Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah:

Keperawatan Medikal Bedah


Askep Endokrin: Diabetes Mellitus

Program CSL
Pemeriksaan Kaki Diabetes:
Monofilament test dan ABI Dopler

Saldy Yusuf, PhD.,ETN

Program Studi Magister Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

1
PEMERIKSAAN KAKI DIABETES: MONOFILAMENT TEST DAN ABI DOPPLER
Saldy Yusuf., PhD.,ETN
Advanced Wound Care Department, ETN Centre Indonesia
Editor in Chief Jurnal Luka Indonesia
Griya Afiat Makassar, Wound Care and Home Care

A. Epidemiologi DM di Indonesia

Di Indonesia, tidak begitu banyak data yang tersedia terkait prevalensi atau insidens DM.
Data-data yang ada justru berasal dari riset global atau riset regional (Wild, Roglic, Green,
Sicree, & King, 2004) (Craig, Jones, Silink, & Ping, 2007)(Ramachandran et al., 2010)(Wild et
al., 2004). Di Indonesia populasi DM tahun 2010 dilaporkan sebesar 7 juta orang dan akan
menjadi 12 juta orang di tahun 2030 dengan kata lain 6 % dari populasi DM di dunia ada di
Indonesia (Shaw et al., 2010). Prediksi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari 10
negara dengan populasi penderita DM terbesar di dunia (Ramachandran et al., 2010). Angka
prediksi prevalensi ini berpotensi jauh lebih besar, mengingat prevalensi DM yang tidak
terdiagnosa cukup tinggi sebesar 4.1 % (Pramono et al., 2010),(Mihardja, Delima, Siswoyo,
Ghani, & Soegondo, 2009).

B. Prevalensi LKD di Indonesia

Sebagai salah satu negara dengan penderita DM sepuluh besar di dunia, prevalensi luka
kaki diabetes (LKD) di Indonesia juga cukup tinggi. Besarnya persoalan DM dan LKD di
Indonesia berbanding terbalik dengan jumlah penelitian yang ada (Yusuf, 2015). Penelitian
kami melaporkan prevalensi LKD di unit perawatan home care 26% (Yusuf, Okuwa, et al.,
2016) dan rumah sakit regional sebesar 12% dengan prevalensi faktor resiko 55.4% (Yusuf,
Kasim, Okuwa, & Sugama, 2013). Sehingga modalitas pencegahan merupakan kunci penting
dalam manajemen LKD.

C. Faktor Resiko LKD

Ada banyak faktor resiko LKD namun dari sekian banyak faktor resiko tersebut,
setidaknya ada dua “pintu gerbang” terjadinya LKD, yaitu kerusakan saraf perifer
(neuropati) dan peripheral arterial desease (PAD) atau angiopati (International, 2013)(Noor,
Zubair, & Ahmad, 2015). Oleh karena itu langkah awal dalam konteks pencegahan adalah
deteksi dini adanya neuropati dan angiopati.

D. Pemeriksaan Neuropati

Monofilament test merupakan pemeriksaan yang sangat berguna di klinis untuk


mendeteksi adanya neuropati (Tan, 2010). Sensitifitas monofilament tes dilaporkan 41-93%
dengan spesifisitas 68-100%(Dros, Wewerinke, Bindels, & Weert, 2009).
Monofilament test bisa digunakan untuk memprediksi potensi terjadinya LKD dan
amputasi (Feng, Schlösser, & Sumpio, 2011). Adanya neuropati meningkatkan resiko luka
1.69 kali lipat (Sriyani, Wasalathanthri, Hettiarachchi, & Prathapan, 2013).

2
Ada banyak rekomendasi terkait titik pemeriksaan. Meskipun demikian tidak ada
perbedaan signifikan antara pemeriksaan 3-4 titik dengan 8-10 titik (Baraz, Zarea,
Shahbazian, & Latifi, 2014), dimana pemeriksaan pada 4 titik sudah bisa mendeteksi 90%
abnormalitas (Smieja et al., 1999).

Setelah penggunaan, monofilamen sebaiknya didesinfeksi dengan menggunakan kapas


alkohol untuk mencegah kontaminasi (Sharkey, Goldkind, Yong, Chagares, & Wrobel, 2010),
oleh karena daya lekuk monofilament test bisa menurun 1-2 g setelah penggunaan (Lavery
et al., 2012), maka perlu “diistirahatkan” 24 jam untuk mengembalikan daya lekuk (Booth &
Young, 2000).

E. Pemeriksaan Angiopati

Pemeriksaan kaki diabetik yang tidak kalah penting adalah Ankle Brachial Index (ABI)
atau ankle brachial blood pressure index (ABPI) atau ankle arm ratio, atau Winsor index.
Dari sekian banyak terminology American Heart Association (AHA) merekomendasikan
penggunaan ABI (Aboyans et al., 2012).
ABI diperkenalkan diakhir tahun 1960an dan merupakan pemeriksaan sederhana untuk
menentukan adanya PAD, dimana ABI merupakan rasio tekanan systolic antara ekstrimitas
bawah (ankle) dan ekstrimitas atas (lengan) (Potier, Abi Khalil, Mohammedi, & Roussel,
2011) (Aboyans et al., 2012).
American Diabetes Association merekomendasikan pemeriksaan ABI pada pasien
diabetes berumur 50 tahun lebih atau dengan gejala PAD atau resiko gangguan
cardiovascular lainnya (American Diabetes Association, 2003).

Tekhnik Pemeriksaan

1. Pasien
Nilai ABI lebih tinggi 0.35 saat duduk dibanding supinasi (karena ankle lebih rendah
dalam posisi duduk) oleh karena itu, pasien sebaiknya dalam posisi supinasi dimana kepala
atau kaki tidak dalam keadaan tergantung (sempurna diatas tempat tidur) (Aboyans et al.,
2012). Beberapa penelitian merekomendasikan pasien istirahat 5-10 menit sebelum
pemeriksaan dan tidak merokok sebelum pemeriksaan (Aboyans et al., 2012)(Potier et al.,
2011).
2. Manset.
Tekhnik pemasangan manset (spiral atau parelel) juga mempengaruhi nilai tekanan
darah sistolik brachial, dimana tekhnik parallel lebih direkomendasikan (Aboyans et al.,
2012). Meski pemeriksaan ABI adalah tindakan non invasive, aman dan relatif bisa
ditoleransi pasien, segera hentikan inflasi (pemompaan) manakala pasien mengeluh nyeri.
Dua hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memasang manset langsung diatas luka
terbuka atau diatas bypass graft karena potensi resiko graft trombosis (Aboyans et al.,
2012).
Pneumatic manset ditempatkan melingkari ankle dan mengukur tekanan arteri dorsalis
pedis dan posterior tibialis dengan menggunakan Doppler probe (5-10 MHz), tekhnik yang
sama juga pada kedua lengan untuk mengukur tekanan arteri brachialis (Potier et al., 2011).

3. Interpretasi

ABPI < 0.9 atau > 1.3 mengindikasikan adanya PAD pada pasien diabetes mellitus (Faglia
et al., 2005)(Potier et al., 2011). Saat ini nilai ABI ≤ 0.90 sering dianggap sebagai cut off

3
point diagnosis PAD (Aboyans et al., 2012). Kategori PAD berdasarkan hasil ABI (Potier et al.,
2011):

Hasil Interpretasi
0.91-1.30 normal.
0.70-0.90 mild occlusion
0.40-0.69 moderate occlusion.
< 0.40 severe occlusion.
> 1.30 Poorly compressible vessels.
Pembacaan nilai ABI berdasarkan tekanan tertinggi diantara kedua kaki dibagi dengan
tekanan tertinggi pada arteri brachialis (Potier et al., 2011).

F. Pemeriksaan Klinis

Monofilament test dan pemeriksaan ABI merupakan “golden standard” pemeriksaan


kaki diabetes. Meskipun demikian, kedua pemeriksaan ini belum begitu tersedia luas dan
merata pada institusi pelayanan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu
dibutuhkan ”pemeriksaan alternatif” untuk mendeteksi adanya neuropati dan angiopati.

1. Ipswich test.
Penelitian sebelumnya melaporkan Ipswich test memiliki sensitifitas 78.3% dan 81.2%
serta spesifitas 93.9% dan 96.4% di home care dan di klinik bila dibandingkan monofilement
test. Bahkan pemahaman pasien meningkat 20.4% terkait masalah kaki diabetes (Sharma,
Kerry, Atkins, & Rayman, 2014). Penelitian lainnya melaporkan reliability Ipswich test
dibandingkan monofilament test (k=0.88, P,0.0001) dengan interrater agreement (k=0.68)
(Rayman et al., 2011).
Pemeriksaan Ipswich test dilakukan dengan menyentuhkan (tanpa tekanan) ujung jari
pemeriksa pada ujung jari I, III dan V pasien.
Jumlah titik yang absen ≥ 2 titik yang absen dianggap adekuat untuk menyimpulkan
adanya neuropati, dengan sensitifitas 76% dan spesifisitas 90% (Rayman et al., 2011).

http://www.slideshare.net/PeninsulaEndocrine/the-diabetic-foot-
30997741

2. Palpasi dorsalis dan posterior tibialis

Dorsalis Pedis Posterior Tibialis

4
Abnormalitas nadi dorsalis pedis dan atau posterior tibialis memiliki sensitifitas 0.63-
.095 dan spesifitisitas 0.73-0.95 (LMcGee & Boyko, 2013). Akurasi palpasi ditentukan oleh
pengalaman pemeriksa sehingga perlu dikombinasikan dengan pemeriksaan obyektif
(Brearley & Frcs, 1992). Meskipun demikian, palpasi dorsalis pedis dan posterior tibialis bisa
dijadikan pemeriksaan subyektif manakala ketiadaan dukungan alat pemeriksaan obyektif.

G. Kategori Resiko Kaki Diabetes

Berdasarkan hasil pemeriksaan neuropati dan angiopati, kaki diabetes dapat


dikategorikan. Berikut sistem kategori resiko yang direkomendasikan oleh International
Working Group on Diabetic Foot (IWGDF) sebagai berikut (Avery et al., 2008):

Sistem Klasifikasi Resiko Kaki Diabetes

Resiko Hasil Pemeriksaan


0 Neuropati (-), PAOD (-)
1 Neuropati (+), PAOD (-), Deformitas (-).
2A Neuropati (+), Deformity (+), PAOD (-)
2B PAOD (+)
3A Ulcer history (+)
3B Amputation (+)

H. Kesimpulan

Ada dua penyebab utama LKD; neuropati dan angiopati yang masing-masing bisa
dideteksi dengan pemeriksaan monofilament test dan ABI. Sayangnya kedua alat ini belum
tersedia dan merata di Indonesia. Oleh karena itu perawat hendaknya bisa terampil dalam
melakukan pemeriksaan Ipswich test dan palpasi nadi dorsalis dan posterior tibialis
sebagai pemeriksaan alternatif neuropati dan angiopati.

5
PENGKAJIAN KAKI DIABETES
(Griya Afiat Makassar) Revised: 4 Oktober 2017

DEMOGRAPHIC DATA
Nama Usia
Jenis Kelamin Pria/Wanita Suku Bugis/Makassar/…………………
Pekerjaan Agama Islam/Kristen/Katolik/Hindu/Budha
Pendidikan SD/SMP/SMA/Universitas/Lainnya……………………..
Marital Status Menikah Single Cerai
ANTROPOMETRI
Tinggi: (cm) Berat Badan (kg) BMI:
STATUS GULA DARAH
Hb A1C Result: Date:
GDS Result: Date:
Tekanan Darah Merokok …….batang/bungkus/hari
(brachialis)
TERAPI DM
Diet only Oral Agents Insulin
Terapi Tradisional, sebutkan:
RIWAYAT DM
Kapan anda mengetahui terkena DM?
Bagaimana anda tahu terkena DM?

PEMERIKSAAN SARAF KAKI


Test Right Left Result
Dorsal hallux Present/Absent Present/Absent
Monofil
ament

1st metatarsal Present/Absent Present/Absent


Test

rd
3 metatarsal Present/Absent Present/Absent
5th metatarsal Present/Absent Present/Absent

PEMERIKSAAN VASCULARISASI KAKI


Palpation Score Right Left Result
Dorsalis Pedis 1: Palpable
5 minutes not palpable go to doppler 2:Not Palpable
Posterior Tibial 3:Impossible*
5 minutes not palpable go to doppler *explain why impossible
1. Brachial Systolic Pressure
Doppler

2. Ankle Systolic Pressure


Dorsalis Pedis
Posterior Tibialis

Grade KATEGORI RESIKO Grade KATEGORI RESIKO


Group 0 Normal Group 2 B Peripheral Arterial Disease (PAD)
Group 1 Neuropati Group 3A Ada riwayat luka kaki DM
Group 2A Neuropati + Deformitas Group 3B Ada riwayat amputasi

6
REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN KAKI DIABETES

Nama Pasien : Tgl. Pemeriksaan :

SKALA HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENCEGAHAN PERAWATAN


RESIKO KAKI
 Tidak ada Neuropati 1. Periksa kaki setiap hari.
 Tidak ada Deformitas 2. Cuci kaki .
GRADE Tidak ada PAOD 3. Ganti sepatu yang tepat. 1 tahun 1 kali
0
 Tidak ada Riwayat Luka 4. Perawatan kuku yang tepat.
 Tidak ada Riwayat Amputasi
 Ada Neuropati Sama seperti Program
 Tidak ada Deformitas pencegahan Grade 0 ditambah:
 Tidak ada PAOD Pemeriksaan kaki oleh tenaga
 Tidak ada Riwayat Luka ahli:
 Tidak ada Riwayat Amputasi 1. Pencucian kaki, perawatan kuku
dan callus.
GRADE 2. Gunakan krim untuk kulit yang Setiap 6 bulan
1 kering, tinea pedias dan
onychomycosis.
3. Jaga suhu air < 37 0C.
4. Jangan menggunakan pemanas
untuk menghangatkan kaki.
5. Selalu gunakan alas kaki.
 Ada Neuropati Sama seperti Program
 Ada Deformitas pencegahan Grade 0 dan 1
GRADE
 Tidak ada PAOD ditambah:
2A
 Tidak ada Riwayat Luka Konsultasi vascular, apabila:
 Tidak ada Riwayat Amputasi Kaki teraba dingin, pink dan
nyeri dan tanda-tanda ischemic Setiap 3 bulan
 Ada Neuropati lainnya
 Ada Deformitas
GRADE
 Ada PAOD
2B Tidak ada Riwayat Luka
 Tidak ada Riwayat Amputasi
 Ada Neuropati Sama seperti Program
 Ada Deformitas pencegahan Grade 0 dan 1
GRADE
 Ada PAOD ditambah:
3A  Konsultasi dermatology apabila
 Ada Riwayat Luka
 Tidak ada Riwayat Amputasi diperlukan.
 Apabila trauma mengarah ke Setiap 1-3 bulan
 Ada Neuropati
perkembangan luka dibutuhkan
 Ada Deformitas
GRADE intervensi segera termasuk
 Ada PAOD untuk pergantian balutan,
3B Ada Riwayat Luka kewaspadaan terhadap madalah
 Ada Riwayat Amputasi yang ada serta edukasi keluarga.
I. Referensi

7
Aboyans, V., Criqui, M. H., Abraham, P., Allison, M. a, Creager, M. a, Diehm, C., … Treat-Jacobson, D. (2012). Measurement and
interpretation of the ankle-brachial index: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation, 126(24), 2890–
909. doi:10.1161/CIR.0b013e318276fbcb
American Diabetes Association. (2003). Peripherak arterial disease in people with diabetes. Diabetes Care, 26(12).
Avery, D. A. C. L., Lavery, L. A., Peters, E. J. G., Williams, J. R., Murdoch, D. P., Hudson, A., & LAvery, D. C. (2008). Reevaluating the Way We
Classify the International Working Group on the Diabetic Foot. Diabetes Care, 31, 154–156. doi:10.2337/dc07-1302.Abbreviations
Baraz, S., Zarea, K., Shahbazian, H. B., & Latifi, S. M. (2014). Comparison of the accuracy of monofilament testing at various points of feet in
peripheral diabetic neuropathy screening. Journal of Diabetes and Metabolic Disorders, 13(1), 19. doi:10.1186/2251-6581-13-19
Booth, J., & Young, M. J. (2000). Differences in the Performance of Commercially Available 10-g. Diabetes Care, 23(7), 984–988.
Brearley, S., & Frcs, M. M. H. S. (1992). Peripheral pulse palpation : an unreliable physical sign. Annals of the Royal College of Surgeons of
England, 74, 169–171.
Craig, M. E., Jones, T. W., Silink, M., & Ping, Y. J. (2007). Diabetes care, glycemic control, and complications in children with type 1 diabetes
from Asia and the Western Pacific Region. Journal of Diabetes and Its Complications, 21(5), 280–7.
doi:10.1016/j.jdiacomp.2006.04.005
Dros, J., Wewerinke, A., Bindels, P. J., & Weert, H. C. Van. (2009). Accuracy of Monofi lament Testing to Diagnose Peripheral Neuropathy :,
555–558. doi:10.1370/afm.1016.Department
Faglia, E., Caravaggi, C., Marchetti, R., Mingardi, R., Morabito, a, Piaggesi, a, … Ceriello, a. (2005). Screening for peripheral arterial disease
by means of the ankle-brachial index in newly diagnosed Type 2 diabetic patients. Diabetic Medicine : A Journal of the British
Diabetic Association, 22(10), 1310–4. doi:10.1111/j.1464-5491.2005.01612.x
Fard, a S., Esmaelzadeh, M., & Larijani, B. (2007). Assessment and treatment of diabetic foot ulcer. International Journal of Clinical
Practice, 61(11), 1931–8. doi:10.1111/j.1742-1241.2007.01534.x
Feng, Y., Schlösser, F. J., & Sumpio, B. E. (2011). The Semmes Weinstein monofilament examination is a significant predictor of the risk of
foot ulceration and amputation in patients with diabetes mellitus. Journal of Vascular Surgery, 53(1), 220–226.e1–5.
doi:10.1016/j.jvs.2010.06.100
Hazenberg, C. E. V. B., van Netten, J. J., van Baal, S. G., & Bus, S. a. (2014). Assessment of Signs of Foot Infection in Diabetes Patients Using
Photographic Foot Imaging and Infrared Thermography. Diabetes Technology & Therapeutics, 16(6), 1–8.
doi:10.1089/dia.2013.0251
International, W. Best Practice Guideline: Wound Management in Diabetic Foot Ulcers (2013).
Khanolkar, M. P., Bain, S. C., & Stephens, J. W. (2008). The diabetic foot. QJM : Monthly Journal of the Association of Physicians, 101(9),
685–95. doi:10.1093/qjmed/hcn027
Lavery, L. A., Lavery, D. E., Lavery, D. C., Lafontaine, J., Bharara, M., & Najafi, B. (2012). Accuracy and durability of Semmes – Weinstein
monofilaments : What is the useful service life ? Diabetes Research and Clinical Practice, 97(3), 399–404.
doi:10.1016/j.diabres.2012.04.006
LMcGee, S. R., & Boyko, E. J. (2013). Physical Examination and Chronic Lower-Extremity Ischemia. Arch Intern Med, 158, 1357–1364.
Mihardja, L., Delima, Siswoyo, H., Ghani, L., & Soegondo, S. (2009). Prevalence and determinants of diabetes mellitus and impaired glucose
tolerance in Indonesia (a part of basic health research/Riskesdas). Acta Medica Indonesiana, 41(4), 169–74. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20124611
Noor, S., Zubair, M., & Ahmad, J. (2015). Diabetic foot ulcer—A review on pathophysiology, classification and microbial etiology. Diabetes
& Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews, 9(3), 192–199. doi:10.1016/j.dsx.2015.04.007
Oe, M., Yotsu, R. R., Sanada, H., Nagase, T., & Tamaki, T. (2013). Screening for Osteomyelitis Using Thermography in Patients with Diabetic
Foot. Ulcers, 2013, 1–6. doi:10.1155/2013/284294
Potier, L., Abi Khalil, C., Mohammedi, K., & Roussel, R. (2011). Use and utility of ankle brachial index in patients with diabetes. European
Journal of Vascular and Endovascular Surgery : The Official Journal of the European Society for Vascular Surgery, 41(1), 110–6.
doi:10.1016/j.ejvs.2010.09.020
Pramono, L. a, Setiati, S., Soewondo, P., Subekti, I., Adisasmita, A., Kodim, N., & Sutrisna, B. (2010). Prevalence and predictors of
undiagnosed diabetes mellitus in Indonesia. Acta Medica Indonesiana, 42, 216–223. doi:040579197 [pii]
Ramachandran, A., Wan Ma, R. C., & Snehalatha, C. (2010). Diabetes in Asia. Lancet, 375(9712), 408–18. doi:10.1016/S0140-
6736(09)60937-5
Rayman, G., Vas, P. R., Baker, N., Taylor, C. G., Gooday, C., Alder, A. I., & Donohoe, M. (2011). The ipswich touch test: A simple and novel
method to identify inpatients with diabetes at risk of foot ulceration. Diabetes Care, 34(7), 1517–1518. doi:10.2337/dc11-0156
Sharkey, A. M., Goldkind, A., Yong, R., Chagares, W., & Wrobel, J. S. (2010). Multiuse 10-g monofilament contamination. Diabetes Care,
33(11), e144. doi:10.2337/dc10-1171
Sharma, S., Kerry, C., Atkins, H., & Rayman, G. (2014). The Ipswich Touch Test: a simple and novel method to screen patients with diabetes
at home for increased risk of foot ulceration. Diabetic Medicine, 31(9), 1100–1103. doi:10.1111/dme.12450
Shaw, J. E., Sicree, R. A., & Zimmet, P. Z. (2010). Global estimates of the prevalence of diabetes for 2010 and 2030. Diabetes Research and
Clinical Practice, 87(1), 4–14. doi:10.1016/j.diabres.2009.10.007
Smieja, M., Hunt, D. L., Edelman, D., Etchells, E., Cornuz, J., & Simel, D. L. (1999). Clinical examination for the detection of protective
sensation in the feet of diabetic patients. International Cooperative Group for Clinical Examination Research. Journal of General
Internal Medicine, 14(7), 418–24. Retrieved from
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1496604&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
Sriyani, K. A., Wasalathanthri, S., Hettiarachchi, P., & Prathapan, S. (2013). Predictors of diabetic foot and leg ulcers in a developing country
with a rapid increase in the prevalence of diabetes mellitus. PloS One, 8(11), e80856. doi:10.1371/journal.pone.0080856
Stess, R. M., Sisney, P. C., Moss, K. M., Graf, P. M., Louie, K. S., Gooding, G. a., & Grunfeld, C. (1986). Use of liquid crystal thermography in
the evaluation of the diabetic foot. Diabetes Care, 9(3), 267–272. doi:10.2337/diacare.9.3.267
Tan, L. S. (2010). The clinical use of the 10g monofilament and its limitations: a review. Diabetes Research and Clinical Practice, 90(1), 1–7.
doi:10.1016/j.diabres.2010.06.021
Wild, S., Roglic, G., Green, A., Sicree, R., & King, H. (2004). Global Prevalence of Diabetes, Estimates for the year 2000 and projections for
2030. Diabetes Care, 27(5), 1047–1053.
Wu, S. C., Driver, V. R., Wrobel, J. S., & Armstrong, D. G. (2007). Foot ulcers in the diabetic patient, prevention and treatment. Vascular
Health and Risk Management, 3(1), 65–76. Retrieved from
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1994045&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
Yusuf, S. (2015). Urgensi riset dan publikasi luka kaki diabetik di indonesia. Jurnal Luka Indonesia, 1(May), 1–2.
Yusuf, S., Kasim, S., & Laitung, B. (2016). Identification Clinical Features Diabetic Foot Ulcers Using Non Contact Thermography Based on

8
Mobile Phone: A Case Series. In WCET 21st Biennial Congress. Cape Town, South Africa.
Yusuf, S., Kasim, S., Okuwa, M., & Sugama, J. (2013). Development of an enterostomal therapy nurse outpatient wound clinic in Indonesia :
a retrospective descriptive study. Wound Practice and Research, 21(1), 41–47.
Yusuf, S., Okuwa, M., Irwan, M., Rassa, S., Laitung, B., Thalib, A., … Sugama, J. (2016). Prevalence and Risk Factor of Diabetic Foot Ulcers in
a Regional Hospital , Eastern Indonesia. Open Journal of Nursing, 6(January), 1–10.

Saldy Yusuf, lahir di Ujung Pandang 26 Oktober 1978. Riwayat pendidikan keperawatan di AKPER Depkes Tidung Makassar
(1997-2000), PSIK-FK Unhas (2004-2007) atas beasiswa Yayasan Hikmat, S 2 Keperawatan di Kanazawa University-Japan
(2010-2012) atas beasiswa Kanazawa Universtiy dan S 3 Keperawatan di Kanazawa University-Japan (2012-2016) atas
beasiswa DIKTI. Riwayat pekerjaan; dosen di STIKES Bina Bangsa Majene (2002-2010), mendirikan praktek perawatan luka
Griya Afiat Makassar (2010), dan dosen di PSIK Universitas Hasanuddin, serta editor in chief Jurnal Luka Indonesia (2015-
sekarang). Aktif dalam organisasi ilmiah; Wound Ostomy and Continence Nursing (WOCN), World Council of Enterostomal
Theraphy Nursing (WCETN), Japan Pressure ulcer society (JPUS), Japan Wound Ostomy and Continence Management,
Association for the Advancement of Wound Care (AAWC), Indonesian Enterostomal Theraphy Nursing Association
(InETNA) dan International Delegate WCET. Publikasi internasional:
Yusuf, S. (2011). I am proud to be an ET Nurse. WCET Journal, 31(3), 12–14.
Yusuf, S., Okuwa, M., Shigeta, Y., Dai, M., Iuchi, T., & Rahman, S. (2013). Microclimate and development of pressure ulcers and superficial
skin changes. International Wound Journal, 12(1), 40–6. Doi:10.1111/iwj.12048
Yusuf, S., Kasim, S., Okuwa, M., & Sugama, J. (2013). Development of an enterostomal therapy nurse outpatient wound clinic in Indonesia :
a retrospective descriptive study. Wound Practice and Research, 21(1), 41–47.
Yusuf, S., Okuwa, M., Shigeta, Y., Dai, M., Iuchi, T., Sulaiman, R., … Sanada, H. (2013). Microclimate and development of pressure ulcers
and superficial skin changes. International Wound Journal, 1–7.
Yusuf, S. (2016). Development National Consensus Document of Wound Care Clinic Standard : Delphi Study, WCET Journal, 36(1), 8–16.
Yusuf, S., Okuwa, M., Irwan, M., Rassa, S., Laitung, B., Thalib, A., … Sugama, J. (2016). Prevalence and Risk Factor of Diabetic Foot Ulcers in
a Regional Hospital , Eastern Indonesia. Open Journal of Nursing, 6(January), 1–10.

Korespondensi: Jl. Syekh Yusuf, V no. 3 Sungguminasa-Gowa 92114. Hp:+62-081241841800 e-mail:


saldy_yusuf@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai