Anda di halaman 1dari 3

SPIROMETER

Rinto Prio Rizaldi (081511733023)


Dosen: Fadli Ama, S.T., M.T.
Tanggal Percobaan: 16 November 2017
Praktikum Biomekanika dan Biotransportasi
Laboratorium Teknobiomedik, Fak. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Abstrak

Volume udara pernapasan dapat diketahui dengan menggunakan spirometer. Pada percobaan ini dapat
mengukur FVC (Forced Vital capacity), SVC (Slow Vital Capacity) , MVV (Max Voluntary Ventilation) , dan MV.
Percobaan ini akan mengetahui Kapasitas Pernafasan Maksimal (KPM) dan volume paru setiap praktikan.

Kata kunci: spirometer, volume, paru

1. Pendahuluan Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity


(FVC) adalah volume total dari udara yg
Pemeriksaan kapasitas volume
dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi
pernafasan dilakukan dengan menggunakan
maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
spirometer dengan pola pernafasan FVC, SVC,
minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini
MVV, dan MV. Masing-masing pola memiliki
penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru
kapasitas volume yang berbeda yang
secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu
Spirometer memprediksi standar gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan
pengukuran kapasitas volume pernafasan aliran udara) dan restriktif (hambatan
berdasarkan data yang telah dimasukkan pengembangan paru). Seseorang dianggap
praktikan. Spirometer mengukur udara yang mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif
masuk melalui selang yang terhubung dengan bila nilai FEV1 kurang dari 75% dan menderita
mulut praktikan. Pola pernafasan yang gangguan fungsi paru restriktif bila nilai
dibutuhkan oleh setiap uji pada spirometer kapasitas vital kurang dari 80% dibanding
berbeda, tergantung apa yang akan diukur oleh dengan nilai standar. (Alsagaf, dkk, 2005).
spirometer.
2.1 PENGUKURAN PADA SPIROMETER
2. Studi Pustaka
a. Vital Capacity (VC)
Volume paru dan kapasitas paru dalam
Vital Capacity adalah jumlah udara
menampung dan mengeluarkan udara dapat
(dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu
diukur dengan menggunakan spirometer.
pernapasan yang normal. Praktikan diinstruksi
Spirometer merupakan perangat pengukur
untuk menginhalasi dan mengekspirasi secara
volume udara pernafasan yang berfungsi untuk
normal untuk mendapat ekspirasi yang
mengetahui kondisi paru manusia saat bernafas
maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari
dalam jangka waktu tertentu dengan melakukan
jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru
perekaman jumlah udara keluar (expirasi) dan
dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil
masuk (inspirasi) ke dalam paru-paru manusia.
akan tersisa didalam paru selepas ekspirasi
Spirometri merekam secara grafis atau maksimal. Volume inidisebut residual volume
digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas (RV) (Guyton, 2006).
vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced
b. Forced vital capacity (FVC)
Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari
udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah Setelah mengekspirasi secara maksimal,
inspirasi maksimum dengan usaha paksa praktikan disuruh menginspirasi dengan usaha
minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan
Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) . cepat. FVC adalah volume udara yang
diekspirasi kedalam spirometri dengan usaha 4. Hasil dan Analisis
inhalasi yang maksimum (Ganong, 2005).
c. Forced expiratory volume (FEV) Praktiikan BB TB Umur FVC
Pada awalnya FVC diukur dengan (kg) (m) (tahun)
volume udara keluar ke dalam spirometri Rinto 61 1.81 21 3.99
dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Desi 51 1.56 19 2.89
Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran
sebanyak 97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 Tabel 4.1 Hasil Praktikum
digunakan lebih banyak yaitu volume udara
yang diekspirasi kedalam spirometri pada 1  Perhitungan untuk Desi
detik. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC ( LB(m2)=0,007184 X TB(m)0,725 X BB(Kg)0,425
Ganong, 2005) .
LB(m2)=0,007184 X 1.560,725 X 510,425
d. Maximal voluntary ventilation (MVV)
= 0.052735 m2
Praktikan akan bernapas sedalam dan
Vital Capacity Standard :
secepat mungkin selama 15 detik. Rerata
volume udara (dalam liter) menunjukkan VC = [-3,37+(0,028 x umur)+(0,036 x TB) +
kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006) (0,9542 x umur)]
3. Metodologi VC = [(-3,37 + (0,028 x 19) + (0,036 x 1.56) +
(0,9542 x 19)] = 15.34796 L
Alat yang digunakan pada pemeriksaan
denyut nadi adalah satu set spirometer. Kapasitas Pernafasan Maksimal :
Sedangkan metode pemeriksaan volume
KPM = [(71,3-(0,474 x umur)) x LB]
pernafasan dengan menggunakan spirometer
adalah : KPM = [71,3-(0,474 x 20) x 0,0562] = 3.285074 L
 Perhitungan untuk Rinto
Menyiapkan set spirometer.
Memasukkan data berupa nama, 𝐿𝐵(𝑚2 ) = 0,007184 × 𝑇𝐵(𝑐𝑚)0,725 × 𝐵𝐵(𝑘𝑔)0,425
usia, berat badan, tinggi badan dll LB (m2) = 0,007184 × 1,810,725× 660,425 = 0,065537
pada spirometer m2
Standar Volume Paru:
VC = ((-5,44 + (0,061 x Umur) + (0,048 x TB) +
Melakukan ekspirasi normal hingga
(1,50012 x umur) )
maksimal melalui corong pada
perangkat spirometer. VC = ((-5,44 + (0,061 x 21) + (0,048 x 1.81) +
(1,50012 x 21)) = 21.4304 L
Kapasitas pernapasan maksimal:
Melakukan inspirasi normal hingga 𝐾𝑃𝑀 = {(86,5 − (0,522 × 𝑈𝑚𝑢𝑟))
maksimal melalui corong pada × 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛}
perangkat spirometer. KPM = {(86,5 – (0,522 x 21)) x 0,065537} =
4.950567 L
Praktikum ini seharusnya memeroleh
Melakukan pola pernapasan seperti data FVC, SVC, MVV, dan MV. Namun, data
ter-engah – engah dan lakukan yang dapat diperoleh hanya data FVC. Karena
pernapasan biasa selama 1 menit. kesalahan kelompok kami yang tidak mencatat
hasil SVC, MVV, dan MV. FVC dari praktikan
Desi dan Rinto sebesar 3.99 dan 2.89 dengan
prediksi awal adalah 3.37 dan 5.05. Data
Mengambil data dari grafik yang
diperoleh dalam spirometer
prediksi tersebut diperoleh dari data jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, usia, dan ras
yang data-data tersebut diproses oleh mesin
spirometer. Perbedaan antara data yang
diperoleh pada percobaan dan presiksi dapat
dikarenakan oleh udara yang dihembuskan
praktikan tidak semuanya yang masuk ke dalam
spirometer.
VC dan KPM yang diperoleh dari
perhitungan untuk desi sebesar 15.34796 L dan
3.285074 L. Untuk Rinto sebesar VC dan KPM
sebesar 27.4304 L dan 4.950567 L. Perbedaan di
antara kedua praktikan tersebut dapat terjadi
karena berat badan dan tinggi badan kedua
praktikan tersebut berbeda sehingga
berpengaruh pada perhitungan KPM.
5. Kesimpulan
Dari praktikum yaang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa :
- Spirometer dapat memberikan data
yang akurat salah satunya jika
praktikan melakukan pemeriksaan
dengan benar.
- VC dan KPM setiap orang berbeda
bergantung pada tinggi badan, berat
bada, jenis kelamin, dan usia.
Daftar Pustaka
[1] Alsagaff, dkk., 2005. Dasar-dasar Ilmu
Penyakit Paru. Airlangga University Press,
Surabaya
[2] Dorlan,W. A. Newman. 2006. Kamus
Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC.
[3] Ganong, WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 20 alih bahasa dr, H. M.
Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedoketran EGC.
[4] Guyton, Arthur C. 2006. Text Book of
Medical Physiology, 11th ed.Elsevier.Inc :
Pennsylovania.

Anda mungkin juga menyukai