1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9)
menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat
dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan
interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi atau kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang stabil, dewasa, arif,
berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Guru adalah contoh bagi murid-murid. Apabila
guru ingin mencontohkan prilaku yang teladan dan disiplin, semua itu harus dimulai dari seorang
guru. Guru sebagai teladan akan mengubah perilaku siswa. Seorang guru adalah panutan bagi
siswanya. Seorang guru yang baik memahami bahwa ia akan mendidik dan merubah dirinya
sendiri dahulu sebelum mendidik orang lain. Kepribadian yang dimiliki pendidik akan menentukan
suksesnya pendidikan bagi muridnya.
3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah suatu kemampuan penguasaan materi pelajaran luas dan
mendalam, serta pemahaman terhadap metode dan teknik mengajar yang sesuai yang di pahami
oleh murid.
4. Kompetensi sosial
Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
1.2.Dosen
Dosen merupakan tenaga pendidik dalam jenjang pendidikan tinggi. Dosen menjadi tenaga
pendidik di perguruan tinggi seperti universitas, institut dan perguruan tinggi lainnya.
1.3.Tutor
Tutor adalah guru yang bertugas pada pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan,
dan pendidikan keaksaraan.
1.4.Ustadz
Ustadz adalah tenaga pendidik biasanya dilembaga formal maupun non formal.
Dilembaga formal ustadz yakni mengajar materi keagamaan yakni di madrasah atau sekolah yang
berbau keagamaan. Sedangkan kalau dilembaga non formal ustadz biasanya mengajar di masjid
atau mushola-mushola.
1.5.Konselor
Konselor bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik di satuan pendidikan.
UU dan PP tentang profesi pendidikan di antaranya sebagai berikut:
menurut UU no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
terdapat dalam pasal 1 dan 14 mengenai pengertian guru dan dosen serta
kewajiban dan hak guru dan dosen
menurut UU no 2 tahun 1989
di dalam UU ini terdapat beberapa pasal di antaranya pasal 27 sampai pasal 32
tentang peraturan-peraturan yang terkait profesi pendidikan,baik peraturan
tentang tugas pendidik,penyelenggaraan kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan
kewajiban pendidik, serta pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga
pendidik
menurut UU no 20 tahun 2003
terdapat pasal-pasal yang terkait yaitu pasal 39 sampai dengan pasal 44
tentang peraturan-peraturan yang terkait profesi pendidikan,baik peraturan tentang tugas
pendidik,penyelenggaraan kegiatan,kewajiban pemerintah,hak dan kewajiban pendidik, serta
pengangkatan,pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik
Perbedaan antara pendidik dengan tenaga kependidikan. Guru jelas adalah pendidik. Di dalam
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) BAB XII, Tahun2005 Pasal 139, Pasal 1 dinyatakan bahwa
pendidik mencakup guru, dosen, konselor, pamong belajar, pamong widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, pelatih, dan sebutan lain dari profesi yang berfungsi sebagai agen pembelajaran peserta didik.
Adapun, mengenai tenaga kependidikan dinyatakan di dalam Pasal 140 Ayat 1 (RPP, Bab XII/2005)
sebagai berikut. Tenaga kependidikan mencakup pimpinan satuan pendidikan, penilik satuan pendidikan
nonformal, pengawas satuan pendidikan formal, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi
sumber belajar, tenaga lapangan pendidikan, tenaga administrasi, psokolog, pekerja sosial, terapis,
tenaga kebersihan sekolah, dan sebutan lain untuk petugas sejenis yang bekerja pada satuan
pendidikan. Administrasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan meliputi hal-hal sebagai berikut.:
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang professional meliputi:
1. Kompetensi Paedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. (Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan
pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru
harus menguasi manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan
kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan,
terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih
bermakna dan berhasil guna.
2. Kompetensi Personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b). Artinya
guru memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa.
Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga mampu melaksanakan
tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo,Ing Madya Mangun
Karso, Tut Wuri Handayani. (di depan guru member teladan/contoh, di tengah memberikan karsa, dan di
belakang memberikan dorongan/motivasi).
3. Kompetensi Profesional, adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c). Artinya guru harus memiliki
pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter yang akan diajarkan serta
penguasaan didaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih model,
strategi, dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Guru pun
harus memiliki pengetahuan luas tentang kurikulum, dan landasan kependidikan.
4. Kompetensi Sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. (SNP, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan
kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya maupun dengan sesama teman guru,
dengan kepala sekolah bahkan dengan masyarakat luas.
Apabila guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut di atas, maka guru tersebut telah memiliki
hak professional karena ia telah jelas memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum terhadap batas wewenang keguruan yang menjadi tanggung
jawabnya.
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya
dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati teknis kepemimpinan dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam rangka
menjalankan tugas sehari-hari.
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi yang inovatif
dalam bidang pengabdiannya.
Dalam usaha membangun manusia Indonesia seutuhnya, guru merupakan ujung tombak atau
pelaksana yang terdepan. Bila diumpamakan bidang kedoktera, teknik, politik, ekonomi, pertanian,
industri, dan lain-lain adalah untuk kepentingan manusia, maka guru bertugas untuk membangun
manusianya itu sendiri. Hal ini tentu memerlukan persyaratan khusus untuk dapat melaksanakan tugas
tersebut di atas, yaitu guru sebagai suatu profesi, sebagai perpaduan antara panggilan, ilmu, teknologi,
dan seni, yang bertumpu pada landasan pengabdian dan sikap kepribadian yang mulia.
Pada hakikatnya tugas guru tidak saja seharusnya diperlukan sebagai suatu tugas yang professional,
tetapi adalah wajar bilamana melihatnya sebagai suatu profesi utama, karena mengajar antara lain berarti
turut menyiapkan subjek didik ke arah berbagai jenis profesi. Dikaitkan dengan angkatan kerja, maka
implikasinya ialah guru merupakan angkatan kerja utama, oleh karena guru merupakan tenaga yang turut
menyiapkan tenaga pembangunan lainnya.
Berkenaan dengan uraian di atas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa di atas pundak gurulah
terdapat beban yang berat dan semakin menantang, karena memang tugas guru adalah sedemikian
kompleks dan akan semakin kompleks dengan majunya masyarakat serta berkembangnya IPTEK, maka
sudah sewajarnya apabila kepada setiap guru diberikan jaminan sepenuhnya agar ia menghayati haknya
sebagai seorang guru professional. Kepada para guru, sudah saatnya untuk meningkatkan kemampuannya,
sejalan dengan semakin meningkatnya penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Terutama setelah
adanya sertifikasi guru, baik melalui penilaian portofolio maupun jalur pendidikan profesi guru.
Pengertian Kode Etik Guru Dan Tujuan Kode Etik Profesi Guru
Selamat datang para sahabat Perahu Jagad, sekarang kita akan belajar tentang apasih pengertian dari kode etik seorang
guru atau yang akrab ditelinga kita dengan istilah kode etik keguruan?
Pada dasarnya seorang guru dituntut memiliki pribadi yang profesional dan kompeten, dan tidak ada yang namanya
dalam dunia kerja atau dunia profesi itu yang terlepas dari istilah kode etik. Seperti halnya dalam kedokteran ada yang
namanya istilah kode etik Kedokteran, begitu juga pada pendidikan yang didalamnya memilik satu sosok yang
berperan penting di dalamnya, dialah guru. Seorang yang memiliki pofesi Guru juga tidak terlepas dari kode etik
profesi keguruannya.
baca juga:
Pada Era ini, Peran guru dalam dunia pendidikan sangat begitu dperhitungkan akan kinerjanya. Seorang guru tidak
bisa hanya unggul dalam pengetahuan yang dibidanginya saja, melainkan seorang guru hendaklah betul-betul
memahami akan segala sesuatu yang bersangkut paut dengan pendidikan. Seperti : kurikulum; Perangkat pembelajaran
yang diantaranya silabus, Rencana Program Pembelajaran atau RPP, Program Semester, Program Tahunan dll; Media
Pembelajaran; Metode Pembelajaran dan masih banyak yang lainnya yag harus dikuasai oleh para guru yang hendak
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang profesional dan kompeten. Baca Juga : Komponen-komponen dasar Dalam
Proses Belajar Mengajar , Pengertian Kurikulum Pendidikan
Adapun selain yang disebutkan di atas, Bilamana seorang guru hendak menjadikan dirinya menjadi guru yang
profesonal dan kompeten, maka guru tersebut seyogyanya mereka tahu, bahwasanya dalam profesi keguruan terdapat
kode etik.
Pengertian Kode Etik
Sahabat Perahu Jagad yang Terhormat, Berbicara mengenai kode etik, Kode etik itu sendiri diartikan sebagai aturan-
aturan yang sudah disepakati oleh sekelompok orang. Dan kode etik akan memilki perbedaan antara kode etik dari
satu kelompok dengan kelompok lainnya. Misalkan dalam dunia kerja yang bergerak dalam kesehatan, di sana akan
memiliki perbedaan dengan kode etik dari dunia kerja yang bergerak dalam dunia pendidikan. Begitu halnya dengan
kode etik yang membudaya dalam masyarakat Indonesia akan memiliki perbedaan pula dengan kode etik yang
tertanam dalam diri masyarakat yang bertempat tinggal di luar Indonesia.
Melanjut tentang pengertian kode etik, selain aturan, kode etik juga diartkan sebagai tata cara atau pedoman bagi
sekelompok manusia yang memiliki tujuan sama dalam rangka menjadikannya sebagai pedoman dalam berprilaku.
Tdak hanya sampai di sini saja, kode etik tersebut juga memiliki tujuan guna memberi dengan sebak mungkin atau
melayani para konsumernya. Hal ini ditujukan agar sekelompok orang tersebut memiliki profesionalitas diri yang
baik. Selain daripada itu, kode etik juga difungsikan sebagai cara agar sekelompok orang yang memiliki kode etik
tersebut dapat terhindar dari prilaku yang dapat menyebabkan diri mereka menjadi tidak profesional.
Jadi yang dinamakan kode etik Profesi keguruan adalah, aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam
rangka mewujudkan pendidikan yang baik dengan cara memilih dan memilah perilaku atau tindakan yang harus
dijalani oleh seorang guru dalam pembelajarannya.
Hal di atas juga ditegaskan dalam Kode Etik Guru Indonesia menurut PGRI pada tahun 1973 yang menyebutkan,
Pengertian Kode Etik Guru adalah Landasan Moral dan Tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan
panggilan pengabdiannya dalam bekerja menjadi guru Indonesia.
Rumah makalah
kumpulan tugas tugas makalah perkuliahan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun
sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat ini
masih sangat banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi.
Oleh karena itu, penulis akan membahas pengertian dari kode etik profesi dan sanksi atas
pelanggaran kode etik profesi.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian etika profesi, dan kode etik profesi?
2. Bagaimana penerapan kode etik profesi dalam suatu bidang pekerjaan?
3. Apa fungsi dan tujuan dari kode etik profesi?
4. Bagaimana pelanggaran kode etik, penyebab pelanggaran, dan sanksinya?
C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada materi kuliah
Profesi kependidikan. Pembahasan lebih dikhususkan pada penerapan dan pelanggaran kode
etik profesi.
Pasal 1
(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-
guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pasa ayat (1) pasal ini adalah
nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak
boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.
Pasal 2
(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan
menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang.
(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang
melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan
peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan
pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika, dan kemanusiaan.
BAGIAN EMPAT
Pasal 7
(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru
Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia
kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah.
Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakana Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhdap Kode
Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar
organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan.
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru
yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib
melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat
yang berwenang.
(6) Setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi
profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan
dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Pasal 10
Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia
wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-undangan.
Bagian Enam
Penutup
Pasal 11
(1) Setiap guru harus secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan, serta menjunjung
tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih organisasi
profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah secara
nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.