Anda di halaman 1dari 7

J. Akad. Kim.

3(3): 143-149, August 2014


ISSN 2302-6030
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium
polyanthum) DENGAN MENGGUNANAKAN 1,1-DIFENIL-2-
PIKRILHIDRAZIL

Antioxsidant Activity Test of Bay Leave (Syzygium polyanthum) Extract Using


1,1-diphenyl-2-picrilhidrazyl

* Putrawan Bahriul, Nurdin Rahman dan Anang Wahid M. Diah


Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 17 July 2014, Revised 19 August 2014, Accepted 20 August 2014

Abstract
Antioxidant activity test of bay leave (Syzygium polyanthum) extract using 1,1-diphenyl-2-
picrylhidrazyl (DPPH) has been investigated. The aim of this research is to determine antioxidant
strength of bay leave (Syzygium polyanthum) extract. The bay leaves used in this research were young,
medium, and old leaves categories. Concentration of DPPH free radical after additional bay leave
extracts were determined by UV-Vis spectrophotometry. Variation concentrations of bay leave extracts
were 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, and 80 ppm. Vitamin C solution was used as the positive control at the
similar concentration, while DPPH solution in ethanol absolute was the negative control. The results
showed that IC50 values for young, middle, and old leaves extracts were 37.441 ppm, 14.889 ppm,
and 11.001 ppm, whereas vitamin C was 9.898 ppm. Based on these IC50 values, vitamin C is the
strongest antioxidant than young, middle, and old bay leave extracts, and these extracts are classified as
very strong natural antioxidant.
Keywords : Antioxidant Activity; Exstract Bay Leave; Bay Leave; DPPH; Vitamin C

Pendahuluan
Indonesia terkenal dengan kekayaan alam sebagai obat gatal-gatal, kayunya untuk
yang memiliki berbagai jenis tumbuhan yang bahan bangunan (Sembiring, dkk, 2008),
berkhasiat sebagai obat. Obat tradisional telah sedangkan buah salam dapat digunakan sebagai
dikenal dan digunakan secara turun-temurun antioksidan karena mengandung antosianin
oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat yang (Ariviani, 2010)
jauh dari pelayanan kesehatan pada umumnya Antioksidan merupakan suatu substansi
memanfaatkan tanaman sebagai obat, salah yang pada konsentrasi kecil secara signifikan
satunya adalah daun salam (Sumono & Mulan, mampu menghambat atau mencegah oksidasi
2009) pada substrat yang disebabkan oleh radikal
Daun salam sebagai tanaman obat asli bebas (Isnindar, dkk, 2011). Radikal bebas
Indonesia banyak digunakan oleh masyarakat merupakan molekul yang sangat reaktif karena
untuk menurunkan kolesterol, kencing manis, memiliki elektron yang tidak berpasangan
hipertensi, gastritis, dan diare. Daun salam dalam orbital luarnya sehingga dapat bereaksi
diketahui mengandung flavonoid, selenium, dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat
vitamin A, dan vitamin E yang berfungsi sebagai elektron molekul sel tersebut (Utomo, dkk,
antioksidan (Riansari, 2008). Daun salam 2008). Radikal bebas yang dihasilkan secara
apabila diremas-remas dapat menghasilkan terus menerus selama proses metabolisme
minyak atsiri yang memiliki aroma harum. normal, dianggap sebagai penyebab terjadinya
Kulit batang, akar dan daun dapat digunakan kerusakan fungsi sel-sel tubuh yang akhirnya
menjadi pemicu timbulnya penyakit degeneratif
*Korespondensi: (Juniarti, dkk, 2009)
P. Bahriul Antioksidan sintetik seperti BHA (butylated
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako hidroxy aniline) dan BHT (butylated hidroxy
email: putrawan_bachriul@yahoo.com toluen) telah diketahui memiliki efek samping
© 2014 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako yang besar antara lain menyebabkan kerusakan
143
Volume 3, No. 3, 2014: 143-149 Jurnal Akademika Kimia

hati (Kikuzaki, dkk, 2002). Di sisi lain alam 2 x 24 jam filtrat yang diperoleh disaring dan
menyediakan sumber antioksidan yang efektif residunya dimaserasi kembali dengan pelarut
dan relatif aman seperti flavonoid, vitamin etanol. Hasil ekstraksi selanjutnya dipekatkan
C, beta karoten dan lain-lain. Hal tersebut dengan menggunakan rotary vacuum
mendorong semakin banyak dilakukan evaporator.
eksplorasi bahan alam sebagai sumber
antioksidan. Identifikasi senyawa bioaktif daun salam
Menurut Molyneux (2004), antioksidan Uji alkaloid: 0,1 gram ekstrak daun salam
bereaksi dengan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil ditambahkan dengan 5 mL etanol absolut,
(DPPH) yang menstabilkan radikal bebas dan kemudian ditambahkan dengan Reagen Mayer
mereduksi DPPH. Kemudian DPPH akan setetes demi setetes. Terbentuknya endapan
bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa yang berwarna merah sebagai indikator reaksi
peredam radikal bebas membentuk 1,1-difenil- positif adanya alkaloid.
2-pikrilhidrazin (DPPH-H) yang lebih Uji flavonoid: 0,1 gram ekstrak daun salam
stabil. Reagen DPPH yang bereaksi dengan
ditambahkan dengan 5 mL etanol absolut
antioksidan akan mengalami perubahan
warna dari ungu ke kuning, intensitas warna kemudian ditambahkan lagi dengan 0,1 gram
tergantung kemampuan dari antioksidan. logam Mg. Jika terbentuk warna kuning jingga
Aktivitas antioksidan dari suatu senyawa menunjukkan reaksi positif adanya flavonoid.
dapat digolongkan berdasarkan nilai IC50 yang Uji saponin: 0,1 gram ekstrak daun salam
diperoleh. Jika nilai IC50 suatu ekstrak berada ditambahkan dengan 5 mL aquades panas lalu
dibawah 50 ppm maka aktivitas antioksidannya didinginkan. Setelah itu campuran dikocok
kategori sangat kuat, nilai IC50 berada diantara sampai muncul buih dan didiamkan selama
50-100 ppm berarti aktivitas antioksidannya 2 menit. Selanjutnya campuran ditambahkan
kategori kuat, nilai IC50 berada di antara dengan 2 tetes HCl 2 N dan dikocok lagi
100-150 ppm berarti aktivitas antioksidannya sampai terbentuk buih yang mantap selama
kategori sedang, nilai IC50 berada di antara 10 menit. Terbentuknya buih tersebut sebagai
150-200 ppm berarti aktivitas antioksidannya indikator reaksi positif adanya saponin.
kategori lemah, sedangkan apabila nilai Uji tanin: 0,1 gram ekstrak daun salam
IC50 berada diatas 200 ppm maka aktivitas ditambahkan dengan 5 mL etanol absolut
antioksidannya dikategorikan sangat lemah kemudian ditetesi dengan FeCl3 1%. Terbentuk
(Molyneux, 2004) warna biru tua menunjukkan reaksi positif
adanya tanin.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Uji aktivitas antioksidan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Larutan induk ekstrak daun salam 1000
Tadulako. Peralatan yang digunakan yaitu ppm dan larutan pembanding vitamin C 1000
neraca analitik, blender, seperangkat alat rotary ppm dipipet masing-masing 0,5 mL, 1 mL,
vacuum evaporator, spektrofotometer UV-Vis 1,5 mL, dan 2 mL, kemudian dimasukkan ke
PG instruments Ltd, labu, penangas air, dan dalam labu ukur 25 mL, lalu ditambahkan 5
peralatan gelas yang umum di laboratorium. mL larutan DPPH 0,5 mM lalu volumenya
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu
daun salam, etanol absolut, reagen mayer, dicukupkan dengan etanol absolut sampai
logam Mg, HCl 2 N, larutan FeCl3 1%, HCl garis tanda. Kemudian didiamkan selama 30
pekat, aquadest, DPPH dan Vitamin C. menit lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 517 nm dengan menggunakan
Ekstraksi daun salam dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sebagai blanko,
pelarut etanol absolut diukur 5 mL larutan DPPH kemudian
Ekstrak daun salam dibuat dengan dicukupkan volumenya hingga 25 mL dalam
mengekstraksi 30 gram serbuk masing-masing labu ukur kemudian diukur absorbansinya.
daun salam (daun muda, daun setengah tua,
daun tua) secara maserasi dengan pelarut Analisa Data
etanol hingga terekstraksi sempurna. Simplisia Besarnya persentase penghambatan terhadap
direndam dalam pelarut etanol absolute radikal DPPH dihitung dengan rumus (Zuhra,
sebanyak 300 mL selama 2 x 24 jam. Setelah dkk, 2008):

144
Putrawan Bahriul Uji Aktivitas Aktioksidan Ekstrak Daun Salam ................

(absblanko - abssampel) Data hasil uji aktivitas antioksidan dari ekstrak


% penghambatan = x 100 % daun salam dan larutan pembanding vitamin C
absblanko disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan


Hasil dan Pembahasan
Data hasil ekstraksi daun salam yang
diperoleh pada penelitian ini disajikan dalam
Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Sampel Daun Salam


dengan Menggunakan Pelarut Etanol
Ekstraksi Daun Salam Menggunakan Pelarut
Etanol Absolut
Ekstraksi merupakan suatu proses selektif
yang dilakukan untuk mengambil zat-zat yang
terkandung dalam suatu campuran dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Metode
pemisahan ini bekerja berdasarkan prinsip
Data hasil uji identifikasi senyawa bioaktif kelarutan like dissolve like, yaitu pelarut polar
pada daun salam yang diketahui memiliki akan melarutkan zat polar, dan sebaliknya
aktivitas antioksidan disajikan pada Tabel 2. (Khopkar, 2003)
Pada penelitian ini metode ekstraksi yang
Tabel 2. Hasil Uji Identifikasi Senyawa Bioaktif digunakan yaitu metode maserasi dengan
Daun Salam menggunakan pelarut etanol absolut. Menurut
(Harborne, 1987) ekstraksi efektif jaringan
tumbuhan yaitu menggunakan pelarut yang
sesuai 10 kali volume atau bobot sampel,
sehingga pada penelitian ini digunakan pelarut
etanol absolut sebanyak 300 ml untuk 30
gram sampel daun salam. Pemilihan metode
maserasi pada penelitian ini karena metode
ini mudah dilakukan dan tidak memerlukan
Keterangan : alat khusus. Pemilihan pelarut etanol absolut
(-) = Hasil negatif pada penelitian ini disesuaikan dengan metode
(+) = Hasil positif lemah yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan
(++) = Hasil positif kuat metode pengujian menggunakan DPPH,
(+++) = Hasil positif sangat kuat dimana metode ini hanya digunakan untuk
Data hasil pengukuran absorbansi ekstrak menguji senyawa-senyawa antioksidan yang
daun salam dan pembanding vitamin C yang larut dalam pelarut organik khususnya alkohol
telah ditambahkan dengan larutan DPPH (Molyneux, 2004), sehingga pada penelitian ini
sesuai variasi konsentrasi disajikan pada Tabel digunakan pelarut alkohol, dalam hal ini yaitu
3. etanol absolut.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Absorbansi Identifikasi Senyawa Bioaktif Daun Salam


Pada penelitian ini dilakukan identifikasi
senyawa bioaktif daun salam yang meliputi
uji alkaloid, uji flavonoid, uji saponin dan
uji tanin. Identifikasi senyawa bioaktif ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
senyawa-senyawa metabolit sekunder yang
Absorbansi blanko (DPPH 0,1 mM) = diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Uji
0,490 pendahuluan yang dilakukan oleh Riansari
(2008) menunjukkan bahwa ekstrak daun

145
Volume 3, No. 3, 2014: 143-149 Jurnal Akademika Kimia

salam mengandung senyawa flavonoid, 40 ppm, 60 ppm, dan 80 ppm yang bertujuan
saponin, tanin, dan selenium. untuk mengetahui tingkat peredaman warna
Cara yang dilakukan untuk mendeteksi sebagai akibat adanya senyawa antioksidan yang
golongan senyawa alkaloid dengan mampu mengurangi intensitas warna ungu dari
menggunakan pereaksi Mayer yang DPPH. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada
memberikan endapan putih yang menunjukkan pengukuran absorbansi diperoleh data yang
adanya alkaloid. Adanya senyawa flavonoid disajikan pada Gambar 1.
ditandai dengan terbentuknya warna kuning-
jingga oleh pereaksi deteksi flavonoid, adanya
tanin ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna biru tua dengan pereaksi deteksi
tanin, sedangkan adanya saponin menimbulkan
busa yang stabil dengan pereaksi deteksi
saponin (Arianti, dkk, 2007). Berdasarkan
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
makin tua umur tanaman makin terakumulasi
senyawa bioaktif yang terkandung di dalamnya.
Peningkatan senyawa bioaktif ini disebabkan
proses sintesis senyawa bioaktif yang meningkat
apabila tanaman terkena cahaya langsung.
Senyawa-senyawa golongan flavonoid dapat Gambar 1. Grafik Hubungan Absorbansi
mengalami peningkatan karena pengaruh DPPH Dengan Konsentrasi Ekstrak Daun
cahaya (Ghulamahdi, dkk, 2008) Salam dan Vitamin C

Uji aktivitas antioksidan Data absorbansi yang diperoleh di atas


Pada penelitian ini, uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa semakin tua umur
pada ekstrak daun salam dengan metode daun, maka semakin kecil nilai absorbansinya.
pengujian menggunakan DPPH. Metode uji Penurunan absorbansi pada umur daun yang
antioksidan menggunakan DPPH adalah salah berbeda disebabkan oleh perbedaan kandungan
satu metode uji kuantitatif untuk mengetahui senyawa antioksidan, dimana semakin tua
seberapa besar aktivitas daun salam sebagai umur daun maka semakin banyak senyawa
antioksidan. Metode pengujian menggunakan antioksidan yang terkandung di dalamnya
DPPH merupakan metode yang konvensional (Arianti, dkk 2007). Semakin banyaknya
dan telah lama digunakan untuk penetapan senyawa antioksidan akan menyebabkan
aktivitas senyawa antioksidan (Utomo, dkk, semakin besar pula peredaman warna ungu dari
2008). Selain itu, pengerjaannya juga mudah, DPPH sehingga nilai absorbansi yang diperoleh
cepat dan sensitif untuk menguji aktivitas semakin kecil. Peredaman tersebut dihasilkan
antioksidan dari ekstrak tanaman menggunakan oleh bereaksinya molekul DPPH dengan
DPPH secara spektrofotometer (Pourmorad, atom hidrogen yang dilepaskan satu molekul
Hosseinimehr, & Shahabimajd, 2006) komponen sampel sehingga terbentuk senyawa
Pengukuran aktivitas antioksidan secara 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH-H) dan
spektrofotometri dilakukan pada panjang menyebabkan terjadinya peluruhan warna
gelombang 517 nm, yang merupakan panjang DPPH dari ungu ke kuning (Zuhra, dkk,
gelombang maksimum DPPH. Metode uji 2008). Aktivitas antioksidan penangkap
menggunakan DDPH ini didasarkan pada radikal dapat diketahui melalui penurunan
penurunan absorbansi akibat perubahan warna serapan tersebut (Oke & Hamburger, 2002).
larutan warna DPPH, dimana DPPH akan Demikian pula dengan pembanding vitamin
bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa C, memiliki nilai absorbansi yang lebih kecil
peredam radikal bebas membentuk DPPH- dibandingkan nilai absorbansi daun salam, hal
Hidrazin yang lebih stabil. Reagen DPPH yang ini dikarenakan vitamin C merupakan senyawa
bereaksi dengan antioksidan akan mengalami antioksidan kuat, sehingga nilai absorbansi
perubahan warna dari ungu ke kuning, yang diperoleh juga semakin kecil seiring
intensitas warna tergantung kemampuan dari dengan bertambahnya konsentrasi vitamin C.
antioksidan (Molyneux, 2004). Data pada Gambar 1 juga menunjukkan
Pengamatan terhadap intensitas warna pada bahwa nilai absorbansi DPPH semakin
penelitian ini dilakukan pada konsentrasi ekstrak berkurang seiring dengan bertambahnya
daun salam yang berbeda beda yaitu 20 ppm, konsentrasi ekstrak daun salam. Hal ini dapat
146
Putrawan Bahriul Uji Aktivitas Aktioksidan Ekstrak Daun Salam ................

terjadi oleh karena adanya reduksi radikal sedang, nilai IC50 berada di antara 150-200
DPPH oleh antioksidan, dimana semakin ppm berarti aktivitas antioksidannya lemah,
tinggi konsentrasi ekstrak daun salam maka sedangkan apabila nilai IC50 berada diatas
partikel-partikel senyawa antioksidan yang 200 ppm maka aktivitas antioksidannya sangat
terkandung akan semakin banyak sehingga lemah (Molyneux, 2004)
semakin besar pula aktivitas antioksidannya Nilai IC50 diperoleh dari beberapa tahapan
dan menyebabkan absorbansinya semakin yaitu menghitung nilai log konsentrasi dan
berkurang (Talapessy, dkk, 2013). nilai probit untuk masing-masing persentase
aktivitas penghambat radikal bebas DPPH dari
Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi ekstrak daun salam dan vitamin C. Selanjutnya
tersebut, dapat ditentukan pula persentase menghubungkan kedua data dari perhitungan
penghambatan radikal bebas oleh ekstrak daun yang diperoleh dalam 1 grafik utuh, dimana
salam dan vitamin C tersebut pada berbagai nilai log konsentrasi dijadikan sebagai sumbu
konsentrasi yang disajikan pada Gambar 2. X dan nilai probit digunakan sebagai sumbu
Data pada gambar ini menunjukkan bahwa Y. Adapun dalam hal ini dapat dilihat pada
persentase penghambatan radikal bebas dari Gambar 3.
ekstrak daun salam tua tidaklah terlalu berbeda
dengan persentase penghambatan vitamin C,
bahkan kemampuan daya aktivitas antioksidan
ekstrak daun salam tua pada konsentrasi 40 dan
60 ppm dari variasi konsentrasi uji melampaui
daya aktivitas antioksidan vitamin C sebagai
pembanding. Hal ini membuktikan bahwa
ekstrak daun salam memiliki kemampuan
sebagai antioksidan yang hampir sama dengan
vitamin C. Oleh karena itu, ekstrak daun
salam sangat baik dimanfaatkan sebagai bahan
antioksidan alami.
(A)

Gambar 2. Perbandingan Persentase Penham-


batan Ekstrak Daun Salam dengan Vitamin C.

Penentuan IC50
Uji antioksidan dalam penelitian ini
menggunakan parameter IC50 (inhibition (B)
concentration) untuk menginterpretasikan
hasil pengujian dengan metode uji
menggunakan DPPH. IC50 merupakan
nilai yang menunjukkan kemampuan
penghambatan 50% radikal bebas oleh suatu
konsentrasi sampel (ppm) (Mailandari, 2012).
Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi
aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan dari
suatu senyawa dapat digolongkan berdasarkan
nilai IC50 yang diperoleh. Jika nilai IC50
suatu ekstrak berada dibawah 50 ppm maka
aktivitas antioksidannya sangat kuat, nilai IC50
berada diantara 50-100 ppm berarti aktivitas
antioksidannya kuat, nilai IC50 berada di antara (C)
100-150 ppm berarti aktivitas antioksidannya
147
Volume 3, No. 3, 2014: 143-149 Jurnal Akademika Kimia

diperoleh yaitu 9,898 ppm.

Kesimpulan
Ekstrak daun salam yang meliputi daun
muda, daun setengah tua dan daun tua memiliki
daya antioksidan yang sangat kuat dengan nilai
IC50 yang diperoleh masing-masing 37,441
ppm, 14,889 ppm dan 11,001 ppm.

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ida Kesuma Utami selaku pengelola
(D) Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian
Gambar 3. Hubungan log konsentrasi dan
harga probit pada : (A) Ekstrak daun salam Universitas Tadulako yang telah banyak
muda, (B) Ekstrak daun salam setengah tua, membantu penulis dalam menyelesaikan
(C) Ekstrak daun salam tua, dan (D) Vitamin penelitian ini. Penulis juga mengucapkan
C. terima kasih kepada beasiswa bidikmisi yang
Berdasarkan Gambar 3 dapat diperoleh telah banyak membantu selama studi di
persamaan regresi linear Y = 0,9687X + 3,4776 Universitas Tadulako.
untuk esktrak daun salam muda, Y = 0,8047X +
4,0577 untuk ekstrak daun salam setengah tua, Referensi
Y = 1,1582X + 3,7946 untuk ekstrak daun salam
tua dan Y = 1,3453X + 3,6618 untuk vitamin Arianti, Harsojo, Syafria, Y., & Ermayanti, T.
C. Nilai IC50 dari masing-masing sampel daun M. (2007). Isolasi dan uji antibakteri batang
salam dan vitamin C ditentukan berdasarkan sambung nyawa (gynura procumbens Lour)
persamaan regresi yang diperoleh. Hasil umur panen 1, 4 dan 7 bulan. Jurnal Bahan
perhitungan akhir menunjukkan nilai IC50 Alam Indonesia, 6(2), 43-45.
untuk ekstrak daun salam muda mempunyai
IC50 sebesar 37,441 ppm, untuk ekstrak daun Ariviani, S. (2010). Anti radical capacity
salam setengah tua sebesar 14,889 ppm, untuk of anthosianin extract from fresh
ekstrak daun salam tua sebesar 11,001 ppm salam(Syzygium polyanthum [Wight.]
sedangkan nilai IC50 yang dihasilkan vitamin Walp) fruits with varied solvent Proportion.
C sebesar 9,898 ppm. Hal ini menjelaskan Caraka Tani, 25(1), 43-49.
bahwa kemampuan menangkap radikal bebas
ekstrak daun salam termasuk dalam golongan Ghulamahdi, M., Aziz, S. A., & Nirwan.
kategori sangat kuat dikarenakan nilai IC50 (2008). Peningkatan laju pertumbuhan
hasil perhitungan kurang dari 50 ppm. dan kandungan flavonoid klon daun dewa
Perbedaan aktivitas antioksidan pada umur (gynura pseudochina (L.) DC) melalui
daun yang berbeda menurut Arianti, dkk periode pencahayaan. Bul. Agronomi,
(2007) dan Kuntorini (2013) dikarenakan oleh 36(1), 40-48. Harborne, J. B. (1987).
adanya perbedaan konsentrasi dari metabolit Metode fitokimia: Penentuan cara modern
sekunder yang terkandung dalam daun menganalisis tumbuhan. Bandung: ITB.
tersebut. Semakin banyak metabolit sekunder
yang dikandung maka akan semakin kuat Isnindar, Wahyuono, S., & Setyowati, E. P.
aktivitas antioksidannya. Hal ini menunjukkan (2011). Isolasi dan identifikasi senyawa
bahwa fase pertumbuhan (umur tanaman) antioksidan daun kesemek (diospyros
berpengaruh terhadap metabolit sekunder yang kaki Thunb.) dengan metode DPPH
mempunyai senyawa yang memiliki aktivitas (2,2-Difenil-1 Pikrilhidrazil). Majalah Obat
antioksidan. Tradisional, 16(3), 157-164.
Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh
dapat dijelaskan pula bahwa vitamin C sebagai Juniarti, Osmeli, D., & Yuhernita. (2009).
pembanding atau kontrol positif termasuk Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas
antioksidan yang lebih kuat jika dibandingkan (Brine shrimp lethality test) dan antioksidan
dengan ekstrak daun salam yang digunakan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari ekstrak
sebagai sampel pada penelitian ini, hal ini bisa daun saga (Abrus precatorius L.). Makara
dilihat dari nilai IC50 untuk vitamin C yang Sains, 13(1), 50-54.
148
Putrawan Bahriul Uji Aktivitas Aktioksidan Ekstrak Daun Salam ................

Khopkar, S. M. (2003). Konsep Dasar Kimia Riansari, A. (2008). Pengaruh pemberian


Analitik. Jakarta: UI-Press. ekstrak daun salam (Eugenia polyantha)
terhadap kadar kolesterol totalserum
Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., tikus jantan galur wistar hiperlipidemia.
Akiyama, K., & Taniguchi, H. (2002). Diunduh kembali dari http://eprints.undip.
Antioxidants properties of ferulic acid and ac.id/24176/1/Anugerah_R.pdf
it’s related compound. Journal of Agricurtural
Food Chemistry, 50(7), 2161-2168. Sembiring, S., Winarti, C., & Baringbing,
B. (2008). Identifikasi komponen kimia
Kuntorini, E. M. (2013). Kemampuan minyak daun salam (Eugenia polyantha)
antioksidan bulbus bawang dayak dari Sukabumi dan Bogor. Diunduh
(Eleutherine americana Merr) pada umur kembali dari http://balittro.litbang.deptan.
berbeda. Diunduh kembali dari http:// go.id/ind/images/publikasi/bul.vol.14.
jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/ no.2/Bagem-DaunSalam.pdf
semirata/article/download/686/506
Sumono, A., & Mulan, A. (2009). Capability of
Mailandari, M. (2012). Uji aktivitas antioksidan boiling water of bay leaf (Eugenia polyantha
ekstrak daun garcinia kydia roxb. dengan W.) for reducing Streptococcus sp. colony.
metode DPPH dan identifikasi senyawa Majalah Farmasi Indonesia. 20(3), 112 – 117.
kimia fraksi yang aktif. Depok:Universitas
Talapessy, S., Suryanto, E., & Yudistira, A.
Indonesia.
(2013). Uji aktivitas antioksidan dari ampas
Molyneux, P. (2004). The use of the stable free hasil pengolahan sagu (Metroxylon sagu
radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Rottb). Jurnal Ilmiah Farmasi, 2(3), 40-44.
estimating antioxidant activity. Journal of
Science Technology, 26(2), 211-219. Utomo, A. B., Suprijono, A., & Risdianto, A.
(2008). Uji aktivitas antioksidan kombinasi
Oke, J. M. & Hamburger, M. O. (2002). ekstrak sarang semut (Myrmecodia pendans)
Screening of some nigerian medicinal plants dan ekstrak teh hitam (Camellia sinensis
for activity using 2,2-diphenyl-picryl- O.K.var.assamica (mast.)) dengan metode
hidrazil (DPPH) radical. African Journal of DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Diunduh
Biomeducal Research, 5(1), 77-79. kembali dari http://journal.stifar.ac.id/ojs/
index.php/js/article/viewFile/6/7
Pourmorad, F., Hosseinimehr, S. J., &
Shahabimajd, N. (2006). Antioxidant Zuhra, C. F., Tarigan, J. B., & Sihotang, H.
activity, phenol and flavonoid contents of (2008). Aktivitas antioksidan senyawa
some selected iranian medicinal plants. flavonoid dari daun katuk (Sauropus
African journal of Biotechnology, 5(11), androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi
1142-1145. Sumatera, 3(1), 7-10.

149

Anda mungkin juga menyukai