Laporan Praktukum OP AMP
Laporan Praktukum OP AMP
b. Landasan Teori
Op-Amp atau penguat operatif merupakan suatu penguat DC dengan
penguatan tinggi yang dapat digunakan pada frekuensi dari 0 sampai 1 MHz. Sesuai
dengan istilah nya, op-amp adalah suatu IC yang memiliki 2 input tegangan dan 1
output tegangan dimana tegangan outputnya proposional terhadap perbedaan
tegangan antara kedua inputnya tersebut. Didalamnya terdapat suatu rangkaian
elektronika yang terdiri atas komponen aktif dan pasif seperti transistor, resistor atau
diode. Jika op-amp ini ditambahkan pada suatu jenis rangkaian, masukkan dan suatu
jenis rangkaian umpan balik, maka dapat digunakan untuk mengerjakan berbagai
operasi matematika seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali,
mengintegrasi dan lain-lain. Op-amp terdiri dari beberapa bagian, yang pertama
adalah penguat diferensial, lalu ada tahap penguatan (gain), selanjutnya ada
rangkaian penggeser level (level shifter) dan kemudian penguat akhir yang biasanya
dibuat dengan penguat push-pull kelas B.
2. Bahan komponen
- IC LM 741
- R = 47 kΩ
- R = 4.7 kΩ
- R = 10 kΩ
- R = 100 kΩ
- R = 1 MΩ
- R = 27 kΩ
- R = 1.2 kΩ
- R = 470 Ω
- C = 10 nF
- Jumper
Vin Vout
R1
4,7k
R2
47k
Pada percobaan pertama ini akan di uji fungsi sebuah Operasional Amplifier sebagai
Penguat tak Membalik (Non Inverting Amp). Pertama rangkai pada papan board yang
disediakan laboratorium dengan menggunakan Op-Amp LM 741 dengan 2 buah resistor
bernilai 4.7K dan 47K seperti yang terlihat pada gambar skema diatas. Lalu dihubungkan
dengan power supply dengan masukan Vcc+= +15 Volt dan Vcc-= -15, AFG sebagai input
dengan settingan frekuensi sebesar 1000 Hz, Vinput sebesar 2,18 Vpp dan Osiloskop
sebagai output. Ukurlah Tegangan output dengan membaca layar osiloskop serta gambar
gelombang input dan output. Maka dari data tersebut dapat dianalisis fungsi sebuah Op-
Amp sebagai Penguat tak Membalik. Dengan karakteristik Op-Amp ideal, maka akan
didapatkan rumus penguatan :
Sehingga sinyal yang dihasilkan pada penguat non-inverting ini sinyal outputnya akan
sama dengan sinyal input dan akan dikuatkan dengan gain A V di atas.
LM741
3
6 Vout
Rin 2
10k
Rf
Vin
100k
Pada percobaan selanjutnya masih dengan menggunakan rangkaian yang sama tetapi
terdapat beberapa perubahan yaitu letak penghubungan input. Perubahan tata letak
rangkaian tersebut dikarenakan pada percobaan kedua ini akan diuji fungsi sebuah Op-
Amp pada saat menjadi Penguat Pembalik (Inverting Amplifier). Sedangkan pada Input
dan Outputnya masih sama yaitu AFG sebagai Input dengan frekuensi sebesar 1000 Hz
dan Vinput sebesar 2,16 Vpp sedangkan pada output dipakai osiloskop untuk melihat
gambar gelombang yang dihasilkan. Seperti pada percobaan sebelumnya Op-Amp
diasumsikan ideal, maka akan didapatkan penguatan :
Sehingga penguatan pada rangkaian tersebut bergantung pada besar nilai hambatannya
yaitu R1 dan R2.
100k
10k
V1 /
Vin Vout
10k
10k
10k
V2
Pada percobaan ketiga ini masih dengan rangkaian yang sama tetapi terdapat sedikit
perbedaan, yaitu letak dari input dan penambahan beberapa hambatan. Disini input
yang berasal dari AFG masih dengan nilai frekuensi yang sama yaitu sebesar 1000 Hz
dengan nilai Vinput sebesar 2,10 Vpp. Pada percobaan ketiga ini akan diteliti fungsi Op-
Amp sebagai Penguat Beda (Defferensial Amplifier). Untuk pengukuran, factor yang akan
diukur masih sama dengan percobaan sebelumnya yaitu nilai Vout serta gambar
gelombang input dan outputnya. Selain itu pada percobaan ketiga ini juga akan diukur
tegangan V2, dimana V2 adalah tegangan yang ada diantara resistor terhadap ground.
Seperti yang terlihat pada skema, titik V2 dilambangkan oleh bentuk oval.
Vout
1M
Pada percobaan keempat masih dengan rangkaian yang sama akan diuji coba fungsi
sebuah Op-Amp sebagai penguat integrator. Pada percobaan ini terlihat pada skema
bahwa terdapat penambahan sebuah kapasitor sebesar 10 nF yang diparalelkan dengan
resistor sebesar 1 MΩ pada rangkaian. Sedangkan input yang berasal dari AFG diatur
pada frekuensi 1000 Hz serta nilai Vinput sebesar 3,48 Vpp. Saat ini akan di uji coba
rangkaian tersebut dalam 3 tahap yaitu pada saat gambar gelombang berupa sinusoida,
gelombang kotak dan gelombang segitiga serta ukurlah tegangan output pada osiloskop
untuk masing masing gelombang. Maka dari data data tersebut akan dianalisa pengaruh
jenis gelombang terhadap nilai tegangan outputnya. Pada penguat integrator apabila
sinyal input berbentuk gelombang sinus, maka gelombang outputnya juga berbentuk
sinus yang memiliki beda fase -900. Bila sinyal input berbentuk gelombang kotak, maka
gelombang outputnya berbentuk segitiga. Dan bila sinyal input berbentuk gelombang
segitiga, maka gelombang outputnya berbentuk sinus.
27k
Pada percobaan selanjutnya akan diujikan fungsi Op-Amp sebagai Differensiator. Maka
pada perangkaiannya tidak jauh berbeda dengan Integrator Amplifier hanya terdapat
perbedaan dalam pemasangan kapasitor. Jika pada Integrator kapasitor dipasang paralel
dengan resistor, pada differensiator kapasitornya dipasang seri. Pada percobaan ini juga
akan diuji seperti layaknya pada penguat integrator, yaitu pada gelombang sinus,
gelombang kotak dan gelombang segitiga. Pengaturan pada AFG masih dengan frekuensi
1000 Hz dan Vinput sebesar 2,14 Vpp, lalu ukurlah tegangan output masing masing
gelombang yang terlihat pada osiloskop. Pada penguat diferensiator apabila sinyal input
berbentuk gelombang sinus, maka gelombang outputnya juga berbentuk sinus yang
berbeda fase sebesar 900. Bila sinyal input berbentuk gelombang kotak, maka
gelombang outputnya berupa garis lurus yang pada titik tertentu mengalami lonjakan
dan penurunan pada waktu singkat dan bila sinyal masukan berupa gelombang segitiga,
maka gelombang pada output berupa sinyal kotak.
3
10k
V3 Vout
2
470
10k
V2 Rf
1000 100k
10k
V1
1200
Vin
Pada skema terlihat banyak terdapat rangkaian resistor, pada rangkaian tersebut akan
diukur tegangan output beserta gambar gelombangnya, tegangan di titik V1, V2 dan V3.
Penguat penjumlah ini merupakan penguat dimana tegangan outputnya merupakan
jumlah dari ketiga tegangan masukannya. Sedangkan untuk inputnya, AFG diatur pada
frekuensi 1000 Hz dan Vin sebesar 2,10 Vpp. Menurut teorinya rangkaian tersebut
memiliki rumus perhitungan tegangan output sebagai berikut :
Terlihat bahwa hasil percobaan dengan perhitungan penguatan, yaitu 23.8 Vpp, hasilnya
tidak jauh berbeda dengan perhitungan, maka dari itu percobaan dapat dikatakan
valid/benar.
Hasil penghitungan ini jika dibandingkan dengan hasil pengujian tidak berbeda. Hasil
pengujian menunjukkan besarnya Vout adalah 21,6 Vpp. Maka dari itu dapat dikatakan
praktikum valid, karena hasil perhitungan sama dengan hasil pengukuran.
Rf
Vout (V2 V1 ) 7Volt
R1
Jika dibandingkan dengan hasil pengujian ternyata hasilnya berbeda. Hasil pengujian
menunjukkan besarnya Vout adalah 13 Vpp. Kesalahan atau selisihnya adalah sekitar 50 %.
Jadi ada kesalahan yang cukup signifikan pada rangkaian ini. Selisih antara hasil pengujian
dengan hasil percobaan dikarenakan perhitungan dalam kondisi komponen ideal. Sedangkan
dalam prakteknya tidak ada komponen yang ideal. Kemudaian besarnya tegangan pada kaki
input negatif akan sama dengan kaki input positif. Selain itu, praktikan bisa juga salah dalam
membaca skala dalam CRO.
Penguat penjumlah adalah suatu penguat yang akan menjumlahkan semua sinyal input yang
masuk ke op-amp. Besarnya V1 = V2 = V3 karena jika dirangkai paralel maka tegangannya
akan sama. Karena hambatan input op-amp adalah tak berhingga, tidak ada arus yang masuk
ke op-amp dan arus akan mengalir melalui resistor 100 kΩ (RF). Jadi
IRF = I1 + I2 + I3
Besarnya tegangan output dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.
R R R
Vout F V1 F V2 F V3
R1 R2, R3
Terlihat perbedaan yang sangat besar antara hasil pengukuran dan penghitungan,
error/salah.
VI. Kesimpulan
1. Penguat operasional (op-amp) adalah dc yang memiliki nilai Gain yang sangat besar,
Impedansi input yang tinggi dan Impedansi output yang rendah. Dengan tingginya
impedansi input dan rendahnya impedansi output maka Gain yang diberikan akan
menjadi besar.
2. Arus tidak bisa memasuki Op-Amp melalui inputnya tetapi melalui outputnya
3. Penguat pembalik (inverting amp) menghasilkan gain tegangan dipengaruhi oleh nilai
v0 R
hambatan RF dan R1 yang dapat dinyatakan dengan Av F dan sinyal output
v1 R1
yang dihasilkan memiliki beda fase sebesar 180 0.
4. Penguat tak pembalik (non-inverting amp) menghasilkan gain tegangan yang juga
dipengaruhi oleh nilai hambatan R F dan R1 yang dapat dinyatakan dengan
v0 R1 R F
AV dan bentuk gelombang outputnya sama dengan gelombang
v1 R1
inputnya.
5. Penguat beda (differensial amp) menghasilkan gain tegangan yang dapat dinyatakan
Vout ( R3 Rin ( R1 R2 ) R F )
dengan Av
Vin Rin ( R1 R2 R3 )
6. Penguat integrator akan mengubah sinyal input gelombang sinus, kotak dan segitiga
berturut – turut menjadi gelombang sinus, segitiga, dan sinus.
7. Penguat diferensiator akan mengubah sinyal input gelombang sinus, kotak, dan segitiga
berturut – turut menjadi gelombang sinus, gelombang garis lurus dengan beberapa
lonjakan serta penurunan yang drastis, dan gelombang kotak.
VII. Lampiran
Jawaban pertanyaan
1. Op-Amp ideal.
Jawaban :
Sifat Op-Amp ideal
Tidak ada arus yang masuk/keluar dari masukannya. Hal ini dikarenakan impedans
keluarannya.
Penguat tegangan (A) =
Dirumuskan : =( - )
Tegangan keluaran hanya tergantung dari selisih voltase pada masukan dan tidak
tergantung dari potensial bersama pada kedua masukannya.
Jika Op- Amp dalam keadaan jenuh maka keluaran = 0 , yaitu jika =
Suatu Op-Amp memerlukan voltase supply supaya bisa bekerja. Biasanya diperlukan
supply positif ( ) dan supply negative ( ).
Lebar bidang Bandwidth =