TDK Tangki Berpengaduk PDF
TDK Tangki Berpengaduk PDF
I. Pendahuluan
-1/34-
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II
II. Tujuan
III. Sasaran
Viskositas semua cairan dan larutan akan turun seiring dengan kenaikan
temperatur. Analisis kuantitatif pertama kali mengenai hal ini dilakukan oleh Poiseuille.
Dia menemukan bahwa viskositas air pada temperatur tertentu dapat dihubungkan dengan
viskositas pada 0 oC melalui persamaan empiris:
η0
η= (3)
1 + αT + βT 2
dengan α,β = konstanta Thrope dan Roger
η = viskositas cairan pada temperatur T
ηo = viskositas air pada temperatur 0 oC
Hal yang penting dari tangki pengaduk dalam penggunaannya antara lain:
1. Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silindris dan bagian bawahnya cekung
2. Ukuran: yaitu diameter dan tinggi tangki
3. Kelengkapannya:
a. ada tidaknya baffle, yang berpengaruh pada pola aliran di dalam tangki
b. jacket atau coil pendingin/pemanas yang berfungsi sebagai pengendali suhu
c. letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu
d. kelengkapan lainnya seperti tutup tangki, dan sebagainya.
Skema lengkap dari sebuah tangki berpengaduk sederhana ditunjukkan pada Gambar 2.
menimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut. Oleh sebab itu,
pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu operasi pencampuran fasa
cair dengan tangki pengaduk.
Pencampuran yang baik akan diperoleh bila diperhatikan bentuk dan dimensi
pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan proses pencampuran,
serta daya yang diperlukan.
Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan
timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan
baffle atau cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk di
atas.
Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:
1. Propeller
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan
arah aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki
viskositas rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas
sirkulasi yang dihasilkan besar dan sensitif terhadap beban head.
Dalam perancangan propeller, luas sudu biasa dinyatakan dalam
perbandingan luas area yang terbentuk dengan luas daerah disk. Nilai nisbah ini
berada pada rentang 0.45 sampai dengan 0.55.
Pengaduk propeler terutama menimbulkan aliran arah aksial, arus aliran
meninggalkan pengaduk secara kontinu melewati fluida ke satu arah tertentu
sampai dibelokkan oleh dinding atau dasar tangki.
2. Turbine
Istilah turbine ini diberikan bagi berbagai macam jenis pengaduk tanpa
memandang rancangan, arah discharge ataupun karakteristik aliran. Turbine
merupakan pengaduk dengan sudu tegak datar dan bersudut konstan. Pengaduk
jenis ini digunakan pada viskositas fluida rendah seperti halnya pengaduk jenis
propeller [Uhl & Gray, 1966]. Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan
tengensial. Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran
yang kuat antar fluida.
Salah satu jenis pengaduk turbine adalah pitched blade. Pengaduk jenis ini
memiliki sudut sudu konstan. Aliran terjadi pada arah aksial, meski demikian
terdapat pule aliran pada arah radial. Aliran ini akan mendominasi jika sudu berada
dekat dengan dasar tangki.
3. Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses
pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu,
horizontal atau vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada
aliran fluida laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle.
Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hampir
tannpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horisontal setelah
mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila digunakan pada
kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
a. Flate Blade
b. Curved Blade
c. Pitched Blade
a. Standard three
baldes
b. Weedless
c. Guarded
Gambar 5 Tipe-tipe pengaduk jenis propeler
a. Basic
b. Anchor
c. Glassed
Untuk menjamin keamanan proses, pengaduk dengan kecepatan lebih tinggi dari
400 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari 200
cP, atau volume cairan lebih besar dari 2000 L. Pengaduk dengan kecepatan lebih besar
dari 1150 rpm sebaiknya tidak digunakan untuk cairan dengan viskositas lebih besar dari
50 cP atau volume cairan lebih besar dari 500 L. Kecepatan pengaduk ditentukan oleh
viskositas fluida dan ukuran geometri sistem pengadukan.
Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang hadir dalam tangki berpengaduk yaitu:
a. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk
b. komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
c. komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran
sekitar tangkai pengaduk.
Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan komponen
longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical shaft). Komponen
radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola aliran yang diperlukan untuk
aksi pencampuran (mixing action).
Pengadukan pada kecepatan tinggi ada kalanya mengakibatkan pola aliran
melingkar di sekitar pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vorteks. Vorteks
dapat terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak menggunakan
baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena beberapa alasan. Pertama
kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam tangki. Hal ini disebabkan oleh
kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua udara dapat masuk dengan mudahnya
ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh hingga mencapai bagian atas
pengaduk. Ketiga, adanya vorteks akan mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada
tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah. Upaya berikut ini dapat dilakukan
untuk menghindari vorteks, yaitu:
1. menempatkan tangkai pengaduk lebih ke tepi (off-center)
2. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
3. menambahkan baffle pada dinding tangki.
menghasilkan pencampuran yang lebih baik, maka penggunaan draft tube tetap menjadi
pilihan utama.
Posisi pengaduk dalam draft tube ditentukan oleh jenis pengaduk yang
digunakan. Untuk pengaduk jenis turbine, pengaduk diletakkan di bawah draft tube. Tapi
untuk pengaduk jenis propeller, pengaduk diletakkan di dalam draft tube. Gambar 9
merupakan sketsa sederhana tangki berpengaduk dengan draft tube.
IV.10 Laju dan Waktu Pencampuran (Rate & Time for Mixing)
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk dengan
kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju
di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir [Coulson and
Richardson, 1999].
Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini
dipengaruhi oleh beberapa hal,
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti:
a. ada tidalnya baffle atau cruciform baffle
b. bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
c. ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
d. laju putaran pengaduk
e. kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
1. jarak terhadap dasar tangki
2. pola pemasangannya:
- center, vertikal
- off center, vertikal
- miring (inciclined) dari atas
- horisontal
f. jumlah daun pengaduk
g. jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk:
a. perbandingan kerapatan/ densitas cairan yang diaduk
b. perbandingan viskositas cairan yang diaduk
c. jumlah kedua cairan yang diaduk
d. jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)
Untuk selanjutnya faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat
dimanipulasi untuk mengamati pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan,
terutama terhadap waktu pencampuran.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan laju
pencampuran, antara lain:
1. menambahkan pewarna dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
keseragaman warna
2. menambahkan larutan garam dan mengukur konduktivitas elektrik saat
komposisi seragam
3. menambahkan asam atau basa serta mendeteksi perubahan warna indicator ketika
proses netralisasi sudah selesai
4. metoda distribusi waktu tinggal (residence time distribution) yang diukur dengan
memantau konsentrasi output
5. mengukur temperatur serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai keseragaman.
Waktu pencampuran ditentukan oleh beberapa variable proses dan operasi yang
ditunjukkan oleh hubungan berikut ini.
θm = f ( ρ, µ, N, D, g. dimensi geometri sistem)
dengan θm = waktu pencampuran
ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Jika faktor dimensi geometri dan bilangan Froude (DN2/g) diabaikan, maka
hubungan 2.5 dapat disederhanakan menjadi:
ρND 2
θ m = f = f (Re ) (4)
µ
Dua sistem yang sama secara geometri dapat dikatakan sama secara dinamik jika
perbandingan gaya-gaya yang bekerja pada sistem sama. Sedangkan kesamaan kinematik
terjadi jika kecepatan pada titik bersesuaian memiliki perbandingan yang sama.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan daya (power) P untuk pengadukan adalah
diameter pengaduk D, kekentalan cairan, kerapatan cairan, medan gravitasi g, dan laju
putar pengaduk N.
Maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
P = f (D ,µ, ρ, g, N) (6)
Bila dianggap hubungan besaran-besaran tersebut seperti persamaan berikut:
P = K (Da ,µb, ρf, ge, Ng) (7)
dimana K adalah konstanta, dengan analisa dimensi yang menggunakan dimensi M untuk
massa, L untuk panjang, dan T untuk waktu, maka:
b e f g
ML2 M L M 1
3
= La . . 2 . 3 . (8)
T LT T L T
ρD(ND ) ρD 2 N
Re = = (10)
µ µ
dengan ρ = densitas fluida
µ = viskositas fluida
D = diameter pengaduk
v 2 (ND )
2
N2D
Fr = = = (11)
Dg Dg g
dengan Fr = bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi
Re = bilangan Reynold
Pr = bilangan Prandtl
a, b, c = konstanta eksperimental
Persamaan pertama dapat diubah menjadi:
ln Po = ln a + b ln Re (15)
Dari hasil peneliti sebelumnya [Deddy, RSCE], hubungan antara Power dan
nisbah cair-padat disajikan pada Gambar 10 sedangkan hubungan antara bilangan
Reynold dan bilangan Power disajikan pada Gambar 11.
100
10
1
5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000
impeller harus cukup tinggi agar dapat mencapai semua sudut tangki. Keturbulenan aliran
adalah akibat arus yang terarah baik serta gradien kecepatan yang cukup besar di dalam
zat cair. Sirkulasi dan pembangkitan keturbulenan aliran memerlukan energi, dan terdapat
hubungan antara pemasukan daya dan parameter perancangan bejana pencampur
berpengaduk.
Sketsa dimensi tangki dapat dilihat pada Gambar 12.
3 D
q = 0.92.n.Da . t (24)
Da
Salah satu pertimbangan yang sangat penting dalam merancang bejana pengaduk
adalah kebutuhan daya untuk memutar impeller. Bila aliran di dalam tangki adalah
turbulen, kebutuhan daya dapat diperkirakan dari hasil kali aliran q yang didapat dari
impeller dan energi kinetik Ek per satuan volume fluida. Besaran aliran q adalah:
q = n.Da3.NQ (25)
Sedangkan energi kinetik aliran didiefinisikan sebagai:
ρ.(V'2 ) 2
Ek = (26)
2.g c
Kecepatan V’2 sedikit lebih kecil dari kecepatan ujung u2. Jika rasio V’2/u2 disimbolkan
dengan α, maka V’2 = α.π.n.Da, dan kebutuhan daya adalah:
ρ
3
P = n.D a .N Q . (α.π.n.D a )2 (27)
2.g c
ρ.n 3 .D a
5
α 2 .π 2
P= N Q (28)
gc 2
Dalam bentuk tanpa dimensi persamaan tersebut menjadi:
P.g c α 2 .π 2
5
= NQ (29)
n 3 .Da .ρ 2
Ruas kiri persamaan tersebut dianamakan bilangan daya (power number) NP, yang
didefinisikan sebagai:
P.g c
NP = 3 5
(30)
n .Da .ρ Q
Untuk menaksir daya yang diperlukan untuk memutar impeller pada kecepatan
tertentu, diperlukan korelasi empirik mengenai daya (bilangan daya). Bentuk korelasi
demikian didapatkan dari analisis dimensi, bila spesifikasi tangki, sekat, dan impeller
diketahui.Variabel-variabel yang dianalisis adalah dimensi penting tangki, sekat, dan
impeller, viskositas, densitas, dan kecepatan zat cair, serta fenomena vorteks yang terjadi
di permukaan cairan. Sebagian zat cair akan terangkat lebih tinggi dari permukaan rata-
rata zat cair, yaitu permukaan dalam keadaan tidak teraduk, dan gaya angkat ini harus
diatasi oleh gaya gravitasi. Gugus-gugus tanpa dimensi yang berkorelasi dengan bilangan
daya adalah bilangan Reynolds, bilangan Froude, dan faktor bentuk, sehingga dapat
dirumuskan persamaan:
Gambar 15a dan 15b Korelasi bilangan Reynolds dan bilangan daya.
keturbulenan. Pada waktu arus melambat karena membawa serta aliran lain di sepanjang
dinding, terjadi juga pencampuran radial sedang pusaran-pusaran besar pecah menjadi
kecil, tetapi tidak banyak terjadi pencampuran pada arah aliran, Fluida akan mengalami
satu lingkaran penuh dan kembali ke pusat impeller, dan berkontak dengan massa fluida
yang lain dan terjadi pencampuran. Perhitungan yang didasarkan atas model ini
menunjukkan bahwa pencampuran yang hampir sempurna (99%) tercapai saat isi tangki
disirkulasikan sebanyak 5 kali. Waktu pencampuran dapat diperkirakan dari korelasi
aliran yang dihasilkan turbin standar berdaun 6, sebagai berikut:
3 D
q = 0.92 n.D a t (32)
Da
2
5V πD .H 1
tT ≈ = 5. t . 2
(33)
q 4 0.92.n.D a .D t
atau
2
D Dt
n.t T . a . = konstan = 4.3 (34)
Dt H
Untuk tangki dan impeller tertentu, atau untuk berbagai sistem yang serupa
secara geometri, waktu pencampuran diperkirakan akan berbanding terbalik dengan
kecepatan pengaduk. Grafik pada gambar 16 menyajikan hasil untuk berbagai sistem
yang dikorelasikan dalam n.tT terhadap NRE. Untuk turbin dengan spesifikasi Da/Dt = 1/3
dan Dt/H =1, nilai n.tT untuk NRE > 103 adalah 36.
dengan turbin bersekat berubah sesuai persamaan polinomial berorde –1.5 terhadap
kecepatan pengaduk dan meningkat lagi dengan cepat jika NRE diturunkan. Faktor waktu
pencampuran dapat disusun kembali untuk rejim turbulen sesuai persamaan Norwood dan
Metzner, sebagai berikut:
2 1/2 1/ 6
t (nDa 2 ) 2/3 .g1/6 .D a
1/ 2
D Dt g
ft = T 3/2
= n.t T . a 2 (35)
H1/2 .D t Dt H n .D a
Bilangan froude dalam persamaan tersebut menyiratkan adanya efek vorteks,
yang dapat terjadi pada bilangan reynolds yang rendah. Bilangan froude dapat diabaikan
pada tangki bersekat dengan aliran yang sangat turbulen (NRE sangat tinggi).
V. Rancangan Percobaan
9. Voltmeter
10. Amperemeter
Dan daftar bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktikum ini adalah:
1. Aliran air sebagai fluida dari kran
2. Aqua DM
3. Lindi
4. Larutan NaOH
5. Larutan HCl
6. Indikator pp
korelasi daya terdapat parameter P (daya). Nilai daya ini diukur dengan mengamati
tegangan dan arus yang dibutuhkan untuk menggerakkan pengaduk.
Keterangan gambar:
1 = Tangki stainless steel 8 = Temperature recorder
2 = Draft tube 9 = Motor pengaduk
3 = Pengaduk 10 = Voltmeter
4 = Termokopel 11 = Amperemeter
5 = Tangki pemanas 12 = Sumber listrik PLN
7 = Kumparan pemanas
Diagram kerja percobaan ini secara ringkas disajikan pada Gambar 18 berikut:
Variabel Percobaan:
¾ Temperatur
¾ Jenis cairan
Percobaan pendahuluan,
penentuan sifat fisik fluida Metode Pengukuran:
(viskositas dan densitas) ¾ Viskositas : Ostwald
¾ Densitas : Piknometer
Variabel Percobaan:
Percobaan dingin model ¾ Cairan dalam tangki
draft tube dalam tangki berpengaduk
kapasitas 2 L dengan TKS ¾ Kecepatan putaran
pengaduk
¾ Diameter pengaduk
¾ Temperatur bath
¾ Nisbah cair-padat
Hasil Percobaan
¾ mixing time
¾ daya pengadukan Metode Pengukuran:
Pengukuran temperatur
cairan dengan
pemanasan dari dinding
Maka:
- waktu tempuh rata-rata adalah 176,67 detik
- Viskositas air kran = 0,0008528 kg/m.s
D 2 .N.ρ
Persamaan yang digunakan: N RE =
µ
7. Penentuan Bilangan Freude (NFR)
DN 2
Persamaan yang digunakan: N FR =
g
8. Perhitungan ln NP, ln NRE, ln NFR.
9. Perhitungan (ln NP)2, (ln NRE)2, (ln NFR)2
10. Perhitungan (ln NP* ln NRE), (ln NRE* ln NFR), dan (ln NFR* ln NP)
11. Umumnya diambil 7 seri data dan nilai-niali tersebut terletak dalam 1 kolom.
Nilai ln NP, ln NRE, dan ln NFR; (ln NP)2, (ln NRE)2, dan (ln NFR)2; (ln NP* ln
NRE), (ln NRE* ln NFR), dan (ln NFR* ln NP) dijumlahkan berurutan di bawah
kolom.
Berikut ini adalah contoh seri data dan perhitungannnya:
N' V I Vo Io Peff
NPO NRE NFR
(rps) (volt) (mA) (volt) (mA) (Watt)
0.333 50 30 22.5 25 0.938 2773.420 1496.985 0.001
0.833 55 45 34 30 1.455 2754.463 3742.463 0.004
1.167 65 55 44 40 1.815 1252.154 5239.448 0.009
1.667 70 65 50 50 2.050 485.098 7484.926 0.018
D 2 .N.ρ
Persamaan yang digunakan: N RE =
µ
5. Perhitungan tempuhan putaran impeller sampai 2 fluida tercampur
Persamaan yang digunakan d = n(rps).t
6. Perhitungan ln NRE
7. Perhitungan ln [n(rps).t]
8. Pembuatan kurva korelasi pencampuran, dengan memplot antara ln NRE di
sumbu x dan ln [n(rps).t] di sumbu y
Berikut ini adalah contoh seri data dan langkah-langkah perhitungan korelasi
waktu pencampurannya:
ln (n.t)
2
1.5
1 y = 2.5201x 3 - 62.007x 2 + 506.21x - 1369
R2 = 0.5248
0.5
0
7 8 9 10
ln N RE
3 35
2.5 30
25
P eff (Watt)
2
20
t (s)
1.5
15
1
10
0.5 5
0 0
0 50 N (rpm) 100 150
Dari grafik tersebut terlihat bahwa kondisi optimum proses pencampuran tercapai
dengan laju agitator 49 rpm, waktu pencampuran 1,47 detik dan daya
pencampuran yang diberikan 16 Watt.
M.L2 a M L e M 1
b f g
= L . . 2 . .
T3 LT T L3 T
L: 2 = a-b+e-3f
M: 1=b+f
T: -3 = -b-2e-g
f = 1 –b
a = 2 +b-e+3-3b = 5-2b-e
g = -b-2e+3
5-2b-e b e 1-b -b-2e+3
P = k (D .µ .g .ρ .N )
P D 2 .N .ρ − b D.N 2
−e
= k .
D 5 N 3 .ρ µ g
N PO = k .( N RE ) m * ( N FR ) n
Hubungan korelasi antara bilangan daya, bilangan reybolds, dan bilangan
froud adalah:
ln N PO = ln k + m ln N RE + n. ln N FR
Pada masing-masing impeller dapat dihitung besarnya nilai k,m, dan n dari data
percobaan dengan menggunakan metoda Least Square.
Persamaan: ln N PO = ln k + m ln N RE + n. ln N FR
Misalkan:
ln NPO = Y
ln k = A
m. ln NRE = m.X1
n. ln NFR = n. X2
Yi = A + m.X1 + n.X2
S = ∑ (Y − Yi ) = ∑ (Y − A − mX 1 − nX 2 )
2 2
A u ∑X 1 ∑X 2 ∑Y
m = X
∑ 1 ∑X ∑ X .X 2 . ∑ X 1 .Y
2
1 1
∑ X 2 .Y
n ∑ X 2 ∑X ∑X
2
1 2
Daftar Pustaka
1. Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-Hill
2. Book Co., New York, 1978
3. Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perry’s Chemical Engineers’ Handbook,
6th Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984
4. Brodley, and Hershey, Transport Phenomena: A Unified Approach, McGaw-Hill
Book Co., New York, 1988, Chapter: Application of Mixing
5. Moo-Young et al., The Blending Efficiencies of Some Impellers in Batch Mixing,
AIChEJ, 18 (1), 1972, pp. 178-182
6. Tatterson, and Gary, B., Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated Tanks,
McGraw-Hill Book Co., New York, 1991, Chapter 1,2, and 4.