenakan untuk pelanggaran Kode Etik tersebut :
a. Guru dapat di berhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru, karena :
1. Melanggar sumpah dan janji jabatan.
2. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
3. Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara terus
menerus.
Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan Pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian tidak dengan hormat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam
etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke
bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat
dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan
yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa
yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan
oleh seorang professional.
Kode etik profesi berfungsi sebagai pelindung dan pengembangan profesi. Dengan
telah adanya kode etik profesi, masih banyak kita temui pelanggaran-pelanggaran ataupun
penyalahgunaan profesi. Apalagi jika kode etik profesi tidak ada, maka akan semakin banyak
terjadi pelanggaran. Akan semakin banyak terjadi penyalah gunaan profesi.

Anda mungkin juga menyukai